Anda di halaman 1dari 46

DERMATOFITOSIS

(TINEA)

By : Annisa Dyah C
DERMATOFITOSIS

• Adalah penyakit pada jaringan yg mengandung zat tanduk,


misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku,
yg disebabkan golongan jamur dermatofita.
• Adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh dermatofita
yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisi, dengan menyerang
jaringan berkeratin, seperti stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku.
• Jamur ini dapat menginvasi seluruh lapisan stratum korneum
dan menghasilkan gejala melalui aktivasi respon imun
penjamu.

SINONIM: TINEA, RINGWORM, KURAP, TEIGNE,


HERPES SIRSINATA.
ETIOLOGI
• Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena
mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga
infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari
stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.
• Disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari 3 genus
yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton.
• Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri
dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies
Epidermafiton.
• Setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes
tertentu.
• Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-
kadang menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton
verukosum.
• Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat
menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya
Mikrosporon gipsium.
CARA PENULARAN & FAKTOR RESIKO

• Dapat secara langsung dan secara tidak langsung.


• Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang
mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah.
• Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi
jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
• Untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari
beberapa factor:
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur
Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing
jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas
terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya :
Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton
flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang
jamur.
3. Faktor-suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur,
tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti
lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana
terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi
yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding
golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
5. Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan
infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak
berhubungan dengan pekerjaan.
Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti
faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor
transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat
mempermudah penyakit jamur ini.
KLASIFIKASI
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut
(globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum,
sekitar anus dapat meluas sampai ke daerah gluteus, perut
bagian bawah dan ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan
tangan, terutama telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot,
jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan
memberi gambaran klinik yang khas.
TINEA KAPITIS
• Definisi : infeksi jamur superfisial yg menyerang kulit kepala &
rambut
• Etiologi : golongan dermatofita,terutama T. rubrum, T.
mentagrophytes dan M. gypseum
• Epidemiologi : umumnya anak-anak sekolah dasar, Lk > Pr, lebih
banyak pada daerah beriklim panas
• Faktor resiko : kebersihan yg buruk & kontak dg binatang
peliharaan berperan dlm penularan
• Gejala : jamur dpt masuk ke dalam kulit kepala atau rambut,dan
selanjutnya berkembang membentuk kelainan kepala bergantung
dari bentuknya. + keluhan gatal atau nyeri
• Pemeriksan kulit
 Lokalisasi : daerah kulit kepala & rambut
 Efloresensi : bergantung dari jenisnya
1. Gray patch ring worm : papula miliar sekitar muara rambut,rambut
mudah putus,meninggalkan alopesia yg berwarna coklat
2. Black dot ring worm : infeksi jamur dlm rambut/di luar
rambut,meninggalkan makula cokelat berbintik hitam& warna
rambut mjd suram
3. Kerion : pada kulit kepala tampak bisul2 kecil dg skuamasi akibat
radang lokal,rambut putus
4. Tinea favosa : bintik2 berwarna merah kuning ditutupi oleh krusta
berbentuk cawan,berbau busuk,rambut mudah dicabut
• Pemeriksaan lab
1. Sinar wood : fluoresensi kehijauan
2. Pembiakan skuama dlm media agar Saboraud
3. Preparat langsung dari kerokan kulit dg larutan KOH 10% ,dapat
terlihat hifa atau spora & miselium. Preparat langsung dari
rambut dpt terlihat hifa/spora di endotriks/elotriks
• Diagnosis banding : Alopesia areata, dermatitis seboroika,psoriasis
• Penatalaksaan :
 Sistemik :
- griseofulvin 10-25mg/kgBB ; dewasa 500 mg/hari
- ketokonazol 5-10mg/kgBB ; dewasa 200 mg/hari selama 7-14 hari
 Topikal :
mencuci kepala/rambut dg sampo desinfektan antimikotik seperti
larutan asam salisilat,asam benzoat dan sulfur presipitatum. Obat-
obat derivat imidazol 1-2% dalam krim atau larutan dpt
menyembuhkan. Ketokonazol krim/larutan 2%

