Anda di halaman 1dari 21

TETANUS

Annisa Dyah Chairini


1510211128
PENGERTIAN

Berasal dari kata Yunani “tetanos” yg berarti “berkontraksi”.

Penyakit akut yg ditandai dengan kekakuan otot dan spasme otot yg


diakibatkan oleh toksin dari Clostridium tetani.

Keadaan hypertonia akut/kontraksi otot yg mengakibatkan nyeri


(biasanya pada rahang bawah dan leher) dan spasme otot menyuluruh
tanpa penyebab lain, dan terdapat riwayat luka ataupun kecelakaan
sebelumnya.
EPIDEMIOLOGI
• Pada negara berkembang→ masalah kesehatan yang sangat besar.
• Dilaporkan terdapat 1 juta kasus per tahun di seluruh dunia, dengan angka kejadian
18/100.000 penduduk per tahun serta angka kematian 300.000- 500.000 per tahun.
• Sebagian besar kasus pada negara berkembang→ tetanus neonatorum
• Angka kejadian pada dewasa juga cukup tinggi
• Tetanus neonatorum: Terjadi karena perawatan tali pusar yang tidak baik. Penggunaan alat yang
tidak steril sewaktu pemotongan tali pusar.
• Mortalitas dari penyakit tetanus melebihi 50 % di negara berkembang, dengan penyebab
kematian terbanyak karena mengalami kegagalan pernapasan akut.
• Penyebab kematian pasien tetanus terbanyak adalah masalah semakin buruknya sistem
kardiovaskuler paska tetanus ( 40%), pneumonia (15%), dan kegagalan pernapasan akut
(45%).
ETIOLOGI

IDENTIFIKASI

• Bentuk : batang
• Susunan : tunggal
TAKSONOMI • Warna : ungu
• Sifat : gram (+)
• Metode : pewarnaan gram
• Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora,
ETIOLOGI memberikan gambaran klasik seperti “drumstick”.
• Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun.
• Spora yang diproduksi oleh bakteri ini tahan terhadap
banyak agen desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia.
• Spora C. tetani dapat bertahan dari air mendidih selama
beberapa menit (meski hancur dengan autoclave pada suhu
121° C selama 15-20 menit).
• Begitu spora masuk ke dalam jaringan, spora akan
berubah menjadi bentuk vegetatif.
• Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai
pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu
persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama
tetanus neonatorum.

MORFOLOGI Dan SIFAT


• Clostridium tetani adalah bakteri Gram positif yg bersifat
obligat anaerob . Pembesaran
• Clostridium tetani dijumpai pada tinja binatang terutama 3000X
kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang
terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut.
• P: 2-5 mm dan L: 0,3-0,5 mm
TOKSIN
Ketika bakteri menempati tempat yang cocok • TETANOSPASMIN
(anaerob) bakteri akan berkembang dan
melepaskan toksin tetanus, toksin yg • Neurotoksin yg mengakibatkan manifestasi dari
dihasilkan: penyakit tetanus.
• Masuk ke susunan saraf melalui otot dimana terdapat
suasanan anaerobic yg memungkinkan C.tetani untuk
• TETANOLISIN hidup dan memproduksi toksin.
• Tidak berhubungan dengan • Lalu setelah masuk ke susunan saraf perifer, toksin
pathogenesis penyakit. akan ditransportasikan secara retrograde menuju
• Mempunyai efek hemolisin dan saraf presinaptik, dimana toksin tersebut bekerja.
protease, merusak jaringan sehingga • Toksin ini akan menghambat pelepasan transmitter
menjadi lingkungan yg baik untuk yaitu GABA (Gamma Amino Butyric Acid) yg spesifik
pertumbuhan Clostridium tetani. menginhibisi neuron motoric dan mengakibatkan
aktivitas tidak teregulasi dari system saraf motoric.
• Sistem saraf otonomik juga terganggu→ peningkatan
katekolamin mengakibatkan komplikasi
kardiovaskular.
FAKTOR RESIKO

