Anda di halaman 1dari 18

DERMATOMUSCULOSKELETAL SYSTEM

LAPORAN PRATIKUM FISIOLOGI


KEKUATAN OTOT FLEKSI/EKSTENSI DAN
MEKANISME SENSORIS

Disusun Oleh:
1810211
1810211
1810211
Annisa Dyah Chairini 151021128
Indah Emilia Rusyida 1510211

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah laporan praktikum fisiologi yang
berjudul “Kekuatan Otot Fleksi/Ekstensi dan Mekanisme Sensori” dengan
lancar. Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen dan para petugas laboran yang telah membantu kami
sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Serta semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang kesempurnaan. Atas segala
kekurangan dan kelebihannya kami mohon maaf dan terima kasih.

Jakarta, 25 Maret 2018


BAB I

LANDASAN TEORI

I.1. Kekuatan Otot Fleksi/Ekstensi

Jaringan otot berperan dalam homeostasis dengan cara menimbulkan


gerakan tubuh, misalnya mengedipkan mata, berlari, mengangkat beban, menari,
menimbulkan gerakan berbagai zat di dalam tubuh, dan menghasilkan panas untuk
memelihara suhu tubuh. Jaringan otot memiliki 4 macam sifat, yaitu (1) electrical
exitability( memberikan respon terhadap rangsangan dengan menghasilkan
potensial aksi ), (2) contractility ( kemampuan menghasilkan kontraksi ), (3)
extensibility ( kemampuan untuk direnggangkan), dan (4) elastibility
( kemampuan untuk kembali ke bentuk semula). Fungsi homeostasis dapat
dijalankan jaringan otot melalui mekanisme kontraksi dan relaksasi. Dengan
menggerakan komponen-komponen intrasel tertentu sel otot dapat menghasilkan
tegangan dan memendek yaitu berkontrasi. Tipe otot ada tiga yaitu otot rangka,
otot jantung, dan otot polos. Melalui kemampuan berkontraksi, kelompok sel-sel
otot berkerjasama dalam menghasilkan gerakan dan melakukan kerja. Kontaksi
terkontrol otot memungkinkan (1) terjadinya gerakan tubuh keseluruhan atau
bagian-bagiannya (contoh: berjalan atau melambaikan tangan), (2) memanipulasi
benda eksternal (contoh: menyetir), (3) terdorongnya atau mengalirnya isi
berbagai organ internal berongga (contoh: seiulasi darah atau mengalirnya
makanan melalui saluran cerna), dan (4) menggosokan isi organ tertentu ke
lingungan eksternal (contoh: berkemih atau melahirkan).

Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh, menghasilkan


sekitar separuh dari berat tubuh. Otot rangka membentuk sekitar 40% berat tubuh
pada pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung membentuk
10% lainnya dari berat total. Ketiga jenis otot secara structural dan fungsional
berbeda namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan
berdasarkan klasifikasi umunya. Pertama, otot di kategorikan sebagai lurik atau
seran-lintang (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung
pada ada tidaknya pita terang gelap bergantian, atau garis-garis, jika otot dilihat di
bawah mikroskop cahaya. Kedua otot dapat dapat di kelompokan sebagai
volunteer (otot rangka) atau involunter (otot jantung dan otot polos) bergantung
apakah otot tersebut disarafi oleh system saraf somatic dan berada di bawah
control kesadaran. Meskipun digolongkan sebagai volunteer, karena dapat
dikontrol oleh kesadaran, namun banyak aktivitas otot rangka berada di bawah
control involunter bawah-sadar, misalnya aktivitas yang berkaitan dengan postur.

I.1.1. Jenis - Jenis otot

I.1.2. Stuktur Otot Rangka


I.1.3. Mekanisme Kontraksi Otot

I.2. Mekanisme Sensori

Kulit terdiri atas Eperdermis yaitu terletak dibagian terluar, Dermis


terdapat kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikel rambut dan akar
rambut yang terletak dikelenjar sebasea, dan Subcutaneous ada pembuluh darah,
saraf cutaneous dan jaringan otot. Kulit memiliki fungsi sebagai mekanoreseptor,
termoreseptor, reseptor nyeri dan kemoreseptor. Mekanoreseptor berkaitan dengan
indera peraba, tekanan, getaran dan kinestesi, Termoreseptor, berkaitan dengan
pengindraan yang mendeteksi panas dan dingin, Reseptor nyeri, berkaitan dengan
mekanisme protektif bagi kulit. Kemoreseptor, mendeteksi rasa asam, basa, dan
garam. Pada Epidermis terdapat Merkel’s disc, yaitu sentuhan oleh orang yang
tidak dikenal dan Meisners corpuscle, yaitu sentuhan orang yang dikenal.
Sedangkan pada Dermis, terdapat tiga reseptor, yaitu : Reseptor ruffini’s yaitu
reseptor panas, Reseptor end Krause, yaitu reseptor untuk mendeteksi dingin dan
Reseptor paccini’s corpuscle, untuk mendeteksi tekanan, bisa berupa pijat.
Reseptor kulit dan hantaran impuls terdapat di saraf perifer. Stratum
germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar
keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah
yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan
serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut.
Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi
tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.

Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di
golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis reseptor
yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara ketiganya adalah:

1. Sensasi raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit atau di
dalam jaringan tepat dibawah kulit.
2. Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih
dalam.
3. Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi
menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk
raba dan tekanan.

Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga


bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil.
Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang
berperan adalah reseptor kinaestesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan
dengan reseptor tekanan yang digeserkan. Pada tempat di mana tidak ada rambut,
tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak
corpuscullum tactus. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar
dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui
faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.

Fungsi sistem saraf adalah:


1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh

2. Pusat kesabaran, memory, dan intelegensi.

3. Pusat highermental process (Reasoning, thinking, dan judgement).

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan
sistem saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya
terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun sistem saraf tersusun dengan sangat
kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel, yaitu sel saraf dan sel
neuroglia.

Adapun berdasarkan fungsinya sistem saraf itu sendiri dapat dibedakan


atas tiga jenis:

1. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berupa rangsangan
dari reseptor (penerima rangsangan), ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera, karena
berhubungan dengan alat indera

2. Sel saraf motorik

Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari


susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju ke kelenjar
tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak, karena
berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.

3. Sel saraf penguhubung


Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor, hal ini
disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel
saraf motorik.

Namun pada hakikatnya sebenarnya sistem saraf terbagi menjadi dua


kelompok besar; sistem saraf sadar yang mengatur semua kegiatan yang dapat
diatur menurut kemaua kita; dan sistem saraf tidak sadar yang mengatur gerak
tanpa disadari atau gerak refleks.

Sensasi merupakan hasil dari suatu proses didalam otak sebagai akibat
adanya impuls yang datang ke otak. Seseorang dapat memilih beberapa implus
yang datang serta mengabaikannya merupakan dasar dari konsentrasi dan atensi.
Sensasi dapat bertahan lama didalam otak dan dapat didasari kembali dasar
memori.

Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons


terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi
dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat
saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan
informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki
kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Dikriminasi titik
adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua
ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam
kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.
Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-
40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat menggunakan kompas,
jepitan rambut.

Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron
sensorik: serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe
C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan
menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat; semakin besar serat semakin
cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa
dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin
dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat
A.

Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk


ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinaps di
spinal, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan
potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem
lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyeberang dari
kiri ke kanan di batang otak sebellum bersinaps di talamus. Informasi mengenai
suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui
serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim
ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi
melalui serat di sistem anterolateral.
BAB II

PRAKTIKUM

II.1. Kekuatan Otot Fleksi/Ekstensi

II.1.1. Tujuan:

1. Mendeskripsikan mekanisme kontraksi dan relaksasi otot.

2. Menjelaskan sumber energi untuk kontraksi dan relaksasi otot.

3. Menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi kekuatan kontraksi otot.

4. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia


dalam berbagai sikap tubuh.

II.1.2. Alat dan Bahan

1. Meteran.
2. Dinamometer.
3. Timbangan berat badan.
4. Atat ukur tinggi badan.

II.1.3. Cara kerja


a. Mengukur tinggi badan dan berat badan orang percobaan.
b. Orang percobaan duduk di pinggir meja dinamometer dengan
membelakangi timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung bebas.
c. Memasangkan ban kulit pada salah satu pergelangan kaki orang percobaan
dan yang dihubungkan kekawat baja yang dapat menarik timbangan melalui
katrol.
d. Orang percobaan meluruskan tungkainya sekuat tenaga, kemudian dicatat
kekuatan otot ekstensor dalam 3 posisi, yaitu, duduk tegak, duduk
membungkuk, dan berbaring.
e. Orang percobaan duduk di pinggir meja dinamometer dengan menghadap
timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung bebas.
f. Memasangkan ban kulit pada salah satu pergelangan kaki orang percobaan
dan yang dihubungkan kekawat baja yang dapat menarik timbangan melalui
katrol.
g. Orang percobaan membengkokkan tungkainya sekuat tenaga, kemudian
dicatat kekuatan otot ekstensor dalam 3 posisi, yaitu, duduk tegak, duduk
membungkuk, dan berbaring.

