TINJAUAN PUSTAKA
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak
berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat
indera yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, lidah sebagai alat
pengecapan, kulit pada telapan tangan sebagai alat perabaan yang kesemuanya
merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar
alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan dan melalui proses
rangsangan pencarian atau data. Menurut rumusan yang dikenal dengan teori
(Alex, 2013).
Persepsi negatif terhadap obat adalah efek sampingnya yang dirasakan oleh
kondisi masing-masing tubuh (Peter, 2014). Untuk persepsi positif yaitu cara
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek
dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu
menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung
atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang di dengar, atau apa yang diraba.
persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yng dilihat, atau apa
yang di dengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat
indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan
proses sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
dari individu tergantung pada perhatian individu (Bimo Walgito, 2010 : 102).
Objek yang dipersepsikan sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang
menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini yang disebut sebagai
persepsi diri atau self-perception. Karena sangat banyaknya objek yang dapat
dapat dibedakan atas objek nonmanusia dan manusia. Objek persepsi yang
berwujud manusia ini disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan
ini sering disebut sebagai nonsocial perception atau juga disebut sebagai thing
perception.
terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda yang lain. Walaupun
yang mendasar. Apabila yang dipersepsi itu manusia maka objek persepsi
mempunyai aspek-aspek yang sama dengan yang mempersepsi, dan hal ini
tidak terdapat apabila yang dipersepsi itu nonmanusia. Pada objek persepsi
yang mempersepsi, dan hal ini tidak akan di jumpai apabila yang dipersepsi itu
nonmanusia. Karena itu pada objek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi,
yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari
jelas tidaknya rangsangan, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau
sudah lama.
individual.
menyerang sel darah putih tau kekebalan. HIV adalah virus penyebab AIDS
(Kemenkes RI, 2011). AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang dimana
berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi, AIDS
ini diberi nama ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan OHIDA (Orang
yang yang secara fisik sama dengan kita yang tidak menderita HIV/AIDS.
Mereka pada umumnya memiliki ciri-ciri yang sama seperti orang yang sehat
(Ilyas, 47).
sepenuhnya untuk menghindari rasa malu dan rasa bersalah, dimana ODHA
menerima tujuan yang didasari oleh perilaku bagian integral diri. ODHA
AIDS disebabkan oleh virus HIV masuk dalam golongan virus retro
(Sudoyo, Aru. W., dkk. 2009). Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan
tubuh yang mengandung HIV yaitu melalui hubungan seksual, jarum suntik
pengguna narkoba, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi
Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang
paling cepat. Sejak tahun 2008, Indonesia mulai menggunakan perangkat
modul untuk membuat estimasi dan proyeksi demografi dan epidemi HIV
Tantangan yang dihadapi sungguh besar dilihat secara geografik dan sosial
lebih dari 400 kabupaten atau kota, 33 provinsi. Kasus HIV telah dilaporkan
lebih dari 400 kabupaten atau kota di seluruh 33 provinsi. Mengingat HIV
merupakan suatu tantangan global dan salah satu masalah yang paling rumit,
Infeksi HIV terjadi lewat 3 cara utama yaitu seksual, parenteral dan
perinatal. Hubungan seks, baik anal maupun vaginal, adalah modus yang
atau kontak dan 0,1 – 0,2 % atau kontak seks vaginal. Pada umumnya risiko
menular seks ulseratif, banyak partner seks, partner seks pengguna obat
oleh pengguna obat terlarang adalah penyebab utama transmisi parenteral dan
Amerika. Petugas kesehetan mempunyai risiko yang kecil tertular HIV akibat
infeksi HIV anak. Resiko penularan ibu - anak sekitar 25% terjadi pada kasus
tidak menyusui atau terapi ARV. Pemberian air susu ibu (ASI) dapat juga
Partikel virus yang ada dalam tubuh ODHA, akan bergabung dengan
DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup
akan tertap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagaian
menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua
a. Fase I
1. Asimtomatis.
2. Limfadenopati generalisata persisten.
b. Fase II
c. Fase III
bulan.
4. Kandidiasis oral.
d. Fase IV
10. Sepsis.
15. Penampilan klinis derajad 4 : berada ditempat tidur, > 50% setiap hari
a. Anamnesa
4. Riwayat medis di masa lalu, keluhan, diagnosis dan terapi yang telah
diberikan.
