Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

EFEKTIFITAS PATROL 5S TERHADAP KEBERSIHAN DI


PT. PELINDO IV BALIKPAPAN

Di Susun Oleh :

SOFYAN DWI NURWANTO


NPM : 157051656

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2018

i
YAYASAN PENDIDIKAN TINGGI DHARMA WIRAWAN KALTIM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Jalan Pupuk Raya Nomor 1 Telp.764205 Balikpapan Kalimantan Timur, Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN

Pemohon,

Mahasiswa yang bersangkutan

SOFYAN DWI NURWANTO

157051656

Mengetahui,

Dekan Fakultas Vokasi Dosen,

Universitas Balikpapan Pembimbing Akademik

Ir.Maslina,MM,MT Ir.Maslina,MM,MT

NIK.093 003 169 NIK.093 003 169

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat dan karunia Allah swt sehingga dapat
menyelesaikan kerja praktik lapangan/magang ini dengan lancar. Laporan magang ini
berjudul “EFEKTIFITAS PATROL 5S TERHADAP KEBERSIHAN PADA PT
PELINDO IV CAB BALIKPAPAN ”.. Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu
bentuk penyelenggaraan dari Universitas yang memadukan secara sistematik antara
program pendidikan di Universitas dan program perusahaan yang diperoleh melalui
kegiatan langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional.
Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur
utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat
dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana sajakita berada, sedangkan kiat tidak dapat
diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada
bidang proses itu sendiri.
Program studi Teknik D4-K3 Universitas Balikpapan mewajibkan mahasiswanya
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
Fakultas Teknik D4-K3. Universitas Balikpapan memandang bahwa Praktek Kerja
Lapangan merupakan wadah untuk mahasiswa dapat mengerti tentang suasana dan proses
kerja yang sebenarnya, hal ini bertujuan agar setelah lulus dari Universitas Balikpapan
mahasiswa dapat lebih siap lagi dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
Praktek Kerja Lapangan dapat dikatakan merupakan ajang simulasi profesi
mahasiswa Teknik D4-K3 di Universitas Balikpapan, bekerja dalam hal ini mencakup
kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahan masalah, oleh
karena itu dalam Praktek Kerja Lapangan kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah :
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan.
2. Mengikuti proses kerja perusahaan secara kontinu.
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan.
4. Mengamati perilaku sistem.
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktekKami berharap semoga Laporan Kerja.

v
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii

Surat Permohonan Kerja Praktek di PT.PELINDO IV Cabang Balikpapan ………….......iii


Surat Balasan Dari PT.PELINDO IV ...................................................................................iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….1

1.2 Tujuan……………………………………………………………………………..3

1.3 Manfaat……………………………………………………………………………3

1.4 Batasan Masalah…………………………………………………………………..3

1.5 Metodologi………………………………………………………………………...4

1.6 Sistimatika Penulisan……..………………………………………………………..4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT.PELINDO IV BALIKPAPAN

2.1 Visi Perusahaan……………………………………………………………………9

2.2 Misi Perusahaan…………………………………………………………………...9

2.3 Bagan Organisasi Perusahaan……………………………………………………10

2.4 Fasilitas Dan Peralatan Perusahaan………………………………………………11

2.5 Hidro Oceanografi………………………………………………………………..12

2.6 Layout Pelabuhan………………………………………………………………...12

2.7 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.…………………………………….13

2.8 Budaya Housekeeping…..………………………………………………………..15

2.9 Budaya Patrol 5S…………………………………………………………………17

2.10 Pemakaian APD.…………………………………………………………………18

vi
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Penerapan 5S atau 5R…………………………………………………………….20

3.2 Faktor yang mempengaruhi………………………………………………………27


3.3 Pelayanan jasa kapal……………………………………………………………...29

3.7 Dokumen Pelayanan Kapal………………………………………………………33

BAB IV METEDOLOGI PENGAMATAN

4..1 Diagram Alur…………………………………………………………………….38

4.2 Penjelasan Diagram Alur………………………………………………………...39

4.3 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan PKL…………………………………………...40

4.4 Subjek Pengamatan………………………………………………………………41

4.5 Teknik Pengamatan……………………………………………………………....42

4.6 Pelaksanaan Patrol 5S……………………………………………………………43

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGELOLAHAN DATA

5.1 Pengolahan Data………………………………………………………………….45

5.2 Jenis Data………………………………………………………………………...46

5.3 Proses Kegiatan Patrol 5S………………………………………………………..47

BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN


6.1 Penerapan 5S Di PT.PELINDO…………………………………………………..48
6.2 Penjelasan Poin 5S di PT.PELINDO……………………………………………..49
6.3 Masalah Apabila Tidak Menerapkan 5S………………………………………….51
6.4 Keuntungan Apabila Menerapkan 5S…………………………………………….52
6.5 Prosedur Bongkar Muat…………………………………………………………..53
6.6 Prosedur Peminjaman Alat……………………………………………………….54
6.7 Prosedur Keselamatan Alat……………………………………………………….55
6.8 Lingkungan Kerja Alat…………………………………………………………...57

vii
BAB VII PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran…………………………………………………………….60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...61
LAMPIRAN LEMBAR KONSUL………………………………………………………..62

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek kerja lapangan merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus ditempuh
oleh mahasiswa Program Studi D4K3 Universitas Balikpapan. Kerja Praktek ditawarkan
pada semester Tujuh dengan harapan mahasiswa telah memiliki bekal teoritis dari mata
kuliah yang sudah ditempuh. Dengan itu, Kerja Praktek diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang aktivitas yang terjadi di dunia industri maritim sesuai dengan minat
tiap individu mahasiswa.

Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama
yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan
dikuasai kapan dan dimana sajakita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi
dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang proses itu
sendiri.
Program studi Teknik D4-K3 Universitas Balikpapan mewajibkan mahasiswanya
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
Fakultas Teknik D4-K3. Universitas Balikpapan memandang bahwa Praktek Kerja
Lapangan merupakan wadah untuk mahasiswa dapat mengerti tentang suasana dan proses
kerja yang sebenarnya, hal ini bertujuan agar setelah lulus dari Universitas Balikpapan
mahasiswa dapat lebih siap lagi dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
Praktek Kerja Lapangan dapat dikatakan merupakan ajang simulasi profesi mahasiswa
Teknik D4-K3 di Universitas Balikpapan, bekerja dalam hal ini mencakup kegiatan
perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahan masalah, oleh karena itu
dalam Praktek Kerja Lapangan kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah :
a. Mengenali ruang lingkup perusahaan.
b. Mengikuti proses kerja perusahaan secara kontinu.
c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau
pembimbing lapangan.
d. Mengamati perilaku sistem.
1
e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
f. Melaksanakan ujian kerja praktek
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-
nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu
kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta
tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri
Guno, LLM )
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa
yang akan datang. Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1. meningkatkan jiwa gotong royong
2. meningkatkan kebersamaan
3. saling terbuka satu sama lain
4. meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. meningkatkan rasa kekeluargaan
6. membangun komunikasi yang lebih baik
7. meningkatkan produktivitas kerja
8. tanggap dengan perkembangan dunia luar
Melalui point-point tersebut maka dapat disimpulkan bahwa budaya kerja yang baik
perlu menjadi prioritas utama dalam hal melaksanakan suatu pekerjaan. Selain untuk
membantu dalam hal pekerjaan, budaya kerja juga bermanfaat untuk meningkatkan
efektivitas dan produktifitas untuk pekerja itu sendiri yang bertujuan untuk membuat
proses pekerjaan dalam suatu section dapat selesai tepat waktu tanpa mengurangi tingkat
kualitas produk.
Ada banyak hal yang mempengaruhi suatu budaya Housekeeping dapat berjalan
dengan baik atau tidak, dan faktor yang paling berpengaruh adalah dari faktor human yang
bersikap acuh terhadap budaya tersebut. Oleh karena itu maka perusahaan dituntut wajib
untuk mempertegas peraturan yang ada agar budaya dapat dijalankan tanpa adanya
gangguan.

Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri maritim akan banyak


diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang didapat dari materi
perkuliahan. Sehingga mahasiswa dapat melakukan aplikasi praktis di dunia industri
maritim dan mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap
2
menghadapi tantangan dunia kerja dalam era globalisasi yang sedang gencar–gencarnya
terjadi.
PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Balikpapan dipilih karena merupakan
pintu gerbang Kalimantan Timur yang menunjang kegiatan perekonomian daerah dan
mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah Kalimantan Timur. PT Pelabuhan
Indonesia IV (Persero) berpusat di Makassar, penulis ditempatkan ke cabang Balikpapan
untuk melakukan Kerja Praktek selama 1 (satu) bulan.
Dalam program Kerja Praktek di PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang
Balikpapan, penulis ditempatkan secara garis besar di Divisi Operasional, yaitu Pelayanan
Barang dan Aneka Usaha (PBAU) dan Pelayanan Kapal (PELKAP). Pelayanan Barang dan
Aneka Usaha (PBAU) meliputi Jasa Dermaga, Jasa Lapangan Penumpukan, Pelayanan
Alat dan Pelayanan Rupa-Rupa Usaha. Sedangkan Pelayanan Kapal (PELKAP) meliputi
Jasa Labuh, Jasa Pandu, Jasa Tunda dan Jasa Tambat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui prosedur pandu, tunda, labuh dan tambat.
2. Mengetahui prosedur proses bongkar/muat kapal.
3. Untuk mengkaji dan mempelajari proses kegiatan Patrol 5S terhadap efektivitas
Housekeeping serta keselamatan dan kesehatan kerja di PT.PELINDO 4
BALIKPAPAN

1.3 Manfaat
1. Memberikan gambaran secara nyata kegiatan Patrol 5S.
2. Memberikan pengetahuan bahwa kegiatan patrol merupakan program penting untuk
mengingatkan karyawan tentang peraturan di PT.PELINDO BALIKPAPAN.

1.4 Batasan Masalah


1. Program Kerja Praktek di PT Pelindo IV Cabang Balikpapan dilakukan pada
bagian divisi operasional.
2. Program Kerja Praktek di PT Pelindo IV Cabang Balikpapan hanya mengamati
kegiatan operasional pelabuhan di Pelabuhan Semayang.
3. Beberapa data bersifat rahasia sehingga penulis menggunakan asumsi untuk data
tersebut.

3
1.5 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek
1. Pengamatan langsung
Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara pengamatan secara visual dan
secara langsung.
2. Wawancara
Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya kepada pihak-pihak
PT Pelindo IV Cabang Balikpapan terkait objek penelitian.
3. Dokumentasi
Metode ini mengumpulkan data dengan cara mengkaji data-data hasil program
komputer yang mencatat segala aktivitas pelabuhan dan gambar/foto yang diambil
ketika melaksanakan kegiatan Kerja Praktek.
1.6 Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang, Identifikasi Masalah, Batasan
Masalah,Tujuan Pengamatan, Manfaat Pengamatan, dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II Tinjauan Umum Perusahaan
Bab ini membahas tentang gambaran umum tentang perusahaan.
3. BAB III Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung
penyelesaian masalah atau pencapaian tujuan
4. BAB IV Metodologi Pengamatan
Bab ini membahas tentang gambaran atau wacana yang lebih detail mengenai
subyek desain dan kaitannya dengan masalah dan tinjauan tentang produk eksisting,
Teknik Sampling, Jenis dan sumber data, serta Metode penelitian yang digunakan.
5. BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini membahas bagaimana data-data diidentifikasikan/ dikumpulkan sekaligus
diolah sesuai dengan metodologi yang dirancang sehingga akan didapatkan analisa
6. BAB VI Analisa dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan
data yang telah dilakukan.
7. BAB VII Penutup
Bab ini berisi kesimpulan keseluruhan hasil penelitian serta saran yang diperlukan
untuk pembahasan penelitian ini

4
BAB II

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN PT.PELABUHAN


INDONESIA IV (PERSERO) BALIKPAPAN

1.1 Gambar Kantor PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

5
keberadaan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mulai sejak penandatanganan Anggaran
Dasar Perusahaan oleh Sekjen Dephub berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH No 7
tanggal 1 Desember 1992. Menilik perkembangan kebelakang di masa awal
pengelolaannya, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah mengalami perkembangan
yang cukup pesat dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang
semakin maju.

