Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku dan kebudayaan
yang berbeda – beda. Keanekaragaman suku dan budaya ini tersebar diseluruh
kepulauan di Indonesia. Setiap suku maupun daerah memiliki kebudayaan yang
berbeda – beda. Suku satu dengan lainnya memiliki perbedaan pada rumah adat
yang mereka miliki. Misalkan didaerah Bali, dimana Arsitektur Tradisionalnya
memiliki perbedaan disetiap daerahnya. Misalkan saja daerah Gianyar dan
Badung pastinya memiliki perbedaan pada Arsitektur Tradisionalnya. Begitu pula
daerah Klungkung berbeda dengan daerah Karangasem, begitu seterusnya.
Pada Arsitektur Tradisional Bali memiliki konsep Tri Angga. Dimana setiap
bangunan memiliki kepala, badan, dan kaki. Pada bagian – bagian tersebut
terselip ornament – ornament khas Bali. Namun ornament – ornament tersebut
memiliki ciri – ciri tersendiri tergantung dari daerah mana asalnya.
Pada makalah penelitian ini akan dibahas mengenai perbedaan Arsitektur
Tradisional Bali dari daerah Gianyar dan Badung. Dimana yang diamati ialah
ornament – ornament yang terdapat pada bangunan tersebut. Untuk objek yang
diamati ialah pada bagian pemesuan dari bangunan Arsitektur Tradisional Bali itu
sendiri.
Pada bagian kaki bangunan akan memiliki perbedaan tersendiri baik pada
daerah Gianyar maupun daerah Badung. Berikutnya pada bagian badan juga
memiliki perbedaan disetiap daerahnya. Begitu pula pada bagian kepala dari
bangunan, akan berbeda pula disetiap daerahnya. Karena setiap daerah memiliki
ciri khas yang berbeda disetiap daerahnya.
Di Bali sendiri ornament – ornament sebagai penghias bangunannya sendiri
memiliki banyak ragam. Ragam ornament tersebut tidak dapat sembarangan
digunakan . Ornament – ornament tersebut masing – masingnya memiliki nilai dan
makna tersendiri.

1
Ragam ornament tersebut diangkat dari berbagai macam filosofi. Beragam
ornament khas tradisional Bali tersebut diantaranya keketusan, kekarang, dan
pepatran. Semua jenis ini memiliki filosofi dan maknanya sendiri. Penempatannya
pun tersebar diantara bagian Tri Angga pada bangunan Arsitektur Tradisional Bali
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja ragam – ragam dari ornament pada bangunan Arsitektur
Tradisional Bali ?
1.2.2 Apa makna dari oranament – ornament tersebut ?
1.2.3 Bagaimana penerapan dan perletakan ornament – ornament tersebut
pada bangunan Arsitektur Tradisional Bali ?
1.2.4 Bagaimana perbedaan dari penerapan ornament di bangunan Arsitektur
Tradisional Bali daerah Gianyar dengan Badung ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui ragam – ragam dari ornament pada bangunan Arsitektur
Tradisional Bali itu sendiri.
1.3.2 Mengetahui makna dari oranament – ornament tersebut.
1.3.3 Mengetahui penerapan dan perletakan ornament – ornament tersebut
pada bangunan Arsitektur Tradisional Bali.
1.3.4 Mengetahui perbedaan dari penerapan ornament di bangunan Arsitektur
Tradisional Bali daerah Gianyar dengan Badung.

1.4 Sasaran
Nantinya diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
dalam hal ragam – ragam ornament tradisional khas Bali baik dar makna
ornament – ornament tersebut, diterapkan pada area mana bangunan ornament
– ornament tersebut, dan juga perbedaan dari penggunaan ornament tersebut di
masing – masing daerah di Bali.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ragam dan Makna dari Ornament Tradisional Khas Bali


Bali memiliki ornament – ornament khas daerahnya sendiri. Ornament –
ornament tersebut memiliki banyak bentuk dan motifnya tersendiri. Ragam
ornament – ornament khas Bali tersebut diantaranya sebagai berikut :
- Ornament Pepatran
- Ornament Kekarangan
- Ornament Keketusan

Ornament – ornament diatas sendiri memiliki makna dan filosofi tersendiri.


