Anda di halaman 1dari 9

2.

Jenis-jenis Graf Tertentu


Ada beberapa graf khusus yang sering dijumpai. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Graf Lengkap (Graf Komplit)
Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap titiknya mempunyai
sisi ke semua titik lainnya atau semua titiknya bertetangga dengan semua
titik lainnya. Graf lengkap dengan 𝑛 titik dilambangkan dengan 𝐾𝑛 .

𝐾1 𝐾2 𝐾3 𝐾4

Gambar 6. Graf lengkap 𝐾𝑛

b. Graf Bipartisi
Graf bipartisi 𝐺 adalah graf yang himpunan titiknya dapat
dikelompokkan menjadi dua himpunan bagian 𝑉1 dan 𝑉2 , sedemikian
sehingga setiap sisi di dalam 𝐺 menghubungkan sebuah titik di 𝑉1 ke sebuah
titik di 𝑉2 , dan dinyatakan sebagai 𝐺 (𝑉1 , 𝑉2 ). Dengan kata lain, setiap pasang
titik 𝑉1 (demikian pula dengan titik-titik di 𝑉2 ) tidak bertetangga. Apabila
setiap titik di 𝑉1 bertetangga dengan semua titik di 𝑉2 , maka 𝐺 (𝑉1, 𝑉2 )
disebut sebagai graf bipartisi lengkap. Jika 𝑉1 terdiri dari 𝑚 titik dan 𝑉2
terdiri dari 𝑛 titik, maka graf bipartisi lengkap dilambangkan dengan 𝐾𝑚,𝑛 .
𝑉1 𝑉2 𝑉1 𝑉2

(𝑎) (𝑏)

Gambar 7. (a) graf bipartisi, (b) graf bipartisi lengkap 𝐾2,2

13
c. Graf Teratur (Graf Reguler)
Graf yang setiap titiknya mempunyai derajat yang sama disebut graf
teratur atau graf reguler. Apabila derajat setiap titik adalah 𝑟, maka graf
tersebut disebut sebagai graf teratur atau graf reguler derajat 𝑟 atau dapat
𝑛𝑟
ditulis graf teratur-𝑟 (graf reguler-𝑟). Jumlah sisi pada graf teratur adalah .
2

Contoh graf teratur ditunjukkan di bawah ini.

Gambar 8. Graf teratur-3

d. Graf Sikel
Graf sikel adalah graf sederhana yang setiap titiknya berderajat
dua. Graf sikel dengan n titik dilambangkan dengan 𝐶𝑛 .
Contoh graf sikel ditunjukkan di bawah ini.

C3 C4 C5

e. Graf Planar dan Graf Bidang


Graf G disebut graf planar (planar graph) jika G dapat digambar
pada bidang datar sedemikan hingga sisi-sisinya tidak ada yang berpotongan
kecuali mungkin pada titik-titik ujung dari sisi-sisi tersebut. Sedangkan graf
bidang (plane graph) adalah graf yang digambar pada bidang datar
sedemikan hingga sisi-sisinya tidak ada yang berpotongan kecuali mungkin
pada titik-titik ujung dari sisi-sisi tersebut. Dengan demikian, graf planar
adalah graf yang dapat digambar sebagai graf bidang. Graf bidang pasti graf
planar tetapi sebaliknya tidak berlaku.

14
Gambar 𝐺1 , 𝐺2 , dan 𝐺3 adalah graf planar, tetapi 𝐺1 bukan graf bidang.

Perhatikan graf bidang G berikut.

a
e

d
b f
c

Graf bidang G di atas membagi bidang menjadi 6 daerah yang masing-


masing disebut “muka” (face), yaitu: muka a, muka b, muka c, muka d,
muka e, dan muka f. Himpunan muka dari graf bidang G dinotasikan dengan
𝐹(𝐺). Untuk graf G di atas himpunan mukanya adalah 𝐹 (𝐺 ) =
{𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒, 𝑓 }. Banyaknya sisi di G yang membatasi suatu muka f adalah
dari G disebut derajat muka f tersebut dan dinotasikan 𝑑(𝑓). Jembatan (sisi
pemutus) graf G dihitung dua kali dalam menghitung derajat muka. Sebuah
sisi e di graf G disebut jembatan (sisi pemutus) jika penghapusan sisi e
tersebut mengakibatkan subgraf G-e mempunyai komponen lebih banyak
daripada graf G. Untuk graf G di atas derajat masing-masing muka adalah
𝑑 (𝑎) = 7, 𝑑 (𝑏) = 4, 𝑑 (𝑐 ) = 3, 𝑑(𝑑 ) = 3, 𝑑(𝑒) = 3, dan 𝑑 (𝑓 ) = 4.

f. Graf Euler dan Graf semi-Euler


Sebuah sirkuit di graf G yang memuat semua sisi G disebut sirkuit
Euler. Jika graf G memuat sirkuit Euler, maka graf G disebut graf Euler.