1. Tahun 1957-1960

Pada masa awal kemerdekaan, pengelolaan pelabuhan berada dibawah koordinasi


Djawatan Pelabuhan. seiring dengan adanya nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan
milik Belanda dan dengan dikeluarkannya PP No. 19/1960, maka status pengelolaan
pelabuhan dialihkan dari Djawatan Pelabuhan berbentuk badan hukum yang disebut
Perusahaan Negara. (PN)

1. Tahun 1960-1963

Berdasarkan PP No. 19 tahun 1960 tersebut pengelolaan pelabuhan umum diselenggarakan


oleh PN pelabuhan I-VIII. Di kawasan Timur Indonesia sendiri terdapat 4 (empat)PN
Pelabuhan yaitu : PN Pelabuhan Banjarmasin, PN Pelabuhan Makassar, PN Pelabuhan
Bitung dan PN Pelabuhan Ambon.

2. Tahun 1964-196

Pada masa order baru, pemerintah mengeluarkan PP 1/1969 dan PP 19/1969 yang
melikuidasi PN Pelabuhan menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang di pimpin
oleh Administrator Pelabuhan sebagai penanggung jawab tunggal dan umum di pelabuhan.
Dengan kata lain aspek komersial tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan, tetapi kegiatan
operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh Lemabaga Pemerintah yang disebut Port
Authority.

3. Tahun 1969- 1980

Pengelolaan Pelabuhan dalam likuiditas dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan


(BPP) berdasarkan PP 1/1969 dan PP 18/1969. Dengan adanya penetapan itu, pelabuhan
dibubarkan dan Port Authority digantikan oleh BPP.

6
4. Tahun 1983-1992

Status pelabuhan dalam likuidasi yang di kenal dengan BPP berakhir dengan keluarnya PP
11/1983 dan PP 17/1983 yang menetapka bahwa pengelolaan pelabuhan dilakukan oleh
Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum).

5. Tahun 1992

Dilandasi oleh pertimbangan peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan serta dengan
melihat perkembangan yang dicapai oleh perum pelabuhan IV, pemerintah menetapkan
melalui PP 59/1991 bahwa pengelolaan pelabuhan di wilayah Perum Pelabuhan IV
dialihkan bentuknya dari Perum menjadi (Persero). selanjutnya Perum Pelabuhan Indonesia
IV beralih menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV. Sebagai Persero, pemilikan
saham PT Pelabuhan Indonesia IV yang berkantor pusat di jalan Soekarno No. 1 Makassar
sepenuhnya dikuasai oleh Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Republik Indonesia
dan pada saat ini telah di alihkan ke Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan Nomor
885/Kpb/VII/1985, Nomor 667/KMK.05/1985 tanggal 26 Juli 1985, Pelabuhan Balikpapan
dinyatakan sebagai salah satu pelabuhan Laut yang terbuka untuk perdagangan luar negeri.
Pada awal tahun 1958 pelabuhan umum Balikpapan baru memiliki fasilitas dermaga
sepanjang 84 m dan 1 gudang penumpukan seluas 1000 m2. Sejalan dengan perkembangan
lajunya pembangunan di daerah Balikpapan dan sekitarnya, maka pembangunan di daerah
Balikpapan dan sekitarnya, maka pembangunan sarana dan prasarana fasilitas pelabuhan
setahap demi setahap mengikuti perkembangan pembangunan tersebut, saat ini Pelabuhan
Balikpapan sudah memiliki dermaga sepanjang 489 m2 dan gudang seluas 2.450 m2.

6. Tahun 1993-2008
Perseroan mendapatkan SMM SNI 150- 9001 versi 2008 (150-9001 : 2008) untuk
penyediaan jasa kepelabuhanan untuk barang, penumpang dan kapal masingmasing di
Cabang Tarakan, Cabang Sarong, Cabang Ambon, Cabang Samarinda dan Cabang
Makassar.

7. Tahun 2009
1. PT Pelindo IV melaksanakan program Putra Harapan Papua, yaitu menyekolahkan
putra dan putri terbaik dari Papua yang nantinya ketika lulus akan direkrut menjadi

7
karyawan PT Pelindo.Program ini merupakan bentuk kepedulian terhadap
kemajuan Papua.
2. Penandatanganan MoU antara PT Pelindo IV dengan PT Samudera Indonesia dan
Pemerintah Kota Samarinda tentang Pembangunan Terminal Petikemas Palaran di
Samarinda.
3. Terminal Petikemas Makassar menerima penghargaan sebagai pelabuhan terbaik
dari DPP INSA.

8. Tahun 2010
1. Peresmian gedung baru Terminal Petikemas Makassar oleh Direksi PT Pelindo IV
(Persero).
2. Program PKBL penyerahan bantuan berupa 10 unit komputer oleh PT Pelindo IV
(persero) yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI Budiono.
3. Terminal Petikemas Makassar menerima penghargaan Zero Accident (kecelakaan
Nihil) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigasi Republik Indonesia.
4. Dalam menyukseskan program Pemerintah yaitu Program Sejuta Pohon, PT
Pelindo IV (Persero), melakukan aksi penanaman pohon di wilayah Pelabuhan
Paotere Makassar.

9. Tahun 2011
1. Peresmian kapal tunda KT. Antasena di Pelabuhan Balikpapan.
2. Kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yaitu sunatan massal
dan pengobatan gratis di Pelabuhan Rakyat Paotere Makassar.
3. Program dari manajemen Pelindo-4 untuk mengumrohkan karyawan.

10. Tahun 2012


1. MoU antara Pelindo-4 dan Kejaksaaan Tinggi Prov. Sulsel tentang Penanganan
Perkara.
2. Mendirikan anak perusahaaan, PT. Equiport Inti Indonesia yang bergerak di bidang
maintenance alat berat di Jakarta.
3. Nota kesepahaman antara Pelindo-4 dengan BPKP Prov. Sulsel tentang Kerjasama
Pengembangan, Penguatan, Penerapan, dan Penguatan Tata Kelola dan Kinerja
Perusahaan.

8
4. Penandatanganan Akta pendirian anak perusahaan PT. Kaltim Kariangau Terminal
dengan Pemprov Kalimantan Timur.
5. Peresmian kerjasama pembongkaran pupuk urea bersubsidi antara Pelindo-4
dengan PT. Pusri (Holding).
6. Nota Kesepahaman antara Pelindo-4 dengan kabupaten Biak Numfor tentang
Kerjasama Bidang Kepelabuhanan.
7. Perjanjian kredit investasi dan perjanjian kerjasama pelayanan penerimaan tagihan
jasa pelabuhan dengan Host to Host System antara Pelindo-4 dengan PT. BRI.
8. Peresmian anak perusahaan PT. Kaltim Kariangau Terminal di Kariangau
Balikpapan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
9. Pelindo-4 mendapatkan penghargaan dari MURI pada kegiatan batik terpanjang di
dunia.

11. Tahun 2013


Mendirikan anak perusahaan lagi yaitu, PT. Nusantara Termal Service (98,84%).

12. Tahun 2014


1. Program PKBL / CSR berbentuk Sunatan Massal bagi anak-anak kurang mampu.
2. Penandatanganan kesepakatan antara Pelindo-4 dengan JAMDATUN dan Kepala
Kejaksaan RI.
3. Rapat kerja Pelindo-4 yang membahas target, perkembangan, investasi, dan
permasalahannya serta motivasi kepada seluruh karyawan
4. Penandatanganan komitmen program pengendalian ratifikasi antara Pelindo-4 dan
KPK.
5. Pemasangan Container Crane (CC) di Pelabuhan Terminal Petikemas Bitung
(investasi).
6. Value Discovery Event; Menanamkan core value Pelindo-4 kepada seluruh
karyawan.
7. Peluncuran logo baru Pelindo-4 sebagai re-branding dan re-code core value
corporate.
8. Direktur Utama Pelindo-4 mendapatkan The Best Fast Learning Leader Award dari
Business Review.

9
2.1 Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan jasa kepelabuhanan yang berstandar internasional yang mandiri,


sehat dan menjamin kesinambungan sistem transportasi nasional.

2.2 Misi Perusahaan

1 Mengembangkan usaha yang dapat memberikan keuntungan optimal bagi


pemegang saham;
2 Mendorong percepatan pengembangan wilayah Pelindo IV;
3 Memberikan pelayanan jasa yang berkualitas, tepat waktu dengan tarif layak;
4 Mengembangkan kompetensi, komitmen dan meningkatkan kesejahteraan SDM

2.3 Bagan Organisasi PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan

Gambar 0.1. Bagan Organisasi PT Pelindo IV Cabang Balikpapan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

2.4 Fasilitas dan Peralatan yang Dimiliki Perusahaan

PT Pelindo IV Cabang Balikpapan memiliki fasilitas dan peralatan sebagai berikut:

1) Dermaga
a) Balikpapan  Panjang: 489 m (konstruksi beton)
10
b) Kampung Baru  Panjang: 720 m2 (20x36m, konstruksi beton)

2) Lapangan
a) Balikpapan  Luas : 7528 m2 (konstruksi beton)

3) Alat Mekanik
a) Crane Darat  Kapasitas 35 ton: 1 unit merk IHI
 Kapasitas 25 ton: 1 unit merk LBS
b) Forklift  Kapasitas 5 ton: 1 unit merk Nissan
 Kapasitas 3 ton: 1 unit merk Toyota
 Kapasitas 2 ton: 1 unit merk Datsun
c) Tronton : 1 unit merk Nissan
d) Truck Loader : 1 unit merk Toyota
e) PMK : 1 unit merk Nissan

4) Alat Apung
a) Kapal Tunda  Bima VII Kapasitas 2400 HP: 1 unit
 Selat Makassar Kap. 1700 HP: 1 unit
 Anggada XV Kap. 980 HP: 1 unit
b) Kapal Pandu  MPC Semayang I: 1 unit
 MPC Semayang II: 1 unit
 MPI. 027: 1 unit
 MPI. 039: 1 unit

5) Fasilitas Air Tawar


a) Balikpapan  650 ton/m3 Kapasitas maks. 240 ton/jam
b) Kampung Baru  10 ton/m3

6) Fasilitas Listrik
a) Balikpapan  240 KVA
b) Kampung Baru  10.6 KVA

2.5 Hidro Oceanografi

Keadaan hidro oceanografi pelabuhan Semayang dipaparkan sebagai berikut:

11
1. Keadaan pantai landai berpasir, daratan daerah lingkungan kerja pelabuhan 100 m dari
pantai hingga masuk. Jalan raya terletak di pinggir tebing bukit terjal dimana terdapat
manara suar (Tukong Hill) untuk memandu kapal memasuki pelabuhan Balikpapan.
2. Gelombang tertinggi 1,43 m (bulan Juni-September). Rata-rata gelombang tertinggi
1,30 m.
3. Arus kecepatan maksimal 4mil/jam, arah utara bergantian.
4. Alur pelayaran 12 mil laut dari buoy 1 sampai kolam pelabuhan dengan kedalaman
13,5 m LWS (Low Water Spring).
5. Luas Kolam pelabuhan = 3.032 Ha.
6. Kedalaman minimum Kolam pelabuhan = 13 m.
7. Kedalaman maksimum Kolam pelabuhan = 30 m.
8. Kedalaman di depan-dermaga = 8-13 m.
9. Kedalaman di sekitar kolam pelabuhan = 15-30 m.

2.6 Layout Pelabuhan Semayang

Gambar 0.2. Layout Pelabuhan Semayang

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

2.7 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dalam bidang keselamatan beberapa program atau kegiatan yang dilaksanakan adalah :

12
a. Safety induction untuk karyawan baru, magang/PKL, dan vendor. Safety induction
merupakan pembekalan mengenai prosedur keselamatan kesehatan dan lingkungan
di PT. Pelindo 4 Balikpapan SHE meeting dilakukan oleh Departemen SHE untuk
melaporkan performansi dari Departemen SHE dalam melakukan kegiatan dan
program yang sudah ditentukan
b. Safety inspection yaitu melakukan inspeksi untuk fasilitas safety di area perusahaan
c. Fire extinguisher inspection adalah pemeriksaan kelayakan seluruh unit APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) yang tersebar di area perusahaan
d. General safety meeting yaitu pembekalan untuk seluruh karyawan mengenai materi
safety, health, environment sekaligus pengumuman pencapaian point-point budaya
5S setiap divisi yang dilakukan oleh Departemen SHE dibantu Dokter untuk materi
kesehatan
e. Safety awareness adalah program inspeksi kepada seluruh karyawan mengenai
kepedulian terhadap keselamatan kerja
f. Healty food program adalah inspeksi catering demi terjaminnya kesehatan makanan
untuk karyawan
g. Good first aid box adalah penyediaan fasilitas kotak P3K pada masing-masing
departemen atau section
h. Presentation of health adalah program untuk seluruh tenaga kerja dengan
memberikan informasi mengenai hidup sehat dan langkah pencegahan penyakit
agar tubuh tetap sehat
i. Good first aid book adalah penyediaan fasilitas kotak P3K pada masing-masing
departement atau section

( Pemeriksaan Hiperkes adalah program yang dilaksanakan setiap satu tahun dua kali untuk
mengukur kesehatan lingkungan kerja perusahaan )

2.7.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Milyadara (2009) istilah keselamatan dan kesehatan kerja dapat dipandang
mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu
pendekatan ilmiah (scientificapproach) dan disisi lain mempunyai pengertia sebagai suatu
terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai ilmu terapan (applied science).

13
Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi
dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah
dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang
mungkin terjadi.(Rijanto, 2010). Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘safety’ dan
biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
(accident) atau nyaris celaka (near miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu
pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai
caara dan pendekatan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas
dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan
lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

2.7.2 Undang – Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Indonesia merupakan negara yang bersifat terikat dengan hukum yang mewajibkan seluruh
warga negara mematuhinya tanpa terkecuali demi terjaminnya struktur kenegaraan yang
aman nyaman dan terkendali. Diantara banyaknya hukum di Indonesia terdapat beberapa
hukum yang menjadi penopang utama dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja. tentang keselamatan kerja yang
ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia. Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan
ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan
kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik
tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat
mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga
kerja (Departmen Kesehatan 2002).Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan
bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

14
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.

2.7.3 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Inspeksi K3) adalah Suatu aktivitas untuk
menemukan masalah-masalah atau potensi bahaya dan menilai resikonya sebelum kerugian
atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi. Inspeksi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Inspeksi Informal Inspeksi Informal merupakan inspeksi yang tidak
direncanakan sebelumnya dan sifatnya cukup sederhana yang dilakukan atas
kesadaran orang-orang yang menemukan atau melihat masalah K3 di dalam
pekerjaannya sehari-hari. Inspeksi ini cukup efektif karena masalah-masalah
yang muncul langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan segera dapat dilakukan
tindakan korektif.
b. Inspeksi Rutin/Umum Inspeksi Rutin/Umum biasanya dilakukan dengan cara
walk-trough survey ke seluruh area kerja dan bersifat komprehensif.

2.7.4 Keuntungan Menerapkan K3


Keuntungan yang Tangible Keuntungan yang Intangible
(terasa langsung) (tidak terasa langsung)
Penerapan K3 dapat menghemat uang Penerapan K3 dapat meningkatkan
perusahaan melalui : keuntungan secara tidak langsung dengan
a. Premi asuransi cara :
b. Pengeluaran akibat biaya perkara a. Penerapan K3 akan membangun
pengadilan dan pertanggung-jawaban. kepercayaan para pemegang saham
c. Kompensasi karyawan dan meningkatkan transparansi fungsi-
d. Biaya akibat terhambatnya proses produksi fungsi perusahaan, mengurangi
e. Peningkatan moralitas karyawan ketidakkonsistenan.
f. Penurunan angka absensi b. Para investor mengenali kwalitas suatu
g. Penurunan waktu ‘menganggur’ peralatan perusahaan sehingga para investor

15
h. Meningkatkan nilai saham perusahaan. tidak ragu untuk menanamkan
i. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan modalnya.
produktif karena tenaga kerja merasa aman c. Pelaksanaan K3 mulai mendapat
dalam bekerja. perhatian lebih luas di kalangan
masyarakat,LSM,Pemerintah,
karyawan, rekan bisnis, dan lain-lain
sehingga perusahaan yang
melaksanakan K3 mendapat
pencitraan yang baik.
d. Menciptakan hubungan yang harmonis
bagi karyawan dan perusahaan.
e. Perawatan terhadap mesin dan
peralatan semakin baik, sehingga
membuat umur alat semakin lama.

2.8 Budaya Housekeeping

Penetapan standar “good housekeeping” (penataan area kerja yang baik) harus selalu ada
di sebuah organisasi, baik itu jika karyawan berada di antara debu dan bisingnya alat berat
di area konstruksi atau di kantor elegan di gedung pencakar langit. Tidak ada perusahaan
yang terbebaskan dari tuntutan memperhatikan housekeeping, meskipun memang ada
standar yang berbeda antara perusahaan dengan industri yang berbeda, misalnya berbasis
manufaktur dengan perusahaan yang berbasis teknologi.

Standar OSHA 1910.22(a)(1) menyatakan, “semua tempat kerja yang ditujukan bagi
karyawan, harus benar-benar aman dan dapat menjamin keselamatan kerja para karyawan.”
OSHA juga mengatur standar untuk berbagai area kerja yang biasa di lewati ataupun sering
dilakukan aktivitas kerja, akses ke alat pemadam dan panel listrik, atau terkait dengan jalan
keluar. Seperti yang di harapkan juga, fokus utama OSHA sebenarnya adalah tentang
bahaya dari aktivitas kerja yang sering dilakukan atau area yang dilalui para karyawan,
seperti adanya bahaya yang disebabkan karena paku atau benda-benda tajam lainnya,
pemblokiran akses, akumulasi debu yang mudah terbakar dan juga hal-hal berbahaya
lainnya.

2.9 Budaya 5S
16
5S adalah istilah dari Jepang untuk menggambarkan secara sistematik praktek
housekeeping yang baik dan terbukti efektif di beberapa negara. 5S housekeeping dikenal
sebagai pondasi dasar , dan merupakan pendekatan paling efektif dalam membangun suatu
bangunan dalam beberapa peningkatan produktifitas. 5S merupakan akronim dari 5 kata
Jepang yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke yang kemudian diartikan ke bahasa
Indonesia untuk mempermudah pemahaman konsep 5S yaitu menjadi sisih, susun, sasap,
sosoh dan suluh . Budaya 5S mempunyai tujuan yaitu :

1. Menciptakan kepedulian dan pemahaman dasar-dasar 5S

2. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teknik 5S

3. Mengambil dan mengimplementasikan secara bertahap prinsip dan teknik 5S di


lingkungan kerja

4. Meningkatan produktivitas dan efisiensi di tempat kerja

5. Mengidentifikasi waste dan mencari peningkatan berkelanjutan

2.9.1 Arti 5S

Berdasarkan kosakata dari Jepang dan diubah menjadi kosakata Bahasa Indonesia tanpa
mengubah arti kata maka 5S memiliki arti :

1. Sisih (Memilah)

Sisih berarti meringkas atau memilah barang-barang atau tools apakah masih bisa
dipakai atau sudah tidak layak dipakai untuk memudahkan orang lain yang ingin
menggunakannya kembali

2. Susun (Penataan)

Susun berarti penataan kembali barang yang sudah dipilah untuk memaksimalkan
kerapian suatu area kerja.

3. Sasap (Pembersihan)

Sasap berarti pembersihan secara terus-menerus setelah area kerja tersusun


dengan rapi yang bertujuan untuk menjaga area kerja tetap bersih

4. Sosoh (Standarisasi)

17
Sosoh berarti pembuatan standarisasi setelah dilakukannya proses sisih susun dan
sasap yang bertujuan agar seluruh area section diterapkan standarisasi yang sama

5. Suluh (Pembiasaan)

Suluh berarti latihan dan disiplin diri dengan peningkatan berkelanjutan dalam
menjalankan standarisasi yang telah ditetapkan.

18
2.10 Pemakaian APD

Alat pelindung diri atau biasa disebut APD merupakan alat yang harus di pakai saat
pekerjaan beresiko tinggi maupun rendah. Penggunaan Alat pelindung diri dengan benar
dapat mengurangi tingkat bahaya yang diterima. Berikut peraturan yang mengatur tentang
alat pelindung diri:
a. Undang-undang no.1 tahun 1970
1) Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-
syarat untuk memberikan APD
2) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
3) Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai APD. Pasal 14 butir c: Pengurus
diwajibkan menyediakan APD secara cuma-Cuma
4) Permenakertrans no.per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
5) Permenakertrans no.per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan
dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja

19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penerapan 5S atau 5R .


Defini 5S atau 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan
tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka
kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan demikian 4 bidang sasaran
pokok industri, yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja dapat lebih
mudah dicapai. Lima S (5S) seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke dikenal sebagai alat
yang berguna bagi perusahaan yang baru mulai menerapkan peningkatan mutu atau
proses just in time. Fokus utama 5S ialah menciptakan suatu budaya pengurangan atau
meminimisasi limbah15 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke) merupakan
kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja, mengadakan penataan,
pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Nama 5S berasal dari huruf
pertama istilah Jepang, seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke, yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan menjadi 5R (Ringkas,Rapi Resik,Rawat,Rajin).
5P(Pemisahan/Pemilahan,Penyimpanan/Penataan,Pembersihan,Pemeliharaan.

3.1.1 Arti 5S atau 5R


A. Seiri (Ringkas) Merupakan langkah awal dalam menjalankan budaya 5S, yaitu
membuang/menyortir/ menyingkirkan barang-barang, file-file yang tidak digunakan lagi
ke tempat pembuangan. Semua barang yang ada di lokasi kerja, hanyalah barang yang
benar-benar dibutuhkan untuk aktivitas kerja. Tindakan dilakukan agar tempat
penyimpanan menjadi lebih efisien, karena dipergunakan untuk menyimpan barang atau
file yang memang penting dan dibutuhkan, serta bertujuan juga agar tempat kerja terlihat
lebih rapi dan tidak berantakan . Membedakan antara yang diperlukan dengan yang tidak
diperlukan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan. Ringkas juga berarti membuat
tempat kerja menjadi ringkas, yaitu hanya menampung barang yang diperlukan saja.

B. Seiton (Rapi) Seiton berarti kerapihan tempat kerja. Semua barang ditempatkan pada
tempat yang sesuai dengan peruntukannya dan diberi tanda/label. Hasil dari penerapan

20
ini ialah tempat kerja yang tertata rapi, mempersingkat waktu persiapan pekerjaan,
mengurangi kemungkinan salah pengambilan bahan/barang, meningkatkan produktivitas
secara umum dengan menghilangkan pemborosan waktu dalam mencari barang ataupun
saat akan melakukan sesuatu15. Setelah menyortir semua barang atau file yang tidak
dipergunakan lagi, pastikan segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang
ditetapkan, sehingga selalu siap digunakan pada saat diperlukan. Pastikan bahwa
1. Setiap barang punya tempat.
2. Setiap tempat punya nama untuk barang tertentu
3. Buat menjadi terorganisir dan sistematis
4. Beri nama pada setiap tempat penyimpanan yang mudah diingat, dapat
menggunakan kode pada tempat penyimpan
5. Bila berbentuk barang, berikan label dengan nama atau visual sebagai ciri khas
6. Bila berbentuk file atau softcopy data, atur semua folder di komputer
7. Pastikan agar mudah mengidentifikasi, saat file, barang ataupun benda tersebut
dibutuhkan, sehingga tidak perlu membuang banyak waktu untuk mencarinya

C. Seiso (Resik) Seiso berarti menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk
memperoleh tempat kerja yang lebih bersih. Prinsip Seiso adalah bahwa pembersihan
sebagai pemeriksaan dan tingkat kebersihan.
Langkah – langkah dalam penerapan Seiso:
1. Penyediaan sarana kebersihan
2. Pembersihan tempat kerja
3. Pelestarian Seiso Slogan Seiso adalah bersihkan segala sesuatu yang ada di
tempat kerja, Membersihkan berarti memeriksa.

