-Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
Tanda Kehrs : Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
-Perdarahan
Sesak
Nadi cepat
-Diaforesis
Laserasi, memar
Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan
retroperitoneal .
Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur pelvis
Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika
dilakukan perkusi pada hematoma limfe
-Hematemesis
Bising usus (-)
Hematuria
Menurut Bambang Suryono (2008), gejala dan tanda Trauma abdomen yang
ditimbulkan disebabkan karena dua hal yaitu :
Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat bervariasi dari
ringan sampai berat dan bahkan kematian.
Gejala perdarahan secara umum dimana penderita tampak anemis (pucat) dan bila
perdarahan berat akan menimbulkan gejala dan tanda dari syok perdarahan
Gejala adanya darah intra peritoneal, penderita akan merasa nyeri abdomen, yang dapat
bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat. Pada auskultasi biasanya bising usus
menurun. Tanda ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya karena bising usus
akan menurun pada banyak kejadian lain. Pada pemeriksaan akan teraba bahwa
abdomen nyeri tekan, kadang-kadang ada nyeri lepas dan defance muscular (kekakuan
otot) seperti pada peritonitis.
Pecahnya gaster, usus halus atau colon akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul
cepat sekali (gaster) atau lambat. Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri
seluruh abdomen. Pada auskultasi bising akan menurun. Pada palpasi akan ditemukan
defance muscular, nyeri tekan, nyeri tekan lepas. Pada perkusi akan ditemukan nyeri
pula (nyeri ketok). Biasanya peritonitis bukan merupakan keadaan yang memerlukan
penanganan sangat segera (berbeda dengan perdarahan intra peritoneal) sehingga jarang
menjadi masalah pada fase pra hospital
Apabila trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada organ intra
abdomen yang menonjol keluar (paling sering omentum, bisa juga usus halus atau
colon), keadaan ini dikenal sebagai eviserasi.
Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga peritoneum
(organ ekstra peritoneal). Jarang perdarahan dari ginjal akan menyebabkan shock
walaupun bisa. Gejala lain pada trauma ginjal adalah bahwa kebanyakab penderita ini
akan buang air kecil kemerahan atau berdarah (hematuria).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih
belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya
dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan
laparatomi (gold standard).
1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Pernah operasi abdominal
o Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
3. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya
trauma pada hepar dan retroperitoneum. .(asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sitem pernapasan , hal25)
Trauma penetrasi :
Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk
menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan
dikeluarkan
Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahan
§ Monitor TTV
§ Monitor AGD
§ Berikan resusitasi cairan IVFD NS 0,9 % dengan cairan kristaloid, komponen darah,
Vitamin k
§ Monitor GCS
Seperti semua pasien, prioritas pertama adalah ABC. Pastikan pembukaan jalan nafas,
pernafasan yang adekuat dan sirkulasi.
Pasien dengan perdarahan internal kemungkinan akan memburuk dengan cepat. ABC dan
tanda vital harus sering dimonitor. Persiapkan untuk mempertahankan jalan nafas pasien,
untuk memberikan ventilasi atau melakukan RJP jika diperlukan.
9. Komplikasi Trauma Abdomen
Trombosis Vena
Emboli Pulmonar
Pneumonia
Tekanan ulserasi
Atelektasis
Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin, diaphoresis, dan
syok.
indikasinya