DEFINISI
Bakteri Clostridium
tetani
tetanus
atau tidak
bersih
TERAPI UMUM
• Semua pasien disarankan untuk menjalani perawatan di ruang ICU
yang tenang supaya bisa dimonitor terus-menerus fungsi vitalnya.
Pasien dengan tetanus tingkat II, III, IV sebaiknya dirawat di ruang
khusus dengan peralatan intensif yang memadai serta perawat yang
terlatih untuk memantau fungsi vital dan mengenali tanda aritmia.
Hendaknya pasien berada di ruangan yang tenang dengan maksud
untuk meminimalisasi stimulus yang dapat memicu terjadinya
spasme.
• Berikan cairan infus D5 untuk mencegah dehidrasi dan hipoglikemi
• Debridement luka. Semua luka harus dibersihkan. Jaringan nekrotik
dan benda-benda asing harus dikeluarkan. Semua luka yang
berpotensial harus didebridement, abses harus diinsisi dan
didrainase. Selama dilakukannya manipulasi terhadap luka yang
diduga menjadi sumber inkubasi tetanus ini, harus diberikan hTIG
dan terapi antibiotika. Juga penting diberikan obat-obatan
pengontrol spasme otot selama manipulasi luka.
TERAPI KHUSUS
1. ANTI TETANUS TOKSIN
Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk:
• Toksin bebas dalam darah;
• Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf.
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas dalam darah. Sedangkan yang telah
bergabung dengan jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh antitoksin. Sebelum pemberian
antitoksin harus dilakukan:
• Anamnesa apakah ada riwayat alergi;
• Tes kulit dan mata; dan
• Harus selalu sedia Adrenalin 1:1.000.
Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat heterolog sehingga mungkin
terjadi syok anafilaksis.
Tes mata
Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan 1 tetes larutan antitoksin tetanus 1:10 dalam larutan garam
faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi garam faali. Positif bila dalam 20 menit, tampak
kemerahan dan bengkak pada konjungtiva.
Tes kulit
Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam larutan faali secara intrakutan. Reaksi positif
bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm.
Bila tes mata dan kulit keduanya positif, maka antitoksin diberikan secara bertahap (Besredka).
Dosis
Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987) dan Grossman (1987)
menganjurkan dosis 50.000–100.000 u yang diberikan setengah lewat intravena dan setengahnya
intramuskuler. Pemberian lewat intravena diberikan dengan cara melarutkannya dalam 100–200 cc
glukosa 5% dan diberikan selama 1–2 jam.
Di FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama 2 hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis
10.000 i.m, sekali pemberian.
2. ANTIBIOTIKA
• Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10
hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan
Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM
diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti
tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak
melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( 4
dosis ). Metronidazol loading dose 15 mg/kg BB/jam,
selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap 6 jamBila tersedia Peniciline
intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit
/kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
• Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk
vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang
dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian
antibiotika broad spektrum dapat dilakukan
3. ANTI KONVULSAN / ANTI SEDATIF
• Obat–obat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan
mengurangi kepekaan jaringan saraf terhadap rangsangan.
Obat yang ideal dalam penanganan tetanus ialah obat yang
dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa
mengganggu pernapasan, gerakan–gerakan volunter atau
kesadaran.
• Obat–obat yang lazim digunakan ialah:
• Diazepam
Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan
dosis 0,5 mg/kg.bb/kali i.v. perlahan–lahan dengan dosis opti-
mum 10 mg/kali diulangi setiap kali kejang. Kemudian diikuti
pemberian diazepam peroral–(sonde lambung) dengan dosis 0,5
mg/kg.bb/kali sehari diberikan 6 kali.
• Fenobarbital
Dosis awal: 1 tahun 50 mg intramuskuler; 1 tahun 75 mg
intramuskuler. Dilanjutkan dengan dosis oral 5–9 mg/kg.bb/hari
dibagi dalam 3 dosis.
• Largactil
Dosis yang dianjurkan 4 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 6 dosis.
JENIS ANTI KONVULSAN
4. TETANUS TOXOID
• Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi
yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus
dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus
selesai.
PENGOBATAN
MENURUT GILROY
- Kasus ringan :
Penderita tanpa cyanose : 90 - 180 begitu juga promazine 6 jam dan barbiturat
secukupnyanya untuk mengurangi spasme.
- Kasus berat :
• Semua penderita dirawat di ICU (satu team )
• Dilakukan tracheostomi segera. Endotracheal tube minimal harus dibersihkan setiap
satu jam dan setiap 3 hari ETT harus diganti dengan yang baru.
• Curare diberi secukupnya mencegah spasme sampai 2 jam.
• Pernafasan dijaga dengan respirator oleh tenaga yang berpengalaman
• Penderita rubah posisi/ miringkan setiap 2 jam. Mata dibersihkan tiap 2 jam mencegah
conjuntivitis
• Pasang NGT, diet tinggi, cairan cukup tinggi, jika perlu 6 1./hari
• Urine pasang kateter, beri antibiotika.
• Kontrol serum elektrolit, ureum dan AGDA
• Rontgen foto thorax
• Pemakaian curare yang terlalu lama, pada saatnya obat dapat dihentikan
pemakaiannya. Jika KU membaik, NGT dihentikan. Tracheostomy dipertahankan
beberapa hari, kemudian dicabut/dibuka dan bekas luka dirawat dengan baik.
MONITORING
I. Sekuele
· Spasme berkurang setelah 2-3 minggu, namun kekakuan dapat
terus berlangsung
lebih lama.
· Kekakuan dapat tetap berlangsung sampai 6-8 minggu pada
kasus yang berat.
· Gangguan otonom biasanya dimulai beberapa hari setelah
kejang dan
berlangsung selama 1-2 minggu.
II. Tumbuh Kembang
· Infeksi tetanus pada anak merupakan infeksi yang akut
sehingga relatif tidak
mengganggu tumbuh kembang anak.
PROGNOSIS
• Prognosis tergantung pada masa inkubasi, waktu dari
inokulasi spora sampai timbul gejala awal dan waktu dari
timbulnya gejala awal sampai spasme tetanik awal.
• Secara umum, interval yang lebih pendek menunjukkan
tetanus yang lebih berat dan prognosis yang lebih buruk.
Kebanyakan pasienyang bertahan dari tetanus ini
biasanya akan kembali pada kondisi kesehatan
sebelumnya walau pun perbaikan berjalan secara lambat
(sekitar 2 hingga 4 bulan) dan pasien seringkali tetap
menjadi hipotonus.
• Pasien yang sembuh harus mendapatkan imunisasi aktif
dengan tetanus toksoid untuk mengelakkan dari terjadinya
rekurensi.
• Selain itu, prognosis dan angka kematian pasien dengan
tetanus juga dipengaruhi oleh factor usia, gizi yang buruk
serta penangan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
• Dari data terkini yang diperolehi, kadar kematian pada
penderita tetanus ringan dan sedang adalah 6% dan pada
penderita tetanus berat bisa mencapai 60%.
• Meningkatnya kadar kematian pada penderita tetanus adalah
berhubung dengan faktor – faktor berikut:
1. Masa inkubasi yang pendek
2. Onset kejang yang dini (early onset)
3. Penanganan yang lambat
4. Apabila terdapat lesi di kepala dan muka yang terkontaminasi
5. Tetanus neonatorum