D. Seiketsu (Rawat) Tahap ini adalah tahap yang sukar. Untuk menjaga ketiga tahap
yang sudah dijalankan sebelumnya secara rutin. Tahap ini dapat juga disebut tahap
perawatan, merupakan standarisasi dan konsistensi dari masing-masing individu untuk
melakukan tahapan-tahapan sebelumnya. Membuat standarisasi dan semua individu
harus patuh pada standar yang telah ditentukan, dapat dimotivasi dengan memberikan
hadiah atau hukuman. Konsep ini juga dapat diaplikasikan dengan cara memasang
media informasi atau peraturan di area keja. Selain itu, juga bisa dilakukan dengan cara
mememberikan reward (bonus atau penghargaan) kepada pelaksana maupun yang

21
bertanggung jawab terhadap wilayah penataan barang. Dengan konsep ini, para
konsumen juga akan merasa nyaman dengan lingkungan perusahaan saat akan
menggunakan jasa atau membeli produk perusahaan.

E. Shitsuke (Rajin) Tidakan yang terakhir dari metode 5R ini adalah mekanisme untuk
memantau pencapaian 4 konsep sebelumnya. Memastikan setiap karyawan menjalankan
seluruh aktifitas 5R secara disiplin. Pemeriksaan secara teratur/rajin pada kegiatan 5R
ini dapat dilakukan dengan menggunakan patrol 5R setiap hari, setiap minggu atau
minimal sebulan sekali, Papan informasi 5R, Pertemuan 5 menit di lapangan dan
cheklist 5R.
Aktifitas “Rajin” ini merupakan kegiatan untuk mengajak semua pekerja yang bertujuan
untuk menciptakan kesadaran semua individu untuk menata lingkungan kerja masing-
masing, sehingga berdisiplin 5R dapat menjadi budaya diseluruh karyawan perusahaan.

3.1.2 Tujuan 5S
Tujuan kegiatan 5S ialah meningkatkan produktifitas kerja perusahaan melalui
pendekatan sumber daya manusia dari pimpinan puncak sampai pekerja lapangan
dengan menanamkan sikap disiplin kerja yang baik, sehingga dapat tercapai suatu
penghematan atau efisiensi. Memelihara lingkungan yang baik pada saat bekerja
merupakan hal yang perlu diperhatihan. Selain kenyamanan dalam bekerja,
kenyamanan lingkungan juga merupakan pertimbangan komersil yang berguna dan
memiliki banyak keuntungan bagi pekerja maupun bagi konsumen

3.1.3 Manfaat 5S
Dengan menerapkan metode 5S dapat memberikan manfaat secara umum kepada
perusahaan. berikut beberapa manfaat 5S yang dapat diperoleh oleh perusahaan dalam
menjalankan operasional perusahaannya, yaitu:
1. Meningkatkan semangat kerja tim.
2. Membantu Untuk Mengefisienkan Pekerjaan Apabila setiap mencari barang yang
dibutuhkan harus mencaricari terlebih dahulu, atau membongkar semua isi tempat
penyimpanan tentunya akan membuat pekerjaan selesai lebih lama. Jika setiap
barang ditempat kerja telah tersusun benar pada tempatnya tentu akan mudah
menemukannya ketika kita ingin menggunakan barang tersebut.

22
3. Membuat masalah kualitas menjadi jelas.
4. Meningkatkan efisiensi kerja dan mengurangi biaya produksi Jika setiap barang
ditempat kerja telah tersusun benar pada tempatnya tentu akan mudah
menemukannya ketika kita ingin menggunakan barang tersebut.
5. Lingkungan kerja yang lebih aman dan nyaman Pengaturan area kerja dan
fasilitas kerja akan menciptakan kondisi yang bersih, rapi, dan nyaman bagi
karyawan. Dengan pengaturan area kerja dapat mengurangi resiko kecelakaan
kerja seperti tersandung, terpeleset karena lantai yang licin, dan mengurangi
resiko kelelahan yang diakibatkan oleh letak barang yang kurang jelas posisinya
sehingga harus mencari-cari.
3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan 5R atau 5S
Ada 2 faktor yang mempengaruhi dalam menerapkan 5R yaitu :
1. Faktor Manusia
Dari faktor manusia terdapat beberapa penyebab diantaranya :
1) Kelelahan
Bosan memang watak umum manusia yang secara alami akan muncul jika
mereka melakukan pekerjaan yang monoton. Pekerjaan yang berulang-ulang
dengan lingkungan yang tidak berubah merupakan salah satu faktor pemicu
kelelahan dan kebosanan atau hilangnya semangat kerja. Cara mengatasinya
adalah dengan melakukannya secara bersama-sama sehingga tidak ada individu
yang merasa kegiatan 5R ini adalah upaya dari individu.
2) Kebiasaan
Kebiasaan yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada tentunya akan
menimbulkan pengaruh negatif kepada individu dan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, mengambil sesuatu barang kemudian tidak mengembalikannya ke
tempat semula. Hal ini akan mengakibatkan perlunya waktu tambahan untuk
mencari barang tersebut baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Kebiasaan yang tidak baik ini bisa diatasi dengan cara memasukkan
pelaksanaan 5R dalam job descripton misalnya, setiap selesai bekerja
diharuskan membersihkan tempat kerja sehingga mereka akan terbiasa dengan
kegiatan bersih-bersih.
3) Partisipasi
Partisipasi mempengaruhi seseorang dalam melakukan peminatan, peminatan

23
yang kurang disebabkan oleh tidak adanya pengetahuan tentang kegunaan
mengenai apa yang dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan memasang
keterangan visual dengan tujuan agar mudah dibaca oleh karyawan sehingga
mereka akan mengetahui isi dari informasi tersebut kemudian lebih
bersemangat untuk menjalankannya.

2. Manajemen
Selain dari faktor menusia, manajemen juga bisa mempengaruhi jalannya
pelaksanaan 5R. Hal tersebut diantaranya :
1) Pengawasan Pengawasan yang tidak teratur menyebabkan para karyawan
bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki. Bila tindakan tersebut tidak
sesuai dengan aturan yang sudah diberlakukan oleh perusahaan, tentunya
dapat membahayakan dirinya sendiri bahkan karyawan yang berada di
sekitarnyapun bisa terkena dampaknya. Pemberian sanksi tegas bila
melanggar tata tertib perusahaan dapat digunakan untuk mengatasi hal
tersebut dan tentunya pengawasan secara maksimal juga harus diberlakukan20
2) Sarana Penunjang Kegiatan tanpa menggunakan sarana akan
memperlambat kinerja kita. Tidak adanya sarana atau alat pembantu membuat
seseorang tidak bisa melakukan apa yang ingin dilakukan. Sarana kebersihan
yang diperlukan untuk menerapkan 5R ini diantaranya yaitu sapu, lap,
masker, dan tempat sampah.

3.3 PELAYANAN KAPAL

Pelayanan kapal PT Pelindo IV Cabang Balikpapan meliputi 4 (empat) segmen bidang


usaha, yaitu :

1. Jasa Pandu 3. Jasa Labuh


2. Jasa Tunda 4. Jasa Tambat

24
3.2.1 Jasa Pandu

Jasa pandu merupakan pemanduan kapal saat memasuki alur pelayaran menuju dermaga
atau kolam pelabuhan untuk berlabuh dan untuk menjaga keselamatan kapal, penumpang
dan muatannya ketika memasuki alur pelabuhan.
Ada 2 (dua) jenis perairan pandu, yaitu perairan wajib pandu dan perairan pandu luar biasa.
Perairan wajib pandu diperuntukkan bagi kapal dengan Gross Tonnage ≥ 500 GT.
Sedangkan perairan pandu luar biasa merupakan kapal dengan Gross Tonnage dibawah
500 GT yang mana dengan sepengetahuan Captain/Nahkoda kapal menghendaki
pemanduan kapal dikarenakan suatu hal tertentu.
Pada Kerja Praktek ini, kami diberi kesempatan untuk ikut memandu kapal Tanker Medelin
Master yang akan memasuki alur Pelabuhan Semayang. Kami menaiki kapal pandu dari
dermaga Pelabuhan Semayang dengan kecepatan 12-15 knots. Di bawah ini merupakan
gambar MT. Medelin Master yang nampak dari kejauhan saat kami menaiki kapal pandu.

Gambar 0.3. MT. Medelin Master Nampak dari Kejauhan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

MT. Medelin Master mengangkut MFO (Marine Fuel Oil) dari Cilacap menuju Balikpapan
dengan DWT (Dead Weight) 13.000 ton. Kapal ini akan melakukan bongkar di dermaga
Pertamina. Waktu yang diperlukan untuk memandu kapal ini hingga berlabuh yaitu 1 (satu)
25
jam. Di bawah ini merupakan gambir MT. Medelin Master yang telah memasuki alur
Pelabuhan Semayang.

Gambar 0.4. MT. Medelin Master Memasuki Alur Pelabuhan Semayang

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

3.2.2 Jasa Tunda

Jasa tunda merupakan kegiatan mendorong/menarik kapal-kapal yang berolah gerak akan
bersandar atau bertolak dari atau satu dermaga, jembatan, pelampung, dolphin dan lain-
lain. Ketentuan untuk jasa tunda antara lain:

1. Kapal dengan panjang 70-100 m ditunda dengan 1 (satu) kapal tunda dengan daya
minimum 600 PK;
2. Panjang lebih dari 100-150 m ditunda dengan 2 (dua) kapal tunda dengan daya
1.600-3.400 PK;
3. Panjang lebih dari 150-200m ditunda dengan 2 (dua) kapal tunda dengan daya
3.400-5.000PK.

Gambar di bawah ini merupakan MV. Sinar Papua yang sedang ditunda untuk bersandar di
dermaga KKT (Kaltim Kariangau Terminal) untuk melakukan proses bongkar.

26
Gambar 0.5. MV. Sinar Papua sedang Ditunda untuk Bersandar di Dermaga

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

3.2.3 Jasa Labuh

Jasa labuh merupakan jasa yang diberikan terhadap kapal agar dapat berlabuh dengan aman
selama menunggu pelayanan tambat, bongkar muat atau menunggu pelayanan lainnya
(docking, pengurusan dokumen dan lain-lain). Selain itu juga untuk menghindari
kemungkinan bertabrakan dengan kapal lain yang sedang berlabuh, memastikan kedalaman
air agar kapal tidak kandas dan tidak mengganggu alur pelayaran. Masa 1 (satu) waktu
berlabuh yaitu selama 10 (sepuluh) hari. Sedangkan untuk waktu labuh yang melebihi masa
1 (satu) merupakan masa 2 (dua).
Saat kapal akan memauki area kolam labuh terdapat kendala yaitu banyaknya kapal-kapal
nelayan yang sedang menjaring ikan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

27
Gambar 0.6. Kapal-Kapal Nelayan di Sekitar Labuh

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

3.2.4 Jasa Tambat

Jasa tambat merupakan jasa yang diberikan utuk kapal yang akan bertambat pada tambatan
dalam kondisi yang aman untuk dapat melakukan bongkar muat dengan lancar. Sebelum
kapal dapat bertambat terlebih dahulu dilakukan pengaturan/plot posisi kapal yang akan
tambat di Pelabuhan Semayang. Gambar di bawah ini merupakan contoh plotting posisi
kapal tambat.