Oleh karena itu setiap ornament memiliki bentuk dan motif yang berbeda – beda.
Berikut ini merupakan makna makna dari masing – masing ornament tersebut :
 Ornament Pepatran
Ornament pepatran merupakan ornament tradisional khas Bali dimana
ornament ini mengambil bentuk dari keindahan – keindahan flora atau
tumbuhan. Masing - masing patra memiliki identitas yang kuat untuk
penampilannya sehingga mudah diketahui.
Dalam penerapannya dapat bervariasi sesuai kreasi masing – masing
seniman dan merancangnya tanpa meninggalkan pakem – pakem
identitasnya. Berikut ini merupakan beberapa jenis dari pepatran yang
merupakan ornament khas tradisional Bali :

- Patra Batun Timun


Patra Batun Timun merupakan pepatran yang mengambil bentuk
dari batu timun. Batu timun ini sendiri di beri hiasan berupa mas –
masan untuk mempercantik tampilannya. Ornament ini disusun sejajar
secara horizontal.

3
Gambar 1 : Patra Batun Timun
Sumber : www.google.com

- Patra Punggel
Patra Punggel merupakan pepatran yang mengambil bentuk
tumbuh – tumbuhan. Patra punggel ini terdiri atas batun poh yaitu
gestiliran dari buah mangga, janggar siap, Kepitan merupakan saduran
dari kelopak pada bunga nangka atau timbul, dan util gubahan dari
bentuk flora yaitu pohon pakis yang masih kecil.

Gambar 1 : Patra Punggel


Sumber : www.google.com

- Patra Samblung
Patra Samblung adalah ide atau konsep dari tanaman merambat
seperti pohon samblung, yang mana terdiri dari daun, bunga dan buah,
yang distilir menjadi motif patra samblung. Cirinya adalah banyak pola
daun, pola bunga buah pada ujung sulurnya.

Gambar 2 : Patra Samblung


Sumber : www.google.com

4
- Patra Sari
Patra sari adalah ide atau konsep dari patra punggel yang terdiri
dari punggel yang kecil dan besar dikombinasikan menjadi bentuk
bunga, kemudian distilir menjadi motif patra Sari.

Gambar 3 : Patra Sari


Sumber : www.google.com

- Patra Cina
Patra Cina adalah ide atau konsep dari tanaman bunga mawar
yang berduri, ornamen ini bentuknya naturalis yang dibawa oleh
bangsa Cina dalam pengembaraannya ke Bali, lukisan dan pahatannya
masih tersimpat di Puri Karangasem, kemudian distilir menjadi bentuk
patra cina.

Gambar 4 : Patra Cina


Sumber : www.google.com

 Ornament Kekarangan
Ornament kekarangan merupakan ornament tradisional khas Bali
dimana ornament ini mengambil bentuk dari fauna atau binatang – binatang.
Binatang – binatang yang di ambil sebagai bentuk ornament tersebut ialah
gajah atau asti, burung goak dan binatang-binatang khayal primitif lainnya
dan dinamai dengan nama-nama binatang yang dijadikan bentuknya.

5
Berikut merupakan beberapa jenis karang – karang yang diterapkan
pada bangunan – bangunan Arsitektur Tradisional Bali :

- Karang Gajah / Karang Asti


Karang Gajah atau Karang Asti adalah ukiran kekarangan kepala
gajah yang dalam representasi gambaran alam pada perwujudan
arsitektur padamasana disebutkan dipahat sebagai ornament yang
terdapat di empat sudut bawah kotak pepalihan terendah bagian
bebaturan, yang bermakna sebagai berikut :

 Sebagai binatang penyangga yang kuat.


 Merupakan ornament yang menunjukkan pepalihan ini
sebagai simbolisasi hamparan kaku pegunungan yang
menjadi tempat hidup gajah dan hewan – hewan
berkaku empat lainnya yang ada.

Gambar 5 : Karang Gajah


Sumber : www.google.com

- Karang Goak
Karang Goak mengambil bentuk menyerupai kepala burung
gagak atau goak. Disebut pula karang manuk karena serupa pula

6
dengan kepala ayam dengan penekanan pada paruhnya. Karang goak
dengan paruh atas bertaring dan gigi-gigi runcing mata bulat.
Sesuai dengan kehidupan manuk atau gagak sebagai binatang
bersayap. Karang manuk yang juga disebut Karang Goak ditempatkan
pada sudut - sudut bebaturan di bagian atas. Karang Goak sebagai
hiasan, bagian pipi dan kepalanya dilengkapi dengan hiasan patra
punggel. Karang Goak umumnya disatukan dengan Karang Simbar
dari jenis flora yang ditempatkan di bagian bawah Karang Goak.

Gambar 6 : Karang Goak


Sumber : www.google.com

- Karang Boma
Berbentuk kepala raksasa yang dilukiskan dari leher ke atas
lengkap dengan hiasan dan mahkota, diturunkan dari ceritra
Baomantaka. Karang Boma ada yang tanpa tangan ada pula yang
lengkap dengan tang dari pergelangan ke arah jari dengan jari - jari
mekar.
Karang Boma umumnya dilengkapi dengan patra bun - bunan
atau patra punggel. Ditempatkan sebagai hiasan diatas lubang pintu
dari Kori Agung.

7
Gambar 7 : Karang Boma
Sumber : www.google.com

- Karang Sae
Berbentuk kepala kelelawar raksasa seakan bertanduk dengan
gigi-gigi runcing. Karang sae umumnya dilengkapi dengan tangan-
tangan seperti pada karang boma namun jari – jarinya menggenggam.
Penampilannya dilengkapi dengan hiasan flora patra punggel dan
patra bun - bunan. Hiasan karang sae ditempatkan di atas pintu Kori
ataupinti rumah tinggal dan juga pada beberapa tempat lainnya.

Gambar 8 : Karang Sae


Sumber : www.google.com

8
- Karang Bentulu
Karang Bentulu adalah ide atau konsep dari mahluk raksasa yang
mempunyai mata satu dan besar, kemudian distilir menjadi bentuk
karang bentulu dan dikombinasikan dengan keketusan, pepatran.

Gambar 9 : Karang Bentulu


Sumber : www.google.com

- Karang Tapel
Karang Tapel adalah ide atau konsep diambil dari bentuk muka/
tapeng, sebagai penutup muka, dimana bentuk muka distilir atau
digubah menjadi bentuk karang tapel dan dikombinasikan dengan
keketusan dan pepatran, ditempatkan pada sudut dan tengah
bangunan bagian pinggang bangunan.

9
Gambar 10 : Karang Tapel
Sumber : www.google.com

 Ornament Keketusan
Ornamen Keketusan adalah sebuah hasil karya seni yang ide/konsep
dasarnya diambil dari benda-benda alam, tumbuh-tumbuhan, dan juga
binatang. Bentuk alam ini kemudian distilir/dideformasi/dirubah dalam bentuk
ornamen.
Tujuan ornamen keketusan diciptakan untuk mengisi bagian-
bagian pepalihan (bagian-bagian yang berbentuk segi-empat panjang,
seperti pundan berundak-undak), dari bangunan Arsitektur Tradisional Bali.
Berikut ini merupakan beberapa jenis keketusan yang sering diterapkan pada
bangunan Arsitektur Tradisional Bali :

- Kakul – Kakulan
Keketusan Kaluk – Kakulan merupakan ornament tradisional
khas Bali yang mengambil bentuk dari rumah siput. Ornament ini buat
sejajar secara horizontal.

10
Gambar 11 : Kakul - Kakulan
Sumber : www.google.com

- Api – Apian
Keketusan Api – apian merupakan ornament tradisional khas
Bali yang mengambil bentuk dari api menyala. Ornament ini buat
sejajar secara horizontal.

Gambar 12 : Api - Apian


Sumber : www.google.com

- Tali Ilut
Tali Ilut merupakan ornament yang mengambil bentuk dari tali
yang diputar bolak-balik sehingga menghasilkan bentuk yang berirama
dan teratur.

11
Gambar 13 : Tali Ilut
Sumber : www.google.com

- Paku Pipit
Paku Pipit merupakan ornament yang bentuknya sendiri diambil
dari daun palm yang membentuk irama yang teratur.

Gambar 14 : Paku Pipit


Sumber : www.google.com

- Kuping Guling
Kuping Guling merupakan ornament tradisional khas Bali yang
mengambil bentuk dari kuping babi yang dipanggang.

Gambar 15 : Kuping Guling


Sumber : www.google.com

- Mas – Masan
Mas – masan merupakan ornament yang ide atau konsep
diambil dari bunga mawar yang disusun berirama dan distilir menjadi
motif mas-masan.

12
Gambar 16 : Mas - masan
Sumber : www.google.com

Jadi itulah beberapa ornament – ornament tradsional khas Bali dan makna
maupun filosofinya. Ornament diatas sering diterapkan pada bangunan Arsitektur
Tradisional Bali. Ornament – ornament diatas menghiasi dan memperindah
bangunan tradisional Bali dan menambah kesan estetikanya.

2.2 Penerapan dan Perletakan Ornament pada Bangunan


Ornament – ornament diatas dalam penerapannya pada bangunan
diaplikasikan pada seluruh bangunan Arsitektur Tradisional Bali baik itu
bangunan berupa Bale Daja, Bale Delod, Bale Dangin, Bale Dauh, maupun pada
pemesuan, kori dan lain – lain. Namun, ada beberapa ornament yang memang
khusus diterapkan di bangunan Pura, dan ada juga yang memang bisa diterapkan
pada bangunan rumah tinggal.

Sedangkan untuk perletakannya, ornament – ornament ini memiliki


perletakkannya sendiri tergatung dari jenis ornament itu sendiri. Berikut
merupakan penjelasan mengenai perletakan dari ornament – ornament diatas :

- Pepatran
Ornament pepatran biasanya diletakkan pada bagian - bagian
badan dari bangunan tradisional Bali. Pepatran ini dipasang sejajar
secara horizontal.

13
- Kekarangan
Kekarangan merupakan ornament yang biasanya diletakkan
pada sudut – sudut dari bangunan tersebut. Untuk kekarangan bisa
diletakkan pada bagian kaki bangunan maupun badan bangunan.
Namun tidak semua jenis kekarangan dapat diletakkan di bagian
badan maupun bagian kaki bangunan.
Ada beberapa jenis kekarangan yang memang diletakkan pada
tempat tertentu. Hal ini dikarenakan kekarangan ini memiliki banyak
jenis dan dari banyak jenis ini memiliki filosofi dan maknanya tersendiri,
misalkan :

 Karang Gajah
Karang Gajah merupakan perwujudan dari hewan
yaitu gajah, gajah merupakan hewan darat dan pada
bangunan karang gajah atau asti ini biasanya diletakkan
pada sudut bangunan dan posisinya selalu diletakkan pada
bagian kaki bangunan.

Gambar 17 : Karang Gajah


Sumber : www.google.com

Hal ini dikarenakan dari filosofi dari karang gajah atau


asti itu sendiri yang merupakan perwujudan dari hewan

14
darat. Maka dari itulah karang asti tidak mungki diletakkan
selain pada bagian kaki bangunan.

 Karang Goak
Berikutnya yaitu karang goak, ornament ini tidak jauh
berbeda dari karang gajah atau asti dalam perletakkannya.
Karang goak ini diletakkan pada bagian sudut – sudut
bangunan. Namun berbeda sedikit dengan karang gajah
atau asti, karang goak diletakkan pada bagian atas dari
bidang bangunan.

Karang Goak

Karang Gajah

Gambar 18 : Karang Gajah dan Karang Goak


Sumber : www.google.com

Dapat dilihat pada gambar diatas, bahwa karang


goak selalu diletakkan di bagian atas bidang, baik pada
bagian atas karang gajah maupun bidang lainnya. Sesuai
dengan filosofi dari karang goak itu sendiri, yaitu diambil dari
perwujudan goak ataupun burung.

15
 Karang Boma dan Karang Sae
Karang boma dan karang sae merupakan ornament
yang sering digunakan pada pemesuan pada bangunan
rumah maupun pura. Karang boma dan karang sae ini juga
dapat difungsikan sebagai vocal point pada bangunan
pemesuan tersebut. Hal ini dikarenakan posisi dari ornament
ini diletakkan pada bagian tengah dari bangunan.
Namun tidak semua bangunan dapat menggunakan
karang boma maupun karang sae misalkan pura dan rumah.

Gambar 19 : Karang Boma


Sumber : www.google.com

 Karang Bentulu dan Karang Tapel


Karang bentulu dan karang tapel merupakan
kekarangan yang ditetakkan pada bagian tengah dari bidang
bangunan tersebut. Dan karang ini diletakkan pada bagian
tengah bidang dan mengelilinginya.

16
Gambar 20 : Karang Tapel
Sumber : www.google.com

- Keketusan
Untuk ornament keketusan sendiri hampir sama dengan
ornament pepatran. Dimana ornament ini biasanya diletakkan pada
bagian - bagian badan dari bangunan tradisional Bali. Keketusan ini
dipasang sejajar secara horizontal pada bidang bangunan.

2.3 Perbedaan Ornament pada Bangunan di Gianyar dan Badung


Untuk perbedaan ornament pada bangunan di Gianyar dan Badung memiliki
perbedaan pada detail ornamentnya. Biasanya ornament – ornamentnya tidak
didetail hanya dibuat pada bentuk dasarnya saja. Hal ini biasanya terjadi pada
bangunan – bangunan yang mengalami pemugaran ataupun renovasi.
Namun pada penerapannya sendiri tetap menerapkan ornament sesuai
dengan filosofinya diawal, baik pada bentuk ataupun perletakkannya.
Perbedaannya terkadang terlihat dari perpaduannya karena setiap daerah
memiliki perbedaannya sendiri.
Untuk lebih detailnya mengenai perbedaan dari ornament daerah Gianyar
dan Badung dilakukan obsevasi dengan membandingkan objek Pura pada daerah
Gianyar dan Badung. Untuk objeknya sendiri, yang digunakan ialah Pura Puseh
Desa Adat Batuan untuk daerah Gianyar, dan Pura Puseh Desa Adat Penarungan
untuk daerah Badung.

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Lapangan

Gambar 21 : Pura Puseh Desa Adat Batuan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Objek yang digunakan ialah Pura Puseh Desa Adat Batuan yang terletak
di Jalan Raya Batuan, Sukawati, Gianyar.

Gambar 22 : Lokasi Pura Puseh Desa Adat Batuan


Sumber : Google Maps

18
Gambar 23 : Pura Puseh Desa Adat Penarungan
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dan untuk objek yang terdapat di daerah Badung dipilih Pura Puseh Desa
Adat Penarungan yang terletak di Jalan Raya Penarungan, Badung.

19
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pura Puseh Desa Adat Batuan

Patung Dwarapala

Karang Asti

Gambar 24 : Patung Dwarapala


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada areal masuk Pura Puseh Desa Adat Batuan ini terdapat Patung
Dwarapala dan ornament – ornament lainnya seperti Karang Gajah.

20
Karang Goak

Karang Tapel

Karang Gajah

Gambar 25 : Pelinggih
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada salah satu pelinggih pada Pura Puseh Desa Adar Batuan ini terdapat
ornament berupa Karang Gajah, Karang Tapel, dan Karang Goak pada sudut –
sudut bidang bale tersebut.

21
Karang Boma

Patung Dwarapala

Gambar 26 : Kori
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Terdapat Karang Boma pada bagian kori pada pura yang terdapat di Pura
Puseh Desa Adat Batuan ini. Karang Boma biasanya digunakan pada kori – kori
Pura bukan digunakan pada bagian rumah.