Prognosis: umumnya baik jika penyembuhan telah dicapai& faktor


infeksi dapat dihindari
TINEA BARBAE
• Definisi : infeksi jamur dermatofita pd daerah dagu/jenggot yg
menyerang kulit dan folikel rambut
• Etiologi : gol. Trichophyton dan Microsporum
• Epidemiologi : selalu pada orang dewasa,biasanya pd pria dewasa, >
daerah tropis dg kelembapan tinggi,byk pada org dg higiene kurang
baik
• Gejala : penderita biasanya mengeluh gatal & pedih pada daerah yg
terkena,disertai bintik2 kemerahan yg terkadang bernanah
• Pemeriksaan kulit :
- efloresensi : rambut daerah yg terkena mjd rapuh dan tidak
mengkilat,tampak reaksi radang pd folikel berupa
kemerahan,edema,kadang ada pustula
• Gambaran histopatologi : pada batang & folikel terkadang tampak
organisme,tetapi jarang pd lesi yg lebih dalam. Kronik  terlihat
nanah,sel raksasa dan infiltrasi sel-sel radang kronik
• Pemeriksaan pembantu/lab :
1. Kerokan kulit atau rambut jenggot yg terkena ( terputus-
putus,tidak mengkilap) dg larutan KOH 10-20% dilihat langsung
dibawah mikroskop u/ mencari hifa/infeksi endotriks/elotriks
2. Biakan pada media agar Sabouraud
3. Sinar wood : fluoresensi kehijauan

• Diagnosis banding : dermatitis kontak alergika,akne


kistik,dermatitis seboroik
• Penatalaksaan :
- Umum : rambut daerah jenggot dicukur bersih,jaga kebersihan
umum
- Khusus :
1. Sistemik :
• Dapat diberikan griseovulfin 500 mg-1 gram/hari selama 2-4 mgg
• Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 mgg atau ketokonazol 200
mg/hari selama 3 mgg
2. Topikal
• Kompres sol.kalium permanganas 1:4000 atau sol. Asam asetat
0,025%, 2-3 kali sehari
• Epilasi rambut yg terinfeksi
• Antibiotik
• Antifungi : ketokonazol krim 2% selama 5-7 hari atau itrakonazol 1%
5-7 hari
TINEA KORPORIS
• Tinea, sirsinta, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap, herpes
sircine trichophytique
• Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang
tidak berambut (glabrous skin)

• Epidemiologi :
Umur : >> orang dewasa
Jenis Kelamin : pria dan wanita
Bangsa/ras : tersebar diseluruh dunia
Daerah : terutama pada daerah tropis
• Etiologi : Disebabkan oleh jamur superfisial golongan
dermatofita : Epidermophyton floccosum dan T. Rubrum
• Faktor resiko :
Musim/iklim : meningkat pada kelembapan tinggi
Kebersihan : sangat besar berpengaruh terhadap penyakit ini
Keturunan : tidak berpengaruh
Lingkungan : kotor/bersih
Gejala

• Subjektif : gatal, meningkat jika berkeringat


• Objektif : makula hiperpigmentasi dengan tepi yang lebih aktif
Diagnosis :
• Px. Kulit :
• Lokalisasi : wajah anggota gerak atas dan bawah, dada, punggung
• Efloresensi : lesi berbentuk makula/plak yang merah/hiperpigmentasi
dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi lesi dijumpai papul-
papul eritematosa atau vesikel. Gambaran lesi dapat polisiklik.
kronik  likenifikasi
• Px. Lab : kerokan kulit dengan KOH 10%  hifa
Tata laksana
• Non-Farmakologi
Meningkatkan kebersihan badan
Menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat
• Farmakologi
• Sistemik
Anti histamin
Griseofulvin  anak : 15-20mg/kgbb/hari
dewasa : 500-1000 mg/hari
Itrakonazol  100mg/hari selama 2 mgg
Ketokonazol 200mg/hari dalam 3mgg
• Topikal :
• Salep Whitfield
• Campuran, asam salisilat 5%, asa benzoat 10% dan resorsinol 5% dalam
spiritus
• Tolnaftat
• Imidazol
• Ketokonazol
• Piroksolamin siklik 200mg/hari dalam 3 mgg
• Itrakonazol 100mg/hari selama 2mgg
TINEA IMBRIKATA
• Definisi : infeksi jamur yg menyerang kulit dg gambaran khas berupa
skuama kasar yg tersusun konsentris sehingga tampak seperti atap
genting
• Etiologi : Trichophyton concentricum
• Epidemiologi : semua umur, menyerang semua ras, Lk = Pr, banyak
di daerah tropis,lembap & panas memenagaruhi penyebaran
• Gejala : biasanya menyerang seluruh permukaan kulit berupa
lingakaran2 yg bersisik kasar dan tampak menyerupai lingkaran2
bermata satu ( polosiklik ). Sisik-sisik melingkar yg satu menutup yg
lain seperti lapisan genting & dpt disertai persaan yg sangat gatal
• Pemeriksaan kulit :
 Lokalisasi : biasanya di seluruh tubuh
 Efloresensi : makula berwarna seperti kulit normal,berbentuk
lingkaran & ditutupi sisik-sisik kasar/ bbrp lingkaran dpt menyatu (
polisiklis ),skuama saling menindih seperti susunan atap genting
• Pemeriksaan pembantu/ lab :
1. Kerokan kulit dg KOH 10% dipanasi sebenta tidak sampai
mendidih dapat ditemukan hifa miselium dan spora
2. Biakan skuama pada media Sabouraud  koloni ragi

Diagnosis banding : gambaran klInik yg khas ini tidak ditemukan pada


penyakit lain sehingga memudahkan diagnosis pasti
• Penatalaksanaan :
1. Sistemik : Griseofulvin 0,5 g selama 1-2 bulan
2. Topikal :
• Keratolitik kuat yg bersifat fungisid antara lain ; krisarobin
5%,sulfur 5% atau as. Salisilat 5%
• Salep Whitfield 2x sehari
• Antimikotik gol.imidazol
• Itrakonazol 100 mg/hari selama 3 mgg
• Ketokonazol 200 mg /hari selama 2-4 mgg

• Prognosis : seringkali resisten thdp pengobatan & sering kambuh


TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
• Definisi : dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus.
• Kelainan ini bersifat akut/menahun, bahkan dapat berlangsung
seumur hidup.
• Penyebab tinea kruris terutama adalah Epidermophyton floccosum
dan Trichophyton rubrum. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
Trichophyton mentagrophytes dan walaupun jarang di sebabkan
oleh microsporum gallinae.
• Epidemiologi : Kebanyakan pada dewasa, Pria >> , Banyak di daerah
tropis, musim panas & banyak berkeringat, Kebersihan yg kurang
diperhatikan, kotor & lembab

• Gejala :
Rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum,
bokong dan dapat ke genitalia
Ruam kulit berbatas tegas, erimatosa dan bersisik, semakin hebat
jika banyak berkeringat
Lokalisasi : Regio inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke
perineum, sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat
pula meluas ke suprapubic dan abdomen bagian bawah
 Efloresensi :
• Makula erimatosa numular berbatas tegas dg tepi aktif terdiri
dari papula atau pustula
• Bila kronik → berupa bercak hitam disertai sedikit
sisik/skuama diatasnya
• Pemeriksaan lab : Kerokan kulit daerah lesi dengan KOH 10%:
tampak elemen jamur spt hifa, spora, dan miselium
• Penatalaksanaan :
TOPIKAL:
• Salep/krim aantimikotik.
• Lokasi ini sangat peka nyeri, jd konsentrasi obat harus lebih rendah
dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoate,
sulfur dsb
SISTEMIK:
• Diberikan jika meluas dan kronik
• Ketokonazol 100 mg/hari selama 1 bulan atau
• Griseofulvin 500 – 1000 mg slm 2-3 minggu
TINEA MANUS
• Definisi : infeksi dermatofita pada tangan
• Etiologi : T.mentagrophytes dan T.rubrum
• Epidemiologi : dpt menyerang semua umur,semua bangsa. Daerah
tropis meningkatkan angka infeksi, panas& lembap mempermudah
jamur masuk ke kulit
• Gejala : ada 2 tipe : vesikular meradang & skuamosa tidak meradang
; gambaran penyakit dapat berupa vesikel2 atau skuama dgn
eritema yg berbatas tegas disertai rasa gatal
• Pemeriksaan kulit :
 Lokalisasi : mulai pergelangan tangan sampai ke ujung jari
 Efloresensi : makula erimatosa dg tepi aktif,berbatas tegas.
Terdapat vesikel atau skuama diatasnya