28
Gambar 0.7. Plotting Posisi Kapal Tambat di Pelabuhan Semayang

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

3.3 Dokumen Pelayanan Kapal

Terdapat 5 (lima) dokumen layanan kapal agar kapal bisa mendapatkan layanan kapal,
antara lain:

1. Bentuk 1 A : Permintaan jasa kapal dan barang


2. Bentuk 2 A : Bukti pemakaian jasa kapal
3. Bentuk 3 A : Daftar perhitungan jasa kapal
4. Bentuk 4 A : Nota tagihan jasa kapal
5. Dokumen pendukung :
a. Surat ukur kapal
b. Manifest
c. Loading list
d. PPKA (Pemberitahuan Pengoperasian Kapal Asing)
e. Master cable
f. Daftar barang berbahaya

29
3.4 Sistem Pemrosesan Transaksi Pelayanan Kapal di PT. Pelabuhan
Indonesia (Persero)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PT. Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Surabaya, Sistem Pelayanan kapal di Pelabuhan Indonesia III (Persero) adalah :

Sumber: PT. Pelindo Divisi Pelayanan Kapal

Dari bagan sistem pelayanan kapal diatas dapat dilihat bahwa sistem tersebut merupakan
jaringan kerja dari prosedur-prosedur di setiap divisi ( divisi perencanaan dan pengendalian
operasi, divisi operasional, dan divisi keuangan) yang saling terintegrasi antara satu divisi
dengan divisi lain untuk melakukan kegiatan dalam Pelayanan kapal.Berdasarkan
Peraturan General Manager PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak
Nomor: PER. 2 /05. 0102/ TPR – 2015 tentang Sistem dan Prosedur Jasa Pelayanan Kapal
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak, telah menetapkan siklus
pelayanan kapal adalah sebagai berikut:
1. Regristasi Kedatangan Kapal
2. Pembuatan Estimasi Perkiraan Biaya
3. Permohonan
4. Perencanaan Jasa Pelayanan Kapal
5. Penetapan Penambatan
6. Pelayanan Teknis
30
3.5 Alur Layanan Sistem Pemrosesan Transaksi Pelayanan Kapal

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BLIKPAPAN

Untuk menjelaskan bagan tersebut dapat melihat Peraturan General Manager PT.
Pelabuhan Indonesia Nomor PER. 2/ 05. 0102/ TPR – 2015 berikut ini:

1. Regristasi Kedatangan Kapal


Perusahaan Pelayaran/ Agen menyampaikan SAL (Ship arrival list) paling lambat 1 (satu)
minggu sebelum kapal tiba dan daftar kapal windows setiap bulan kepada Divisi Pelayanan
Kapal.

2. Pembuatan Estimasi Perkiraan Biaya (EPB)


a. Sebelum mengajukan permintaan pelayanan kapal, Perusahaan Pelayaran/ Agen
membuat estimasi perkiraan biaya kegiatan pelayanan kapal melalui aplikasi.

31
b. Selanjutnya perusahaan Pelayaran/ Agen melakukan pembayaran EPB Pelayanan
Kapal kepada Divisi Keuangan dan atau melalui Bank, dan kemudian petugas
adminsitrasi keuangan mencetak Bukti Pelunasan Jasa Kepelabuhanan.
c. Perusahaan Pelayaran/ Agen menerima cetakan bukti pembayaran jasa
kepelabuhanan sebagai dasar untuk melakukan permohonan Jasa Pelayanan
d. kepelabuhanan.

3. Permohonan
a. Perusahaan Pelayaran/ Agen mengajukan permintaan Jasa Pelayanan Kapal sesuai
dengan persyaratan pelayanan, kepada petugas loket PPSA paling lambat 1 x 24
jam sebelum kapal tiba, dengan melampiri dokumen sebagai berikut:
1) Dokumen Persyaratan Kapal Masuk:
a. Surat ukur kapal (ship particular) bagi kapal yang pertama kali berkunjung dan
atau perubahan master kapal;
b. Master Cable;
c. Pemberitahuan Kedatangan Kapal (PKK);
d. Pemberitahuan Kedatangan Kapal Asing (PKK-A) (khusus kapal asing);
e. Surat Penunjukan Keagenan (bagi kapal yang berstatus keagenan);
f. Estimasi Perhitungan Biaya (EPB)
g. Bukti Pembayaran Jasa Kepelabuhanan (BPJK)

2) Dokumen Persyaratan Kapal Pindah:


a. Surat Persetujuan Oleh Gerak Kapal (SPOGK)
b. Estimasi Perhitungan Biaya (EPB)
c. Bukti Pembayaran Jasa Kepelabuhanan (BPJK)

3) Dokumen Persyaratan Kapal Keluar:


a. Laporan Kedatangan & Keberangkatan Kapal (LK3)
b. Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
c. Estimasi Perhitungan Biaya (EPB)
d. Bukti Pembayaran Jasa Kepelabuhan (BPJK)

32
4. Perencanaan Jasa Pelayanan Kapal
a. Petugas Penelitian Dokumen menerima dokumen permohonan pelayanan
penambatan kapal dan selanjutnya membuat Jurnal serta melakukan entry ke
dalam aplikasi untuk dibuatkan Daftar Antrian Kapal sesuai dengan lokasi
tambatan.
b. Petugas Administrasi Perencanaan Penambatan Kapal mencetakDaftar Antrian
Kapal dan menyerahkan kepada Asisten Manajer Perencanaan dan Pengendalian
untuk ditandatangani dan disahkanoleh Kantor Otoritas Pelabuhan.
c. Selanjutnya Petugas Administrasi Perencanaan Penambatan Kapal
mendistribusikan daftar antrian kapal ke masing-masing Terminal sebagai dasar
Rapat Operation Plan.
d. Berdasarkan hasil operation plan dan perjanjian penggunaan fasilitas (perjanjian
parsial), Manajer Divisi Pelayanan Kapal/ PPSA mengadakan rapat Perencanaan
Penambatan Kapal, yang dihadiri oleh perwakilan Divisi Terminal, Divisi
Pelayanan Kapal dan Pengguna jasa.
e. Rapat Pra Penetapan membahas antara lain:
1. Rencana pelayanan penambatan kapal;
2. Bongkar muat barang;
3. Tempat penumpukan barang.

Petugas Perencanaan Penambatan Kapal menentukan alokasi kapal tambat sesuai dengan:
1) Daftar Antrian Kapal;
2) Spesifikasi Kapal;
3) Spesifikasi Dermaga (Clusterisasi Penataan Dermaga)

33
BAB IV
METEDOLOGI PENGAMATAN

4.1 Diagram Alur Pengamatan


Laporan ini disusun secara sistematis dengan Flowchart sebagai berikut:

Identifikasi Tujuan

Studi Literatur Studi Lapangan

Identifikasi Permasalahan

Pengumpulan dan
Pengolahan Data

Data Primer Data Sekunder

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Diagram Alur Pengamatan

34
4.2 Penjelasan Diagram Alur Pengamatan Praktek Kerja Lapangan
Dalam penyusunan laporan ini diperlukan alur atau kerangka kerja yang terstruktur
dan sistematis dan biasa disebut sebagai Metode Penelitian ini merupakan suatu
proses yang terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Gambaran umum penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi tujuan
Pada awal penyusunan laporan ini telah ditetapkan tujuan awal penulisan yang
ingin dicapai. Tujuan tersebut terdapat pada Bab I Pendahuluan
b. Studi literatur
Pemahaman terhadap konsep teori yang ada melalui referensi dan artikel yang
berhubungan dengan kegiatan peledakan.
c. Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan bersamaan dengan studi literatur. Peninjauan
lapangan dilakukan di lokasi PT. Pelindo 4 Balikpapan, dengan melihat keadaan
riil di lokasi kerja.
d. Identifikasi masalah
Tahap ini merupakan tahap untuk mengidentifikasikan permasalahan yang
terjadi pada lokasi kerja khususnya pada bagian keselamatan dan kesehatan
kerja. Dalam pelaksanaan pengidentifikasian permasalahan dibantu oleh
pembimbing dari perusahaan yang terkait.
e. Pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu melalui pengamatan ke
lapangan langsung, penyebaran kuisioner dan interview kepada beberapa
karyawan. Sedangkan pengolahannya mengevaluasi dan menganalisa sistem
keselamatan dan kesehatan kerja yang nantinya dapat digunakan untuk analisa.
f. Analisa dan interpretasi data
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pengolahan data, dimana hasil
perhitungan yang didapatkan akan dicari solusi pemecahan selanjutnya.
g. Kesimpulan dan saran
Dari beberapa solusi yang diperoleh dapat ditarik sebuah kesimpulan untuk
permasalahan tersebut. Saran yang dapat kita berikan kepada perusahaan dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan.

35
4.3 Tempat dan Waktu Pengamatan Praktek Kerja Lapangan

4.3.1 Tempat Pengamatan Praktek Kerja Lapangan


Pelaksanaaan tempat pengamatan ini adalah di PT. PELINDO IV Balikpapan,
karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat besar yang bergerak
di bidang :
a. Unit Usaha Jasa Pemanduan
b. Unit Usaha Jasa Penundaan
c. Unit Usaha Jasa Labu
d. Unit Usaha Jasa Tambat
e. Unit Usaha Jasa Pelayanan Air Kapal.

4.3.2 Waktu Pengamatan Praktek Kerja Lapangan


Pengamatan secara keseluruhan dilaksanakan selama satu bulan, sejak 1 Maret
2018 sampai dengan 1 April 2018 .

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan kegiatan


Tahapan Waktu Pelaksanaan 1 November - 30 November 2017
No
Kegiatan Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3 Minggu Ke-4
1 Persiapan
2 Observasi
3 Dokumentasi
4 Wawancara
5 Konsultasi

4.4 Subjek Pengamatan Praktek Kerja Lapangan


Subjek pengamatan akan digali informasi tentang Proses kegiatan 5S Patrol dan
Budaya 5S.

4.5 Teknik Analisis Data


Menurut Patton (dalam Moelong, 2007:280), teknik analisis data adalah proses
kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti
yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan
di antara dimensi-dimensi uraian.
36
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2007:280), analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis seperti yang di saranakan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi pertama
lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data sedangkan definisi tersebut
dapat pengorganisasian data sedangkan definisi yang kedua lebih menekankan
maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah
dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti, proses dengan pernyataan-
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah
selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil
melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan
pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini mulailah kini tahap penafsiran data
dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan
metode tertentu (Moleong, 2007: 247).
Menurut Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2007:308), pada dasarnya analisis
data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Analisis data
itu dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah : satu atau
lebih dari satu situs. Jadi seorang analisis sewaktu hendak mengadakan analisis data
harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya
satu situs atau lebih. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada satu situs yaitu di PT .
PELINDO IV BALIKPAPAN

1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan-catatan lapangan dengan
memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan

37
penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah
pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali
2. Display Data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik
yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data
itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan
sehingga menjadi kebermaknaan data.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk
kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian
berlangsung sejalan dengan memberi chek, trianggulasi dan audit trail, sehingga
menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.

4.6 Pelaksanaan 5S Patrol


Pelaksanaan 5S Patrol dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang bertujuan untuk
memaksimalkan kebersihan, kerapian serta kenyamanan pekerja guna meningkatkan
produktivitas perusahaan. Dalam pelaksanaannya kegiatan Patrol 5S setiap team
mendapatkan format penilaian untuk item-item apa saja yang melanggar kategori 5S. Jika
didapati ada temuan maka section tersebut dikurangi pointnya dan apabila point dibawah
90 maka section tidak bisa mengajukan inovasi. Berikut penulis lampirkan beberapa
temuan sepanjang berjalannya patrol 5S

Gambar 4.2 di Genset banyak barang-barang bekas


Sumber : Primer
38
Gambar 4.3 Control Panel yang tidak terawat
Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

Gambar 4.4 Barang Berserakan di dalam salah satu kapal


Sumber : Primer

39
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengelolaan Data/Ruang Lingkup


Ruang lingkup untuk studi ini adalah PT. PELINDO IV Balikpapan Objek dalam penelitian
ini adalah pengaruh patrol 5S terhadap efektifitas housekeeping di PT. PELINDO IV
Balikpapan.

