Anda di halaman 1dari 26

Pulse Code

Modulation
Pulse Code Modulation (PCM)

• Pulse Code Modulation (PCM) adalah salah satu


teknik untuk mengolah sinyal analog menjadi sinyal
digital melalui kode-kode pulsa.

• Proses yang terjadi dalam PCM :


 Sampling (pencuplikan)
 Quantizing (kuantiasasi)
 Coding (pengkodean)
Diagram Blok proses-proses PCM
t
t
Input
Quantize Transmisi
analog Sample
LPF r Coder
A A r N-level

t t
t

(a). Elemen dasar PCM pada Transmitter

t
output
Transmisi Regeneras analog
Decoder LPF
i A

t
t t

(b). Elemen dasar PCM pada Receiver


PCM
Pada Pengirim :
a. Sinyal analog input berfrekuensi fm, masih bercampur dengan
noise/ sinyal-sinyal lain yang berfrekuensi lebih tinggi.

b. Sinyal output LPF memilki frekuensi 𝑓𝑚 .


PCM
c. Frekuensi sampling (pulsa-pulsa sampling) pada
proses sampling fs ≥ 2 fm (Theorema Nyquist).
• Sinyal output sampler disebut sinyal PAM (Pulse
Amplitudo Modulation) = Modulasi Kode Pulsa
d. Sinyal output Quantizer, memiliki level tertentu

• Sinyal PAM 1 diberi level 9


• Sinyal PAM 2 diberi level 11
• Sinyal PAM 3 diberi level 12
• Sinyal PAM 4 diberi level 8
• Sinyal PAM 5 diberi level 3
• Sinyal PAM 6 diberi level 1
• Sinyal PAM 7 diberi level 2
• Sinyal PAM 8 diberi level 7 dst.
• Besarnya level kuantisasi N → adalah N = 2n
• n = jumlah bit yang dikedokan untuk 1 sinyal sampler PAM
• Misal 1 sinyal PAM dikodekan menjadi 4 bit, maka jumlah
level kuantisasi N = 24 = 14
PCM
e. Coding
1 sinyal sampler PAM yang sudah dikuantisasi kemudian dikodekan menjadi n
bit sinyal-sinyal PCM biner.

f. Regenerasi
Selama transmisi, sinyal digital PCM mengalami redaman dan bercampur
dengan noise transmisi, sehingga perlu diperbaiki sebelum proses pengkodean
kembali dengan “regenerative repeater”
Sampling
• Untuk mengirimkan informasi dalam suatu sinyal,
tidak perlu seluruh sinyal ditransmisikan, cukup
diambil sampelnya saja.
• Sampling : proses pengambilan sample atau contoh
besaran sinyal analog pada titik tertentu secara
teratur dan berurutan.
• Agar proses rekonstruksi sempurna, maka sampling
rate harus lebih besar dari 2x frekuensi yang
disampling [teorema Nyquist]
• Hasil penyamplingan berupa PAM (Pulse Amplitude
Modulation).
Sampling
Sampling
Theorema Nyquist bahwa fs ≥ 2fm ; jika fs < 2fm maka spectrum sinyal PAM akan
overload (menumpuk/tumpang tindih).

t f

spektrum frekuensi sinyal asal

fs

t f
0 2f s
pulsa sampling
spektrum frekuensi pulsa sampling

fs > fi
fs 2f s 3f s

fs = fi
fs 2f s 3f s

fs < fi
fs 2f s 3f s
Efek Aliasing

LP filter

aliasing

Nyquist
criteria
Sampling
• Macam-macam metoda Sampling:
1. Instantaneous Sampling ( lebar pulsa 𝜏1 ≪)
2. Natural Sampling
3. Flat Top Sampling lebar pulsa 𝜏2 > 𝜏1

• Pengaruh nilai 𝜏:
𝜏 kecil → energi sedikit, cacat kecil
𝜏 besar → energi besar, cacat besar
PROSES PENCUPLIKAN (SAMPLING)
x (t )
x' (t ) x(t ) xs (t ) x' (t ) x(t ) xs (t )

Time domain Frequency domain


xs (t )  x (t )  x(t ) X s ( f )  X ( f )  X ( f )
x(t )
| X( f )|

x (t ) | X ( f ) |

xs (t )
| Xs( f ) |
Kuantisasi
• Proses menentukan segmen-segmen dari amplitude sampling ke dalam
level kuantisasi.
• Amplitudo dari masing-masing sample dinyatakan dengan harga integer
dari level kuantisasi yang terdekat.
• Dua jenis kuantisasi:
a. Linier/Uniform (Mid-tread; Mid-rise)
b. Non-linier/Non-uniform (A-Law; 𝜇-law)
Kuantisasi
Sinyal PAM ke 1, amplitudo 2.8V diberi level 3
Sinyal PAM ke 2, amplitudo 4.7V diberi level 5
Sinyal PAM ke 3, amplitudo 5.2V diberi level 5
Sinyal PAM ke 4, amplitudo 3.0V diberi level 3
Sinyal PAM ke 5, amplitudo 2.1V diberi level 2
Contoh lain :
Sinyal PAM amplitudo 2.4 diberi level 2 ; dikodekan 0010 Sinyal
PAM amplitudo 1.6 diberi level 2 ; dikodekan 0010 Sinyal PAM
amplitudo 2.5 diberi level 3 ; dikodekan 0011 Sinyal PAM
amplitudo 2.6 diberi level 3 ; dikodekan 0011 Sinyal PAM
amplitudo 3.4 diberi level 3 ; dikodekan 0011 Sinyal PAM
amplitudo 3.5 diberi level 4 ; dikodekan 0100
Dari contoh di atas terlihat bahwa :
2.4 → 2 → 0010 ; 1.6 → 2 → 0010 ?
Amplitudo berbeda → diberi level sama, kode sama : maka terjadi kesalahan
2.4 → 2 → 0010 ; 2.5 → 3 → 0011 ?
Selisih amplitudo berbeda “besar” → level sama → kode sama Selisih
amplitudo berbeda sedikit → level berbeda → kodeberbeda
Jelas terjadi kesalahan yang disebut sebagi “KESALAHAN KUANTISASI” atau “DISTORSI KUANTISASI”
Kuantisasi
Kuantisasi Non-uniform
• Interval kuantisasi tidak sama; sinyal beramplitudo kecil maka intervalnya kecil; sinyal
beramplitudo besar maka intervalnya besar. Untuk sinyal dengan amplitudo kecil,
noise kuantisasi dapat diperkecil.
• Perbaikan dari kuantisasi uniform pada level rendah
 Ada dua cara kuantisasi non-uniform:
• Langsung menggunakan kuantisasi non-uniform
 Level kuantisasi diperkecil untuk level sinyal rendah
 Level kuantisasi diperbesar untuk level sinyal tinggi
• Hasil sampling pada sinyal-sinyal yang rendah dapat dibedakan dengan beberapa
kode yang berbeda sehingga mengurangi noise.
Kuantisasi
Kuantisasi Uniform
• Interval kuantisasi harganya sama besar (konstan)
• Besarnya noise kuantisasi sama untuk seluruh level, tetapi noise relatifnya tidak sama
antara level yang satu dengan lainnya.
• Noise kuantisasi akan sangat terasa pada sinyal-sinyal berlevel rendah
• Solusi untuk menanggulangi noise kuantisasi adalah dengan menambah jumlah
level,tetapi akibatnya bit rate hasil pengkodean akan menjadi lebih tinggi.
• Kelemahan : bila level sampling menghasilkan amplitudo level yang berkisar +1
dan –1 hanya dideteksi satu level, menimbulkan noise, diatasi dengan
memperkecil skala segmen tapi akan menambah bit pengkodean.
• Solusi elegan yang ditempuh adalah dengan tidak menambah jumlah level,
melainkan dengan membedakan kerapatan level
 Proses Companding dan Coding
Proses companding pada transmisi PCM : proses compressi di pengirim dan
proses expensi di penerima.

Quantize Quantize
r linier r linier

Compressor Expander

Pengirim Penerima
* Pada pengirim (Compressor), sinyal dengan level tinggi di kompres (ditekan)
* Pada penerima (Expander) : proses kebalikan pada proses Compressor.
Kurva A-law dibagi menjadi 13 segmen
Kurva 𝜇 -law dibagi menjadi 15 segmen

BaikA-law maupun 𝜇-law memiliki level kuantisasi 256 step, tiap sample dikodekan menjadi 8 bit.
output F(x)
Kurva ini diperoleh dari
+1 1. A-law :
+
input
-1 +1
-

-1

Dimana : A = 87.6 2. 𝜇 -law :


Rec.CCITT
= 255
X = input
F(x) = output
KARAKTERISTIK PCM
Aturan dasar

• Rekomendasi CCITT G.732 : PCM 30 mengkobinasikan 30 kanal bicara


pada satu jalur highway dengan bitrate 2048 Kbps
• Rekomendasi CCITT G.733 : PCM 24 mengkobinasikan 24 kanal bicara
pada satu jalur highway dengan bitrate 1544 Kbps
• Keduanya merupakan rekomendasi dasar atau basic struktur PCM
yang disebut juga dengan “Primary Transmission System” atau
“Primary Digital Carrier (PDC)”

Persamaan PCM 30 dengan PCM 24

• Frekuensi Sampling : 8 KHz


• Jumlah sampling per time slot : 8000 sample/detik
• Periode pulse frame : T = 1/f = 125 usec
• Jumlah bit dalam 1 time-slot : 8 bit
• Bit rate per time-slot : 8000 x 8 = 64 Kbps
Ts No 0 = Ts untuk framing (FrameAlignment)
Ts No 1 s/s Ts No 15 : untuk voice ;Ts No 17 s/d 31 → voice
Ts No 16 : untuk signalling (Pensinyalan)
KARAKTERISTIK PCM
Perbedaan PCM 30 dengan PCM 24

No Parameter PCM 30 PCM 24

1 Coding/Encoding A – law m – law

2 Jumlah segment 13 segment 15 segment

3 Jumlah ts / frame 32 ts 24 ts

4 Jumlah bit / frame 8 x 32 = 256 8 x 24 + 1 = 193

5 Periode 1 ts 125 us/32 = 3,9 us 125 us/24 = 5,2 us

6 Bitrate / frame 2048 Kbps 1544 Kbps

Dikumpulkan pada ts 16 setiap 16 1 bit perkanal setiap 6 frame


7 Signalling (CAS)
frame (2 Kbps) (1,3 Kbps)

1 bit pada setiap frame genap


8 Signaling (CCS) 8 bit pada ts 16 (64 Kbps)
(4 Kbps)

1 bit tersebar pada setiap


9 Pola frame – alignment 7 bit pada ts0 setiap frame ganjil
frame ganjil

10 Pengkodean saluran HDB3 atau 4B3T ADI / AMI


Coding
Sinyal PAM → dikuantisasi → dikodekan → sinyal biner PCM misal :
1 sinyal PAM terkuantisasi dikodekan menjadi 3 bit (n = 3).
Bentuk gelombang/sinyal PCM

 NonReturn-to-Zero (NRZ)  Phase encoded


 Return-to-Zero (RZ)  Multilevel binary

+V
1 0 1 1 0 +V
1 0 1 1 0
NRZ 0 Manchester -V

+V +V
Unipolar-RZ Miller
0 -V

+V +V
Bipolar-RZ 0 Dicode NRZ 0
-V -V
0 T 2T 3T 4T 5T 0 T 2T 3T 4T 5T
4. Regenerative
A/D Converter D/A Converter
transmisi
Regenerativ
Sampler Quantizer Coder Decoder LPF
e repeater

analog digital analog

PAM Quantize P/S S/P


Decoder
r + Coder Converter Converter

Serial data
Paralel data Paralel data Serial data
Selama transmisi sinyal diterima di penerima menjadi cacat karena adanya redaman,
noise, dll. Untuk itu perlu diperbaiki dengan menggunakan “rangkaian penyegar sinyal”,
yaitu “regenerative repeater”.
A

t Regenerativ t
Sinyal yang e repeater Sinyal yang
diterima telah diperbaiki
Decoding
• Proses konversi dari sinyal digital → sinyal analog.

Anda mungkin juga menyukai