Oleh :
DESAK KADE ARI SUDANI
NIM. P07120017234
Oleh :
DESAK KADE ARI SUDANI
NIM. P07120017234
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
iii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:
TIM PENGUJI :
MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : P07120017234
Jurusan : Keperawatan
Meterai
60000
v
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA ISPA DENGAN MASALAH BERSIHAN
JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI PUSKESMAS II PEKUTATAN
TAHUN 2018
ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit menular yang sering terjadi pada
anak. Sampai saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Banyak faktor risiko yang
menyebabkan ISPA pada balita, pada studi dokumentasi ini, penulis mengamati gambaran asuhan
keperawatan pada balita ISPA dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Studi
dokumentasi ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Waktu studi dokumentasi dilakukan
pada tanggal 5 Mei 2018 untuk subyek pertama dan tanggal 7 Mei 2018 untuk subyek ke dua.
Sampel studi dokumentasi ini adalah balita ISPA dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
di Puskesmas II Pekutatan dengan jumlah 2 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan kriteria inklusi. Analisa data
dilakukan secara kualitatif dan naratif. Hasil studi dokumentasi adalah balita dengan ISPA
menunjukkan demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, nafsu makan menurun, mukosa hidung dan
faring kemerahan, serta tonsil membesar. Bersihan jalan nafas tidak efektif tersebut berhubungan
dengan proses infeksi.
vi
N U R S I N G C A R E D E S C R I P T I O N O F A R I T O D D L E R S
W I T H C L E A N I N G A I R W A Y B R E A T H I N G P R O B L E M
N O T E F E F E C T I V E A T P U S K E S M A S I I P E K U T A T A N
2 0 1 8
ABSTRACT
Acute respiratory infection (ARI) is a common contagious disease in children. Untilnow ARI is
still a world health problem. Many risk factors that cause ARI in toddlers, in this documentation
study, writer observated description of nursing care in ARI toddlers with cleaning airway
breathing problem not effective. This documentation study used descriptive study design. The
documentation study was conducted on 5th May 2018 for the first subject and 7th May 2018 for the
second subject. The sample of thi documentation study is toddlers ARI with cleaning airway
breathing problem not effective at Puskesmas II Pekutatan with 2 people.
The sampling technique used is inclusi criteria. Data analysis was done by kualutatif and
naratif. The results documentation study is ARI toddlers showed that there was fever, cough, flu,
soar throat, less appetite, redness of nasal mucosa and faring, and bigger tonsil. That cleaning
airway breathing not effective relationship with infection process.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
Usulan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Jurusan Keperawatan.
sendiri melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
Jurusan Keperawatan.
Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan
kepada penulis.
viii
4. Bapak I Ketut Labir, SST.,S.Kep.,NS.,M.Kes. selaku pembimbing
Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
harapan.
lebih baik, karenanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C.Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
D.Manfaat Penelitian............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A.Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada ISPA ................................................. 7
B.Asuhan Keperawatan dengan Besihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada
Anak.................................................................................................................. 12
BAB III KERANGKA KONSEP.......................................................................... 22
A.Kerangka Konsep .............................................................................................. 22
B.Definisi Operasional .......................................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 25
A.Jenis Penelitian .................................................................................................. 25
B.Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 25
C.Subjek Studi Kasus ............................................................................................ 25
D.Fokus Studi........................................................................................................ 26
E.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 26
F. Metode Analisa Data......................................................................................... 27
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Frekuensi Pernapasan Normal Anak Rata – Rata Berdasarkan
Usia……………………………………………………………………………11
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Anak ISPA dengan Masalah bersihan Jalan Napas tidak
Efektif di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018 .............................. 2
xii
xiii
i
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan .................................................................................46
Lampiran 2. Realisasi Pendanaan Penelitian .........................................................47
Lampiran 3. Informed Consent ..............................................................................48
Lampiran 4. Form Pengumpulan Data ...................................................................50
xi
xiv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Salah satu unsur kesehatan yang sangat diperhatikan oleh pemerintah yaitu
kesehatan anak. Menurut UU RI No. 21 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 5 anak adalah
seorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih ada
131 ayat 1 disebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus
ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Anak sebagai
kesehatannya hal tersebut berkaitan dengan potensi anak sebagai generasi penerus
Salah satu penyakit yang sering menyerang pada anak yaitu infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).ISPA adalah Infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga tengah, pleura). ISPA merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak (Kemenkes, 2011). ISPA juga dikenal sebagai Acute Respiratory
dijuluki sebagai pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Hal itu
Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-
dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (World Health Organization,
berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan
bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode
(96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),
China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-
2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu
rural north Indian Community (Epidemiologi infeksi pernafasan akut pada anak
2
bagian bawah merupakan penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di
bawah usia lima tahun. Diperkiraan hampir 1,9 juta terjadi kematian anak per
tahun, dimana 20% dari jumlah tersebut diperkirakan di India. Sekitar 85-88%
ISPA diseluruh dunia disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut Atas
sedangkan sisanya Saluran Pernafasan Akut Bawah. Survey terbaru di India dari
(28% dari semua kematian) diantaranya terjadi pada umur 1-59 bulan (Krishnan et
al., 2015).
pernapasan atas (ISPA) atau "flu biasa" adalah kompleks gejala biasanya
dikaitkan dengan ISPA. ISPA terjadi umumnya pada anak-anak dan orang dewasa
dari pedesaan Uganda di mana data yang dikumpulkan dari 300 wanita dengan
anak di bawah dua tahun , 37 % dari anak-anak terkena ISPA(Mmed et al., 2014).
jumlah kasus ISPA (terutama pneumoni) pada balita yang tinggi, yakni sekitar 6
juta kasus per tahun.Period prevalence ISPA menurut Hasil Riskesdas 2013 lima
provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%)
3
sedangkan menurut Riskesdas 2007 Nusa Tenggara Timur juga merupakan
Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%). Karakteristik
penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
(25,8%), menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan dengan
2013).
terhadap tingginya kejadian ISPA yaitu Jembrana (24,3%), Tabanan (24,6%), dan
Badung (24,3%). Karakteristik penduduk Bali dengan ISPA yang tertinggi terjadi
pada kelompok umur 1-4 tahun (37,7%). Penyakit ini di Bali lebih banyak dialami
pada kelompok penduduk yang tinggal di pedesaan (28,3%) dan pada rumah
tangga dengan ekonomi terbawah dan menengah (Pranata, Fauziah, Budisuari, &
Kusrini, 2013)
Puskesmas selama tahun 2016 : 386 orang, tahun 2017 : 221 orang, tahun 2018 :
45 orang total 3 tahun terakhir : 652 orang. Berdasarkan laporan 10 besar penyakit
4
penyakit terbanyak pada balita bahkan beberapa bulan ISPA menduduki posisi
pertama yaitu pada bulan Januari kasus ISPA ditemukan sebanyak 149 kasus,
penyakit seperti pneumonia berat yang lebih penting penanganan ISPA adalah
orang tua, dimana orang tua adalah titik awal mengetahui suatu penyakit yang
Asuhan keperawatan anak ISPA dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif
menimalkan dampak serta komplikasi lebih lanjut dari penyakit ISPA pada anak.
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah puskesas
II pekutatan ?”
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja puskesas II
pekutatan
2. Tujuan khusus
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja
puskesas II pekutatan
masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada balita di wilayah kerja
puskesas II pekutatan
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja
puskesas II pekutatan
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja
puskesas II pekutatan
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada balita di wilayah kerja
puskesas II pekutatan
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kepustakaan atau bahan bacaan
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Masyarakat ( Khusunya orang tua yang mempunyai balita dengan ISPA)
dengan ISPA sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit yang lebih parah
kesakitan dan kematian pada balita oleh karena ISPA sehingga terwujudnya
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana individu
Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihan jalan napas tidak efektif
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten(Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering
juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas
(WHO, 2007). Jadi, bersihan jalan napas tidak efektif pada ISPA merupakan suatu
atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten pada
2. Penyebab
a. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI(2016), penyebab dari bersihan jalan
3. Manifestasi klinis
Gejala penyakit ISPA biasanya didahului infeksi saluran pernapasan atas akut
meningkat dapat mencapai 400 C, sesak napas, nyeri dada, dan batuk dengan
dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian
penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan
sakit kepala. Retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat
8
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas). Perkusi pekak, fremitus
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI(2016), gejala dan tanda pada masalah
c. Sputum berlebih
4. Penatalakasanaan
lain.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
9
2) Untuk kasus ISPA hospital base:
5. Komplikasi
Menurut Bararah & Jauhar(2013), komplikasi yang dapat terjadi pada bersihan
a. Hipoksemia
darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen arteri (SaO2) di bawah normal (normal
PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 <
88%. Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan
ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada
pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan
b. Hipoksia
terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia yaitu.
1) Menurunnya hemoglobin
10
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
4) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada ISPA
c. Gagal napas
kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
signifikan. Gagal napas disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang
Frekuensi pernapasan normal pada anak berbeda pada masing – masing usia.
Tabel1
Frekuensi Pernapasan Rata – Rata
Normal Anak Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35-40 x /menit
Bayi (6 bulan) 30-50 x /menit
Todler (2 tahun) 25-32 x /menit
Anak-anak 20-30 x /menit
11
(Sumber : Bararah & Jauhar, 2013)
Pada keadaan normal frekuensi pernapasan anak sesuai dengan tabel diatas,
dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi yang disebut
eupneu. Perubahan pola napas adalah suatu keadaan dimana frekuensi pernapasan
tidak berada pada rentang normal. Perubahan pola napas dapat berupa hal – hal
sebagai berikut.
– angsur dangkal dan diikuti periode apneu yang berulang secara teratur.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apneu dengan
B. Asuhan Keperawatan ISPA dengan Besihan Jalan Napas Tidak Efektif pada
Anak
1. Pengkajian
2010). Dalam pengkajian ISPA pada anak, data yang dikumpulkan adalah sebagai
berikut.
12
a. Usia
ISPA sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia dibawah usia 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang
al., 2008). Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim Pokja SDKI
3) Sputum berlebih
kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala atau dada. Pada anak
kecil atau bayi dapat timbul kejang, distensi abdomen dan kaku kuduk. Batuk,
2) Anak biasanya dibawa kerumah sakit setelah sesak napas, sianosis atau batuk
13
d. Riwayat penyakit dahulu(Wahid & Suprapto, 2013).
ISPA.
4) Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat
klinis pasien.
1) Inspeksi
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif,
serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipneu pada anak 2 bulan
sampai 12 bulan adalah 50x/menit atau lebih, sementara untuk anak 12 bulan – 50
dada kedalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada
2) Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan (takikardia).
14
3) Perkusi
4) Auskultasi
kehidung dan mulut bayi. Pada anak yang ISPA akan terdengar stridor. Sementara
dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronchi halus pada sisi
yang sakit, dan ronchi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
1) Sistem pulmonal
paru.
2) Sistem kardiovaskular
darah menurun.
3) Sistem neurosensori
4) Sistem genitourinaria
a) Subjektif : -
15
b) Objektif : produksi urine menurun atau normal
5) Sistem digestif
6) Sistem musculoskeletal
b) Objektif : tonus otot menurun, nyeri otot atau normal, retraksi paru dan
7) Sistem integument
a) Subjektif : -
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Foto thoraks
Terdapat bercak infiltrate yang tersebar (bronko ISPA) atau yang meliputi satu
2. Diagnosa
16
masalah kesehatan, risiko, dan kekuatan pasien serta merumuskan pernyataan
diagnosa (Kozier et al., 2010). Pernyataan diagnosa pada penelitian ini yang harus
didapat adalah diagnosa yang berdasar pada masalah keperawatan bersihan jalan
Pada masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif memiliki tanda
gejalan mayor atau tanda dan gejala yang harus ada minimal satu serta tanda
gejala minor atau tanda gejala pendukung(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
1) Data subjetif
Tidak ada data subjektif yang tersedia pada masalah keperawatan bersihan
2) Data objektif
c) Sputum berlebih
1) Data subjektif
a) Dispneu
b) Sulit bicara
c) Ortopneu
2) Data objektif
a) Gelisah
17
b) Sianosis
3. Rencana keperawatan
dan pengetahuan, yang dilakukan perawat untuk meningkatkan hasil pada pasien
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, hasil intervensi yang
18
b. Nursing Interventions Classification (NIC)
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawaan yang
2016).
dilakukan diantaranya
menyedot lender.