7. Riwayat kehamilan.
dan limpa.
8. Pemeriksaan genitourinarius.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan esensial.
2. Serologi HIV.
1. Foto thoraks.
a. Penatalaksanaan Umum
b. Penatalaksanaan Khusus
AIDS.
HIV pada tahap awal. ARV telah terbukti mampu memperpanjang masa
dilakukan seumur hidup, yang bisa memicu kebosanan dan akhirnya berhenti
dalam penelitian. Jenis obat–obat ARV mempunyai target yang berbeda pada
a) Entry (saat masuk). HIV harus masuk ke dalam sel T untuk dapat
Enzim reverse transcriptase dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC,
dan D4T, enzim integrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang
b) Early replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T.
bahan genetik sel, maka sel akan diatur unyuk membuat berbagai
potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus
dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan enzim protease HIV,
maka pada fase ini, obat jenis protease inhibitors diperlukan untuk
jumlah CD4 dan penentuan stadium klinis infeksi HIV-nya. Hal tersebut
antiretroviral atau belum. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan
ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil dan koinfeksi
Hepatitis B
Kronik aktif
(Depkes, 2011).
2.3.4 Memulai Terapi ARV pada Keadaan Infeksi Oportunistik (IO) yang
Aktif
pengobatan atau diredakan sebelum terapi ARV dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Jenis Infeksi Opportunistik Rekomendasi
Kriptosporidiosis.
(Depkes, 2011).
ARV berdasarkan pada 5 aspek yaitu efektivitas, efek samping atau toksisitas,
interaksi obat, kepatuhan, harga obat. Prinsip dalam pemberian ARV yaitu:
a. Paduan obat ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang terserap dan
penggunaan obat.
b. Membantu pasien agar patuh minum obat antara lain dengan mendekatkan
Paduan Lini Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang belum
direkomendasikan
Dewasa dan anak AZT atau TDF + 3TC Merupakan pilihan paduan yang
NVP. pasien.
Perempuan hamil AZT + 3TC + EFV atau Tidak boleh menggunakan EFV
Ko-infeksi AZT atau TDF + 3TC Mulai terapi ARV segera setelah
minggu).
(Depkes, 2011).
terapi ARV
Inhibitor (NNRTI)
14 hari pertama dalam paduan ARV lini pertama bersama AZT atau TDF
+ 3TC. Bila tidak ditemukan tanda toksisitas hati, dosis dinaikkan menjadi
200 mg setiap 12 jam pada hari ke-15 dan selanjutnya. Mengawali terapi
mengurangi risiko terjadinya ruam dan hepatitis oleh karena NVP yang
muncul dini. Bila NVP perlu dimulai lagi setelah pengobatan dihentikan
selama lebih dari 14 hari, maka diperlukan kembali pemberian dosis awal
NNRTI, yaitu Hentikan NVP atau EFV, teruskan NRTI (2 obat ARV
hentikan semua obat. Hal tersebut guna mengisi waktu paruh NNRTI
yang panjang dan menurunkan risiko resistensi NNRTI. Penggunaan NVP
4. Dalam keadaan reaksi hepar atau kulit yang berat maka NVP harus
5. Gunakan NVP atau PI untuk ibu hamil trimester 1 atau triple NRTI jika
>250 sel/mm3 atau yang tidak diketahui jumlah CD4-nya dan pada
laki-laki dengan jumlah CD4 >400 sel/mm3 atau yang tidak diketahui
jumlah CD4-nya.
7. Perlu dilakukan lead-in dosing pada penggunaan NVP, yaitu diberikan satu
sehari.
8. EFV dapat digunakan sekali sehari dan biasanya ditoleransi dengan baik,
dibandingkan NVP.
tanpa harus menghentikan obat. Gejala SSP cukup sering terjadi, dan
10. EFV perlu dihindari pada pasien dengan riwayat penyakit psikiatrik
trimester pertama.
bulan lamanya, setelah itu pasien perlu di kembalikan pada penggunaan lini
penggunaan AZT.
3. Perlu diketahui faktor lain yang berhubungan dengan anemi, yaitu antara
5. TDF tidak boleh digunakan pada anak dan dewasa muda dan sedikit
Stavudin (d4T) merupakan ARV dari golongan NRTI yang poten dan
kurun waktu yang cukup lama. Keuntungan dari d4T adalah tidak
Namun dari hasil studi didapat data bahwa penggunaan d4T, mempunyai
menyebabkan kematian.
Stavudin (d4T) merupakan ARV dari golongan NRTI yang poten dan
Namun dari hasil studi didapat data bahwa penggunaan d4T, mempunyai
1. Menggunakan AZT atau TDF pada pasien yang baru memulai terapi
2. Pada pasien yang sejak awal menggunakan d4T dan tidak dijumpai efek
setelah 6 bulan.
untuk terapi Lini Pertama, hanya digunakan sebagai Lini Kedua. Penggunaan
kronis.
obat).
manapun.
(Depkes, 2011).
adalah satu obat dari golongan Protease Inhibitor (PI) yang sudah ditambahi
(boost) dengan Ritonavir sehingga obat tersebut akan ditulis dengan kode
ritonavir ini dimaksudkan untuk mengurangi dosis dari obat PI-nya karena
kalau tanpa ritonavir maka dosis yang diperlukan menjadi tinggi sekali.
Paduan lini kedua yang direkomendasikan dan disediakan secara gratis oleh
pemerintah yaitu TDF atau AZT + 3TC + LPV/r. Apabila pada lini
pertama menggunakan d4T atau AZT maka gunakan TDF + (3TC atau FTC)
sebagai dasar NRTI pada paduan lini kedua. Apabila pada lini pertama
menggunakan TDF maka gunakan AZT + 3TC sebagai dasar NRTI sebagai
perempuan pertama
pertama
LPV/r, dianjurkanmenggunakan
LPV/r
risiko ‘flare’
karena efek samping obat dan 25% penderita tidak meminum dosis yang
dianjurkan karena takut akan efek samping yang ditimbulkan. Efek samping
meningkatkan risiko menjadi lebih sakit dengan infeksi HIV. Tes darah
makan secara besar, lebih baik makan sedikit tetapi sering. Makan sup dan
makanan lunak, jangan yang pedas-pedas. Teh jahe atau minuman jahe
lemak (kolesterol) dan gula (glukosa) dalam darah. Perubahan ini dapat
5. Tingkat lemak atau gula yang tinggi dalam darah), termasuk kolesterol,
jantung.
mengalami ruam. Masalah kulit lain termasuk kulit kering dan rambut
9. Osteoporosis sering terjadi pada Odha. Mineral tulang dapat hilang dan
membantu.
c) Digunakannya dua atau lebih obat dengan toksisitas yang sama. Efek
mengalami efek samping obat sehingga perlu pemantauan terapi yang lebih
ketat.
meningkat, tidak terjadi resistensi dan CD4 meningkat. Ukuran jumlah sel
meski pada kenyataannya pasien yang memulai terapi pada saat CD4+
akan tetapi ada perbedaan antara sekali-kali melupakan dan lupa beberapa
minggu. Jika sering terlambat atau lupa, mungkin lebih baik berhenti ARV
sampai penderita benar-benar lebih mampu minum obat sesuai jadwal. Ini
setiap hari, jika penderita ingat bahwa lupa satu dosis sebaiknya langsung
diminum segera setelah ingat. Namun jika lupa maka pada waktu selanjutnya
obat ARV jangan di gandakan dosisnya, karena tidak ada manfaat minum dua
Didanosine (ddI) [b] Bb > 60 kg : 400 mg setiap 24 Tablet dan kapsul dalam
(tablet bufer atau jam. suhu kamar. Puyer harus
kapsul enteric BB < 60 kg : 250 mg setiap 24 dalam refrigerator, suspensi
coated) jam orall formula pediatrik
(250 mg setiap 24 jam bila dapat tahan hingga 30 hari
diberikan bersama TDF) bila disimpan dalam lemari
es.
(Diminum 2 jam setelah makan
atau 1 jam setelah makan).
Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam atau 300 Dalam suhu kamar
mg setiap 24 jam (sesudah
makan)
Stavudine (d4T) 30 mg setiap 12 jam (setelah Dalam suhu kamar.
makan) Suspensi oral harus
disimpan di lemari es dan
stabil hingga 30 hari
Nucleotide RTI
menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. kepatuhan
berarti bersifat patuh , ketaatan, tunduk, pada ajaran dan aturan. Kepatuhan
minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi, dan waktunya (Ardhiyanti,
2015). Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
obat persis sesuai dengan aturan, yaitu obat yang benar, pada waktu yang
terhadap terapi. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih meningkatkan
ARV.
kesehatan dari pada terapi medik lainnya. Laporan WHO mengatakan akan
kunci sukses terapi. Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan
% dari semua dosis tidak boleh terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul
jika pasien sering lupa minum obat. Sebelum mulai terapi, pasien harus
tanggung jawab pasien untuk berobat secara teratur dan terus – menerus.
Penjelasan rinci tentang pentingnya kepatuhan minum obat dan akibat dari
atau dua dosis saja per minggu, menimbulkan dampak yang besar terhadap
>90% 81%
90-95% 64%
80-90% 50%
70-80% 25%
<70% 6%
Hasil penelitian yang ditujukan pada tabel 2.2 menunjukan bahwa
tidak terdeteksi. Kepatuhan 95 % ini berarti pasien hanya lupa atau terlambat
memakai tiga dosis per bulan dengan jadwal dua kali sehari.
a. Motivasi Diri
keinginan untuk dapat bertahan hidup dan tidak ingin sakit. Motivasi dari
dalam diri ODHA untuk sembuh atau bertahan hidup merupakan faktor
hal ini bisa berfungsi menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi
penting karena Pada dasarnya untuk dapat menjalani ARV dengan baik,
dan optimal, utamanya layanan ARV, sehingga dapat hidup sehat, adalah
jaminan kerahasiaan dan penjadwalan yang baik, petugas yang ramah dan
membantu pasien.
kesehatan, dan asal kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja
c. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan,
bentuk paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum,
karakteristik obat dan efek samping dan mudah tidaknya akses untuk
mendapatkan ARV.
diminum.
nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif, dll) dan
pasien.
lain
a. Faktor internal
biasa.
adalah
ditanggung ODHA
(Infeksi Oportunistik).
anak-anak.
Menurut Smet (1994) dalam Viven (2009) yang dikutip dri Rahmi
lain:
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Pasien dan keluarga yang
percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh perawat dapat
c. Perilaku Sehat
untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien atau
d. Pemberian Informasi
sama dengan standar, misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid, jelas,
mudah diterapkan, sesuai dengan kenyataan, dan juga dapat diukur (Al-Assaf,
2010).
kepatuhan, yaitu :
pengobatan.
perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan
atau tidak. Sedangkan compliance adalah pasien mengerjakan apa yang telah
b. Meminum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar (misalnya
sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan:
penyakit.
seumur hidup secara teratur, berkelanjutan dan tepat waktu. Cara terbaik
1) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari. o Harus selalu
3) Pergunakan peralatan (jam, HP yang ada alarm yang bias diatur agar
minum obat.
atau kemasan untuk pagi, malam misalnya, mereka harus paham betul
nama obat, warna dan bentuk, dosis, agar tak terjadi kebingungan.
II. Cara yang benar : Obat harus digunakan dengan cara yang benar,
dahulu.
III. Jumlah yang benar : dosis obat harus tepat, jangan lebih atau kurang
dari aturannya.
IV. Waktu yang tepat : mereka harus minum obat pada jam yang ditentukan
misal setiap empat jam. Lebih baik jika dituliskan waktu minum obat
menjadi empat bagian menurut Niven (2002) dalam silvitasari (2013) antara
lain :
Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang
b. Kualitas Interaksi
ketidakpatuhan.
b Terjadinya resistensi.
c. Keracunan.
2.3.2 Pengetahuan ODHA tentang ARV
yang lebih mengutamakan manfaat terapi ARV sebelum terapi dimulai. Bila
informasi dan rawatan HIV dimulai lebih awal sebelum memerlukan terapi
konseling pra-terapi ARV yang meliputi cara dan ketepatan minum obat, efek
jaminan kerahasiaan dan penjadwalan yang baik, petugas yang ramah dan
membantu pasien.
ras atau etnis, penghasilan, pendidikan, buta atau melek huruf, asuransi
kesehatan, dan asal kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja
dan terapinya).
c. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan,
bentuk paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum,
karakteristik obat dan efek samping dan mudah tidaknya akses untuk
mendapatkan ARV.