15
Sebuah jejak-buka yang memuat semua sisi graf disebut jejak Euler. Graf
G disebut graf semi-Euler jika G memuat jejak Euler.

Teorema 5
Misalkan G graf terhubung. Graf G Euler jika dan hanya jika setiap titik G
berderajat genap.

Teorema 6
Misalkan G graf terhubung. Graf G semi-Euler jika dan hanya jika G
memuat tepat dua titik berderajat ganjil.

Untuk mencari sirkuit Euler pada graf Euler G, dimulai dari


sembarang titik v di G dan akan berakhir di titik v tersebut juga. Jejak Euler
pada graf semi-Euler, berawal di sebuah titik berderajat ganjil dan berakhir
di sebuah titik berderajat ganjil lainnya. Berikut contoh graf Euler dan graf
semi-Euler.

G2
G1

Gambar 9. 𝐺1 graf Euler dan 𝐺2 graf semi-Euler

g. Graf Hamilton dan Semi-Hamilton


Misalkan G adalah sebuah graf. Sebuah sikel yang memuat semua
titik di G disebut sikel Hamilton. Jika G memuat sikel Hamilton, maka G
disebut graf Hamilton. Sebuah lintasan yang memuat semua titik di G
disebut lintasan Hamilton. Sebuah graf G disebut graf semi-Hamilton jika
graf G bukan graf Hamilton dan graf tersebut memuat lintasan Hamilton.
Perhatikan tiga graf di bawah ini.

16
Graf 𝐺1 tidak memuat lintasan Hamilton, 𝐺2 memuat lintasan Hamilton
tetapi tidak memuat sikel Hamilton dan 𝐺3 memuat sikel Hamilton. Dengan
demikian, 𝐺2 adalah graf semi-Hamilton dan 𝐺3 adalah graf Hamilton.

h. Pohon
Pohon (tree) adalah graf terhubung yang tidak memiliki sikel.
Berikut adalah contoh-contoh pohon.

𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑇4

Sifat-sifat Pohon
Misalkan G = (V, E) adalah graf sederhana dan banyak titiknya n buah.
Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah ekivalen.
1) G adalah pohon.
2) Setiap pasang titik di G terdapat tepat satu lintasan.
3) G terhubung dan memiliki n – 1 buah sisi.
4) G tidak mengandung sikel dan memiliki n – 1 buah sisi.
5) G terhubung dan semua sisinya adalah jembatan.

Graf bobot (weighted graph) G adalah sebuah graf yang setiap


sisinya dikaitkan dengan sebuah bilangan real. Bobot sisi e ditulis sebagai
w(e). Bobot graf G, ditulis w(G), adalah jumlah bobot semua sisi di G. Graf
bobot G pada Gambar 10 mempunyai bobot 𝑤(𝐺 ) = 2 + 3 + 2 + 1 = 8.

17
3
2
1
2
G
Gambar 10. Graf bobot

Dari sebuah graf terhubung dapat diperoleh sebuah graf bagian yang
memuat semua titik di G yang berupa pohon. Sebuah graf bagian yang
memuat semua titik di G yang berupa pohon disebut pohon rentang
(spanning tree). Graf pada Gambar 10 di atas kemungkinan pohon
rentangnya adalah sebagai berikut.

3 3
2 2
1 1 1
2 2
T3
T1 T2

Masing-masing pohon rentang tersebut mempunyai bobot 𝑤(𝑇1 ) =


6, 𝑤 (𝑇2) = 5, dan 𝑤(𝑇3 ) = 6. Perhatikan bahwa pohon rentang 𝑇2
memiliki bobot minimal di antara pohon rentang-pohon rentang yang
diperoleh dari G. Pohon rentang yang memiliki bobot minimal tersebut
disebut pohon rentang minimal (minimum spanning tree). Untuk
mendapatkan pohon rentang minimal dari sebuah graf bobot G di atas
dengan cara: dicari semua pohon rentangnya, baru kemudian dihitung bobot
masing-masing pohon rentang tersebut, dan yang punya bobot minimal
itulah yang merupakan pohon rentang minimal. Cara mendapatkan pohon
rentang minimal dengan cara seperti itu tentu tidak efektif dan efisen sebab
membutuhkan pekerjaan dan waktu yang banyak. Untuk mencari sebuah
pohon rentang minimal dari graf bobot G, pada bahasan ini akan digunakan
dua algoritma, yaitu algoritma Kruskal dan algoritma Prim. Dengan
menerapkan algoritma Kruskal atau algoritma Prim tersebut akan diperoleh
sebuah pohon rentang minimal. Berikut penjelasan kedua algoritma itu.

18
Algoritma Kruskal
Dalam algoritma ini, pertama pilih sisi di G yang memiliki bobot
terkecil di antara sisi-sisi G yang bukan loop. Untuk menghindari sikel,
dipilih dari sisi yang tersisa yang memiliki bobot terkecil yang tidak
membentuk sikel dengan sisi yang telah terpilih. Ulangi lagi proses
pengambilan sisi dengan bobot terkecil di antara sisi-sisi yang belum dipilih,
asalkan tidak membentuk sikel dengan sisi yang telah terpilih. Jika graf
tersebut memiliki 𝑛 titik, proses tersebut dihentikan setelah memilih 𝑛 − 1
sisi. Sisi-sisi tersebut membentuk graf bagian T yang tidak memiliki sikel
dari G dan T adalah pohon rentang minimal dari G. Langkah-langkah
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

Algoritma Kruskal
Langkah 1. Pilih 𝑒1 , sebuah sisi di G sehingga 𝑤(𝑒1 ) sekecil mungkin dan
𝑒1 bukan loop.
Langkah 2. Jika sisi-sisi 𝑒1 , 𝑒2 , … , 𝑒𝑖 telah dipilih, lalu pilih sebuah sisi 𝑒𝑖+1,
yang belum terpilih sedemikian sehingga
(i) graf bagian dari G yang dikonstruksi oleh sisi-sisi
𝑒1 , 𝑒2 , … , 𝑒𝑖+1 tidak memiliki sikel dan
(ii) 𝑤(𝑒𝑖+1 ) adalah terkecil.
Langkah 3. Jika G memiliki 𝑛 titik, hentikan langkah tersebut setelah
memilih 𝑛 − 1 sisi. Jika belum terpilih 𝑛 − 1, ulangi langkah 2.

Algoritma Prim
Pada algoritma ini untuk menemukan pohon rentang minimal,
pertama dipilih sebarang titik 𝑣1 pada graf bobot G. Kemudian pilih satu sisi
dengan bobot terkecil dari G yang bukan loop dan yang terkait dengan 𝑣1 ,
misalnya 𝑒1 = 𝑣1 𝑣2 . Kemudian pilih sisi dengan bobot terkecil di G yang
terkait dengan 𝑣1 atau 𝑣2 tetapi titik ujung lain dari sisi tersebut adalah selain
titik 𝑣1 atau 𝑣2 . Misalkan pilih sisi 𝑒2 = 𝑣𝑖 𝑣3 dengan 𝑖 ∈ {1,2} tetapi 𝑣3 ≠

19
𝑣1 , 𝑣2 . Ulangi proses pengambilan sisi dengan bobot terkecil yang berujung
di titik yang telah terpilih sebelumnya dan ujung lainnya dari sisi tersebut
adalah titik dari G yang bukan ujung dari sisi yang sudah terpilih. Jika graf
G memiliki n titik, dipilih sampai 𝑛 − 1 sisi. Langkah-langkah algoritma
Prim tersebut adalah sebagai berikut.
Algoritma Prim
Langkah 1. Pilih sebarang titik 𝑣1 di G.
Langkah 2. Pilih sebuah sisi 𝑒1 = 𝑣1 𝑣2 di G sehingga 𝑣2 ≠ 𝑣1 dan 𝑒1
memiliki bobot terkecil di antara sisi-sisi G yang terkait
dengan 𝑣1 .
Langkah 3. Jika sisi 𝑒1 , 𝑒2 , … , 𝑒𝑖 telah dipilih dengan titik-titik ujung dari
sisi-sisi tersebut adalah titik-titik 𝑣1 , 𝑣2 , … , 𝑣𝑖+1 , selanjutnya
pilih sisi 𝑒𝑖+1 = 𝑣𝑗 𝑣𝑘 dengan 𝑣𝑗 ∈ {𝑣1 , 𝑣2 , … , 𝑣𝑖+1 } dan 𝑣𝑘 ∉
{𝑣1 , … , 𝑣𝑖+1 } sedemikian sehingga 𝑒𝑖+1 memiliki bobot
terkecil di antara sisi-sisi G yang salah satu ujung sisi tersebut
di {𝑣1 , … , 𝑣𝑖+1 }.
Langkah 4. Hentikan langkah tersebut setelah 𝑛 − 1 sisi telah dipilih. Jika
tidak, ulangi langkah 3.

Contoh.
Carilah sebuah pohon rentang minimal pada graf bobot G di bawah ini.

Penyelesian:
Dengan menerapkan algoritma Kruskal atau Prim diperoleh sebuah pohon

20
rentang minimal T sebagai berikut.

Pohon rentang minimal T

Bobot pohon rentang minimal T di atas adalah 𝑤(𝑇) = 𝑤(𝑒1 ) + 𝑤(𝑒2 ) +


𝑤(𝑒3 ) + 𝑤 (𝑒4 ) + 𝑤(𝑒5 ) = 2 + 1 + 1 + 3 + 3 = 10. Pada graf bobot G
tersebut memuat bentuk pohon rentang minimal yang tidak tunggal. Untuk
melancarkan penggunaan algoritma Kruskal atau Prim, coba Anda cari
bentuk lainnya tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai