Anda di halaman 1dari 67

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA


ISPA DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF DI PUSKESMAS II PEKUTATAN
TAHUN 2018

Oleh :
DESAK KADE ARI SUDANI
NIM. P07120017234

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA


ISPA DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF DI PUSKESMAS II PEKUTATAN
TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan

Oleh :
DESAK KADE ARI SUDANI
NIM. P07120017234

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA


ISPA DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF DI PUSKESMAS II PEKUTATAN
TAHUN 2018

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

DR. Nyoman Ribek,S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd I Ketut Labir,SST.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.


NIP.196106061988031002 NIP. 196312251988021001

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.M.Pd


NIP. 195812191985032005

iii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA


ISPA DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF DI PUSKESMAS II PEKUTATAN
TAHUN 2018

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : RABU
TANGGAL : 18 JULI 2018

TIM PENGUJI :

1. N.L.P. Yunianti S.C.,S.Kep.,Kep.,Ns.,M.Pd (Ketua Penguji I) ( ...................)


NIP. 196906211994032002
2. NLK. Sulisnadewi, M.Kep.Ners.Sp.Kep.an (Anggota Penguji I) ( ...................)
NIP. 197406221998032001
3. Dr. I Nyoman Ribek, S.Pd.S.Kep.Ners.M.Pd (Anggota Penguji II)) ( ...................)
NIP. 1961106061988031002

MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.,M.Pd


NIP. 195812191985032005

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Desak Kade Ari Sudani

NIM : P07120017234

Program Studi : DIII RPL

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2018

Alamat : Desa Kerambitan, Tabanan

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas akhir dengan judul ”Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita
ISPA dengan Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Anak Balita
di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018”adalah benar karya sendiri atau
bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Negara, Juli 2018 Yang


membuat pernyataan

Meterai
60000

Desak Kade Ari Sudani


P07120017234

v
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA ISPA DENGAN MASALAH BERSIHAN
JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI PUSKESMAS II PEKUTATAN
TAHUN 2018

ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit menular yang sering terjadi pada
anak. Sampai saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Banyak faktor risiko yang
menyebabkan ISPA pada balita, pada studi dokumentasi ini, penulis mengamati gambaran asuhan
keperawatan pada balita ISPA dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Studi
dokumentasi ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Waktu studi dokumentasi dilakukan
pada tanggal 5 Mei 2018 untuk subyek pertama dan tanggal 7 Mei 2018 untuk subyek ke dua.
Sampel studi dokumentasi ini adalah balita ISPA dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
di Puskesmas II Pekutatan dengan jumlah 2 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan kriteria inklusi. Analisa data
dilakukan secara kualitatif dan naratif. Hasil studi dokumentasi adalah balita dengan ISPA
menunjukkan demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, nafsu makan menurun, mukosa hidung dan
faring kemerahan, serta tonsil membesar. Bersihan jalan nafas tidak efektif tersebut berhubungan
dengan proses infeksi.

Kata Kunci : Balita, ISPA, Bersihan jalan nafas tidak efektif

vi
N U R S I N G C A R E D E S C R I P T I O N O F A R I T O D D L E R S
W I T H C L E A N I N G A I R W A Y B R E A T H I N G P R O B L E M
N O T E F E F E C T I V E A T P U S K E S M A S I I P E K U T A T A N
2 0 1 8

ABSTRACT
Acute respiratory infection (ARI) is a common contagious disease in children. Untilnow ARI is
still a world health problem. Many risk factors that cause ARI in toddlers, in this documentation
study, writer observated description of nursing care in ARI toddlers with cleaning airway
breathing problem not effective. This documentation study used descriptive study design. The
documentation study was conducted on 5th May 2018 for the first subject and 7th May 2018 for the
second subject. The sample of thi documentation study is toddlers ARI with cleaning airway
breathing problem not effective at Puskesmas II Pekutatan with 2 people.
The sampling technique used is inclusi criteria. Data analysis was done by kualutatif and
naratif. The results documentation study is ARI toddlers showed that there was fever, cough, flu,
soar throat, less appetite, redness of nasal mucosa and faring, and bigger tonsil. That cleaning
airway breathing not effective relationship with infection process.

Keywords: Toddlers, ARI, Cleaning airway breathing not effective

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

berkat asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan Usulan

Penelitian yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA

dengan Masalah bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Puskesmas II Pekutatan

Tahun 2018” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan.

Usulan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

mata kuliah Karya Tulis Ilmiah di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Jurusan Keperawatan.

Usulan Penelitian ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha

sendiri melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH. selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan secara

tidak langsung dalam pendidikan D-III di Politeknik Kesehatan Denpasar

Jurusan Keperawatan.

2. V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan bimbingan secara

tidak langsung selama pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan

kepada penulis.

3. Bapak DR. Nyoman Ribek, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd. selaku pembimbing

utama yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan

serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

viii
4. Bapak I Ketut Labir, SST.,S.Kep.,NS.,M.Kes. selaku pembimbing

pendamping yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dan masukan

dalam menyelesaikan penelitian ini.Bapak dan Ibu pembimbing Mata Kuliah

Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan sesuai dengan

harapan.

Kemajuan senantiasa menyertai segala sisi kehidupan menuju ke arah yang

lebih baik, karenanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

untuk menjadi karya yang lebih baik lagi.

Negara, Juli 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C.Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
D.Manfaat Penelitian............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A.Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada ISPA ................................................. 7
B.Asuhan Keperawatan dengan Besihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada
Anak.................................................................................................................. 12
BAB III KERANGKA KONSEP.......................................................................... 22
A.Kerangka Konsep .............................................................................................. 22
B.Definisi Operasional .......................................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 25
A.Jenis Penelitian .................................................................................................. 25
B.Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 25
C.Subjek Studi Kasus ............................................................................................ 25
D.Fokus Studi........................................................................................................ 26
E.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 26
F. Metode Analisa Data......................................................................................... 27

G.Etika Studi Kasus .............................................................................................. 29


x
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………30
A. Hasil Studi Dokumentasi ................................................................................ 30
B. Pembahasan .................................................................................................... .34
C. Keterbatasan .................................................................................................... 40
BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 41
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 41
B. Saran ................................................................................................................ 43
C. Daftar Pustaka ................................................................................................. 44

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Frekuensi Pernapasan Normal Anak Rata – Rata Berdasarkan
Usia……………………………………………………………………………11

Tabel 2. Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan ISPA dengan


Masalah bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018…………………………. .............................................................. 24

Tabel 3.Pengkajian Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak di Puskesmas 2 Pekutatan


Tahun 2018…………………………………………………………………….30

Tabel 4. Diagnosa Keperawatan pada Anak dengan ISPA……………………………..31

Tabel 5. Intervensi Keperawatan pada Anak dengan ISPA…………………………….31

Tabel 6. Implementasi Keperawatan pada Anak dengan ISPA…………………………32

Tabel 7. Evaluasi keperawatan pada Anak dengan ISPA……………………………….34

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Anak ISPA dengan Masalah bersihan Jalan Napas tidak
Efektif di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018 .............................. 2

xii
xiii
i
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan .................................................................................46
Lampiran 2. Realisasi Pendanaan Penelitian .........................................................47
Lampiran 3. Informed Consent ..............................................................................48
Lampiran 4. Form Pengumpulan Data ...................................................................50

xi
xiv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan Kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis(Presiden RI,

2009). Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 menyebutkan, Pembangunan

kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya dapat terwujud (Kemenkes, 2010).

Salah satu unsur kesehatan yang sangat diperhatikan oleh pemerintah yaitu

kesehatan anak. Menurut UU RI No. 21 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 5 anak adalah

seorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih ada

di dalam kandungan(Presiden RI, 2007).Pada UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal

131 ayat 1 disebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus

ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan

berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Anak sebagai

salah satu objek dari pembangunan kesehatan maka harus diperhatikan

kesehatannya hal tersebut berkaitan dengan potensi anak sebagai generasi penerus

cita-cita bangsa(Presiden RI, 2009).

Salah satu penyakit yang sering menyerang pada anak yaitu infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA).ISPA adalah Infeksi akut yang menyerang salah satu

bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya

(sinus, rongga telinga tengah, pleura). ISPA merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak (Kemenkes, 2011). ISPA juga dikenal sebagai Acute Respiratory

Infections (ARI).Penyebab ISPA dapat berupa bakteri maupun virus.ISPA sempat

dijuluki sebagai pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Hal itu

merujuk pada hasil Konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra,

Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-

negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA (WHO, 2007).

WHO tahun 2008 menyebutkan 13 juta anak balita di dunia meninggal

setiap tahunnya dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara

berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian

dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (World Health Organization,

2008). Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa insidens ISPA menurut

kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara

berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan

bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode

(96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),

China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-

masing 6 juta episode.Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan

2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu

penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit

(15%-30%) (Kemenkes, 2011)

Berdasarkan artikel di Journal BMC Infectious Diseases volume 15 tahun

2015 yang berjudul Epidemiology of Acute Respiratory Infections in Children in a

rural north Indian Community (Epidemiologi infeksi pernafasan akut pada anak

pedesaan di India Utara) disebutkan bahwa ISPA terutama saluran pernafasan

2
bagian bawah merupakan penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di

bawah usia lima tahun. Diperkiraan hampir 1,9 juta terjadi kematian anak per

tahun, dimana 20% dari jumlah tersebut diperkirakan di India. Sekitar 85-88%

ISPA diseluruh dunia disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut Atas

sedangkan sisanya Saluran Pernafasan Akut Bawah. Survey terbaru di India dari

kematian di India, pneumonia dianggap bertanggung jawab atas kematian 369.000

(28% dari semua kematian) diantaranya terjadi pada umur 1-59 bulan (Krishnan et

al., 2015).

Artikel dari South African Family Practice menyebutkan Infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA) atau "flu biasa" adalah kompleks gejala biasanya

disebabkan oleh beberapa keluarga virus iniadalah rhinovirus, coronavirus,

parainfluenza, respiratory syncytialvirus (RSV), adenovirus, metapneumovirus

manusia dan influenza.Kadang-kadang enterovirus yang terlibat di musim panas.

Baru-baru inibaru ditemukan bocavirus (terkait dengan parvovirus) telah juga

dikaitkan dengan ISPA. ISPA terjadi umumnya pada anak-anak dan orang dewasa

dan merupakan penyebab morbiditas ringan.Dalam sebuah studi cross- sectional

dari pedesaan Uganda di mana data yang dikumpulkan dari 300 wanita dengan

anak di bawah dua tahun , 37 % dari anak-anak terkena ISPA(Mmed et al., 2014).

Indonesia sendiri menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan

jumlah kasus ISPA (terutama pneumoni) pada balita yang tinggi, yakni sekitar 6

juta kasus per tahun.Period prevalence ISPA menurut Hasil Riskesdas 2013 lima

provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua

(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%)

3
sedangkan menurut Riskesdas 2007 Nusa Tenggara Timur juga merupakan

provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut

Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%). Karakteristik

penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun

(25,8%), menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan dengan

ekonomi terbawah dan menengah bawah (Badan Penelitian dan Pengembangan,

2013).

Provinsi Bali menempati urutan ke-17 Period prevalence ISPA di Indonesia.

Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali (2013), menunjukkan period

prevalence ISPA di Bali ditemukan tinggi di beberapa Kabupaten/Kota. Tiga

Kabupaten/Kota dengan ISPA tertinggi adalah Bangli (36,1 %), Karangasem

(35,9%), dan Klungkung (27,3%). Sedangkan Kabupaten/Kota yang berisiko

terhadap tingginya kejadian ISPA yaitu Jembrana (24,3%), Tabanan (24,6%), dan

Badung (24,3%). Karakteristik penduduk Bali dengan ISPA yang tertinggi terjadi

pada kelompok umur 1-4 tahun (37,7%). Penyakit ini di Bali lebih banyak dialami

pada kelompok penduduk yang tinggal di pedesaan (28,3%) dan pada rumah

tangga dengan ekonomi terbawah dan menengah (Pranata, Fauziah, Budisuari, &

Kusrini, 2013)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 21 Januari 2018 di Puskesmas

II pekukatan Jembrana , tercatat jumlah kunjungan balita dengan ISPA di

Puskesmas selama tahun 2016 : 386 orang, tahun 2017 : 221 orang, tahun 2018 :

45 orang total 3 tahun terakhir : 652 orang. Berdasarkan laporan 10 besar penyakit

di Puskesmas jembrana , kasus ISPA sepanjang tahun 2017 menduduki 10 besar

4
penyakit terbanyak pada balita bahkan beberapa bulan ISPA menduduki posisi

pertama yaitu pada bulan Januari kasus ISPA ditemukan sebanyak 149 kasus,

Februari 126 kasus.

ISPA yang tidak mendapat perawatan dengan tepat dapat menyebabkan

penyakit seperti pneumonia berat yang lebih penting penanganan ISPA adalah

orang tua, dimana orang tua adalah titik awal mengetahui suatu penyakit yang

sedang dialami oleh anaknya dirumah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menarik dan mengangkat kasus,

Asuhan keperawatan anak ISPA dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif

pada balita di wilayah kerja puskesas II pekutatan.

Melalui asuhan keperawatan pada anak, ISPA diharapkan dapat melaksanakan

dan menerapkan teori menyelesaikan masalah kesehatan sehingga dapat

menimalkan dampak serta komplikasi lebih lanjut dari penyakit ISPA pada anak.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada anak ISPA

dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah puskesas

II pekutatan ?”

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan anak ISPA dengan masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja puskesas II

pekutatan

2. Tujuan khusus

a. Mampu mengidentifikasi pengajian keperawatan pada anak IPSA, dengan

masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja

puskesas II pekutatan

b. Mampu mengidentifikasi diagnose keperawatan pada anak ISPA dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada balita di wilayah kerja

puskesas II pekutatan

c. Mampu mengidentifikasi perencanaan keperawatan pada anak IPSA, dengan

masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja

puskesas II pekutatan

d. Mampu mengidentifikasi tindakan keperawatan pada anak IPSA, dengan

masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja

puskesas II pekutatan

e. Mampu mengidentifikasi evalusasi tindakan keperawatan pada anak IPSA,

dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja

puskesas II pekutatan

6
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kepustakaan atau bahan bacaan

bagi institusi pendidikan Politeknik Kesehatan Denpasar.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

peneliti selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat ( Khusunya orang tua yang mempunyai balita dengan ISPA)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat terutama orang tua mengenai pentingnya perawatan Balita di rumah

dengan ISPA sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit yang lebih parah

seperti pneumonia bahkan kematian.Selain itu juga dapat menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada balita oleh karena ISPA sehingga terwujudnya

generasi bangsa yang sehat.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau tambahan

informasi bagi petugas kesehatan di Puskesmas Bangli sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua yang melakukan

pemeriksaan kesehatan pada anaknya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada ISPA

1. Pengertian

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk batuk secara efektif(Carpenito & Moyet, 2013).

Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihan jalan napas tidak efektif

merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas

untuk mempertahankan jalan napas tetap paten(Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari

manusia ke manusia.Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu

beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering

juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas

(WHO, 2007). Jadi, bersihan jalan napas tidak efektif pada ISPA merupakan suatu

masalah keperawatan yang ditandai dengan ketidakmampuan batuk secara efektif

atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten pada

pasien yang mengalami peradangan parenkim paru.

2. Penyebab

a. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI(2016), penyebab dari bersihan jalan

napas tidak efektif antara lain.

1) Spasme jalan napas

2) Hipersekresi jalan napas


3) Disfungsi neuromuscular

4) Benda asing dalam jalan napas

5) Adanya jalan napas buatan

6) Sekresi yang tertahan

7) Hyperplasia dinding jalan napas

8) Proses infeksi dan respon alergi

9) Efek agen farmakologis

b. Menurut Wahid & Suprapto(2013), penyebab terjadinya ISPA yaitu.

1) Bakteri : Streptococus ispa, Staphylococus aerus.

2) Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus, virus sinsisial pernapasan,

hantaravirus, rhinovirus, virus herpes simpleks, cytomegalovirus,

micoplasma, pneumococcus, streptococcus, staphylococcus.

3) Jamur : candidiasis, histoplasma, aspergifosis, coccidiodo mycosis,

cryptococosis, pneumocytis carinii

4) Aspirasi : makanan, cairan lambung

5) Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

3. Manifestasi klinis

Gejala penyakit ISPA biasanya didahului infeksi saluran pernapasan atas akut

selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat dapat mencapai 400 C, sesak napas, nyeri dada, dan batuk dengan

dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian

penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan

sakit kepala. Retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat

8
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas). Perkusi pekak, fremitus

melemah, suara napas melemah, dan ronchi(Wahid & Suprapto, 2013).

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI(2016), gejala dan tanda pada masalah

bersihan jalan napas tidak efektif antara lain.

a. Batuk tidak efektif

b. Tidak mampu batuk

c. Sputum berlebih

d. Mengi atau wheezing, dan/ ronki kering

e. Mekonium dijalan napas (neonates)

4. Penatalakasanaan

Menurut Wahid & Suprapto(2013), penatalaksanaan ISPA pada anak antara

lain.

a. Oksigen 1-2 L/menit.

b. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui

selang nasogastrik dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan

beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

1) Untuk kasus ISPA community base

a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

9
2) Untuk kasus ISPA hospital base:

a) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

5. Komplikasi

Menurut Bararah & Jauhar(2013), komplikasi yang dapat terjadi pada bersihan

jalan napas tidak efektif jika tidak ditangani antara lain.

a. Hipoksemia

Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam

darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2) di bawah normal (normal

PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 <

88%. Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan

ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada

pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan

melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan

stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan

gejala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi napas dapat mencapai 35

kali per menit, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.

b. Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya

pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi

atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat

terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia yaitu.

1) Menurunnya hemoglobin

2) Berkurangnya konsentrasi oksigen.

10
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen

4) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada ISPA

5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

6) Kerusakan atau gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya

kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis,

sesak napas, serta jari tabuh (clubbing fugu).

c. Gagal napas

Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan

karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi

kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh

adanya peningkatan karbondioksida dan penurunan oksigen dalam darah secara

signifikan. Gagal napas disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang

mengontrol pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan

metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

d. Perubahan pola napas

Frekuensi pernapasan normal pada anak berbeda pada masing – masing usia.

Frekuensi pernapasan normal pada anak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel1
Frekuensi Pernapasan Rata – Rata
Normal Anak Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35-40 x /menit
Bayi (6 bulan) 30-50 x /menit
Todler (2 tahun) 25-32 x /menit
Anak-anak 20-30 x /menit

11
(Sumber : Bararah & Jauhar, 2013)

Pada keadaan normal frekuensi pernapasan anak sesuai dengan tabel diatas,

dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi yang disebut

eupneu. Perubahan pola napas adalah suatu keadaan dimana frekuensi pernapasan

tidak berada pada rentang normal. Perubahan pola napas dapat berupa hal – hal

sebagai berikut.

1) Dispneu, yaitu kesulitan bernapas

2) Apneu, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas

3) Takipneu, pernapasan yang lebih cepat dari normal

4) Bradipneu, pernapasan lebih lambat dari normal

5) Kussmaul, pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga

pernapasan menjadi lambat dan dalam.

6) Cheyney-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur

– angsur dangkal dan diikuti periode apneu yang berulang secara teratur.

7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apneu dengan

periode yang tidak teratur.

B. Asuhan Keperawatan ISPA dengan Besihan Jalan Napas Tidak Efektif pada

Anak

1. Pengkajian

Pengakajian merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi

data yang sistematis dan berkesinambungan(Kozier, Erb, Berman, & Snyder,

2010). Dalam pengkajian ISPA pada anak, data yang dikumpulkan adalah sebagai

berikut.

12
a. Usia

ISPA sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak

berusia dibawah usia 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang

berusia kurang dari 2 bulan(Nursalam et al., 2008).

b. Keluhan utama dan tanda mayor

Keluhan utama pada pasien ISPA biasanya adalah sesak napas(Nursalam et

al., 2008). Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim Pokja SDKI

DPP PPNI(2016) untuk menentukan anak yang mengalami masalah keperawatan

bersihan jalan napas tidak efektif antara lain.

1) Batuk tidak efektif

2) Tidak mampu batuk

3) Sputum berlebih

4) Mengi atau wheezing, dan/ ronki kering

5) Mekonium dijalan napas (neonates)

c. Riwayat penyakit sekarang (Wahid & Suprapto, 2013).

1) Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,

kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala atau dada. Pada anak

kecil atau bayi dapat timbul kejang, distensi abdomen dan kaku kuduk. Batuk,

sesak, nafsu makan menurun juga dapat terjadi.

2) Anak biasanya dibawa kerumah sakit setelah sesak napas, sianosis atau batuk

– batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun

apabila anak masuk disertai riwayat kejang demam.

13
d. Riwayat penyakit dahulu(Wahid & Suprapto, 2013).

1) Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.

2) Riwatyat penyakit campak atau pertusis (pada bronko ISPA)

3) Riwayat penyakit saluran pernapasan lain seperti ISPA, influenza sering

terjadi dalam rentang waktu 3 – 14 hari sebelum diketahui adanya penyakit

ISPA.

4) Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat

klinis pasien.

e. Riwayat imunisasi (Wahid & Suprapto, 2013).

Riwayat imunisasi jenis Invasive Pneumococcal Disease (IPD) dan

Haemophilus influenza type B (HiB)

f. Pemeriksaan fisik (Nursalam et al., 2008).

1) Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipneu, dispneu, sianosis sirkumoral, pernapasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif,

serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipneu pada anak 2 bulan

sampai 12 bulan adalah 50x/menit atau lebih, sementara untuk anak 12 bulan – 50

bulan adalah 40x/menit atau lebih. Perludiperhatikan adanya tarikan didnding

dada kedalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada

kedalam akan tampak jelas.

2) Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba

mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami

peningkatan (takikardia).

14
3) Perkusi

Suara redup pada posisi yang sakit.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga

kehidung dan mulut bayi. Pada anak yang ISPA akan terdengar stridor. Sementara

dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronchi halus pada sisi

yang sakit, dan ronchi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,

bronkofoni, kadang – kadang terdengar bising gesek pleura.

g. Pengkajian setiap sistem tubuh (Wahid & Suprapto, 2013).

1) Sistem pulmonal

a) Subjektif : sesak napas, dada tertekan, cengeng

b) Objektif: pernapasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk, sputum banyak,

penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan diafragama dan perut

meningkat, laju pernapasan meningkat, terdengar stridor, ronchi pada lapang

paru.

2) Sistem kardiovaskular

a) Subjektif : sakit kepala

b) Objekfitf: denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas

darah menurun.

3) Sistem neurosensori

a) Subjektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

b) Objektif : Glasgow Coma Scale (GCS) menurun, reflek menurun, lethargi

4) Sistem genitourinaria

a) Subjektif : -

15
b) Objektif : produksi urine menurun atau normal

5) Sistem digestif

a) Subjektif : mual, kadang muntah

b) Objektif : konsistensi feses normal atau diare

6) Sistem musculoskeletal

a) Subjektif : lemah, cepat lelah

b) Objektif : tonus otot menurun, nyeri otot atau normal, retraksi paru dan

penggunaan akasesoris pernapasan.

7) Sistem integument

a) Subjektif : -

b) Objektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder)

banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan.

h. Pemeriksaan diagnostik(Wahid & Suprapto, 2013)

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Gambaran darah tepi menunjukan leukositosis, dapat mencapai 15.000 –

40.000/mm3 dengan pergeseran kekiri. Kuman dapat dibiakan dari usapan

tenggorok atau darah.

2) Foto thoraks

Terdapat bercak infiltrate yang tersebar (bronko ISPA) atau yang meliputi satu

atau sebagian besar lobus/ lobules.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses keperawatan. Pada

fase diagnose, dilakukan penginterpretasi data pengkajian dan mengidentifikasi

16
masalah kesehatan, risiko, dan kekuatan pasien serta merumuskan pernyataan

diagnosa (Kozier et al., 2010). Pernyataan diagnosa pada penelitian ini yang harus

didapat adalah diagnosa yang berdasar pada masalah keperawatan bersihan jalan

napas tidak efektif.

Pada masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif memiliki tanda

gejalan mayor atau tanda dan gejala yang harus ada minimal satu serta tanda

gejala minor atau tanda gejala pendukung(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

a. Tanda gejala mayor

1) Data subjetif

Tidak ada data subjektif yang tersedia pada masalah keperawatan bersihan

jalan napas tidak efektif.

2) Data objektif

a) Batuk tidak efektif

b) Tidak mampu batuk

c) Sputum berlebih

d) Mengi atau wheezing dan atau ronchi kering

e) Mekenium di jalan napas (pada neonates)

b. Tanda gejala minor

1) Data subjektif

a) Dispneu

b) Sulit bicara

c) Ortopneu

2) Data objektif

a) Gelisah

17
b) Sianosis

c) Bunyi napas menurun

d) Frekuensi napas berubah

e) Pola napas berubah

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh

pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk

menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010). Menurut McCloskey & Bulecheck

(2000), intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis

dan pengetahuan, yang dilakukan perawat untuk meningkatkan hasil pada pasien

(Kozier et al., 2010)

a. Nursing Outcome Classification (NOC)

Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, hasil intervensi yang

diinginkan menurut NOC adalah status pernapasan : kepatenan jalan napas

(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016). Indikator keberhasilan tindakan

terkait NOC kepatenan jalan napas antara lain :

1) Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia dibawah 2

tahun 25-32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-50x/menit.

2) Irama pernapasan teratur

3) Kedalaman inspirasi normal

4) Suara auskultasi nafas normal (vesikuler)

5) Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-99%)

6) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

7) Tidak ada sianosis

18
b. Nursing Interventions Classification (NIC)

Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawaan yang

dianjurkan menurut NOCantara lain(Bulechek, Butcher, Dochtermen, & Wagner,

2016).

1) Manajemen jalan napas

Merupakan segala macam tindakan keperawatan yang dilakukan untuk

memfasilitasi kepatenan jalan napas. Tindakan – tindakan keperawatan yang

dilakukan diantaranya

a) Kelola pemberian bronkodilator

b) Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep

c) Lakukan fisioterapi dada

d) Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernapas dalam pada

anak – anak (misalkan: meniup gelembung, meniup kincir, peluit dsb.)

e) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau

menyedot lender.

f) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif

2) Monitor pernapasan

Merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan data dan analisis

keadaan pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan kecukupan

pertukaran gas. Tindakan yang dilakukan antara lain :

a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas

19
b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot – otot bantu

napas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta

c) Monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan mengi

d) Monitor pola napas

e) Monitor keluhan sesak napas pasien

f) Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya

ventilasi dan keberadaan suara napas tambahan

g) Pasang sensor pemantauan oksigen non –invasif

4. Implementasi

Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat sesuai denga rencana tindakan. Tindakan ini bersifat

intelektual, teknis, dan interpersonal berupa berbagai upaya untuk memuhi

kebutuhan dasar manusia. Tindakan yang dilakukan meliputi, tindakan

keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan

medis yang dilakukan oleh perawat atau tugas limpah (Suprajitno, 2004).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah fase kelima dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan

aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan

professional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/

hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini akan menentukan

apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan ataupun

dirubah.Evaluasi yang diharapkan menurut NOC antara lain(Moorhead et al.,

2016).

20
a. Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia dibawah 2

tahun 25-32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-50x/menit.

b. Irama pernapasan teratur

c. Kedalaman inspirasi normal

d. Suara auskultasi nafas normal (vesikuler)

e. Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-99%)

f. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

g. Tidak ada sianosis

Dalam melakukan evaluasi, perawat juga perlu mendokumentasikan hasil

evaluasi yang didapatkan. Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap

diagnose keperawatan. Format dokumentasi yang lazim digunakan untuk

mendokumentasikan hasil evaluasi adalah format SOAP. SOAP adalah akronim

dari subjective, objective, analisys dan planning.Subjective adalah pernyataan atau

keluhan dari pasien, objective adalah data yang diobservasi oleh perawat atau

keluarga, Analisys yaitu kesimpulan dari data objektif dan subjektif yang

umumnya ditulis dalam masalah keperawatan, serta planning yang merupakan

rencana tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan analisys(Dinarti, Aryani,

Nurhaeni, & Chairani, 2009).

21
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Gambaran asuhan keperawatan pada anak ISPA dengan masalah kebersihan

jalan napas tidak efektif pada balitra.

1. Pokok masalah

Analisa masalah pada kasus anak ISPA dengan masalah kebersihan jalan

napas tidak efektif pada balita adalah sebagai berikut :

Inhalasi Terjadi
Masuk ke bronkus dan alveoli
mikroba inflamasi

Batuk tidak efektif, penurunan Peningkatan


Bersihan
kemampuan batuk, ronchi, produksi
jalan napas
mengi sputum
tidak efektif

Asuhan keperawatan ISPA dengan


bersihan jalan napas tidak efektif pada
1. Hipoventilasi anak
2. Hiperkapneu 1. Pengkajian
3. Hipoksemia 2. Diagnosis
4. Hipoksia 3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Keterangan :
= Variabel yang diteliti 5. Evaluasi Keperawatan
= Variabel tidak diteliti
= Alur Pikir

Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan ISPA dengan


Masalah Kebersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Anak Balita di
Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018
ISPA terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada diudara, aspirasi organisme dari

nasofaring, atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri yang

masuk ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke bronkiolus dan alveoli lalu

menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya

protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Bakteri pneumokokus dapat meluas

melalui porus kohn dari alveoli ke alveoli diseluruh segmen lobus. Timbulnya

hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari

kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi

eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi

melebar sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran oksigen

dengan karbondioksida. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan produksi sputum. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif,

berkurangnya luas permukaan alveoli serta peningkatan produksi sputum akan

menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas sehingga bersihan jalan napas tidak

efektif (Bararah & Jauhar, 2013).

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu

peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang

sama. Definisi operasional secara sederhana dapat dikatakan sebagai penjelasan

definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Definisi operasional pada

penelitian ini dijabarkan pada tabel 2.

23
Tabel2
Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan ISPA dengan Masalah
Kebersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Balita di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018

No Variable Definisi
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif Suau keadaan ketika seseorang anak
mengalami suatu ancaman yang nyata
atau potensial pada status penapasan
sehubungan ketidak mampu untuk batuk
secara efektif
2 Balita ISPA Penyakit saluran pernafasan acut yang
disebabkan oleh argen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia.

24
BAB IV

METODEPENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir adalah

metoda dekskripsif yaitu suatu metoda yang dilakukan untuk mendeskripsikan

atau mengambarkan suatu fenomena yang ada di masyarakat dengan pendekatan

studi kasus (Notoatmodja.2010)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas II pakutatan

bulan Pebruari 2018

C. Subjek Studi Kasus

Subjek pengambilan kasus ini adalah seorang anak balita laki-laki atau

perempuan umur 1-5 tahun yang mengalami ISPA dengan masalah bersihan jalan

napas tidak efektif di Puskesmas II Pakutatan.

1. Kriteria Inklusi

a. Balita penderita ISPA dengan masalah keperawatan bersihan jalan

napas tidak efektif yang berkunjung ke puskesmas II Pakutatan

b. Pasien dan keluarga yang memiliki alamat lengkap

c. Keluarga yang mampu berkomunikasi yang baik dan lancar

2. Kriteria Eksklusi

a. Keluarga tidak kooperatif

b. Keluarga yang tidak bersedia untuk melakukan penelitian


D. Fokus Studi

Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari masalah yang akan dijadikan

acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah pemberian asuhan

keperawatan ISPA dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada anak.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Pada penelitian ini menggunakan data sekunder diperoleh dengan teknik

observasi dari catatan medik pasien yang meliputi pengkajian baik data objektif

maupun subjektif, perencanan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi

keperawatan serta wawancara terhadap pasien, keluarga, dan perawat.

2. Cara pengumpulan data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan sesuai

variabel yang diteliti adalah dengan pengisian lembar observasi dengan observasi

partisipatif, wawancara tak terstruktur dan dokumentasi.

Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan oleh pengamat atau

observer dengan benar-benar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.

Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang tidak menggunakan

pedoman sistemasis, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Serta mendokumentasikan setiap

tahapan proses keperawatan. Langkah-langkah pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu:

a. Mengajukan surat pengantar ke Direktorat Poltekkes Denpasar untuk

mengurus ijin penelitian.

26
b. Mengajukan ijin melaksanakan penelitian ke Badan Penanaman Modal dan

Perijinan Provinsi Bali.

c. Mengajukan ijin penelitian ke Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Mangusada Badung

d. Peneliti melakukan pendekatan secara informal kepada sampel yang akan

diteliti dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

e. Melakukan pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi.

f. Memberikan lembar persetujuan dan jika subjek menolak untuk menjadi

responden untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati

haknya.

g. Peneliti melakukan observasi terhadap penerapan asuhan keperawatan ISPA

dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada anak dengan mengambil data

dari dokumentasi asuhan keperawatan yang sudah ada setelah pemeriksaan

selesai dilakukan

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data objektif, data

subjektif, masalah keperawatan, intervensi keperawatan, tindakan keperawatan,

evaluasi asuhan keperawatan ISPA dengan bersihan napas tidak efektif pada anak.

F. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif. Analisis data dimulai sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, membandingkan dengan teori yang ada selanjutnya

27
dituangkan dalam bentuk opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

adalah teknik analisis naratif dengan cara menguraikan jawaban-jawaban yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara, observasi dan dokumentasi secara

mendalam sebagai jawaban dari rumusan masalah. Urutan dalam hal analisis data

adalah sebagai berikut.

a. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

disajikan dalam satu transkip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan

obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan dengan nilai rentang normal.

b. Penyajian data

Penyajian data disesuaikan denga desain studi kasus deskriptif yang dipilih

untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau narasi dan dapat desertai

cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data

pendukungnya. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan tabel, gambar, grafik,

flip chart dan lain sebagainya. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan

mengaburkan iidentitas dari pasien.

c. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

28
G. Etika Studi Kasus

Etika dalam penelitian ini dapat berupa :

1. Informed consent

Informed Consent atau persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian

merupakan suatu bentuk persetujuan subyek penelitian setelah mendapat

penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitia yang

dilakukan. Informed consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak

(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut

dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek

penelitian) untuk menerima penawaran tersebut atau disebut penerimaan.

Informed consent merupakan suatu upaya untuk perlindungan hak asasi manusia

(subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak atas informasi

yang dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri.

2. Anonimity(tanpa nama)

Peneliti memberikan jaminan kepada subjek penelitian dengan tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang sudah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

29
BAB V

HASIL STUDI DOKUMENTASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan mulai tanggal 5 Mei 2018 untuk subyek 1

dan tanggal 7 Mei 2018 untuk subyek 2. Penelitian ini telah mengamati dua

subyek yang berbeda dengan kasus yang sama. Hasil studi kasus menguraikan

tentang dua asuhan keperawatan diantaranya pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi, dan evaluasi keperawatan, yang diteliti menggunakan tehnik

dokumentasi dengan mengobservasi dokumen keperawatan anak dengan ISPA di

Puskesmas Pekutatan 2. Adapun hasil pengamatannya adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian keperawatan

Data pengkajian yang ada pada subyek 1 dan subyek 2 termuat pada tabel 3

berikut ini :

Tabel 3
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Subyek 1 Subyek 2
Dua hari sebelumnya Demam sejak tiga hari, batuk,
mengalami demam, batuk, pilek. Pemeriksaan Fisik :
pilek, sakit tenggorokan, mukosa hidung dan faring
nafsu makana menurun. tampak kemerahan, tonsil
Pemeriksaan Fisik : Mukosa nampak membesar. Vital Sign
hidung dan faring tampak : BB : 7 Kg, S : 380C, RR :
kemerahan, tonsil tampak 26x/menit
membesar. Vital Sign : BB :
15 Kg, S : 37.80C, RR :
24x/menit

30
2. Diagnosa keperawatan

Hasil pengamatan pada subyek 1 dan subyek 2 dengan diagnosa medis ISPA,

Pada bagian diagnosa perawat telah melakukan dokumentasi rumusan diagnosa

keperawatan berupa bersihan jalan napas tidak efktif dengan data pendukung dan

problem sebagai berikut :

Tabel 4
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Diagnosa Keperawatan
No Subyek 1 Subyek 2
1 Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan efektif berhubungan
berlangsungnya infeksi berlangsungnya infeksi

3. Intervensi keperawatan

Hasil pengamatan pada subyek 1 dan subyek 2 dengan diagnosa medis

ISPA. Pada bagian intervensi perawat telah melakukan dokumentasi tujuan dan

rencana keperawatan dengan tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2x pertemuan diharapkan pasien tidak mengalami bersihan jalan napas

menjadi efektif dengan kriteria hasil dan intervensi :

Tabel 5
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Rencana Keperawatan
No Subyek 1 Subyek 2
1 Tujuan : bersihan jalan Tujuan : bersihan jalan
napas menjadi efektif napas menjadi efektif
Kriteria hasil Kriteria hasil

31
a) Sura napas bersih a) Suara napas bersih
b) Tidak ada dyspnea b) Tidak ada dyspnea
tidak ada sianosis tidak ada sianosis
c) Menunjukan jalan c) Menunjukan jalan
napas yang paten napas yang paten
d) RR dalam batas d) RR dalam batas
normal 16-24x/menit normal 16-
24x/menit
2 Intervensi : Intervensi :
a Mandiri : Mandiri
a) Monitor respirasi a) Monitor respirasi
dan status O2 klien. dan status status O2
klien.
b) Kaji adanya suara b) Kaji adanya suara
nafas tambahan nafas tambahan
c) Posisikan klien semi c) Posisikan klien
fowler semi fowler
d) Ajarkan klien batuk d) Ajarkan klien
efektif batuk efektif
b Kolaborasi Kolaborasi
a) Berkolaborasi a) Berkolaborasi
pemberian terapi pemberian terapi
obat dan nebulizer obat dan nebulizer

4. Implementasi keperawatan

Hasil pengamatan pada subyek 1 dan subyek 2 dengan diagnosa medis ISPA,

pada bagian lembar implementasi perawat telah melakukan dokumentasi tindakan

keperawatan yaitu sebagai berikut :

32
Tabel 6
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Impelementasi
No Subyk 1 Subyek 2
1. Memonitor respirasi dan Memonitor respirasi dan
status O2 klien. status O2 klien.
2 Mengkaji adanya suara Mengkaji adanya suara
nafas tambahan napas tambahan
3 Memposisikan klien semi Memposisikan klien semi
fowler fowler
2. Mengajarkan klien batuk Mengajarkan klien batuk
efektif efektif

5. Evaluasi keperawatan

Hasil pengamatan pada subyek 1 dan subyek 2 dengan diagnosa medis

ISPA, pada bagian lembar evaluasi, perawat telah mendokumentasikan hasil

evaluasi berupa :

Tabel 7
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Evaluasi
Subyek 1 Subyek 2
S: S:
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
mengerti apa yang sudah mengerti apa yang
dijelaskan oleh perawat dijelaskan oleh perawat
tentang batuk efektif tenteng cara batuk efektif
- Pasien mengatakan lebih - Pasien mengatakan
nyaman dengan posisi merasa agak nyaman
semi fowler setelah diberikan posisi

33
semi fowler
O: O:
- RR : 24x/menit - RR : 26x/menit
- Pasien kooperatif saat di - Pasien tampak kooperatif
ajarakan batuk efektif saat di ajarkan cara batuk
A: efektif
Intervensi teratasi A:
P: Intervensi tercapai
Pertahankan intervensi P:
Pertahankan intervensi

B. Pembahasan Hasil Studi Dokumentasi

Pembahasan studi hasil dokumentasi pada penelitian ini akan

membandingkan hasil pengamatan terhadap dua subyek yang berbeda dengan

kasus yang sama. Pembahasan hasil studi dokumentasi ini peneliti menguraikan

perbandingan dengan teori yang sudah ada terhadap kedua pasien yang peneliti

temukan di Puskesmas 2 Pekutatan. Penelitian ini peneliti akan menguraikan hasil

yang didapat dan membahas berdasarkan proses keperawatan yang meliputi :

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pada pengajian terdapat 7 komponen pengkajian fokus dari data subjektif dan

objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien ISPA dan ditemukan

5 komponen pada subyek 1 dan subyek 2 yaitu seperti batuk, pilek, demam,

mukosa hidung, faring kemerahan dan tonsil terlihat membesar. Untuk data yang

tidak ditemukan yaitu, penggunaan otot bantu pernapasan. Perawat telah

mendokumentasikan sebagian besar pengkajian fokus untuk masalah bersihan

jalan napas tidak efektif.

34
Menurut teori dari (Tarwoto & Wartonah, 2015) pengkajian yang terdapat

pada pasien ISPA dengan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu terdapat batuk

dengan sputum, perubahan pola napas dan sesak napas. Menurut (Muttaqin, 2008)

pengkajian fokus yang dilakukan untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada

pasien ISPA antara lain, perubahan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu

pernapasan, batuk produktif dengan sputum dan bunyi suara napas ronki dan

wheezing.

Pada subyek 1 dan subyek 2 terdapat kesamaan untuk pengkajian hanya

frekuensi napas dan jenis mukus yang dihasilkan berbeda antara subyek 1 dan

subyek 2. Semua pengkajian telah terdapat pengkajian fokus sesuai teori yang

dijadikan acuan oleh peneliti. Ada beberapa komponen yang tidak terdokumentasi

ataupun terkaji, yaitu berupa penggunaan otot bantu pernapasan. Beberapa hal

tersebut tidak muncul kemungkinan dikarenakan yang pertama, keterbatasan dari

tenaga dan waktu perawat untuk mengkaji secara mendalam, kedua, sesuai dengan

kondisi pasien saat dilakukan pengkajian, pada subyek 1 dan 2 tidak ditemukan

meggunakan otot bantu pernapasan, ketiga, perawat telah melakukan pengkajian

tetapi tidak mendokumentasikannya.

2. Diagnosa

Pada diagnosa keperawatan terdapat 3 bagian untuk diagnosa keperawatan

yaitu problem, etiologi dan symptom, pada subyek 1 dan subyek 2 telah

dituliskan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Etiology yang di

dokumentasikan yaitu berlangsung infeksi. Tidak dituliskan symptom pada

dokumen subyek baik subyek 1 dan subyek 2.

35
Salah satu diagnosa keperawatan pasien ISPA adalah problem atau masalah

bersihan jalan napas tidak efektif. Etiologi atau yang berhubungan dengan antara

lain secara fisiologis yaitu, proses infeksi. Symptom atau yang ditandai dengan

antara lain batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, suara napas

wheezing dan ronkhi., dispnea sianosis, bunyi napas turun, frekuensi napas

berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Pada subyek 1 dan subyek 2 terdapat kesaman pada penulisan diagnosa

keperawatan. Diagnosa keperawatan yang digunakan telah mengacu pada SDKI

2017 dalam penulisan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif sesuai

dengan kondisi pasien. Etiology atau yang berhubungan dengan dipilih pada

subyek 1 dan subyek 2 terdapat perbedaan. Perbedaan yang ditemukan yaitu pada

penggunaan kalimat, di dokumen pasien tertulis berlangsungnya infeksi,

sementara pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah proses infeksi,

tetapi menurut peneliti keduanya memiliki makna yang sama. Sementara untuk

symptom atau ditandai dengan, tidak dituliskan pada diagnosa keperawatan

didokumen pasien baik subyek 1 dan subyek 2. Hal ini dikarenakan mungkin

karena symptom hampir sama dengan pengkajian data subjektif dan objektif,

sehingga tidak dituliskan.

3. Intervensi

Pada intervensi keperawatan terdapat 2 komponen untuk bersihan jalan napas

tidak efektif pada pasien ISPA yaitu menejemen jalan napas dan monitor

pernapasan. Pada menejemen jalan napas terdapat 6 komponen dan yang

ditemukan subyek 1 dan subyek 2, ada 4 komponen yang ditemukan yaitu

posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semifowler), lakukan fisioterapi

36
dada, dan intruksi melakukan batuk efektif. Sementara yang tidak ditemukan ada

2 komponen yaitu, buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,

ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep. Pada

monitor jalan napas terdapat 6 komponen dan ada 2 komponen yang ditemukan

pada subyek 1 dan subyek 2 yaitu, auskultasi suara napas dan monitor kecepatan

irama pernapasan. 5 komponen tidak terdapat yaitu, , catat pergerakan dada

(ketidaksimetrisan penggunaan otot-otot batntu pernapasan, retraksi dada),

monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan engi, monitor pola napas,

monitor sesak napas. Intervensi tambahan yang terdapat pada subyek 1 dan

subyek 2 yaitu kaji kebutuhan akan penghisapan mucus secara mekanik (suction),

beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik sputum (warna, jumlah dan

bau) dengan perkembangan penyakit, kolaborasi dengan dokter tentang pemberian

oksigen yang telah dihumadifikasi, delegasi dalam pemberian obat aerosol melalui

nebulizer, delegasi dalam pemberian mukolitik dan ekspetorant.

Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawatan yang

dianjurkan menurut Nursing Intervention Classification (NIC) antara lain (M.

Bulechek, K Butcher, M. Dochterman, & M. Wagner, 2013) antara lain,

menejemen jalan napas dan monitor penapasan.

Pada intervensi keperawatan yang ditemukan di subyek 1 dan subyek 2

terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan dengan teori yang dijadikan acuan

terhadap peneliti. Perbedaan yang ada mungkin dikarenakan beberapa intervensi

yang dipilih untuk dijadikan standar intervensi oleh perawat berbeda-beda sesuai

dengan kebijakan dan standar asuhan keperawatn di Puskesmas. Intervensi yang

terdapat pada dokumen pasien baik pasien 1 dan pasien 2 telah mengacu pada

37
Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention Classification

(NIC).

4. Implementasi

Pada hasil pengamatan implementasi keperawatan yang dilakukan, selama 2x

pertemuan, terdapat 13 komponen untuk implementasi dan 4 komponen yang

ditemukan pada subyek yaitu memposisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi (semifowler) , melatih batuk efektif, monitor kecepatan pernapasan

pasien, dan mengaskultasi suara napas tambahan. Sementara yang tidak dilakukan

ada 9 komponen ,yaitu membuka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw

thrust, melakukan fisioterapi dada, mengajarkan pasien atau keluarga untuk

menggunakan inhaler sesuai resep, , mencatat (pergerakan dada, ketidaksimetrisan

penggunaan otot-otot bantu pernapasan, retraksi dada), memonitor suara napas

tambahan seperti mengi dan wheezing, memonitor pola napas, memonitor sesak

napas pasien, mengauskultasi suara napas dan berikan bronkodilator.

Implementasi tambahan yang dilakukan yang tercatat pada dokumen pasien 1

yaitu, mengukur tanda vital dan memberi obat oral

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama 2x pertemuan. Tindakan

keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif (Tarwoto &

Wartonah, 2015). Implementasi yang dilaksanakan berupa menejemen jalan napas

dan juga memonitor pernapasan.

Pada implementasi keperawatan yang terdapat di Puskesmas II Pekutatan

terdapat beberapa perbedaan, perbedaan juga terdapat pada intervensi yang telah

ditentukan dengan implementasi yang ada di dokumen subyek baik subyek 1 dan

subyek 2. Terdapat beberapa tindakan tambahan yang dilakukan perawat dan tidak

38
sesuai dengan intervensi yang ditentukan. Pelaksanaan tindakan keperawatan

didokumentasikan dengan table yang telah tertulis tindakan yang akan dilakukan

dan untuk tindakan yang dilakukan telah dituliskan jam serta paraf. Hal ini

mungkin dilakukan karena tindakan yang dilakukan memiliki keterkaaitan dengan

kondisi pasien dan karena sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang

ditentukan.

5. Evaluasi

Evaluasi yang ditemukan pada subyek 1 dan subyek 2 sama, yaitu

menggunakan evaluasi SOAP. Evaluasi yang didapatkan adalah S : subyek

mengeluh batuk dan pilek O : keadaan umum lemah, RR 24x/menit, A : Bersihan

jalan napas tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi

fowler, berikan O2 sesuai kebutuhan, kolaborasi dalam pemberian terapi.

Indikator keberhasilan yang akan dicapai menurut (Moorhead et al., 2013)

antara lain, frekuensi pernapasan normal, irama pernapasan teratur, kedalaman

inspirasi normal, suara auskultasi napas normal (vesikuler), tidak ada suara napas

tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan

cuping hidung, tidak ada batuk, tidak terdapat akumulasi sputum, tidak ada

sianosis

Pada evaluasi keperawatan antara subyek 1 dan subyek 2 terdapat kesamaaan.

Perbedaan terdapat pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti dengan teori

yang dijadikan dipuskesmas. Penulisan evaluasi yang terdapat pada subyek 1 dan

subyek 2 tidak menggunakan indikator pencapaian hasil yang diharapkan, tetapi

menuliskan data subjektif yaitu keluahan pasien dan data objektif yang merupakan

39
prioritas. Hal ini mungkin dikarenakan teori yang dijadikan acuan di puskesmas

berbeda dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti dan karena standar

asuhan keperawatan yang telah ditentukan dan digunakan sebagai hand over

untuk perawat, sehingga digunakan SOAP.

C. Keterbatasan

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah

tidak dilakukannya validasi data kepada pasien dan perawat ruangan,

observasi yang dilakukan hanya observasi dari dokumen pasien yang

kemungkinan pada pengaplikasian asuhan keperawatan tidak terdokumentasi

dan yang terakhir adalah peneliti tidak merawat langsung pasien, sehingga

tidak mengetahui secara nyata kondisi yang dialami pasien

40
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengkajian keperawatan pada kedua subyek terdapat kesamaan. Pada

pengajian terdapat 7 komponen pengkajian fokus dari data subjektif dan

objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien ISPA dan

ditemukan 5 komponen pada subyek 1 dan subyek 2 yaitu seperti batuk,

pilek, demam, mukosa hidung, faring kemerahan dan tonsil terlihat membesar

2. Diagnosa keperawatan pada kedua dokumen keperawatan pasien terdapat

kesamaan. Perbedaan yang terdapat, yaitu pada diagnosa keperawatan pasien

tidak dituliskan symptom atau ditandai dengan. Penuliasan diagnosa

keperawatan pada bagian problem telah mengacu pada SDKI 2017. Pada

bagian etiology, terdapat perbedaan penggunaan kalimat yang menurut

peneliti mempunyai makna yang sama.

3. Intervensi keperawatan pada kedua dokumen tidak terdapat perbedaan.

Terdapat sedikit perbedaan dengan intervensi yang diajadikan acuan oleh

peneliti dangan dokumen subyek. Intervensi yang dijadikan acuan peneliti

ada sebanyak 12 komponen dan yang ditemukan pada dokumen pasien

terdapat 4 komponen yang sama.

4. Implementasi keperawatan pada dokumen keperawatan kedua pasien hampir

sama hanya terdapat sedikit perbedaan. Pada implemetasi yang dijadikan

acuan oleh peneliti ada 13 komponen dan yang terdapat pada dokumen pasien

hanya 4 komponen.

41
5. Evaluasi keperawatan pada kedua dokumentasi keperawatan tidak terdapat

perbedaan. Evaluasi yang terdapat pada dokumen pasien menggunakan SOAP

(subjective, objective, assessment, planning) sementara peneliti menggunakan

acuan dari indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan.

Gambaran asuhan keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah bersihan

jalan napas tidak efektif di Puskesmas Pekutatan 2 tahun 2018 ditemukan antara

dokumen pasien 1 dan pasien 2 terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan yang

terdapat pada dokumen pasien dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti,

perbedaan terdapat pada diagnosa dan evaluasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran

asuhan keperawatan pada anak ISPA dengan masalah keperawatan bersihan jalan

napas tidak efektif di Puskesmas Pekutatan 2, peneliti mengalami beberapa

hambatan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Demi kemajuan penelitian

selanjutnya peneliti menyarankan kepada :

1. Perawat di rumah sakit sebagai tim kesehatan yang paling sering

berhubungan dengan pasien diperlukan untuk meningkatkan ketrampilan

yang dimiliki untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan agar

komperhensif dan optimal dengan mengadakan pelatihan dan in service

training. Perlu adanya revisi dan sosialisasi pada asuhan keperawatan agar

mengacu pada SDKI 2017 dan standar asuhan keperawatan yang digunakan

di rumah sakit.

42
2. Pihak institusi pendidikan dan peneliti perlu dilakukan perbaikan dalam

desain metode penelitian agar didapatkan hasil yang lebih optimal pada hasil

dan pembahasan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan


Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 46, 1–384.
https://doi.org/1
Desember 2013

Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan


Lengkap : Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Bulechek, G. M., Butcher, H. N., Dochtermen, J. M., & Wagner, C. M.


(2016).
Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Jakarta: Elsevier.

Carpenito, L. J., & Moyet. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan


(Edisi 13).
Jakarta: EGC.

Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. (2009). Dokumentasi


Keperawatan. Jakarta: TIM.

Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten


Badung Tahun 2017.

Farida, Y., Trisna, A., & Nur, D. (2017). Studi Penggunaan Antibiotik
Pada Pasien ISPA di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta.
Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 02(01),
44–52. https://doi.org/10.20961/jpscr.v2i01.5240

Jonnalagadda, S., Rodríguez, O., Estrella, B., Sabin, L. L., Sempértegui,


F., & Hamer, D. H. (2017). Etiology of severe ISPA in Ecuadorian
children. PLOS ONE, 12(2),
e0171687.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0171687

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. (E. Karyuni, D. Yulianti, Y. Yuningsih,
& A. Lusyana, Eds.) (Edisi 7). Jakarta: EGC.

Mathew, J. L., Singhi, S., Ray, P., Hagel, E., Hedengren, S., Bansal, A., …
Mathew, J. L. (2015). Etiology of community acquired ISPA among
children in India: prospective, cohort study. Journal of Global Health,
5(2). https://doi.org/10.7189/jogh.05.020418

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classifications (NOC) (6 th). Jakarta: Elsevier.

44
Nugroho, Y. A. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak pada
Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Instalasi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri Yosef Agung
Nugroho, 4(2).

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-noc (Edisi Revi).
Yogyakarta: Mediaction.

Nurjanah, Sovira, N., & Anwar, S. (2012). Profil ISPA pada Anak di RSUD
Dr.
Zainoel Abidin, 13(5), 1–5.

Nursalam, Susilaningrum, R., & Utami, S. (2008). Asuhan Keperawatan


Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Pemerintah Republik Indonesia. (2002). Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia, (182), 1–14.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Potter, A., & Perry, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. (M.
Ester &
D. Yulianti, Eds.) (Edition 4 ). Jakarta: EGC.

Profil Kesehatan Bali. (2016). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi


Bali.
2016.

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. (


monica ester, Ed.). Jakarta: egc.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam


Praktik. (M. Ester, Ed.). Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Unicef, & WHO. (2006). ISPA The Killer of Children. The United Nations
Children’s Fund (UNICEF)/World Health Organization (WHO).
https://doi.org/ISBN-13: 978-92-806-4048-9

Wahid, A., & Suprapto, I. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan


Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. (A. Maftuhin, Ed.).
Jakarta: TIM.

45
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita ISPA dengan Masalah bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018

Waktu
No Kegiatan Feb 2018 Mar 2018 Apr 2018 Mei 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Revisi proposal
4 Pengurusan izin penelitian
5 Pengumpulan data
6 Pengolahan data
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
9 Sidang hasil penelitian
10 Revisi laporan
11 Pengumpulan KTI

46
Lampiran 2
Realisasi Pendanaan Penelitian
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita ISPA dengan Masalah
bersihan
Jalan Napas Tidak Efektif di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018

Perencanaan dana yang diperlukan dalam penelitian ini direalisasikan sebagai


berikut:
No Keterangan Biaya

A Tahap Persiapan

Penyusunan Proposal Rp. 200.000,00

Penggadaan Proposal Rp. 100.000,00

Presentasi Proposal Rp. 50.000,00

Revisi Proposal Rp. 100.000,00

B Tahap Pelaksanaan

Pengurusan Izin Penelitian Rp. 300.000,00

Penggandaan Lembar Pengumpulan Data Rp. 50.000,00

Transportasi dan Akomodasi Rp. 100.000,00

Pengolahan dan Analisis data Rp. 100.000,00

C Tahap Akhir
Penyusunan Laporan Rp. 200.000,00

Penggandaan Laporan Rp. 100.000,00

Presentasi Laporan Rp. 50.000,00

Revisi Laporan Rp. 100.000,00

Biaya Tidak Terduga Rp. 100.000,00

Total biaya Rp. 1.550.000,00

47
Lampiran 3
Informed Consent

Sebagai Responden Penelitian

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah diberi penjelasan tentang
penelitian ini :

Judul Gambaran Asuhan Keperawatan pada balita ISPA


dengan Masalah bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di
Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018
Peneliti Utama Desak Kade Ari Sudani
Institusi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehetan Denpasar
Lokasi Penelitian Puskesmas II Pekutatan Kabupaten Jembrana
Sumber pendanaan Swadana
Saya telah mengerti tujuan, proses dan resiko yang akan terjadi saya
berhak mengundurkan diri dan semua data akan dirahasiakan.
Tanda tangan Bapak/Ibu/Saudara/Adik dibawah ini menunjukkan bahwa
Bapak/Ibu/Saudara/Adik telah membaca, telah memahami dan telah mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui
untuk menjadi responden penelitian.

Peserta/ Subyek Penelitian, Peneliti,

Tanda Tangan dan Nama Tanda Tangan dan Nama


Tanggal (wajib diisi): Tanggal (wajib diisi):

48
Lampiran 4
Form Pengumpulan Data

Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA


dengan Masalah bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di
Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018
Tanggal Penelitian : 5-7-2018 s/d 7-5-2018

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan lembar observasi dengan teliti dan benar,

2. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara memberi tanda pad
√ a kolom

yang sesuai dengan keadaan klien dan perawat

3. Pertanyaan yang tidak ada sesuai dengan keadaan klien atau perawat diberi

tandapada
X kolom tidak

A. Pengkajian

No RM :
No Aspek Yang Dinilai Sesuai
Ya Tidak
1 2 3 4
1 Tanda dan Gejala Mayor
a. Batuk tidak efektif √
b. Tidak mampu batuk √
c. Sputum berlebih X
d. Mengi, wheezing, dan/ ronki kering √
e. Mekonium dijalan napas (neonates) X
2 Tanda dan Gejala Minor
a. Dispneu √
b. Sulit bicara √
c. Ortopneu √
1 2 3 4
d. Gelisah
e. Sianosis

49
f. Bunyi napas menurun
g. Frekuensi napas berubah
h. Pola napas berubah

B. Diagnosa Keperawatan
No RM :
No Analisa Diagnosa Sesuai
Ya Tidak

1 Problem : Bersihan jalan napas tidak efektif


2 Etiologi :


3 Symptom :

C. Intervensi Keperawatan
No RM :
No Aspek Yang Dinilai Terencana
Ya Tidak
1 2 3 4
1 Manajemen jalan napas
a. Kelola pemberian bronkodilator X
b. Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan √
inhaler sesuai resep
c. Lakukan fisioterapi dada X
d. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi X
bernapas dalam pada anak – anak (misalkan: meniup
gelembung, meniup kincir, peluit dsb.)
e. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk X
melakukan batuk atau menyedot lender.
f. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk √
efektif
1 2 3 4
2 Monitor Pernapasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan √

50
bernapas
b. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, X
penggunaan otot – otot bantu napas, dan retraksi pada
otot supraclaviculas dan interkosta
c. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan
mengi
d. Monitor pola napas √
e. Monitor keluhan sesak napas pasien
f. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi X
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
suara napas tambahan
g. Pasang sensor pemantauan oksigen non – invasive X

D. Implementasi Keperawatan
No RM :
No Aspek yang dinilai Terlaksana
Ya Tidak
1 2 3 4
1 Manajemen jalan napas
a. Mengelola pemberian bronkodilator X
b. Mengajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan X
inhaler sesuai resep
c. Melakukan fisioterapi dada X
d. Menggunakan teknik yang menyenangkan untuk √
memotivasi bernapas dalam pada anak – anak
(misalkan: meniup gelembung, meniup kincir, peluit
dsb.)
e. Membuang sekret dengan memotivasi pasien untuk √
melakukan batuk atau menyedot lender.
f. Menginstruksikan bagaimana agar bisa melakukan √
batuk efektif
2 Monitor Pernapasan √
a. Memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan √
bernapas
1 2 3 4
b. Mencatat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot – otot bantu napas, dan retraksi pada

51
otot supraclaviculas dan interkosta X
c. Memonitor suara napas tambahan seperti ngorok dan X
mengi
d. Memonitor pola napas √
e. Momonitor keluhan sesak napas pasien
f. Mengauskultasi suara napas, catat area dimana terjadi X
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
suara napas tambahan
g. Memasang sensor pemantauan oksigen non – invasive X

E. Evaluasi Keperawatan
No RM :
No Evaluasi
Ya Tidak
1 a. Frekuensi pernapasan normal pada anak 20- √
30x/menit, anak usia dibawah 2 tahun 25-
32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-
50x/menit.
b. Irama pernapasan teratur √
c. Kedalaman inspirasi normal √
d. Suara auskultasi nafas normal (vesikuler) √
e. Saturasi oksigen dalam rentang normal (95- √
99%)
f. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan √
g. Tidak ada sianosis √

52

Anda mungkin juga menyukai