• Laserasi atau luka terbuka yang terkontaminasi bakteri maupun


sporanya
• Infeksi pada anak-anak dan dewasa
• Pasien yang memiliki diabetes
• Operasi yang kurang steril
• Ibu/anak yang tidak mendapatkan vaksinasi
• Pemotongan tali pusat yang kurang steril
GEJALA KLINIS
Periode inkubasi tetanus antara 3-21 hari (rata-rata 7 hari). Pada 80-90%
penderita, gejala muncul 1-2 minggu setelah terinfeksi→ Trismus/rahang
yang terkunci
Opistotonus
Spasme otot
Risus sardonicus
Dibagi menjadi 4 tipe secara klinik berdasarkan tempat dimana toksin
tersebut bekerja:
• Tetanus Generalisata
Paling sering dijumpai. Trismus, kekakuan otot maseter, punggung serta
bahu, opistotonus, posisi dekortikasi, serta ekstensi dari ekstremitas bawah.
• Tetanus Lokalized
Kekakuan dari daerah dimana terdapat luka, biasanya ringan, bertahan
beberapa bulan, dan sembuh dengan sendirinya. Kadang mengalami
kelemahan, kekakuan serta nyeri pada daerah yg terkena.
• Tetanus Cephalic
Trismus, disfagia, dan focal cranial neuropathy. Dapat timbul parese
wajah serta gangguan pada ototekstraokular.
• Tetanus Neonatal
Biasa terjadi karena proses kebersihan saat melahirkan tidsk bersih.
Biasa terjadi pada minggu kedua kehidupan. Ditandai kelemahan dan
ketidakmampuan menyusu, kadang disertai opistotonus, gangguan
otonomik berupa tekanan darah yg labil (takikardia maupun
bradikardia), hiperpireksia.
Risus sardonicus Opistotonus
KLASIFIKASI

Derajat keparahan berdasarkan


klasifikasi Ablet:

Phillips score dan Dakar score.


DIAGNOSIS
Diagnosis tetanus sudah cukup kuat
hanya dengan berdasarkan anamnesis
serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
kultur C. tetani pada luka, hanya NOTE:
merupakan penunjang diagnosis.
Menurut WHO, adanya trismus/risus
• ANAMNESIS sardonicus/spasme otot yg nyeri
• Lokasi luka, jenis luka serta biasanya didahului oleh riwayat
• Port d’entrée (jarum suntik, dll) trauma sudah cukup untuk
• Riwayat imunisasi menegakkan diagnosis.
• Px.Fisik
Trismus, risus sardonikus,spasme otot
• Px. Penunjang
• Px mikroskopik : sampel diambil dari
luka, diwarnai dengan gram
• Biakan : potongan jaringan
nekrotik dibiakkan
TATALAKSANA
Ada tiga sasaran penatalaksanaan  Non Farmakologi
tetanus, yakni:
1. Membuang sumber tetanospasmin • Isolasi khusus untuk hindari
2. Menetralisasi toksin yang tidak rangsangan suara dan cahaya
terikat • Luka harus dibersihkan secara
menyeluruh dan didebridement
3. Perawatan penunjang (suportif ) untuk mengurangi muatan bakteri
sampai tetanospasmin yang dan mencegah pelepasan toksin lebih
berikatan dengan jaringan telah lanjut.
habis dimetabolisme • Memasang NGT jika ada trismus
• Mengontrol jalan napas, dapat
menggunakan ventilator mekanik dan
trakeotomi bila ada spasme.
 Farmakologi • “Pada kasus tetanus, apakah pemberian HTIG
• Immunoterapi dibandingkan ATS memberikan angka kematian yang
lebih rendah ?”
• American Academy of Pediatric, Philippine Pediatric Society,
dan beberapa literatur lain menyebutkan kasus tetanus anak • Kematian pada kasus tetanus yang diberikan ATS
diberikan terapi spesifik berupa HTIG 3.000-6.000 IU IM. adalah 16,1%, sedangkan pada pemberian HTIG hanya
• Rekomendasi British National Formulary adalah 5.000- 8%.
10.000 unit IV.
• “Pada kasus tetanus, apakah pemberian HTIG
• Untuk bayi, dosisnya adalah 500 IU intramuskular dosis
tunggal. dibandingkan ATS memberikan reaksi hipersensitif
• Kontraindikasi HTIG adalah riwayat hipersensitivitas terhadap
sistemik yang lebih sedikit?”
imunoglobulin atau komponen human immunoglobulin • HTIG memiliki efek samping hipersensitif sistemik
sebelumnya; trombositopenia berat atau keadaan koagulasi
yang lebih ringan dibandingkan dengan ATS.
lain yang dapat merupakan kontraindikasi pemberian intra
muskular. • “Pada kasus tetanus, apakah pemberian HTIG
• Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis yang dikeluarkan oleh dibandingkan ATS memberikan efek samping reaksi
IDAI tahun 2008, dan Panduan Pelayanan Medis Departemen lokal yang lebih sedikit?”
Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo tahun 2007
menyebutkan untuk terapi netralisasi toksin diberikan ATS • HTIG memiliki efek samping reaksi lokal yang lebih
50.000– 100.000 IU, setengah dosis diberikan IM dan ringan dibandingkan dengan ATS .
setengahnya IV, dengan dilakukan uji kulit lebih dulu.
• ATS (Anti Tetanus Serum), dapat • Human Tetanus Immunoglobuline
merupakan antitoksin bovine (asal (asal manusia), terkenal di pasaran
lembu) maupun dengan nama Hypertet.
antitoksin equine (asal kuda). • Kerugian hypertet adalah
harganya yang.
• Antibiotik

