Di Susun Oleh :
YOEL DEO VANI
NIM P05120216068
6
7
Di susun oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
8
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk
DipresentasikanDihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Bengkulu
Pada tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing
S.PARDOSI,S.Kp.,S.Sos.,M.Si (Psi)
NIP.196403031986031005
9
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan Judul
Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji Karya Tulis
Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Panitia Penguji
Mengetahui
Ka. Prodi D III Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
Provinsi Bengkulu..
bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu
keperawatan.
7. Orang tua yang selalu memberikan semangat dan do’a kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
7. Evaluasi ...................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 38
A. Pendekatan Desain Penelitian ........................................................ 38
B. Subyek Penelitian ........................................................................... 38
C. Batasan Istilah ................................................................................ 38
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 39
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................... 39
F. Keabsahan Data .............................................................................. 40
G. Analisa Data ................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ 44
14
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan proses keperawatan secara komprehensif pada
klien dengan isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa
Soeprapto Bengkulu.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada klien dengan masalah isolasi sosial
menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto Bengkulu.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah
isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto
Bengkulu.
20
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
a. Dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan gangguan konsep diri: isolasi sosial menarik diri.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan jiwa.
c. Menambah keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawtan, khususnya pada klien dengan isolasi sosial dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
3. Bagi rumah sakit
Bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah
sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa,
khususnya pada klien dengan isolasi sosial.
4. Bagi klien dan keluarga
a. Bahan masukan bagi klien dalam menghadapi permasalahannya.
b. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan pada keluarga tentang
perawtan pada anggota keluarga yang mengalami isolasi sosial
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain tetapi tidak mampu mewujudkannya.
Isolasi sosial merupakan kondisi yang subjektif seluruh kesimpulan yang
dibuat berkaitan dengan perasaan sunyi yang dirasakan individu harus
divalidasi karena penyebabnya bisa bermacam-macam dan cara individu
menunjukannya beragam (Carpenito, 2009). Isolasi sosial adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damayanti,
2008).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Pasien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2007).
Seseorang dengan isolasi sosial akan menghindari interaksi dengan
orang lain, Ia mengalami kesulitan untuk berhubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi
atau kegagalan, ia mengalami kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanifastasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain. Isolasi sosial adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila
menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan lingkungannya
(Sunaryo, 2004). Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, diterima,
22
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Keliat, 2010).
2. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang mal-adaptif.
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang
spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan
interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi isolasi sosial adalah
faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial.
1. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
didahului individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian
dan kehangatan dari ibu atau pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti
adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana individu menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang
tinggi di setiap berkomunikasi.
23
b. Faktor endokrin
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien
skizofrenia. Demikian pula prolactin mengalami penurunan
karena dihambat.
3. Manifestasi klinis
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan
ditemukan data obyektif yaitu kurang spontan terhadap masalah yang ada,
apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi
bersedih), efek tumpul, menghindar dari orang lain, tidak ada kontak mata
atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri dalam
kamar, tidak mampu merawat dan memperhatikan kebersihan diri
(Dalami, suliswati dan rochima, 2009).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang
lain. Bila tidak diberikan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri
sendiri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan
orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa
berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan
secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya
disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam
hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping
individu tidak aktif).
4. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Berdasarkan bagan 1.1 dapat dilihat rentang respon sosial dari respon
adaptif sampai dengan maladaptif menurut, Stuart (2007):
a. Menyendiri (Solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya
dan cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
b. Otonomi merupakan kemampuan individu menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama (mutualisme), suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima pengalaman.
d. Saling ketergantungan (interdependen), suatu kondisi saling
tergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
e. Kesepian kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing.
f. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
g. Ketergantung (depanden), terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk berfungsi
secara sukses.
h. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan individu
tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
i. Impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
j. Narkisisme merupakan harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi
26
6. penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental: waham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi). Antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal
(distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin
(amenorhe). Metabolic (Soundie). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit
hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,
perawat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan
pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang
lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi
27
a. Citra tubuh:
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan, klien tampak putus asa.
b. Identitas diri:
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c. Peran:
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
d. Ideal diri:
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya;
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
f. Harga diri:
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan
hubungan social dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(Spritual), kurang percaya diri.
3. Hubungan sosial:
merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena manusia
tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang lain.
Pada umumnya klien dengan gangguan Isolasi Sosial pada
kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak merasa
memiliki teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan
32
Terapi :
a. Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga, keluarga dibantu menyelesaikan
konflik, cara membatasi konflik, saling mendukung dan
menghilangkan stres.
a. Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdikusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena
masalah sebagai orang merupakan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain
2. Diagnosa keperawatan
A. Isolasi sosial : Menarik Diri
Data mayor :
Objektif :
Menarik diri, Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungan
Subjektif :
Merasa ingin sendiri, Merasa tidak aman di tempat umum
Data minor :
Objektif :
Afek datar, Afek sedih, Riwayat di tolak, Menunjukkan permusuhan,
Tidak mampu memenuhi harapan orang lain, Kondisi difabel,
Tindakan tidak berarti, Tidak ada kontak mata, Perkembangan
terlambat, Tidak bergairah/lesu
Subjektif :
Merasa berbeda dengan orang lain, Merasa asyik dengan pikiran
sendiri, Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
B. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data mayor
36
Objektif :
Enggan mencoba hal baru, Berjalan menunduk, Postur tubuh
menunduk
Subjektif :
Menilai diri negative (mis, tidak berguna, tidak tertolong), Merasa
malu/bersalah, Merasa tidak mampu melakukan sesuatu, Meremehkan
kemampuan mengatasi masalah, Merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif, Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri
sendiri, Menilak penilain positif tentang diri sendiri
Data Minor
Objektif :
Kontak mata kurang, Lesu dan tidak bergairah, Berbicara pelan dan
lirih, Pasif, Perilaku tidak asertif, Mencaripenguatan secara
berlebihan, Bergantung pada pendapat orang lain, Sulit membuat
keputusan
Subjektif :
Merasa sulit konsentrasi, Sulit tidur, Mengungkapkan keputusasaan
C. Defisit perawatan diri
Data Mayor
Objektif :
Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri, Minat melakukan perawatan kurang
Subjektif :
Menolak melakukan perawatan diri
37
3. Pohon Masalah
4. Perencanaan Keperawatan
6
7
3. Klien mampu Setelah 5 x pertemuan 1. Diskusikan dan tanyakan pada klien tentang :
menyebutkan klien menyebutkan a. Manfaat hubungan sosial
keuntungan keuntungan hubungan b. Kerugian menari diri
berhubungan sosial, misalnya :
social dan a. Banyak teman, 2. Beri pujian terhadap kemampuan klien
kerugian tidak kesepian mengungkapkan perasannya
menarik diri b. Bisa diskusi
c. Saling menolong
Kerugian :
a. Sendiri
b. Kesepian
c. Tidak bisa diskusi
masalah yang
dihadapi.
3. Klien dapat Setelah berinteraksi 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
menilai Klien mampu dilaksanakan
kemampuan menyebutkan 2. Bantu pasien menyebutkan dan beri penguatan
yang dapat kemampuan yang dapat terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien
digunakan dilaksanakan 3. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan
menjadi pendengar yang aktif
4. Klien dapat Setelah berinteraksi 1. Diskusikan dengan klien kegiatan yang akan dipilih
memilih klien mampu membuat sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-
kegiatan sesuai rencana kegiatan harian hari
dengan 2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat
kemampuan pasien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan
minimal.
10
6. Klien dapat Setelah berinteraksi 1. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
memanfaatkan klien mampu cara merawat klien dengan harga diri rendah.
sistem memanfaatkan sistem 2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
pendukung yang pendukung yang ada dirawat
ada dikeluarga 3. Bantu klien menyiapkan lingkungan dirumah
3. Defisit Tum : Klien dapat 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsi
perawatan memelihara bersahabat, komunikasi terapeutik.
diri kebersihan diri menunjukan rasa a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
secara mandiri: senang, klien nonverbal.
bersedia berjabat b. Perkenalkan diri dengan sopan.
Tuk : tangan, klien c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama
1. Klien dapat bersedia panggilan.
membina menyebutkan nama, d. Jelaskan tujuan pertemuan.
hubungan saling ada kontak mata, e. Jujur dan menempati janji.
percaya. klien bersedia duduk f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
berdampingan adanya.
dengan perawat, g. Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar
klien bersedia klien.
mengutarakan
masalah yang
dihadapinya.
11
2. Mengidentifikasi Setelah berinteraksi 1. Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri dan
kebersihan diri Klien dapat tandanya.
klien. menyebutkan a. Beri kesempatan klien untuk menjawab
kebersihan dirinya pertanyaan.
13
14
SP 2 keluarga :
a) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan
isolasi sosial.
b) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung
kepada klien isolasi sosial.
SP 3 keluarga :
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk meminum obat.
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
6. Implementasi
Menurut Keliat (2009), implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas
klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai
dengan kondisi klien pada saat ini (here and now). Hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
7. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2009) adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai
melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang
telah ditentukan.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam studi kasus asuhan
keperawatan jiwa di RSKJ Bengkulu adalah individu yang menderita
gangguan jiwa dengan masalah keperawatan isolasi sosial. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu orang dengan minimal
keperawatan satu minggu.
E. Prosedur Penelitian
Pemelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau
proposal dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori
asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri Di Rskj bengkulu tahun 2018.
Setelah di setujui oleh penguji proposal maka penelitian di lanjutkan
dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian berupa hasil
pengukuran, observasi, dan wawancara terhadap pasien yang dijadikan
subyek penelitian.
G. Keabsahan Data
Data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti mengumpulkan
data secara langsung pada pasien dengan menggunakan format pengkajian
dari yang baku dari kampus, yang di lakukan enam jam sesuai jadwal
dinas perawat di ruangan, 2 selama 9 hari berturu-turut. Pengumpulan data
dilakukan pada catatan medis/status pasien, pasien langsung, keluarga,
dokter, dan perawat ruangan agar mendapatkan data yang valid. Di
samping itu, untuk menjaga validitas dan keabsahan data peneliti
melakukan observasi dan pengukuran ulang tehadap data-data pasien yang
meragukan yang ditemukan melalaui data sekunder.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian yang
di lakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya
hasil pengumpulan data pengkajian di analisis dengan membandingkan
dengan teori yang telah di susun pada bab sebelumnya (bab 2) untuk
mendapatkan masalah keperawatan yang di gunakan untuk menyususn
tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi di laksanakan kepada pasien
19
DAFTAR PUSTAKA
Carson, V.B. (2003). Mental Health Nursing : The Nurse – patien Journey.
Philadelphia. W.B. Sauders Company
Fortinash, M. & Worret, H. (2007). Psychiatric Nursing Care Plans (Edisi 4).
Mosby: Philadelphia.
Purba dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
Stuart, G.W, and Laraia (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi Kelima.
Jakarta: penerbit Buku EGC.
21
Suliswati, eta,. (2005) konsep dasar keperawatan jiwa. Penerbit buku kedokteran
EGC: Jakarta.
World health organization. (2009). Mental healt atlas. Ganeva http: www.who.int
diakses tangga 27 Oktober 2018 Pukul 15.00