II.2. Mekanisme Sensori

II.2.1. Tujuan

a. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin.


b. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit.
c. Memeriksa daya menetukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
d. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada
perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif).
e. Menentukan adanya perasaan ringan dan menerangkan mekanisme
terjadinya after image.
f. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
- Kekasaran permukaan.
- Bentuk.
- Bahan pakaian.
g. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh.
h. Mengukur waktu reaksi.
i. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan waktu reaksi.

II.2.2. Alat dan bahan

a. 3 baskom dengan air bersuhu 20 , 30 , 40 .

b. Gelas beker dan termometer kimia.


c. Es.
d. Alkohol.
e. kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut
frey + jarum.
f. pensil + jangka + ampelas + benda-benda kecil + bahan – bahan pakaian.
g. mistar pengukur waktu reaksi.

II.2.3. Cara kerja

I. Perasaan subjektif panas dan dingin


a. Menyediakan 3 baskom yang masing-masing di isi air dengan suhu kira-kira

20 , 30 dan 40 .
b. Meminta orang percobaan memasukkan tangan kanannya ke dalam air

bersuhu 20 dan tangan kirinya ke dalam air bersuhu 40 selama kurang

lebih 2 menit. Mencatat kesan yang dialami oleh orang percobaan.


c. Kemudian meminta orang percobaan untuk segera memasukkan kedua tangan

itu serentak ke dalam air bersuhu 30 .

d. Mencatat kesan yang dialami orang percobaan.

II.2.4. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

a. Meminta orang percobaan untuk meletakkan punggung tangan kanannya di


atas sehelai kertas dan menarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari
sehingga diperoleh gambar tangan.
b. Memilih dan menggambarkan di telapak tangan orang percobaan suatu daerah
seluas 3x3 cm, dan menggambarkan pula daerah itu di gambar tangan pada
kertas.
c. Menutup mata orang percobaan dan meletakkan punggung tangannya santai
di meja.
d. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut
yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang

direndam dalam air bersuhu 50 .


e. Menandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
f. Mengulangi langkah “d” dengan kerucut kuningan yang ditempatkan dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
g. Menandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta.
II.2.5. Lokalisasi taktil

a. Menutup mata orang percobaan dan menekankan ujung pensil pada suatu titik
di kulit ujung jari.
b. Memerintahkan orang percobaan untuk melokalisasikan tempat yang baru di
rangsang dengan ujung pensil.
c. Menetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang telah ditunjuk.
d. Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali dan menentukan jarak rata-rata
untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

II.2.6. Diskriminasi taktil

a. Mengambil sebuah jangka dan meregangkan jangka sehingga kedua ujung


jangka berjarak ± 1 cm.
b. Dalam keadaan responden menutup mata, letakkan secara bersamaan kedua
ujung jangka pada ujung jari telunjuknya, minta orang percobaan untuk
mengidentifikasi jumlah titik rangsang yang terasa pada ujung jarinya.
c. Mendekatkan kedua ujung jangka secara bertahap dan mengulangi langkah
kedua hingga orang percobaan tidak dapat lagi membedakan kedua ujung
jangka sebagai 2 titik rangsang.
d. Mencatat ambang rangsang dari orang percobaan dalam membedakan 2 titik
rangsang taktil.
e. Mengulangi langkah kesatu hingga ketiga dengan kedua ujung jangka
diletakkan secara suksesif (berurutan) yaitu satu ujung diletakkan lebih
dahulu daripada ujung lainnya.
f. Mencatat hasil pemeriksaan ambang membedakan 2 titik rangsang baik
dengan cara perangsangan simultan maupun suksesif.
g. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang dua titik
di tengkuk, bibir, pipi dan lidah.
h. Mencatat hasil pengamatan.

II.2.7. Perasaan iringan


a. Meletakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga, biarkan hingga
rangkaian percobaan ini telah selesai.
b. Setelah selesai semua percobaan, ambil pensil yang ada antara kepala dan
daun telinga.
c. Mencatat hasil pengamatan.

II.2.8. Daya membedakan berbagai sifat benda


II.2.8.1. Kekasaran permukaan benda

a. Dengan mata tertutup, minta orang percobaan untuk meraba permukaan


ampelas yang memiliki berbagai derajat kekasaran.
b. Amati dan catat kemampuan orang percobaan dalam mengenali dan
membedakan tiap tekstur.

II.2.8.2. Bentuk benda

a. Dengan mata tertutup, memerintahkan orang percobaan untuk memegang-


megang benda kecil yang diberikan.
b. Memerintahkan orang percobaan untuk menyebutkan nama/ bentuk benda-
benda itu.

II.2.8.3. Bahan pakaian

a. Dengan mata tertutup, memerintahkan orang percobaan untuk meraba-raba


berbagai jenis bahan pakaian yang diberikan.
b. Memerintahkan orang percobaan untuk setiap kali menyebutkan jenis/ sifat
bahan pakaian yang dirabanya.

II.2.9. Tafsiran sikap

a. Memerintahkan orang percobaan untuk duduk dan menutup mata.


b. Pegang dan menggerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke
dekat kepalanya, dekat dadanya, dekat lututnya, dan akhirnya
menggantungkan di sisi badannya.
c. Menanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
d. Memerintahkan orang percobaan untuk menyentuh telinga, hidung dan
dahinya menggunakan menggunakan telunjuknya dengan perlahan-lahan
setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
e. Memperhatikan apakah ada kesalahan.

II.2.10. Waktu Reaksi


a. Orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi
meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit.
b. Kemudian pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik
hitam dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan
telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan.
c. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan responden harus
mengangkat selekas-lekasnya. Percobaan diulangi sebanyak 5 kali.
d. Mencatat waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang
diperoleh).
BAB III

HASIL PRAKTIKUM

III.1. Kekuatan Otot Fleski/Ekstensi


BAB IV

PEMBAHASAN

BAB V
KESIMPULAN
Daftar Pustaka

1. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 9.

2. Robins.2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Idk Kontrasepsi
    Idk Kontrasepsi
    Dokumen24 halaman
    Idk Kontrasepsi
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • IMPETIGO PENYAKIT KULIT MENULAR
    IMPETIGO PENYAKIT KULIT MENULAR
    Dokumen41 halaman
    IMPETIGO PENYAKIT KULIT MENULAR
    GhaniRahmani
    Belum ada peringkat
  • Sekilas Hukum Perdata-3
    Sekilas Hukum Perdata-3
    Dokumen20 halaman
    Sekilas Hukum Perdata-3
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • JAMUR
    JAMUR
    Dokumen13 halaman
    JAMUR
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Impetigo Herpetiformis 1
    Impetigo Herpetiformis 1
    Dokumen15 halaman
    Impetigo Herpetiformis 1
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Psikiatri Transkultural
    Psikiatri Transkultural
    Dokumen30 halaman
    Psikiatri Transkultural
    Moerdono Pambudi
    Belum ada peringkat
  • Sekilas Hukum Pidana
    Sekilas Hukum Pidana
    Dokumen24 halaman
    Sekilas Hukum Pidana
    Jeanne d'Arc Dyanchana
    Belum ada peringkat
  • Inverted Nipple
    Inverted Nipple
    Dokumen15 halaman
    Inverted Nipple
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Yokyok
    Yokyok
    Dokumen2 halaman
    Yokyok
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Sirkulasi Darah Janin
    Sirkulasi Darah Janin
    Dokumen8 halaman
    Sirkulasi Darah Janin
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Obesity Therapy
    Obesity Therapy
    Dokumen20 halaman
    Obesity Therapy
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Yokyok
    Yokyok
    Dokumen30 halaman
    Yokyok
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • TINEAAA
    TINEAAA
    Dokumen46 halaman
    TINEAAA
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Dokumen18 halaman
    Mioma Uteri
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Yokyok
    Yokyok
    Dokumen2 halaman
    Yokyok
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Inverted Nipple
    Inverted Nipple
    Dokumen16 halaman
    Inverted Nipple
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Bacal Ah
    Bacal Ah
    Dokumen2 halaman
    Bacal Ah
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • FISIOLOGI
    FISIOLOGI
    Dokumen33 halaman
    FISIOLOGI
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen17 halaman
    Diare
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Pesatnya Perkembangan Industri Beserta Produknya Memiliki Dampak Positif Terhadap Kehidupan Manusia Berupa Makin Luasnya Lapangan Kerja
    Pesatnya Perkembangan Industri Beserta Produknya Memiliki Dampak Positif Terhadap Kehidupan Manusia Berupa Makin Luasnya Lapangan Kerja
    Dokumen10 halaman
    Pesatnya Perkembangan Industri Beserta Produknya Memiliki Dampak Positif Terhadap Kehidupan Manusia Berupa Makin Luasnya Lapangan Kerja
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen38 halaman
    Anatomi
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Torch
    Infeksi Torch
    Dokumen42 halaman
    Infeksi Torch
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Visum Et Reretum Mati
    Visum Et Reretum Mati
    Dokumen27 halaman
    Visum Et Reretum Mati
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • KDRT Adc
    KDRT Adc
    Dokumen15 halaman
    KDRT Adc
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen21 halaman
    Tetanus
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • HELMINTOLOGI
    HELMINTOLOGI
    Dokumen28 halaman
    HELMINTOLOGI
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen23 halaman
    Gerd
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Bak Teri
    Bak Teri
    Dokumen11 halaman
    Bak Teri
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat
  • Visum Et Reretum Mati
    Visum Et Reretum Mati
    Dokumen27 halaman
    Visum Et Reretum Mati
    Annisa Dyah Chairini
    Belum ada peringkat