2) Monitor pernapasan
19
b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot – otot bantu
f) Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya
4. Implementasi
dilakukan oleh perawat sesuai denga rencana tindakan. Tindakan ini bersifat
medis yang dilakukan oleh perawat atau tugas limpah (Suprajitno, 2004).
5. Evaluasi
hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini akan menentukan
2016).
20
a. Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia dibawah 2
keluhan dari pasien, objective adalah data yang diobservasi oleh perawat atau
keluarga, Analisys yaitu kesimpulan dari data objektif dan subjektif yang
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
1. Pokok masalah
Analisa masalah pada kasus anak ISPA dengan masalah kebersihan jalan
Inhalasi Terjadi
Masuk ke bronkus dan alveoli
mikroba inflamasi
nasofaring, atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri yang
masuk ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke bronkiolus dan alveoli lalu
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Bakteri pneumokokus dapat meluas
melalui porus kohn dari alveoli ke alveoli diseluruh segmen lobus. Timbulnya
hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari
kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi
peningkatan produksi sputum. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif,
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas sehingga bersihan jalan napas tidak
B. Definisi Operasional
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang
definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Definisi operasional pada
23
Tabel2
Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan ISPA dengan Masalah
Kebersihan Jalan Napas Tidak Efektif pada Balita di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
No Variable Definisi
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif Suau keadaan ketika seseorang anak
mengalami suatu ancaman yang nyata
atau potensial pada status penapasan
sehubungan ketidak mampu untuk batuk
secara efektif
2 Balita ISPA Penyakit saluran pernafasan acut yang
disebabkan oleh argen infeksius yang
ditularkan dari manusia ke manusia.
24
BAB IV
METODEPENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir adalah
Subjek pengambilan kasus ini adalah seorang anak balita laki-laki atau
perempuan umur 1-5 tahun yang mengalami ISPA dengan masalah bersihan jalan
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari masalah yang akan dijadikan
acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah pemberian asuhan
keperawatan ISPA dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada anak.
1. Jenis data
observasi dari catatan medik pasien yang meliputi pengkajian baik data objektif
variabel yang diteliti adalah dengan pengisian lembar observasi dengan observasi
oleh orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.
26
b. Mengajukan ijin melaksanakan penelitian ke Badan Penanaman Modal dan
Mangusada Badung
responden untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati
haknya.
dengan bersihan jalan napas tidak efektif pada anak dengan mengambil data
selesai dilakukan
evaluasi asuhan keperawatan ISPA dengan bersihan napas tidak efektif pada anak.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara
27
dituangkan dalam bentuk opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan
mendalam sebagai jawaban dari rumusan masalah. Urutan dalam hal analisis data
a. Mereduksi data
disajikan dalam satu transkip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan
b. Penyajian data
Penyajian data disesuaikan denga desain studi kasus deskriptif yang dipilih
untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau narasi dan dapat desertai
cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data
pendukungnya. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan tabel, gambar, grafik,
flip chart dan lain sebagainya. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan
c. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
keperawatan.
28
G. Etika Studi Kasus
1. Informed consent
penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitia yang
dilakukan. Informed consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak
(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut
dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek
Informed consent merupakan suatu upaya untuk perlindungan hak asasi manusia
(subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak atas informasi
2. Anonimity(tanpa nama)
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
29
BAB V
dan tanggal 7 Mei 2018 untuk subyek 2. Penelitian ini telah mengamati dua
subyek yang berbeda dengan kasus yang sama. Hasil studi kasus menguraikan
1. Pengkajian keperawatan
Data pengkajian yang ada pada subyek 1 dan subyek 2 termuat pada tabel 3
berikut ini :
Tabel 3
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Subyek 1 Subyek 2
Dua hari sebelumnya Demam sejak tiga hari, batuk,
mengalami demam, batuk, pilek. Pemeriksaan Fisik :
pilek, sakit tenggorokan, mukosa hidung dan faring
nafsu makana menurun. tampak kemerahan, tonsil
Pemeriksaan Fisik : Mukosa nampak membesar. Vital Sign
hidung dan faring tampak : BB : 7 Kg, S : 380C, RR :
kemerahan, tonsil tampak 26x/menit
membesar. Vital Sign : BB :
15 Kg, S : 37.80C, RR :
24x/menit
30
2. Diagnosa keperawatan
Hasil pengamatan pada subyek 1 dan subyek 2 dengan diagnosa medis ISPA,
keperawatan berupa bersihan jalan napas tidak efktif dengan data pendukung dan
Tabel 4
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Diagnosa Keperawatan
No Subyek 1 Subyek 2
1 Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan efektif berhubungan
berlangsungnya infeksi berlangsungnya infeksi
3. Intervensi keperawatan
ISPA. Pada bagian intervensi perawat telah melakukan dokumentasi tujuan dan
Tabel 5
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Rencana Keperawatan
No Subyek 1 Subyek 2
1 Tujuan : bersihan jalan Tujuan : bersihan jalan
napas menjadi efektif napas menjadi efektif
Kriteria hasil Kriteria hasil
31
a) Sura napas bersih a) Suara napas bersih
b) Tidak ada dyspnea b) Tidak ada dyspnea
tidak ada sianosis tidak ada sianosis
c) Menunjukan jalan c) Menunjukan jalan
napas yang paten napas yang paten
d) RR dalam batas d) RR dalam batas
normal 16-24x/menit normal 16-
24x/menit
2 Intervensi : Intervensi :
a Mandiri : Mandiri
a) Monitor respirasi a) Monitor respirasi
dan status O2 klien. dan status status O2
klien.
b) Kaji adanya suara b) Kaji adanya suara
nafas tambahan nafas tambahan
c) Posisikan klien semi c) Posisikan klien
fowler semi fowler
d) Ajarkan klien batuk d) Ajarkan klien
efektif batuk efektif
b Kolaborasi Kolaborasi
a) Berkolaborasi a) Berkolaborasi
pemberian terapi pemberian terapi
obat dan nebulizer obat dan nebulizer
4. Implementasi keperawatan
Hasil pengamatan pada subyek 1 dan subyek 2 dengan diagnosa medis ISPA,
32
Tabel 6
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Impelementasi
No Subyk 1 Subyek 2
1. Memonitor respirasi dan Memonitor respirasi dan
status O2 klien. status O2 klien.
2 Mengkaji adanya suara Mengkaji adanya suara
nafas tambahan napas tambahan
3 Memposisikan klien semi Memposisikan klien semi
fowler fowler
2. Mengajarkan klien batuk Mengajarkan klien batuk
efektif efektif
5. Evaluasi keperawatan
evaluasi berupa :
Tabel 7
Pengkajian Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita ISPA dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di Puskesmas II Pekutatan
Tahun 2018
Evaluasi
Subyek 1 Subyek 2
S: S:
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
mengerti apa yang sudah mengerti apa yang
dijelaskan oleh perawat dijelaskan oleh perawat
tentang batuk efektif tenteng cara batuk efektif
- Pasien mengatakan lebih - Pasien mengatakan
nyaman dengan posisi merasa agak nyaman
semi fowler setelah diberikan posisi
33
semi fowler
O: O:
- RR : 24x/menit - RR : 26x/menit
- Pasien kooperatif saat di - Pasien tampak kooperatif
ajarakan batuk efektif saat di ajarkan cara batuk
A: efektif
Intervensi teratasi A:
P: Intervensi tercapai
Pertahankan intervensi P:
Pertahankan intervensi
kasus yang sama. Pembahasan hasil studi dokumentasi ini peneliti menguraikan
perbandingan dengan teori yang sudah ada terhadap kedua pasien yang peneliti
1. Pengkajian
Pada pengajian terdapat 7 komponen pengkajian fokus dari data subjektif dan
objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien ISPA dan ditemukan
5 komponen pada subyek 1 dan subyek 2 yaitu seperti batuk, pilek, demam,
mukosa hidung, faring kemerahan dan tonsil terlihat membesar. Untuk data yang
34
Menurut teori dari (Tarwoto & Wartonah, 2015) pengkajian yang terdapat
pada pasien ISPA dengan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu terdapat batuk
dengan sputum, perubahan pola napas dan sesak napas. Menurut (Muttaqin, 2008)
pengkajian fokus yang dilakukan untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada
pasien ISPA antara lain, perubahan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu
pernapasan, batuk produktif dengan sputum dan bunyi suara napas ronki dan
wheezing.
frekuensi napas dan jenis mukus yang dihasilkan berbeda antara subyek 1 dan
subyek 2. Semua pengkajian telah terdapat pengkajian fokus sesuai teori yang
dijadikan acuan oleh peneliti. Ada beberapa komponen yang tidak terdokumentasi
ataupun terkaji, yaitu berupa penggunaan otot bantu pernapasan. Beberapa hal
tenaga dan waktu perawat untuk mengkaji secara mendalam, kedua, sesuai dengan
kondisi pasien saat dilakukan pengkajian, pada subyek 1 dan 2 tidak ditemukan
2. Diagnosa
yaitu problem, etiologi dan symptom, pada subyek 1 dan subyek 2 telah
dituliskan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Etiology yang di
35
Salah satu diagnosa keperawatan pasien ISPA adalah problem atau masalah
bersihan jalan napas tidak efektif. Etiologi atau yang berhubungan dengan antara
lain secara fisiologis yaitu, proses infeksi. Symptom atau yang ditandai dengan
antara lain batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, suara napas
wheezing dan ronkhi., dispnea sianosis, bunyi napas turun, frekuensi napas
berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
2017 dalam penulisan problem yaitu bersihan jalan napas tidak efektif sesuai
dengan kondisi pasien. Etiology atau yang berhubungan dengan dipilih pada
subyek 1 dan subyek 2 terdapat perbedaan. Perbedaan yang ditemukan yaitu pada
sementara pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah proses infeksi,
tetapi menurut peneliti keduanya memiliki makna yang sama. Sementara untuk
didokumen pasien baik subyek 1 dan subyek 2. Hal ini dikarenakan mungkin
karena symptom hampir sama dengan pengkajian data subjektif dan objektif,
3. Intervensi
tidak efektif pada pasien ISPA yaitu menejemen jalan napas dan monitor
36
dada, dan intruksi melakukan batuk efektif. Sementara yang tidak ditemukan ada
2 komponen yaitu, buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,
ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep. Pada
monitor jalan napas terdapat 6 komponen dan ada 2 komponen yang ditemukan
pada subyek 1 dan subyek 2 yaitu, auskultasi suara napas dan monitor kecepatan
monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan engi, monitor pola napas,
monitor sesak napas. Intervensi tambahan yang terdapat pada subyek 1 dan
subyek 2 yaitu kaji kebutuhan akan penghisapan mucus secara mekanik (suction),
beri KIE tentang hubungan perubahan karakteristik sputum (warna, jumlah dan
oksigen yang telah dihumadifikasi, delegasi dalam pemberian obat aerosol melalui
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawatan yang
terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan dengan teori yang dijadikan acuan
yang dipilih untuk dijadikan standar intervensi oleh perawat berbeda-beda sesuai
terdapat pada dokumen pasien baik pasien 1 dan pasien 2 telah mengacu pada
37
Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention Classification
(NIC).
4. Implementasi
pasien, dan mengaskultasi suara napas tambahan. Sementara yang tidak dilakukan
ada 9 komponen ,yaitu membuka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
tambahan seperti mengi dan wheezing, memonitor pola napas, memonitor sesak
terdapat beberapa perbedaan, perbedaan juga terdapat pada intervensi yang telah
ditentukan dengan implementasi yang ada di dokumen subyek baik subyek 1 dan
subyek 2. Terdapat beberapa tindakan tambahan yang dilakukan perawat dan tidak
38
sesuai dengan intervensi yang ditentukan. Pelaksanaan tindakan keperawatan
didokumentasikan dengan table yang telah tertulis tindakan yang akan dilakukan
dan untuk tindakan yang dilakukan telah dituliskan jam serta paraf. Hal ini
kondisi pasien dan karena sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
ditentukan.
5. Evaluasi
jalan napas tidak efektif, P : observasi keadaan umum dan TTV, atur posisi semi
inspirasi normal, suara auskultasi napas normal (vesikuler), tidak ada suara napas
tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada batuk, tidak terdapat akumulasi sputum, tidak ada
sianosis
Perbedaan terdapat pada teori yang dijadikan acuan oleh peneliti dengan teori
yang dijadikan dipuskesmas. Penulisan evaluasi yang terdapat pada subyek 1 dan
menuliskan data subjektif yaitu keluahan pasien dan data objektif yang merupakan
39
prioritas. Hal ini mungkin dikarenakan teori yang dijadikan acuan di puskesmas
berbeda dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti dan karena standar
asuhan keperawatan yang telah ditentukan dan digunakan sebagai hand over
C. Keterbatasan
dan yang terakhir adalah peneliti tidak merawat langsung pasien, sehingga
40
BAB VI
A. Kesimpulan
objektif untuk bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien ISPA dan
pilek, demam, mukosa hidung, faring kemerahan dan tonsil terlihat membesar
keperawatan pada bagian problem telah mengacu pada SDKI 2017. Pada
acuan oleh peneliti ada 13 komponen dan yang terdapat pada dokumen pasien
hanya 4 komponen.
41
5. Evaluasi keperawatan pada kedua dokumentasi keperawatan tidak terdapat
jalan napas tidak efektif di Puskesmas Pekutatan 2 tahun 2018 ditemukan antara
dokumen pasien 1 dan pasien 2 terdapat kesamaan. Ada beberapa perbedaan yang
terdapat pada dokumen pasien dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti,
B. Saran
asuhan keperawatan pada anak ISPA dengan masalah keperawatan bersihan jalan
hambatan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Demi kemajuan penelitian
training. Perlu adanya revisi dan sosialisasi pada asuhan keperawatan agar
mengacu pada SDKI 2017 dan standar asuhan keperawatan yang digunakan
di rumah sakit.
42
2. Pihak institusi pendidikan dan peneliti perlu dilakukan perbaikan dalam
desain metode penelitian agar didapatkan hasil yang lebih optimal pada hasil
dan pembahasan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Farida, Y., Trisna, A., & Nur, D. (2017). Studi Penggunaan Antibiotik
Pada Pasien ISPA di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta.
Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 02(01),
44–52. https://doi.org/10.20961/jpscr.v2i01.5240
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. (E. Karyuni, D. Yulianti, Y. Yuningsih,
& A. Lusyana, Eds.) (Edisi 7). Jakarta: EGC.
Mathew, J. L., Singhi, S., Ray, P., Hagel, E., Hedengren, S., Bansal, A., …
Mathew, J. L. (2015). Etiology of community acquired ISPA among
children in India: prospective, cohort study. Journal of Global Health,
5(2). https://doi.org/10.7189/jogh.05.020418
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classifications (NOC) (6 th). Jakarta: Elsevier.
44
Nugroho, Y. A. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak pada
Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Instalasi
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri Yosef Agung
Nugroho, 4(2).
Nurjanah, Sovira, N., & Anwar, S. (2012). Profil ISPA pada Anak di RSUD
Dr.
Zainoel Abidin, 13(5), 1–5.
Potter, A., & Perry, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. (M.
Ester &
D. Yulianti, Eds.) (Edition 4 ). Jakarta: EGC.
Unicef, & WHO. (2006). ISPA The Killer of Children. The United Nations
Children’s Fund (UNICEF)/World Health Organization (WHO).
https://doi.org/ISBN-13: 978-92-806-4048-9
45
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita ISPA dengan Masalah bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018
Waktu
No Kegiatan Feb 2018 Mar 2018 Apr 2018 Mei 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Revisi proposal
4 Pengurusan izin penelitian
5 Pengumpulan data
6 Pengolahan data
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
9 Sidang hasil penelitian
10 Revisi laporan
11 Pengumpulan KTI
46
Lampiran 2
Realisasi Pendanaan Penelitian
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita ISPA dengan Masalah
bersihan
Jalan Napas Tidak Efektif di Puskesmas II Pekutatan Tahun 2018
A Tahap Persiapan
B Tahap Pelaksanaan
C Tahap Akhir
Penyusunan Laporan Rp. 200.000,00
47
Lampiran 3
Informed Consent
Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah diberi penjelasan tentang
penelitian ini :
48
Lampiran 4
Form Pengumpulan Data
Petunjuk Pengisian :
2. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara memberi tanda pad
√ a kolom
3. Pertanyaan yang tidak ada sesuai dengan keadaan klien atau perawat diberi
tandapada
X kolom tidak
A. Pengkajian
No RM :
No Aspek Yang Dinilai Sesuai
Ya Tidak
1 2 3 4
1 Tanda dan Gejala Mayor
a. Batuk tidak efektif √
b. Tidak mampu batuk √
c. Sputum berlebih X
d. Mengi, wheezing, dan/ ronki kering √
e. Mekonium dijalan napas (neonates) X
2 Tanda dan Gejala Minor
a. Dispneu √
b. Sulit bicara √
c. Ortopneu √
1 2 3 4
d. Gelisah
e. Sianosis
49
f. Bunyi napas menurun
g. Frekuensi napas berubah
h. Pola napas berubah
B. Diagnosa Keperawatan
No RM :
No Analisa Diagnosa Sesuai
Ya Tidak
√
1 Problem : Bersihan jalan napas tidak efektif
√
2 Etiologi :
√
3 Symptom :
C. Intervensi Keperawatan
No RM :
No Aspek Yang Dinilai Terencana
Ya Tidak
1 2 3 4
1 Manajemen jalan napas
a. Kelola pemberian bronkodilator X
b. Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan √
inhaler sesuai resep
c. Lakukan fisioterapi dada X
d. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi X
bernapas dalam pada anak – anak (misalkan: meniup
gelembung, meniup kincir, peluit dsb.)
e. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk X
melakukan batuk atau menyedot lender.
f. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk √
efektif
1 2 3 4
2 Monitor Pernapasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan √
50
bernapas
b. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, X
penggunaan otot – otot bantu napas, dan retraksi pada
otot supraclaviculas dan interkosta
c. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan
mengi
d. Monitor pola napas √
e. Monitor keluhan sesak napas pasien
f. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi X
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
suara napas tambahan
g. Pasang sensor pemantauan oksigen non – invasive X
D. Implementasi Keperawatan
No RM :
No Aspek yang dinilai Terlaksana
Ya Tidak
1 2 3 4
1 Manajemen jalan napas
a. Mengelola pemberian bronkodilator X
b. Mengajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan X
inhaler sesuai resep
c. Melakukan fisioterapi dada X
d. Menggunakan teknik yang menyenangkan untuk √
memotivasi bernapas dalam pada anak – anak
(misalkan: meniup gelembung, meniup kincir, peluit
dsb.)
e. Membuang sekret dengan memotivasi pasien untuk √
melakukan batuk atau menyedot lender.
f. Menginstruksikan bagaimana agar bisa melakukan √
batuk efektif
2 Monitor Pernapasan √
a. Memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan √
bernapas
1 2 3 4
b. Mencatat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot – otot bantu napas, dan retraksi pada
51
otot supraclaviculas dan interkosta X
c. Memonitor suara napas tambahan seperti ngorok dan X
mengi
d. Memonitor pola napas √
e. Momonitor keluhan sesak napas pasien
f. Mengauskultasi suara napas, catat area dimana terjadi X
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan
suara napas tambahan
g. Memasang sensor pemantauan oksigen non – invasive X
E. Evaluasi Keperawatan
No RM :
No Evaluasi
Ya Tidak
1 a. Frekuensi pernapasan normal pada anak 20- √
30x/menit, anak usia dibawah 2 tahun 25-
32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-
50x/menit.
b. Irama pernapasan teratur √
c. Kedalaman inspirasi normal √
d. Suara auskultasi nafas normal (vesikuler) √
e. Saturasi oksigen dalam rentang normal (95- √
99%)
f. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan √
g. Tidak ada sianosis √
52