5.2 Jenis Data


Sumber data program magang antara lain :
5.2.1 Sumber data primer
Sumber data primer ini diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, serta diskusi dengan
karyawan PT. PELINDO IV Balikpapan
5.2.2 Sumber data sekunder
Sumber data sekunder diperoleh secara tidak langsung dari hasil-hasil penelitian
sebelumnya di PT. PELINDO IV Balikpapan

5.3 Proses Kegiatan Patrol 5S


Tahapan dalam kegiatan Patrol 5S :
5.3.1 Rencana Kegiatan Patrol 5S
Rencana kegiatan Patrol 5S adalah suatu rencana kegiatan mengumpulkan personil dari
berbagai section yang ditunjuk langsung serta personil dapat dirubah dalam periode satu
bulan untuk membantu proses kegiatan Patrol 5S mengingat area patrol mencakup seluruh
area perusahaan PT. PELINDO IV Balikpapan
5.3.2 Pembagian Team Patrol 5S
Setelah seluruh personil telah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah membagi
personil menjadi beberapa team yang selanjutnya akan disebar ke seluruh area perusahaan.
Area perusahaan dibagi menjadi tiga sub area yang selanjutnya akan dilakukan patrol di
area tersebut oleh team yang sudah dibagi.
5.3.3 Pelaksanaan 5S Patrol
Pelaksanaan 5S Patrol dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang bertujuan untuk
memaksimalkan kebersihan, kerapian serta kenyamanan pekerja guna meningkatkan
40
produktivitas perusahaan. Dalam pelaksanaannya kegiatan Patrol 5S setiap team
mendapatkan format penilaian untuk item-item apa saja yang melanggar kategori 5S. Jika
didapati ada temuan maka section tersebut dikurangi pointnya dan apabila point dibawah
90 maka section tidak bisa mengajukan inovasi. Berikut penulis lampirkan beberapa
temuan sepanjang berjalannya patrol 5S
5.3.4 Pengumpulan Hasil 5S Patrol
Setelah dilakukan 5S Patrol maka seluruh personil yang tersebar ke tiga bagian perusahaan
dikumpulkan kembali dan menyerahkan hasil 5S Patrol kepada Safety Officer yang
kemudian akan di review kembali apakah temuan tersebut dapat ditindak lanjuti sebagai
temuan atau dihilangkan dengan menimbang format 5S yang ada.

Gambar 5.1 Hasil 5S Patrol di Area Generator PT.PELINDO BALIKPAPAN


Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

41
Gambar 5.2 Hasil 5S Patrol di area Office PT.PELINDO BALIKPAPAN
Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

5.3.5 Rekapitulasi Hasil 5S


Setelah data 5S Patrol semua terkumpul dan fix maka Safety Officer dan Safety Manager
akan melakukan rekapitulasi hasil 5S Patrol untuk menentukan section mana dengan
predikat housekeeping terbaik. Hasil rekapitulasi selanjutnya akan diumumkan setiap awal
bulan tepatnya pada saat General Safety Meeting yang akan dibacakan oleh Safety Officer
mulai dari pencapaian housekeeping terendah hingga presentase housekeeping tertinggi.
Dan pada akhir tahun akan diumumkan pemenang berdasarkan hasil rekapitulasi per tahun
yang menunjukkan presentase tingkat konsistensi dalam hal efektivitas housekeeping setiap
section yang ada di perusahaan, sekaligus juga penyerahan hadiah sebagai bukti bahwa
perusahaan memiliki apresiasi yang sangat tinggi terhadap kepedulian faktor housekeeping
di perusahaan.
5.3.6 Follow Up Temuan Pasca 5S Patrol
Setelah seluruh temuan terpilah dengan baik maka Safety Officer akan membuat program
sebagai follow up temuan 5S Patrol dan dibuat action langsung dari setiap temuan yang
ada. Hasil follow up kemudian akan di share ke masing-masing section sebagai langkah
perbaikan, apabila pada patrol selanjutnya ditemukan temuan yang sama maka minus point
lebih banyak akan diberlakukan kepada section tersebut yang kemudian akan berpengaruh
negatif kepada hasil rekapitulasi pada akhir tahun.

42
Gambar .. Contoh Hasil Follow Up Untuk Section GS
Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

5.3.7 Pengumuman hasil 5S Patrol Tahunan


Pada akhir tahun akan diumumkan pemenang berdasarkan hasil rekapitulasi per tahun yang
menunjukkan presentase tingkat konsistensi dalam hal efektivitas housekeeping setiap
section yang ada di perusahaan, sekaligus juga penyerahan hadiah dan medali sebagai bukti
bahwa perusahaan memiliki apresiasi yang sangat tinggi terhadap kepedulian faktor
housekeeping di perusahaan.

43
BAB VI
ANALISA DAN PEMBAHASAN

6.1 Penerapan 5S di PT. PELINDO IV Balikpapan


Untuk kondisi area kerja atau stasiun kerja masing-masing section berpacu pada sistem 5S.
Sistem tersebut dikenal sebagai pondasi dasar dan merupakan pendekatan paling efektif
dalam membangun usaha peningkatan produksi. Karena masing-masing section
mempunyai sistem kerja yang berbeda maka kriteria untuk penerapan 5S juga berbeda.
Kriteria yang telah ditetapkan untuk masing-masing section akan menjadi acuan atau dasar
oleh safety on field dalam melakukan monitoring. Monitoring untuk penerapan 5S tersebut
disebut dengan 5S Patrol. Agar masing-masing departement melaksanakan sistem 5S
tersebut maka diadakan penilaian. Output dari penilaian yaitu penghargaan dalam bentuk
bendera yang menandakan bahwa section tersebut menerapkan 5S dengan baik. Bobot
presentase untuk menentukan warna bendera dan hasil penerapan 5S akan diumumkan
pada meeting bulanan atau General Safety Meeting.Dalam hal ini penulis akan
memberikan contoh kriteria pada section Office lantai dua mengenai penerapan 5S karena
area kerja penulis ada di section tersebut. Berikut penulis lampirkan format 5S pada section
office mulai dari point Sisih, Susun, Sasap, Sosoh hingga Suluh.

Gambar 6.1 Kriteria Penilaian 5S tentang Ketelitian di Office lantai 2


Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

44
Gambar 6.2 Kriteria Penilaian 5S tentang Kerapihan di Office lantai 2
Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

Gambar 6.3 Kriteria Penilaian 5S tentang Kebersihan di Office lantai 2


Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

Gambar 6.4 Kriteria Penilaian 5S tentang Kesegaran di Office lantai 2


Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

45
Gambar 6.5 Kriteria Penilaian 5S tentang Kedisiplinan di Office lantai 2
Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

6.2 Penjelasan Point 5S di PT. PELINDO 4 BALIKPAPAN


1. Sisih/Ringkas
Sisih merupakan awal dari 5S, langkah ini merupakan langkah yang sangat strategis, tanpa
diawali dengan langkah ini kegiatan dan kebersihan penataan hanya merupakan kosmetik,
yang hanya akan berlangsung dipermukaan saja. Penerapan 5S yang lain akan sia-sia bila
masih banyak barang yang tidak berguna ditempat kerja. Mulailah 5S dengan meringkas
secara bersungguh-sungguh karena disinilah letak kuncinya. Berikut penulis sertakan
contoh format point 5S tentang meringkas dilokasi Office :
1. Terdapat checksheet pemeliharaan kebersihan di tiap-tiap area
2. Tersedia jalur/ jalan yang aman untuk keluar masuk karyawan
3. Tidak ada benda/ barang yang menghalangi jalur jalan
4. Tidak ada barang yang berbahaya dan membahayakan disekitarnya &
penempatannya tidak keluar dari batasannya
5. Barang yang tidak urgent dan tidak terpakai diletakkan pada tempatnya dengan
baik & benar
6. Setiap peralatan yang berbahaya (Berputar, bergerak, panas)telah diberi
pengaman, seperti printer, fotocopy, pemotong kertas, penghancur kertas,
laminating machine, dll
7. Stop contact, stecker dan kabel dalam kondisi baik serta kondisi kabel terisolasi
dengan baik & benar.
8. Beban stop kontak tidak berlebihan & tidak menggunakan cabang extention 3 (T)
bersusun
9. Terdapat label sumber energy listrik (UPS / Genset)
46
Dari point-point Sisih tersebut diharapkan agar section area office menjalankan budaya
housekeeping 5S yang berpengaruh positif terhadap kerapian area tersebut sehingga
karyawan dapat lebih nyaman dan produktivitas perusahaan dapat meningkat.
Sampah merupakan hasil dari segala kegiatan produk yang sudah tidak terpakai lagi dan
bisa muncul dari mana saja, bila tidak ada penanganan yang baik maka akan menjadi
masalah tersendiri. Sampah yang dihasilkan oleh perusahaan PT. Komatsu
Remanufacturing Asia terbagi menjadi empat yaitu sampah organik (tanda berwarna hijau),
sampah anorganik (tanda berwarna kuning), sampah metal (tanda berwarna merah) dan
sampah bahan berbahaya beracun (B3) yang diberi tanda hitam. Oleh karena itu PT.
Komatsu Remanufacturing Asia membuat empat buah tempat sampah yang tersebar di area
perusahaan terutama diarea Workshop. Melalui adanya 5S Patrol maka setiap pemilahan
sampah di setiap section diperiksa apakah sudah sesuai dengan pemilahannya atau tidak.
Apabila tidak sesuai maka section akan menerima teguran dan juga mendapatkan sanksi
minus point yang berdampak pada penilaian 5S pada section tersebut.

2. Susun/Rapi
Langkah kedua setelah pemilahan adalah penataan barang yang berguna agar mudah dicari,
dan aman serta diberi indikasi. Dalam langkah kedua ini dikenal istilah signboard strategy,
yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan
indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang dan berapa banyak barang tersebut
agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dicari dan cepat diakses. Signboard
strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.
Berikut penulis sertakan contoh format point 5S tentang Susun dilokasi Office :
1. Meja dalam kondisi rapi
2. Tidak menyimpan file & dokumen dengan berantakan.
3. Barang yang berada di bawah meja memiliki identifikasi yang jelas.
4. Dokumen & peralatan kantor tidak menonjol keluar dari meja.
5. Tidak meletakkan barang dengan kondisi tidak stabil.
6. Barang diletakkan dalam kondisi rapi, teridentifikasi, & teratur.
7. Meletakkan barang pada tempat yang sudah ditentukan.
8. Tidak ada baju, jaket, dll yang diletakkan pada sandaran kursi, diatas meja, diatas
lemari, depan pintu lemari atau locker.

47
Dari point-point Susun tersebut diharapkan agar section area office menjalankan budaya
housekeeping 5S yang berpengaruh positif terhadap kerapian dan kebersihan area tersebut
sehingga karyawan dapat lebih nyaman dan produktivitas perusahaan dapat meningkat.
Garis debarkasi yang jelas pada lokasi penempatan barang berfungsi membatasi tempat
barang dan mempercepat penemuan barang. Garis pembatas dapat pula dibuat dengan
melukiskannya sesuai dengan bentuk barang yang ditempatkan disitu.

3. Sasap/Pembersihan
Sasap merupakan langkah ketiga setelah Susun, yaitu pembersihan barang yang telah ditata
dengan rapi agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik
mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance. Sebisa
mungkin tempat kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun
akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan. Berikut penulis sertakan contoh format
point 5S tentang Susun dilokasi Office PT. Komatsu Remanufacturing Asia :
1. Tersedia tempat sampah dan alat pembersih di lokasi kerja
2. Tidak ada barang yang terkena kotoran, debu, oli, dll
3. Kotoran/ limbah akibat proses kerja teralokasi dengan baik & dibuang pada tempat
sampah yang tersedia sesuai jenisnya
4. Tidak ada kursi yang rusak, atau peralatan kerja yang tidak normal
5. Toilet, wastafel, & urinoir terpelihara kebersihannya

Dari point-point Sasap tersebut diharapkan agar section area office menjalankan budaya
housekeeping 5S yang berpengaruh positif terhadap kerapian dan kebersihan area tersebut
sehingga karyawan dapat lebih nyaman dan produktivitas perusahaan dapat meningkat.
Pola gotong royong dan kerja bakti serempak dapat diterapkan untuk kebersihan ditempat
kerja. Pembersihan ditempat kerja harus dilaksanakan setiap hari disetiap section setelah
proses pekerjaan selesai. Dengan keterlibatan seluruh pekerja yang bertanggung jawab
disetiap bagiannya, maka dapat dipastikan setiap section bersih dan ditambah lagi adanya
5S Patrol maka kebersihan area kerja dapat terlaksana dengan baik.
Berbagai sarana kebersihan dapat ditempatkan di tempat kerja seperti : tempat sampah,
tempat kotoran, tempat penampungan oli. Alat pembersih seperti sapu, pel, kemoceng,
vacuum cleaner, kuas, sekop, cairan pembersih dan sebagainya disiapkan pula.

48
4. Sosoh/Pemantapan
Sosoh adalah langkah selanjutnya setelah Sasap, yaitu penjagaan lingkungan kerja yang
sudah rapi dan nersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah tercapai dalam
proses Sisih, Susun dan Sasap harus distandarisasikan. Standar-standar ini harus mudah
dipahami, diimplementasikan ke seluruh perusahaan dan diperiksa secara teratur dan
berkala. Berikut penulis sertakan contoh format point 5S tentang Sosoh dilokasi Office PT.
Komatsu Remanufacturing Asia :
1. Tidak terdapat kebocoran air & gas R2 (Gas untuk AC)
2. Air conditioner berfungsi & terpelihara dengan baik
3. Toilet tidak berbau yang menyengat (tidak wajar)

Dari point-point Sasap tersebut diharapkan agar section area office menjalankan budaya
housekeeping 5S yang berpengaruh positif terhadap kerapian dan kebersihan area tersebut
sehingga karyawan dapat lebih nyaman dan produktivitas perusahaan dapat meningkat.
Visual Control merupakan sarana menyampaikan informasi melalui indra manusia dengan
segera. Dengan cara ini maka kesalahan karena tidak tahu atau lupa dapat dihindari. Alat
visual control terdiri dari berbagai macam dan fungsi. Diantaranya :
a. Penunjuk tempat kerja.
b. Peringatan bahaya.
c. Penandaan peralatan.
d. Informasi keselamatan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan visual control, yaitu :
a. Tanda harus besar dan jelas.
b. Gunakan bermacam-macam warna.
c. Dapat terlihat dari kejauhan.
d. Tempatkan pada posisi yang sering dilalui oleh pekerja.

5. Suluh/Kedisiplinan
Suluh adalah langkah selanjutnya setelah Sosoh, Berarti pelatihan dan kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan cara yang benar sebagai suatu kebiasaan dan mendisiplinkan
diri untuk melakukan keempat point 5S yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut penulis
sertakan contoh format point 5S tentang Sosoh dilokasi Office PT. Komatsu
Remanufacturing Asia :

49
1. Tidak berkomunikasi dengan HP sambil berjalan
2. Tidak memasukkan tangan kedalam saku ketika berjalan
3. Berpakaian kerja sesuai atributnya & rapi
4. Racun api & hydrant dicek sesuai jadwal & posisi tidak terhalang
5. Peralatan bantu (gunting, cutter, stapler, dll) digunakan sesuai fungsinya &
disimpan dengan aman
6. Tidak berlari diarea kerja maupun ketika menaiki atau menuruni tangga pada
kondisi normal
7. Pria tidak ada yang berambut panjang (tidak menutupi telinga & tidak melewati
kerah baju)
8. Bekerja dalam kondisi & tindakan yang aman
9. Merokok pada tempat yang telah ditentukan & puntung rokok tidak dibuang
sembarangan

Dari point-point Sasap tersebut diharapkan agar section area office menjalankan budaya
housekeeping 5S yang berpengaruh positif terhadap kerapian dan kebersihan area tersebut
sehingga karyawan dapat lebih nyaman dan produktivitas perusahaan dapat meningkat.
Tanpa pembinaan, kebiasaan yang baik tidak akan berkembang. Pembinaan bukan sekedar
instruksi, surat keputusan atau pengumuman namun pengertian serta pemahaman tulus dari
para karyawan yang menimbulkan kehendak pribadi untuk mematuhinya.

6.3 Masalah Apabila Tidak Menerapkan 5S


1. Sisih
Masalah yang muncul apabila sisih tidak diterapkan :
a. Akibatnya stok barang dan mesin yang tidak diperlukan menumpuk.
b. Karena barang yang sudah tidak digunakan diletakkan tidak pada tempatnya,
gerakan pekerja dapat terganggu dan menimbulkan pemborosan gerakan.
c. Ketika akan mengambil peralatan kerja, bsnysk bsrsng ysng tidak diperlukan
tercampur, menimbulkan pemborosan waktu pencarian.

2. Susun
Masalah yang muncul apabila susun tidak diterapkan :
a. Karena peletakkan susunan peralatan kerja kurang baik, setiap hari sehabis bekerja
selalu harus pengecheckan kembali.
50
b. Sampah dan sampah kertas berserakan dilantai sehingga satu hari harus
membereskannya 2-3 kali.
c. Alat-alat tulis cepat sekali hilang atau habis sehingga setiap waktu dilakukan
pemeriksaan alat-alat tulis dan apabila hilang maka akan terjadi pemborosan dana
untuk membeli barang yang hilang kembali.
d. Barang-barang yang berserakan dan ingin digunakan kembali menjadi susah
ditemukan karena tidak dibereskan.

3. Sasap
Masalah yang muncul apabila sasap tidak diterapkan :
a. Hanya petugas yang bertanggung jawab terhadap barang tersebut yang mengetahui
letak dan tempat penyimpanan barang.
b. Hanya orang yang menggunakan peralatan sebelumnya yang tahu dimana peralatan
yang perlu ketika akan bekerja.
c. File dan dokumen hanya sekedar dimasukkan saja tanpa label atau identifikasi
sehingga tidak berguna
d. Letak tempat barang berbeda dengan sebelumnya. Karena tidak menyadari hal itu,
maka barang salah terpasang.
e. Jalan yang gelap mengaburkan pandangan sehingga akan berbahaya.
f. Obeng dan kunci yang dicari-cari ternyata berada dibawah mesin.

4. Sosoh
Masalah yang muncul apabila sosoh tidak diterapkan :
a. Walaupun tools sudah dirapikan maka dapat berantakan lagi.
b. Walaupun mesin kotor oleh debu dan kotoran, tetap dibiarkan saja.
c. Walaupun sudah melakukan 3S awal maka dapat kembali berantakan seperti
semula.
d. Menggunakan drill tanpa sarung tangan akibatnya tangan bisa terluka.
e. Karena produk tidak diletakkan pada tempat yang sama dan tetap, msks kadang ada
produk yang tertukar.
f. Kerja tanpa safety helmet mengakibatkan luka.
g. Ruang kerja seperti workshop yang kotor dan suram menyebabkan menurunnya
semangat kerja.

51
5. Suluh
Masalah yang muncul apabila suluh tidak diterapkan :
a. Lupa mematikan lampu pada akhir jam kerja mengakibatkan pemborosan.
b. Tidak menyiram toilet dapat mengganggu kenyamanan karyawan lain.
c. Karyawan yang malas dalam menjalankan pekerjaannya dapat menurunkan
efektivitas dan kualitas produk perusahaan.
d. Tidak adanya rasa toleransi antar karyawan.
e. Karyawan kurang perduli terhadap jam kerja.

6.4 Keuntungan menerapkan 5S


Ada banyak hasil yang didapatkan dari penerapan 5S ditempat kerja, beberapa diantaranya
adalah :
a. Keamanan
Selama puluhan tahun, kedua kata pemilahan dan penataan menjai ciri khas pada
poster-poster dan surat kabar bahkan di perusahaan-perusahaan kecil. Karena
pemilahan dan penataan sangat berperan besar di dalam masalah keamanan.
b. Tempat kerja yang rapi
Tempat kerja yang menerapkan 5R dengan teliti tidak perlu terus-menerus
membicarakan keamanan dan kecelakaan industri yang dialaminya akan lebih
sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan prosedur yang
sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal.
c. Efisiensi
Para ahli diberbagai bidang seperti juru masak, pelukis, tukang kayu, dll. mereka
menggunakan peralayang yang baik dan mereka juga memeliharanya dengan baik.
Mereka tahu bahwa waktu yang digunakan untuk memelihara peralatan tidak
terbuang percuma, bahkan hal itu menghemat banyak waktu.
d. Mutu
Elektronika dan mesin-mesin modern memerlukan tingkat presisi dan kebersihan
yang sangat tinggi, untuk menghasilkan output yang baik. Berbagai gangguan yang
kecil dapat berakibat terhadap penurunan mutu dari output yang dihasilkan.

52
e. Kemacetan
Pabrik yang tidak menerapkan 5R akan menghadapi berbagai masalah kemacetan
mulai dari mesin yang disebabkan kotoran yang mengendap ataupun kemacetan
dalam kepala karyawan, harus kita sadari bahwa ingatan seseorang bisa saja salah,
maka dari itu diperlukan berbagai petunjuk yang melengkapi keterbatasan seorang
manusia dalam menjalankan tugasnya.

6.5 Prosedur Proses Bongkar/Muat

6.5.1 Prosedur proses bongkar/muat kapal adalah sebagai berikut:

a. Pengguna jasa melakukan permohonan pelayanan jasa ke Divisi PBAU (1B =


General Cargo,1D = Peti Kemas). 1B/1D merupakan form permohonan yang
diajukan.
b. Setelah 1B/1D disetujui, akan dilakukan pelayanan barang yang di ajukan dan
timbul form 2B/2D. Form ini merupakan bukti bahwa telah dilakukan pelayanan
terhadap barang.
c. Setelah penanganan terhadap barang dilakukan dan mendapatkan form 2B/2D, akan
dibuatkan time sheet dan akan menghasilkan nota 3B/3D.
d. Setelah itu bagian administrasi akan melakukan perhitungan tarif jasa barang untuk
mendapatkan nota 4B/4D. Lalu, nota tersebut ditagihkan kepada pengguna jasa.

Pada kerja praktek ini kami mengamati beberapa kapal yang melakukan proses
bongkar/muat, yaitu kapal general cargo multipurpose, kapal pengangkut kendaraan (car
carrier) dan kapal general cargo mengangkut bahan peledak. Kami mengambil 1 (satu)
contoh yaitu proses bongkar MV. Kelanis Express. Kapal ini bongkar spareparts di
Balikpapan dan sisanya akan dibongkar di Bontang. Proses bongkar sempat mengalami
kendala hujan, sehingga berlangsung selama 10 jam. Kapal ini melakukan bongkar dengan
crane pelabuhan karena derrick boom milik kapal rusak. Dari gambar di bawah ini juga
dapat dilihat bahwa para pekerja tidak penggunakan alat keselamatan diri selama proses
bongkar.

53
Gambar 6.8. Palkah MV. Kelanis Express

Sumber : Dokumen Peneliti

Gambar 6.2 Pekerja tidak memakai APD

Sumber : Dokumen Peneliti

6.6 Prosedur Peminjaman Alat

Alat-alat yang terdapat pada Pelabuhan Semayang antara lain:

a. 1 buah Reach Stacker


b. 3 buah Tronton
c. 1 buah Forklift
d. 2 buah Crane

54
Berikut merupakan prosedur peminjaman alat-alat tersebut untuk proses bongkar/muat :

6.6.1 Prosedur Peminjaman Reach Stacker

Reach stacker adalah alat untuk mengangkat dan memindahkan peti kemas.
Kapasitas angkutnya adalah 45 ton. Untuk meminjam alat, adapun surat-surat yang harus
dilengkapi, yaitu:

a. Membuat surat permohonan 1C/lampiran SPK (Surat Perintah Kerja), dengan


syarat harus ada DO (Delivery Order), RO (Relies Order), LAB (Laporan Arus
Barang)
b. 2C (Job Slip/Lift On Lift Off )
c. 3C (Perhitungan pembayaran)
d. 4C (Bentuk Nota)

Surat-surat tersebut harus diurus ketika peti kemas sudah ada di lapangan penumpukan. Di
bawah ini merupakan gambar reach stacker yang dimiliki PT Pelabuhan Indonesia IV
Cabang Balikpapan. Alat ini telah dimiliki sejak tahun 2009 dan kondisinya masih baik.

Gambar 0.9. Reach Stacker Milik PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

55
6.6.2 Prosedur Peminjaman Tronton

Tronton digunakan untuk mengangkut peti kemas. Dengan kapasitas 35 ton. Prosedur
peminjaman tronton sama seperti reach stacker. Terkadang tronton tersebut perlu
dipasarkan kepada pemilik kapal/agen, karena tidak semua kapal menggunakan alat ini. Di
bawah ini merupakan gambar tronton yang dimiliki PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang
Balikpapan.

Gambar 0.10. Tronton Milik PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

6.6.5 Prosedur Peminjaman Forklift

Forklift digunakan untuk memindahkan dan mengangkat muatan yang berada di


dalam gudang maupun di kapal. Kapasitas alat ini adalah 5 ton. Prosedur peminjamannya
masih s ama dengan reach stacker dan tronton. Pemasaran alat ini berbeda dengan
tronton, karena ada kapal yang memiliki forklift sendiri. Di bawah ini merupakan gambar
forklift yang sedang mengangkut pelat baja. Dapat terlihat bahwa keadaannya sudah kurang
baik dan perlu diganti.

56
Gambar 0.11. Forklift Milik PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

6.6.6 Prosedur Peminjaman Crane

Crane digunakan untuk mengangkat muatan dan peti kemas selama proses
bongkar/muat. Kapasitas angkutnya adalah 35 ton. Prosedur peminjamannya sama seperti
alat yang lainnya. Apabila dalam masa peminjaman, alat mengalami masalah dan
membutuhkan perbaikan, maka tarif peminjaman dikurangi berapa hari perbaikan yang
dibutuhkan. Di bawah ini merupakan gambar crane yang dimiliki PT Pelabuhan Indonesia
IV Cabang Balikpapan.

57
Gambar 0.12. Crane Milik PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

6.7 Prosedur Keselamatan Alat

Keselamatan alat merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Karena
dengan penggunaan alat yang baik dan benar, maka proses bongkar/muat dapat berjalan
dengan lancer. Prosedur keselamatan alat yang akan diulas berikut mengenai reach stacker.
Hal pertama yang dilakukan untuk menggunakan reach stacker adalah operator
meminjam/meminta ijin untuk memakai alat kepada supervisor dengan membawa SPK
(Surat Perintah Kerja) sebagai bukti. Operator yang akan menjalankan alat harus
mempunyai SIO (Surat Ijin Operator), jika yang menjalankan alat tidak mempunyai SIO
maka tidak diperbolehkan untuk menbawa alat. Setiap alat mempunyai minimal 2 (dua)
operator. Jam kerja untuk masing-masing operator selama 8 (delapan) jam. Setiap alat
mempunyai log book. Log book berfungsi untuk memonitor kerja alat tersebut, yang mana
di dalamnya terdapat rincian berupa waktu kerja alat dan konsumsi bahan bakar yang
digunakan. Perawatan alat seperti cek oli, radiator, aki, kebersihan kabin dan tekanan angin
pada ban harus dilakukan setiap alat akan digunakan. Servis berkala reach stacker
dilakukan setelah pemakaian 250 jam. Jika terdapat kerusakan pada alat, maka operator
harus membuat nota dinas yang ditujukan untuk supervisor yang isinya berupa rincian
kerusakan, kemudian diajukan ke Divisi Teknik atas persetujuan General Manager.

58
6.8 Lingkungan Kerja Alat

Lingkungan kerja alat yang akan diulas berikut masih mengambil contoh dengan alat yang
sama, yaitu reach stacker. Di pelabuhan Semayang, lapangan penumpukan yang tersedia
kondisinya masih tidak layak untuk dijadikan sebagai lapangan penumpukan karena reach
stacker membutuhkan lapangan yang rata dan mampu menahan beban reach stacker itu
sendiri, namun keadaan lapangan penumpukan yang ada tidak sesuai dengan standart kerja
alat reach stacker, kondisi lapangan yang tidak rata dan jalanan yang berlubang. Berikut
kondisi lapangan penumpukan peti kemas yang rusak.

Gambar 0.13. Lapangan Penumpukan Peti Kemas yang Rusak

Sumber : Dokumen PT. PELINDO BALIKPAPAN

Tetapi saat ini lapangan penumpukan sedang dalam perbaikan secara perlahan. Lapangan
penumpukan dibuat rata dan mampu menahan beban reach stacker. Seperti yang sudah
dituliskan di atas, fungsi dari reach stacker ini untuk mengangkat dan memindahkan peti
kemas. Jarak antar peti kemas untuk jalannya reach stacker adalah 10 meter, kapasitasnya
bisa mencapai 5 tir, tetapi pada faktanya hanya mencapai 3 tir saja dengan penataan yang
menyerong. Di salah satu bagian sudah terbenahi, secara perlahan lapangan penumpukan
akan lebih baik dan sesuai dengan standart yang seharusnya.

59
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pelayanan kapal di PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang Balikpapan meliputi jasa
pandu, jasa tunda, jasa labuh dan jasa tambat. Dokumen yang dibutuhkan untuk
prosedur untuk pelayanan kapal meliputi bukti pemakaian jasa kapal, daftar
perhitungan jasa kapal, nota tagihan jasa kapal, dokumen pendukung berupa surat
ukur kapal, manifest, loading list, PPKA (Pemberitahuan Pengoperasian Kapal
Asing), master cable dan daftar barang berbahaya.
2. Prosedur bongkar/muat kapal yaitu mengajukan form permohonan bongkar/muat,
lalu diberikan form untuk pelayanan bongkar/muat, kemudian dikeluarkan bukti
pelayanan yang telah dilakukan yang mana segala kegiatan dicatat dalam time
sheet, selanjutnya dikeluarkan form perhitungan tarif bongkar/muat dan nota
pembayaran. Sedangkan untuk prosedur peminjaman alat yaitu membuat suran
permohonan perintah kerja sehingga operator bisa melaksanakan tugasnya,
kemudian dikeluarkan form perhitungan tarif pemakaian alat dan nota pembayaran.
3. 5S Patrol sangat berpengaruh terhadap efektivitas housekeeping perusahaan karena
melalui patrol ini karyawan seperti diingatkan kembali tentang basic housekeeping
di perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja, produktivitas
kerja, kualitas kerja dan keselamatan kerja.
4. PT. Pelindo 4 Balikpapan telah menerapkan budaya 5S dengan menerapkan
beberapa peraturan, kebijakan dan prosedur kerja yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja dan keselamatan
kerja.
5. Permasalahan yang sering dihadapi dalam proses penerapan budaya 5S antara lain :
Kurangnya pemahaman pekerja di PT. Pelindo 4 Balikpapan tentang pentingnya
budaya 5S di perusahaan.
6. Adanya peserta yang kurang bersungguh-sungguh dalam menerapkan budaya 5S di
perusahaan.

60
7. Solusi dari masalah yang dihadapi pada penerapan budaya 5S :
a. Dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada pekerja mengenai prosedur-
prosedur kerja dan bisa juga dengan memberikan seminar tentang pentingnya
penerapan 5S terhadap efektivitas kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja dan
keselamatan kerja, diharapkan pekerja dapat mengerti prosedur dan pentingnya
budaya 5S dalam suatu perusahaan.
b. Jika seorang pekerja tidak bersungguh-sungguh dalam menjalankan budaya
sikap 5S maka pekerja tersebut berhak mendapatkan teguran hingga sanksi dari
atasan atau dari departemen safety. Lebih baik lagi agar sikap pelanggaran ini
tidak berulang yaitu dengan diadakannya penyuluhan, pendidikan, dan
hubungan personal antar pekerja yang intensif tentang budaya 5S. Hal ini
ditujukan agar budaya 5S dapat tertanam dan menjadi kebiasaan budaya mental
yang positive dari karyawan.

Saran
1. Keselamatan alat sudah bagus, tetapi sebaiknya keselamatan pekerjanya juga lebih
diperhatikan.
2. Segera menyelesaikan perbaikan lapangan penumpukan peti kemas, agar kinerja
reach stacker bisa lebih optimal.
3. Dalam pelaksanaan budaya 5S diharapkan perusahaan dapat memberikan perhatian
yang besar pada tahap perencanaan, lalu pengawasan pada saat praktek lapangan
dan tentu saja pengendalian guna mempertahankan serta untuk aspek
pengembangan lebih lanjut.
4. Untuk menghindari beberapa permasalahan diatas maka penulis menganjurkan
beberapa saran, seperti :
a. Memberikan pemahaman dan penyuluhan kepada karyawan mengenai 5S yang
hendak diterapkan pada bagian kantor.
b. Melakukan sosialisasi tentang budaya 5S yang dapat dilaksanakan melalui
kegiatan pelatihan dan pengembangan secara rutin yang bertujuan agar para
pekerja memahami segala prosedur kerja yang diterapkan perusahaan.

61
DAFTAR PUSTAKA

PELINDO4BPP. (2012). Port Layout. Diambil kembali dari pelindo4bpp.co.id:


http://pelindo4bpp.co.id/index.php/2012-05-05-09-36-04/full-width-page
PELINDO4BPP. (2012). Facilities. Diambil kembali dari pelindo4bpp.co.id:
http://pelindo4bpp.co.id/index.php/2012-05-05-09-36-04/left-sidebar
PELINDO4BPP. (2012). Geographics. Diambil kembali dari pelindo4bpp.co.id:
http://pelindo4bpp.co.id/index.php/2012-05-05-09-36-04/right-sidebar\
PELINDO4BPP. (2012). Pelabuhan Balikpapan. Diambil kembali dari pelindo4bpp.co.id:
http://pelindo4bpp.co.id/index.php/component/content/article/8-content/17-pelabuhan-
balikpapan
PELINDO4BPP. (2012). Pelayanan Kapal. Diambil kembali dari pelindo4bpp.co.id:
http://pelindo4bpp.co.id/index.php/component/content/article/8-content/18-pelayanan
kapal
PELINDO4BPP. (2012). Pelayanan Barang. Diambil kembali dari pelindo4bpp.co.id:
http://pelindo4bpp.co.id/index.php/component/content/article/8-content/24-pbau
Cakrawijaya. (n.d.). Shopfloor Improvement Specialist [Web log post]. Retrieved from
http://cakrawijaya.blogspot.com/

Fearing, R.C. & Hong, T.H. (2004). 5S’s and Waste Walks [PDF document]. Retrieved
from MIT OpenCourseWare: http://ocw.mit.edu/courses/engineering-systems-division/esd-
60-lean-six-sigma-processes-summer-2004/lecture-notes/

LeanIndonesia.com. (2011, June 19). Sekilas tentang 5S. [Web log post]. Retrieved from
http://www.leanindonesia.com/2011/06/sekilas-tentang-5s/

Osada, T. (2004). Sikap kerja 5S (5th ed.). (Mariani Gandamiharja, Trans.). Jakarta: PPM.
(Original work published 1991).

Utomo, A.C. (2011). Sejarah Singkat 5-S. Retrieved from


http://www.scribd.com/doc/51971011/sejarah-singkat-5-S

62
63

Anda mungkin juga menyukai