• Pemeriksaan pembantu/lab :
1. Kerokan kulit dg KOH 10% ; terlihat elemen-elemen jamur
2. Sinar Wood ; fluoresensi +
3. Biakan skuama pd media Sabouraud dalam 1-2 mgg menghasilka
pertumbuhan koloni ragi
• Penatalaksanaan
Dapat diberikan preparat haloprogin, tolnaftat dan preparat triazol
baik dalam bentuk tablet,krim maupun larutan
• Prognosis : Baik
TINEA PEDIS
• Definisi : infeksi jamur superfisial pada pergelangan kaki,telapak dan
sela-sela jari kaki
• Etiologi : Epidermophyton,Trichophyton,Microsporum dan C.
albicans yang ditularkan secara kontak langsung atau tidak
langsung
• Bentuk Klinik :
1. Tipe papilo-skuomosa hiperkeratorik kronik: jarang didapati vesikel dan
pustula, sering pada tumit dan tepi kaki dan kadang sampai ke
punggung kaki. Eritema dan plak hiperkeratotik diatas daerah lesi yang
mengalami likenifikasi. Biasanya simetris, jarang dikeluhkan dan kadang
tidak begitu dihiraukan oleh penderita.
2. Tipe intertriginosa kronik: manifestasi klinis berupa fisura dan jari-jari,
tersering pada sela jari ke-4 dan 5, basah dan maserasi disertai bau yang
tidak enak.
3. Tipe subakut: lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustula. Dapat
sampai ke punggung kaki dan tumit dengan eksudat yang jernih kecuali
jika mengalami infeksi sekunder. Proses subakut dapat diikuti selulitis,
limfangitis, limfadenitis, dan erisipelas.
4. Tipe aku: gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Lebih sering
pada pria. Kondisi hiperhidrosis dan maserasi pada kaki.
• Pemeriksaan kulit :
1. lokalisasi: interdigitalis antara jari jari ke 3,4, dan 5 serta telapak
kaki
2. efloresensi: fisura pada sisi kaki, beberapa milimeter sampai 0,5
cm, sisik halus putih kecoklatan, vesikula miliar dan dalam,
vesikopustula miliar sampai lentikular pada telapak kaki dan sela
jari, hiperkeratonik biasanya pada telapak kaki.
• Pemeriksaan laboratorik :
1. kerokan kulit+KOH 10%: hifa positif
2. Biakan agar sabouroud: tumbuh koloni jamur
3. Sinar wood: fluoresensi positif.

• Penatalaksanaan :
1. profilaksis, untuk mengeingkan kaki dengan baik setiap habis
mandi, kaus kaki selalu bersih dan bentuk sepatu yang baik.
2. Griseofulvin 500mg sehari selama 1-2bulan
3. Salep whitfield I atau II, tolnaftat dan toksiklat berkhasiat baik

• Prognosis: dubia ad bonam


TINEA UNGUIUM
• Definisi: infeksi jamur dermatofita pada kuku
• Etiologi&Epidemiologi:
1. dapat ditularkan secara langsung atau tidak langsung
2. Penyebab: golongan dermatofita yang sama dengan penyebab tinea
pedis dan manus misalnya T. mentaghrophytes dan T. rubrum
3. Umur: lebih sering pada orang dewasa, bersamaan dengan tinea pedis et
manus
4. Jenis kelamin: pria dan wanita
5. Bangsa/ras: semua ras, terutama yang bermukin di daerah tropis
6. Daerah: tropis
7. Musim/iklan: tidak jelas pengaruhnya terhadap penyakit ini
8. Kebersihan: pekerjaan yang berkaitan dengan air kotor
9. Keturunan: tidak berpengaruh
10. Lingkungan: lembap atau basah, sering kontak dengan air kotor
• Gejala singkat penyakit: perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan. Keluhan utama berupa
kerusakan kuku. Kuku menjadi suram, lapuk, dan rapuh yang
dapat dimulai dari arah distal (perimarginal) atau proksimal.
Bagian yang bebas tampak menebal
• Pemeriksaan kulit:
1. lokalisasi: semua kuku jari tangan dan kaki
2. Efloresensi: kuku menjadi rusak dan rapuh serta suram
warnanya, permukaan kuku menebal, dibawah kuku
tampak detritus yang mengandung elemen-elemen jamur.
Pada infeksi ringan hanya dijumpai bercak putih dan kasar
dipermukaan kuku
• Pemeriksaan Laboratorik:
1. Kerokan kuku + KOH 40%
2. Biakan kerokan skuama dibawah/diatas kuku menghasilkan
koloni jamur
• Pentalaksanaan :
1. Umum: meningkatkan kebersihan/hygiene penderita
2. Khusus:
 Sistemik: griseofulvin: dosis anak 15-20mg/kg/BB/hari, dosis
dewasa 500-1000mg/hari selama 2-4 mgg
 Topikal :kompres asam salisilat 5%, asam benzoate 10% dan
resorsinol 5% dalam spiritus, asam undesilenat dalam bentuk
cairan, tolnaftat dalam bentuk cairan, imidazole dalam bentuk
cairan.
• Prognosis: dubia ad bonam
Referensi

• Saripati penyakit kulit ed 3


• Kulit kelamin UI ed 7

Anda mungkin juga menyukai