• Metronidazole diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30


mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.
• Metronidazole efektif mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk vegetatif.
• Lini kedua dapat diberikan penicillin procain 50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari.
• Pemberian penicillin G 100.000 U/kgBB/hari iv, setiap 6 jam selama 10 hari
direkomendasikan pada semua kasus tetanus.
• Sebuah penelitian menyatakan bahwa penicillin mungkin berperan sebagai agonis terhadap
tetanospasmin dengan menghambat pelepasan asam aminobutirat gama (GABA).
• Jika hipersensitif terhadap penicillin dapat diberi tetracycline 50 mg/kgBB/hari (untuk anak
berumur lebih dari 8 tahun).
• Antispasme Otot

• Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal.
Dosis diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/ kali dengan interval
2-4 jam sesuai gejala klinis, dosis yang direkomendasikan untuk usia <2 tahun tahun
adalah 8 mg/kgBB/hari oral dalam dosis 2-3 mg setiap 3 jam pada orang dewasa 3 x
10 mg IM.
• Diazepam 5 mg per rektal untuk berat badan <10 kg dan 10 mg per rektal untuk anak
dengan berat badan ≥10 kg.
• Atau diazepam intravena untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali. Setelah spasme berhenti,
pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan.
• Alternatif lain, untuk bayi (tetanus neonatorum) diberikan dosis awitan 0,1-0,2
mg/kgBB iv untuk menghilangkan spasme akut, diikuti infus tetesan tetap 15-40 mg/
kgBB/hari. Setelah 5-7 hari dosis diazepam diturunkan bertahap 5-10 mg/hari dan
dapat diberikan melalui pipa orogastrik. Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB/hari.
PENCEGAHAN
• Imunisasi aktif.

Tetanus toksoid (TFT = VST = vaksin serap tetanus) diberikan dengan dosis sebanyak 0,5 cc IM, diberikan 1 x sebulan selama 3
bulan berturut – turut.

• DPT (Dephteri Pertusis Tetanus) terutama diberikan pada anak. Diberikan pada usia 2 – 6 bulan dengan dosis sebesar 0,5 cc
IM, 1 x sebulan selama 3 bulan berturut – turut. Booster diberikan pada usia 12 bulan, 1 x 0,5 cc IM, dan antara umur 5 – 6
tahun 1 x 0,5 cc IM.

• Tetanus toksoid.

Imunisasi dasar dengan dosis 0,5 cc IM, yang diberikan 1 x sebulan selama 3 bulan berturut – turut. Booster (penguat)
diberikan 10 tahun kemudian setelah suntikan ketiga imunisasi dasar, selanjutnya setiap 10 tahun setelah pmberian booster
di atas.

Setiap penderita luka harus mendapat tetanus toksoid IM pada saat cedera, baik sebagai imunisasi dasar maupun sebagai
booster, kecuali bila penderita telah mendapatkan booster atau menyelesaikan imunisasi dasar dalam 5 tahun, terakhir

• Rekomendasi WHO→ 3 dosis awal saat bayi, booster pertama saat umur 4-7 serta 12-15 tahun dan booster terakhir saat
dewasa.

• Rekomendasi WHO→ untuk imunisasi pada wanita hamil yg sebelumnya belum pernah diimunisasi.
KOMPLIKASI
• Tulang
• fraktur vertebra akibat kejang.
• Kelainan cardiovascular
• Takikardi, hipertensi, vasokontriksi perifer
• Saluran napas
• Asfiksia akibat depresi pernafasan, spasme jalan nafas
• Pneumonia
PROGNOSIS
Angka kematian tetanus
masih cukup tinggi.
Prognosis kesembuhan dan
kematian berhubungan
dengan derajat tetanus.
REFRENSI
• Ipd Edisi VI
• Kalbamed
• http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_222CPD-
Penatalaksanaan%20Tetanus.pdf
• Sari Pediatri, Vol. 12, No. 4, Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai