Anda di halaman 1dari 15

KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA
(KDRT)

ANNISA DYAH C
1510211128
DEFINISI KEKERASAN
o Kekerasan fisik (WHO)  tindakan fisik yang
dilakukan terhadap orang lain atau kelompok yang
mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikologi.
• Kekerasan adalah perbuatan yang Tindakan itu antara lain berupa memukul,
dapat berupa fisik maupun non fisik, menendang, menampar, menikam, menembak,
dilakukan secara aktif maupun mendorong (paksa), menjepit
dengan cara pasif (tidak berbuat),
dikehendaki oleh pelaku, dan ada
akibat yang merugikan pada korban o Kekerasan psikologi (WHO)  penggunaan kekuasaan
(fisik atau psikis) yang tidak secara sengaja termasuk memaksa secara fisik
dikehendaki oleh korban. terhadap orang lain atau kelompok yang
mengakibatkan luka fisik, mental, spiritual, moral, dan
pertumbuhan social. Tindakan kekerasan ini antara
lain berupa kekerasan verbal, memarahi/penghinaan,
pelecehan dan ancaman
DEFINISI KDRT
• UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga No. 23 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1
(UU PKDRT) memberikan pengertian bahwa: “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup rumah tangga”

• Menurut UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Pasal 2 lingkup rumah tangga meliputi:
1. Suami, isteri, dan anak
2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang suami, istri, dan
anak karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan
perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau
3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut
BENTUK-BENTUK KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA

• Mengacu kepada UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 5 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga dapat berwujud :
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan psikis
3. Kekerasan seksual
4. Penelantaran rumah tangga
1. Kekerasan fisik menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 6
 Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka
berat. Kekerasan fisik yang dialami korban seperti: pemukulan menggunakan tangan maupun
alat seperti (kayu, parang), membenturkan kepala ke tembok, menjambak rambut, menyundut
dengan rokok atau dengan kayu yang bara apinya masih ada, menendang, mencekik leher.

2. Kekerasan Psikis menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 7


 Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Kekerasan psikis berupa makian, ancaman cerai, tidak memberi nafkah,
hinaan, menakut-nakuti, melarang melakukan aktivitas di luar rumah.
3. Kekerasan seksual menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 8
 Kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut, meupun pemaksaan hubungan seksual
terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual seperti memaksa istri melakukan
hubungan seksual walaupun intri dalam kondisi lelah dan tidak siap termasuk saat haid,
memaksa istri melakukan hubungan seks dengan laik-laki lain.

4. Penelantaran rumah tangga menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 9


 Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup
rumah tangganya, padahal menurut hokum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang
tersebut. Penelantaran seperti meninggalkan istri dan anak tanpa memberikan nafkah, tidak
memberikan istri uang dalam jangka waktu yang lama bahkan bertahun-tahun.
PENYEBAB
Terdapat tiga teori utama menurut Zastrow & Browker (1984) yang mampu
menjelaskan terjadinya kekerasan :
1. Teori Biologis
 Teori biologis menjelaskan bahwa manusia, seperti juga hewan, memiliki suatu
instink agresif yang sudah dibawa sehak lahir. Sigmund Freud enteorikan bahwa
manusia mempunyai suatu keinginan akan kematian yang mengarahkan manusia-
manusia itu untuk menikmati tindakan melukai dan membunuh orang lain dan
dirinya sendiri
2. Teori Frustasi-Agresif
 Teori frustasi menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara untuk
mengurangi ketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal dari
suatu pendapat yang mask akal bahwa seseorang yang frustasi sering menjadi
terlibat dalam tindakan agresif. Orang frustasi sering menyerang sumber
frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang lain.
3. Teori Kontrol
 Teori ini menjelaskan bahwa orang-orang yang hubungannya dengan orang
lain tidak memuaskan dan tidak tepat adalah mudah untuk terpaksa berbuat
kekerasan ketika usaha-usahanya untuk berhubungan dengan orang lain
menghadapi sigtuasi frustasi
PENYEBAB-PENYEBAB LAIN DARI KDRT:
1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri  anggapan
bahwa suami lebih berkuasa daripada istri yang menyebabkan suami bersikap sewenang-
wenang terhadap istrinya.
2. Ketergantungan ekonomi  faktor ketergantungan istri dalam hal ekonomi kepada suami
memaksa istri untuk menuruti semua keinginan suami meskipun ia merasa menderita.
Bahkan, sekalipun tindakan keras dilakukan kepadanya ia tetap enggan untuk melaporkan
penderitaan nya dengan pertimbangan demi kelangsungan hidup dirinya dan Pendidikan
anak-anaknya.
3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik biasanya kekerasan ini dilakukan
sebagai pelampiasan dari ketersinggungan ataupun kekecewaan karena tidak dipenuhinya
keinginan, kemudia dilakukan tindakan kekerasan dengan tujuan istri dapat memenuhi
keinginannya dan tidak melakukan perlawanan
4. Persaingan  dalam hal ini terjadi persaingan dalam hal Pendidikan, pergaulan,
penguasaan ekonomi yang dapat menimbulkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
5. Frustasi  terkadang suami melakukan kekerasan terhadap istrinya karena merasa
frustasi tidak bias melakukan sesuatu yang semestinya menjadi tanggung jawabnya.
Penyebab-penyebab lain KDRT :
1. Kurang komunikasi, ketidak harmonisan
2. Ketidak mampuan mengendalikan emosi
3. Ketidakmampuan mencari solusi masalah rumah tangga apapun
4. Kondisi mabuk karena minuman keras dan narkoba
DAMPAK KDRT TERHADAP ANAK
1. Dampak terhadap Anak berusia bayi
Anak bayi yang menyaksikan terjadinya kekerasan antara pasangan bapak dan ibu
sering dicirikan dengan anak yang memiliki kesehatan yang buruk, kebiasaan tidur
yang jelek, dan teriakan yang berlebihan. Bahkan kemungkinan juga anak-anak itu
menunjukkan penderitaan yang serius. Hal ini berkonsekuensi logis terhadap
kebutuhan dasarnya yang diperoleh dari ibunya ketika mengalami gangguan yang
sangat berarti.
2. Dampak terhadap anak kecil
Ekspresi marah dapat menyebabkan bahaya atau kesulitan pada anak kecil.
Kesulitan ini semakin menjadi lebih Nampak, ketika ekspresi verbal dibarengi dengan
serangan fisik oleh anggota keluarga lainnya. Penampilan emosi yang kasar dapat
mengancam rasa aman anak dalam kaitannya dalam lingkungan sosialnya. KDRT
terhadap anak usia muda (anak kecil) sering digambarkan dengan problem perilaku
seperti seringnya sakit, memiliki rasa malu yang serius, dan memiliki masalah selama
dalam pengasuhan, terutama masalah sosial, misalnya : memukul, menggigit, dan suka
mendebat
3. Dampak terhadap Anak usia prasekolah
Anak-anak yang memperoleh rasa distress pada usia sebelumnya dapat
diidentifikasi tiga tipe reaksi perilaku, yaitu :
– Emosi negative yang diwujudkan dengan perilaku marah yang diikuti setelahnya
rasa sedih dan berkeinginan untuk menghalangi atau campur tangan
– Tidak menunjukkan emosi, tetapi setelah itu mereka marah
– Perasaan emosional yang tinggi (baik positif maupun negative) selama
berargumentasi
– Mereka bahagia, tetapi sebagian besar dianatara mereka cendering menunjukkan
sikap agresif secara fisik dan verbal terhadao teman sebayanya
4. Dampak terhadap Anak usia SD
Anak-anak usia SD seringkali memiliki kesulitan tentang pekerjaan sekolahnya,
yang diwujudkan dengan prestasi akademik yang jelek, tidak ingin pergi ke sekolah, dan
kesulitan dalam konsentrasi.
5. Dampak terhadap Anak remaja
Seberat apapun kekerasan yang ada dalam rumah tangga, tidak sepenuhnya
kekerasan itu berdampak kepada semua anak remaja, tergantung ketahanan mental dan
kekuatan pribadi anak remaja tersebut
UPAYA PENANGANAN KDRT
Pendekatan Preventif
■ Menyelenggarakan pendidikan oragtua untuk dapat menerapkan cara mendidik
dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis
■ Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya
melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika
sewaktu-waktu terjadi KDRT
■ Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang
terjadinya KDRT
■ Membagun kesadara kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat
yang ditimbulkan KDRT
■ Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku
KDRT
■ Melakukan filter terhadap media massa, baik cetak maupun elektronik, yang
menamoilkan informasi kekerasan
■ Mendidik, mengasuhm dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin,
kondisi, dan potensinya
■ Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena KDRT,
tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban KDRT
■ Mendorong dan menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk lebih peduli dan
responsive terhadap kasus-kasus KDRT yang ada di lingkungannya
Pendekatan Kuratif
■ Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dan
tingkat berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya
berarti bagi pelaku KDRT saja, tetapi juga bagi korban dan anggita masyarakat
lainnya
■ Memberikan inecentive bagi setiap orang yang berjasa dalam mengurangi,
mengeliminir, dan menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti, sehingga
terjadi proses kehidupan yang tenabg dan membahagiakan
■ Menentukan pilihan model penanganan KDRT sesuai dengan kondisi korban KDRT
dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam keluarga, sehingga penyelesaiannya memiliki
efektivitas yang tinggi
■ Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan
penanganan sejak dini, sehingga tidak terjadi luka dan trauma psikis sampai serius
■ Menyelesadikan kasus-kasus KDRT untuk sesegera mungkin melakukan
pertaubatan diri kepada Tuhan, akan kekelituan dan kesalahan dalam berbuat
kekerasan dalam rumah tangga, sehingga dapat menjamin rasa aman bagi semua
anggota keluarga
■ Pemerintah perlu terus bertindak cepat dan tegas terhadap seriap praktik KDRT
dengan mengacu pada UU tentang PKDRT, sehingga tidaj berdampak jelek bagi
kehidupan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai