BAB I
PENDAHULUAN
kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk kedalam sel darah putih dan
merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap
infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah
Virus) yaitu kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh virus HIV. Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki sistem
kekebalan tubuh, maka semua penyakit dapat masuk kedalam tubuh dengan mudah.
(Ardhiyanti, 2015).
Menurut WHO (2015), pada tahun 2013 ditemukan hampir 78 juta orang
telah terinfeksi virus HIV dan sekita 39 juta telah meninggal karena HIV. Menurut
Statistik kasus HIV/AIDS diindonesia (2014) pada bulan januari sampai dengan
maret 2016 kasus HIV berjumlah 32,711 sedangkan kasus AIDS berjumlah 7,864.
Secara kumulatif kasus HIV yang dilaporkan pada tahun 2016 berjumlah 191,073
di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 735.256 orang dengan jumlah infeksi
baru sebanyak 85.523 orang. (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun
2
2011-2016, Kemenkes RI). Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun
2015 sebanyak 30.935 kasus, menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus
AIDS terjadi peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 11.493 namun pada tahun 2014
dan 2015 terjadi penurunan kasus AIDS menjadi 7.875 kasus pada tahun 2014 dan
6.081 kasus pada tahun 2015. Secara kumulatif kasus AIDS sampai tahun 2015
Menurut data dari dinas kesehatan kota malang jumlah ODHA dari tahun
2005-2016 sebanyak 3888 jiwa. Menurut data dari salah satu Rumah sakit dikota
malang tahun 2016 sampai januari 2017 jumlah ODHA sebanyak 249 orang. Jumlah
pasien yang sering kontrol sebanyak 103 orang dan yang tidak kontrol >1 bulan
sebanyak 136 orang sedangkan Pasien yang baru masuk awal januari 2017 sebanyak
10 orang.
Pravelensi kasus HIV AIDS yang tinggi menjadi permasalah yang pelik di
masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh berbagai komponen agar penularan HIV
AIDS harus dikucilkan dari lingkungan. Beban fisik maupun psikologi berdampak
terhadap kelangsungan hidup penderita HIV AIDS (Silvitasari, 2013). Stigma dan
diskriminasi pada ODHA akan menyebabkan ODHA menjadi enggan membuka diri,
takut perlakuan keluarga, masyarakat dan tidak bisa bebas akses terhadap pengobatan
(Ardhiyanti, 2015).
Pengobatan setelah terjadi pajanan infeksi HIV pada seseorang adalah terapi
Antiretroviral, yang berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena
HIV adalah retrovirus maka obat ini disebut sebagai obat Antiretroviral (ARV). ARV
tidak membunuh virus itu, namun hanya dapat memperlambat laju pertumbuhan
3
virus, begitu juga penyakit HIV. Semakin cepat pengobatan dimulai maka semakin
baik hasilnya. Obat akan bekerja dengan baik bila sistem kekebalan tubuh juga
bekerja dengan baik melawan virus. Pasien yang sedang mendapatkan ARV
umumnya mengalami efek samping. Sekitar 25% penderita menghentikan terapi pada
tahun pertama karena efek samping obat dan 25% penderita tidak meminum dosis
yang dianjurkan karena takut akan efek samping yang ditimbulkan oleh ARV. Pasien
HIV yang melaporkan mengalami efek samping obat yang signifikan cenderung
untuk tidak patuh pada pengobatan. Hal ini sangat merugikan pasien karena bisa
Obat ARV perlu diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun waktunya.
Mengingat bahwa HIV adalah virus yang selalu bermutasi, maka jika tidak mematuhi
aturan pemakaian obat ARV, obat yang dikonsumsi tidak bisa lagi memperlambat
mengatakan bahwa alasan penderita tidak patuh dalam mengonsumsi obat yaitu lupa
untuk mengambil obat (67%), sibuk dengan sesuatu yang lain (63%), tertidur pada
saat jam minum obat (60%), dan kehabisan obat (44%). Alasan lainnya berupa jarak
rumah dengan rumah sakit jauh (37%), tidak ingin orang lain mengetahui bahwa
mereka mengambil obat HIV(35%) dan terlalu banyak pil yang diminum (33%).
dalam menekan jumlah viral load. Ketika lupa meminum satu dosis, meskipun hanya
sekali, virus akan memiliki kesempatan untuk menggandakan diri lebih cepat. Hasil
yang tidak dapat dihindari dari semua tantangan ini adalah ketidakpatuhan,
akibat penularan jenis virus yang resisten (Ardhiyanti, 2015). Kepatuhan adalah
ketaatan pasien dalam melaksanakan tindakan terapi. Kepatuhan terapi pada ODHA
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh akan
terjadi gangguan berbagai sistem tubuh yang berakibat pada meningkatnya angka
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami, yaitu mengenal masalah
yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan bagi anggota yang sakit,
kesehatan yang ada. Merawat anggota keluarga yang ODHA menimbulkan stress
yang berkepanjangan bagi keluarga yang merawatnya, ini disebabkan karena keluarga
keterampilan dalam merawat, oleh karena itu diperlukan penggunaan koping yang
Dukungan keluarga pada ODHA saat ini masih minim. Rendahnya dukungan
keluarga ini disebabkan oleh masih adanya stigma dimasyarakat terkait dengan
pinggiran desa yang sangat tidak layak, keluarga juga tidak mau menerima keberadaan
mereka dan tidak mengakui sebagai anggota keluarga, adanya pasangan yang
5
masyarakat dan diusir dari desa, dan adanya anak yang dikeluargkan dari sekolah yang
didapat positif HIV serta ada anak usia sekolah yang tidak diterima masuk sekolah
system yang utama dibutuhkan untuk mengembangkan koping yang efektif untk
beradaptasi menghadapi stressor terkait penyakit, baik fisik, psikologis maupun sosial.
Dukungan keluarga memiliki peran penting dalam meningkatkan kepatuhan arv pada
ODHA(krisnha, 2015).
arv pada ODHA. Sehingga dapat menjadi contoh maupun pedoman bagi keluarga
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah pengaruh peran support system family terhadap peningkatan kepatuhan ARV
pada ODHA.
Adapun tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu penelitian umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peran support system family
ODHA.
kepedulian keluarga terhadap ODHA.. Keluarga merupakan support system utama yang
paling dekat dengan pasien sehingga secara tidak langsung ikut serta berperan dalam
pengetahuan dan skill dari waktu ke waktu dianggap perlu, khususnya mengenai
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian lain
yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan peran support system family
Medan Plus Medan. Untuk mengukur dukungan keluarga dan harga diri
diambil secara random sampling. Intrumen dalam penelitian ini terdiri dari
peran support system family terhadap tingkat kepatuhan ARV pada ODHA.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti yulrina, novita lusiana (2015). Buku ajar AIDS pada asuhan kebidanan.
Yogyakarta : Budi utama.
Friedman, marlyn, M (2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori dan praktek,
ed 2. Jakarta: EGC.
Krishna, C., Poudel, David R., Buchanan , Rachel M., Amiya.,Kalpana, Poudel,
Tandukar (2015). Perceived Family Support and Antiretroviral Adherence in
HIV-Positive Individuals: Results from a Community-Based Positive Living
With HIV Study. International Quarterly of Community Health Education,
36(1), 72-73.s
Nursalam, kurniawan ninuk, (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV
AIDS. Jakarta: Salemba medika.
Setiawati santun, agus citra dermawan (2008). Penuntun praktis asuhan keperawatan
keluarga ed 2. Jakarta: Trans info media.
Vinami Yulian, Abi Muhlisin. Hubungan Antara Support System Keluarga Dengan
Kepatuhan Berobat Klien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.
Karnirius Harefa, et al. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri
Orang HIV/AIDS (ODHA) di Lembaga Medan Plus Medan Tahun 2012.
10