Pemrosesan Sinyal
TEKNIK PENGOLAHAN ISYARAT (2 SKS)
Referensi:
1. Proakis, J.G., Manolakis D. G. 1995. Digital Signal Processing: Principles, Algorithms, and Application 3 rd.
2. Oppenheim, A.V., Willsky, A.S. 2000. Sinyal & Sistem Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
3. Oppenheim, A.V., Willsky, A.S. 2001. Sinyal & Sistem Jilid 2 Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
4. Gunawan, Dadang. 2012. Pengolahan Sinyal Digital. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sinyal, Sistem dan Pemrosesan Sinyal
1. Pendahuluan
2. Analog vs Digital
3. Dasar Sistem Pemrosesan Sinyal Digital
4. Klasifikasi Sinyal
5. Operasi Dasar Sinyal
6. Sifat-Sifat Sistem Dasar
7. Konsep Frekuensi dalam Sinyal Waktu-Kontinu dan Waktu-Diskrit
8. Konversi Analog ke Digital dan Digital ke Analog
Pendahuluan
Analog
Digital signal sinyal yang outputnya berubah-ubah secara level diskrit, biasanya
Example:
HIGH or 1
Digital
LOW or 0
Time
Analog vs Digital (cont.)
Analog vs Digital (cont.)
Sistem Transmisi Televisi
Dasar Sistem Pemrosesan Sinyal Digital
Sinyal Sinyal
masukan keluaran
digital digital
• Prosesor sinyal digital dapat merupakan sebuah komputer digital besar yang
dapat diprogram atau sebuah mikroprosesor kecil yang diprogram untuk
melakukan operasi-operasi yang diinginkan pada sinyal masukan
Klasifikasi Sinyal
• Fungsi step
• Fungsi ramp
• Fungsi impuls
• Sinyal periodic
• Fungsi ramp
• Fungsi impuls
Contoh sinyal waktu-kontinu
Fungsi step
1, 𝑡 ≥ 0
𝑢 𝑡 =ቊ (7)
0<0
Fungsi Unit Step
න 𝑢 𝜏 𝑑𝜏 = න 𝑑𝜏 = 𝑟(𝑡)
−∞ 0
Fungsi Impulse
• Sinyal unit impuls sering disebut sebagai fungsi dirac delta atau fungsi delta
• Sinyal jenis ini banyak digunakan untuk pemodelan berbagai fenomena fisik,
diantaranya adalah tegangan/arus yang terjadi dalam waktu yang sangat
singkat
• Fungsi dirac delta
𝑡2
න 𝑥 𝑡 𝛿 𝑡 𝑑𝑡 = 𝑥 0 , 𝑡1 < 0 < 𝑡2
𝑡1
Dengan syarat x(t) kontinu pada x=0
• Fungsi dirac delta kontinu dan diskrit
• Fungsi impuls merupakan turunan pertama dari fungsi unit step, dan
sebaliknya unit step merupakan integral dari fungsi impuls
𝑑
𝛿 𝑡 = 𝑢(𝑡)
𝑑𝑡
𝑡
𝑢 𝑡 = න 𝛿 𝜏 𝑑𝜏
−∞
Sinyal periodik
• Ditetapkan T sebagai suatu nilai real positif. Suatu sinyal waktu-kontinu x(t)
dikatakan periodic terhadap waktu dengan periode T, jika
𝑥 𝑡 + 𝑇 = 𝑥 𝑡 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡, −∞ < 𝑡 < ∞ (11)
𝜔
• Frekuensi f falam Hz sebesar 𝑓 = 2𝜋
Sinyal periodik (cont.)
(13)
Sinyal periodik (cont.)
Hasilnya…
Contoh sinyal waktu-diskrit
𝑝 𝑡 = 𝑣 2(𝑡) (18)
8. Sinyal energi dan sinyal daya (cont.)
• Energi total dari sinyal waktu-kontinu merupakan integral dari daya sesaat,
yaitu
∞
𝐸 = −∞ 𝑥 2 𝑡 𝑑𝑡 (19)
• Daya rata-rata didefinisikan sebagai energy total dibagi total waktu sehingga
1 𝑇/2 2
𝑃 = lim −𝑇/2 𝑥 𝑡 𝑑𝑡 (20)
𝑇−→∞ 𝑇
• Jika sinyal x(t) periodik dengan periode dasar T maka daya rata-rata menjadi
1 𝑇/2
𝑃 = −𝑇/2 𝑥 2 𝑡 𝑑𝑡 (21)
𝑇
• Untuk sinyal waktu-diskrit, pers (19)-(21) diubah menjadi (22)-(24)
𝐸 = σ∞ 2
𝑛=−∞ 𝑥 [𝑛] (22)
1
𝑃 = lim σ𝑁 2
𝑛=−𝑁 𝑥 [𝑛] (23)
𝑁−→∞ 2𝑁
1 𝑁−1 2
𝑃= σ 𝑥 [𝑛] (24)
𝑁 𝑛=0
contoh
Daya rata-rata untuk sinyal di bawah ini dapat dicari dengan persamaan (21)
Sehingga didapatkan
1 𝑇/2
𝑃 = 𝑇 −𝑇/2 𝑥 2 𝑡 𝑑𝑡 (25)
1 0.2 1
𝑃= 1 𝑑𝑡 = 𝑡ȁ 0.2
0
=1 (26)
0.2 0 0.2
9. Sinyal Lainnya
Sinyal Eksponensial
𝑥 𝑡 = 𝐵𝑒 𝑎𝑡
Dengan B dan a adalah konstanta. Parameter B disebut amplitudo
Untuk sinyal eksponensial waktu-diskrit
𝑥 𝑛 = 𝐵𝑟 𝑛
Dengan 𝑟 = 𝑒 𝑎
Sinyal Sinusoidal
• Secara umum, sinyal sinus dan kosinus disebut sebagai sinyal sinusoidal
𝑥 𝑡 = 𝐴𝑐𝑜𝑠(Ω𝑡 + 𝜃)
Dengan A adalah amplitude, 𝜔 adalah frekuensi sudut dalam rad/detik, dan ∅
adalah sudut fasa dalam radian
• Fungsi yang paling sering muncul pada spectrum frekuensi adalah fungsi
sampling 𝑆𝑎 𝑥 , yang didefinisikan sebagai
sin(𝑥)
𝑆𝑎 𝑥 =
𝑥
• Fungsi yang berkaitan dengan fungsi sampling adalah fungsi sinc(x), yaitu
sin 𝜋𝑥
𝑠𝑖𝑛𝑐 𝑥 = = 𝑆𝑎(𝜋𝑥)
𝜋𝑥
𝑎 adalah factor kompresi
Operasi Dasar Sinyal
1. Penskalaan Amplitudo
• Jika x(t) adalah sinyal waktu-kontinu maka suatu penskalaan amplitude
diberikan oleh
𝑦 𝑡 = 𝑐𝑥 𝑡 (27)
Dengan c adalah skala. Begitu juga untuk sinyal waktu-diskrit
𝑦 𝑛 = 𝑐𝑥[𝑛] (28)
• Ada 2 operasi pada penskalaan amplitude:
- Atenuasi (c<1)
- Amplifikasi (c>1)
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
Solusi:
Input 𝑠 𝑡 = 2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡
Output 𝑠𝑜 𝑡 = 0.5(2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡 ) = sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
- Contoh Amplifikasi
Sebuah sinyal sinus 𝑠 𝑡 = 2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡 dikuatkan dengan rangkaian
penguat yang memiliki gain=2. Berikan gambaran bentuk sinyal sebelum dan
sesudah melewati rangkaian penguat.
Solusi:
Input 𝑠 𝑡 = 2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡
Output 𝑠𝑜 𝑡 = 2(2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡 ) = 4 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
2. Penjumlahan
Penjumlahan dari sinyal waktu-kontinu dan waktu-diskrit
𝑦 𝑡 = 𝑥1 𝑡 + 𝑥2 𝑡 (29)
𝑦 𝑛 = 𝑥1 𝑛 + 𝑥2 [𝑛] (30)
Contoh device yang menggunakan prinsip penjumlahan adalah audio
mixer
Contoh:
Sinyal sinus 𝑓 𝑡 = sin(4𝜋𝑓𝑐 𝑡) dijumlahkan dengan sinyal h 𝑡 = sin(8𝜋𝑓𝑐 𝑡).
Solusi:
𝑔 𝑡 = 𝑓 𝑡 + ℎ 𝑡 = sin(4𝜋𝑓𝑐 𝑡) + sin(8𝜋𝑓𝑐 𝑡)
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
Gambar:
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
3. Perkalian
Operasi perkalian dua buah sinyal diberikan oleh:
𝑦 𝑡 = 𝑥1 𝑡 𝑥2 𝑡 (31)
𝑦 𝑛 = 𝑥1 𝑛 𝑥2 [𝑛] (32)
Contoh:
Sebuah pemancar menggunakan operasi perkalian dalam proses modulasi sinyal
informasi 𝑠𝑖 = 2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡 dan sinyal carrier 𝑠𝑐 = 4 sin 2𝜋𝑓𝑐 𝑡 . Nilai 𝑓𝑠 = 1
sedangkan 𝑓𝑐 = 8. Bagaimana gambaran proses operasi perkalian kedua sinyal
di atas? Dan bagaimana bentuk sinyal akhir yang dihasilkan?
Solusi:
𝑠 𝑡 = 𝑠𝑖 𝑡 × 𝑠𝑐 𝑡 = 2 sin 2𝜋𝑓𝑠 𝑡 × 4 sin 2𝜋𝑓𝑐 𝑡
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
Gambar sinyal akhir
Operasi pada variabel terikatnya (cont.)
4. Diferensiasi
Jika x(t) adalah sinyal waktu-kontinu maka diferensial terhadap waktu
diberikan oleh
𝑑
𝑦 𝑡 = 𝑑𝑡 𝑥(𝑡) (33)
Operasi diferensiasi ini terdapat pada induktor.
5. Integrasi
Jika x(t) adalah sinyal waktu-kontinu maka integral terhadap waktu
diberikan oleh
𝑡
𝑦 𝑡 = −∞ 𝑥 𝑡 𝑑𝑡 (34)
Operasi pada variabel bebasnya
1. Pergeseran
Sinyal 𝑥 𝑡 − 𝑡0 merupakan 𝑥(𝑡) yang digeser sejauh 𝑡0 .
Jika 𝑡0 > 0 maka 𝑥(𝑡) digeser ke kanan, sebaliknya jika 𝑡0 < 0 maka
digeser ke kiri.
Operasi pada variabel bebasnya (cont.)
Contoh:
Aplikasi dari operasi ini adalah jika x(t) merepresentasikan sinyal video yang
keluar dari suatu video recorder, maka sinyal x(-t) merepresentasikan pemutaran
balik (rewind) video tersebut (dengan asumsi kecepatan putar dan rewind adalah
sama)
Operasi pada variabel bebasnya (cont.)
Contoh:
Jika sinyal diskrit
1, 𝑛 = 1
𝑥 𝑛 =ቐ −1, 𝑛 = −1
0, 𝑛 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑛 > 1
Kita akan membuktikan y[n]=x[n]+x[-n]
Solusi:
Sinyal x[-n] dapat diberikan sebagai
−1, 𝑛 = 1
𝑥 −𝑛 = ቐ 1, 𝑛 = −1
0, 𝑛 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑛 > 1
Sehingga jika dijumlahkan dengan x[n] hasilnya adalah 0 untuk semua n
Operasi pada variabel bebasnya (cont.)
3. Penskalaan waktu
1
Jika sinyal x(t) ingin dibentuk menjadi 𝑥(2𝑡) atau 𝑥 𝑡 maka pada sinyal
2
tersebut dilakukan penskalaan waktu
Untuk sinyal waktu-kontinu terlihat jika a>1, maka sinyal tersebut akan
terkompresi, sedangkan jika 0<a<1 sinyal akan terekspansi.
Operasi pada variabel bebasnya (cont.)
Jika operasi pergeseran dan penskalaan waktu dikombinasikan, yaitu untuk
mendapatkan sinyal y(t)=x(at-b), maka
- langkah pertama yang dilakukan adalah pergeseran v(t)=x(t-b) dan
- langkah kedua adalah penskalaan waku y(t)=v(at)=x(at-b)
Operasi pada variabel bebasnya (cont.)
Contoh 1:
Konsep Frekuensi dalam Sinyal Waktu
- Kontinu dan Waktu-Diskrit
Sinyal Sinusoidal Waktu-Kontinu
𝑥𝑎 𝑡 sinyal analog
A amplitude
Ω frekuensi dalam rad/s
θ fase dalam rad
Ω = 2𝜋𝐹
• Pencuplikan periodik
𝑥 𝑛 = 𝑥𝑎 𝑛𝑇 , −∞ < 𝑛 < ∞
1
Dimana 𝑇 = 𝐹
𝑠
Solusi
10 𝜋
𝑥1 𝑛 = cos 2𝜋 𝑛 = cos 𝑛
40 2
50 5𝜋
𝑥2 𝑛 = cos 2𝜋 𝑛 = cos 𝑛
40 2
5𝜋 𝜋 𝜋
Namun, cos 2
𝑛 = cos 2𝜋𝑛 + 2 𝑛 = cos 2 𝑛. Maka 𝑥1 𝑛 = 𝑥2 𝑛 sehingga kedua
sinyal tersebut identik dan konsekuensinya tidak dapat dibedakan
Pencuplikan (cont.)
Dapat dikatakan bahwa F2=50 Hz merupakan sinyal alias F1=10 Hz untuk
laju pencuplikan Fs=40 Hz
Catatan:
F2 tidak hanya alias dengan F1, namun pada Fs=40 Hz, frekuensi F3=90
Hz, F4=130 Hz, dst juga alias dari F1. Seluruh sinusoida cos 2π (F1+40k)t,
dengan k=1,2,3,... yang dicuplik pada 40 cuplikan per detik menghasilkan
sinyal-sinyal identik. Konsekuensinya, mereka adalah seluruh alias dari
F=10 Hz
• Solusi:
Frekuensi-frekuensi yang ada pada sinyal di atas adalah
𝐹1 = 25 𝐻𝑧
𝐹2 = 150 𝐻𝑧
𝐹3 = 50 𝐻𝑧
Jadi Fmax=150 Hz, maka
𝐹𝑠 > 2𝐹𝑚𝑎𝑥 = 300 𝐻𝑧
Laju Nyquist adalah 𝐹𝑁 = 2𝐹𝑚𝑎𝑥 . Karena itu 𝐹𝑁 = 300 𝐻𝑧
Pencuplikan (cont.)
• Contoh 4:
• Jika 𝑥𝑚𝑖𝑛 dan 𝑥𝑚𝑎𝑥 menunjukkan nilai minimum dan maksimum dari x(n)
dan L adalah jumlah level kuantisasi, maka resolusi atau ukuran step kuan-
tisasi (Δ)
𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛
∆=
𝐿−1
• 𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛 dapat didefinisikan sebagai rentang dinamis.
• Pada contoh tersebut, kita memiliki xmax=1, xmin=0, dan L=11, dg Δ=0.1
Kuantisasi Sinyal Sinusoida
Pengkodean Cuplikan Terkuantisasi (cont.)
• Contoh 1:
𝜋
Sinyal 𝑥 𝑛 = 6.35 cos 𝑛 hendak dikuantisasi. Berapa banyak bit per sampel
10
yang diperlukan apabila
a) Δ=0.1
b) Δ=0.02
• Jawab:
Rentang dinamis = 𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛 = 6.35-(-6.35)=12.7
Asumsi jumlah level adalah L
Pengkodean Cuplikan Terkuantisasi (cont.)
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠
a) 𝐿 − 1 = ∆
12.7
𝐿−1=
0.1
𝐿 = 128
𝐿 = 2𝑏
128 = 2𝑏
𝑏=7
Pengkodean Cuplikan Terkuantisasi (cont.)
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠
b) 𝐿 − 1 =
∆
12.7
𝐿 − 1 = 0.02
𝐿 = 636
𝐿 = 2𝑏
636 = 2𝑏
𝑏 ≈ 10
Pengkodean Cuplikan Terkuantisasi (cont.)
• Contoh 2:
Sebuah sinyal seismik memiliki rentang dinamis 1 volt dan disampel dengan s
ebuah ADC 8 bit yang memiliki Fs=20 Hz
a) Tentukan bit rate dan resolusi (Δ)
b) Frekuensi maksimum yang bisa direpresentasikan pada sinyal digitalnya
• Jawab:
a) 𝐵𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑏𝑖𝑡 × 𝐹𝑠
𝐵𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 8 × 20
𝐵𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 160 𝑏𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Pengkodean Cuplikan Terkuantisasi (cont.)
Resolusi:
1
∆= 𝐿−1
1
∆= 2𝑏 −1
1
∆= 28 −1
1
∆= 256−1
∆= 0.0039 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑏𝑖𝑡
b) 𝐹 = 2𝐹𝑚𝑎𝑥
1
𝐹𝑚𝑎𝑥 = 𝐹𝑠
2
1
𝐹𝑚𝑎𝑥 = 2
20
𝐹𝑚𝑎𝑥 = 10 𝐻𝑧
Pojok Matlab