3.2.2 Pura Puseh Desa Adat Penarungan

Patung Macan

Gambar 27 : Patung Macan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

22
Pada areal masuk pura, yaitu pada bagian depan pura terdapat patung
macan yang terletak pada bagian kanan dan kiri candi bentar.

Patung Dwarapala

Gajah / Asti

Gambar 28 : Patung Dwarapala dan Asti


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sedangkan pada areal masuk yaitu pada bagian Jaba Tengah Pura Puseh
ini terdapat Patung Dwarapala yang bersanding dengan patung Gajah atau Asti.

23
Karang Tapel

Karang Gajah

Gambar 29 : Bale
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Terdapat Karang Gajah yang terdapat pada bagian sudut bawah


pepalihan dari bale dan karang Tapel yang posisinya terdapat dibagian atas
Karang Gajah yang terdapat di dalam areal Pura Puseh Desa Adat Penarungan

24
Kakul - Kakulan

Karang Goak

Karang Gajah

Gambar 30 : Pelinggih
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pelinggih yang terdapat di Pura Puseh Desa Adat Penarungan. Terdapat


Karang Gajah yang terdapat pada bagian bawah, dan terdapat Karang Goak yang
terdapat pada sudut atas pada bagian pelinggih.

25
Karang Goak

Karang Tapel

Karang Tapel

Karang Goak

Karang Gajah

Gambar 31 : Bale Kulkul


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pura Puseh Desa Adat Penarungan ini pernah mengalami pemugaran


ataupun renovasi. Hal ini terlihat dari beberapa ornament – ornament bangunan
yang hanya dibuat bakalannya saja atau pun bentuk dasarnya saja. Misalnya
pada Bale Kulkulnya yang terdapat ornament yang hanya berbentuk bakalan atau
bentuk dasarnya saja seperti Karang Gajah, Karang Goak, dan Karang Tapel.

26
BAB IV

ANALISA

4.1 Analisa

Dari hasil lapangan dan pembahasan diatas dapat dianalisa bahwa


perbedaan penerapan ornament pada bangunan Arsitektur Tradisional Bali di
daerah Gianya dan Badung tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Hal
ini dikarenakan ornament – ornament tersebut memang sudah memiliki pakem –
pakemnya tersendiri. Selain itu juga ornament – ornament tersebut sudah
dipikirkan matang – matang dalam pembuatan maupun penciptaannya agar
sesuai dengan makna dan filosofinya.

Untuk daerah Gianyar dan Badung perbedaannya yang terlihat hanya


pada bagian detail dari ornament tersebut. Hal ini berkaitan dengan seniman ukir
yang membuatnya, perbedaan ini hanyalah sebuah kepuasan dari berkesenian
setiap orang. Dan dari keseluruhannya memang tidak jauh berbeda antara
daerah Gianyar dan Badung.

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ornament tradsional khas Bali memiliki banyak ragam, seperti pepatran,


kekarangan, dan keketusan. Dari 3 ragam ornament tersebut memiliki banyak
motif dan penamaan yang berbeda sesuai dengan bentuk dan filosofi yang
diambil. Dari filosofi tersebut berpengaruh terhadap perletakan dari ornament –
ornament tersebut, seperti Karang Gajah atau Asti yang hanya diletakkan pada
bagian bawah dari bangunan dikarenakan filosofinya sendiri.

Untuk perbedaan dari penerapan ornament pada bangunan tradisional


Bali di daerah Gianyar dan Badung tidak memiliki perbedaan yang sangat
signifikan. Hal ini dikarenakan ornament – ornament tersebut memang sudah
memiliki pakem – pakemnya sendiri. Dan saat dibuat pun, ornament – ornament
tersebut memang sudah dipikirkan matang – matang saat pengambilan
bentuknya.

Hanya saja yang menjadi pembeda pada ornament – ornament tersebut


ialah kreasi dari pengukir dari masing – masing daerah tersebut. Hal ini
merupakan sebuah kepuasan tersendiri oleh si pengukir. Pada daerah Gianyar
memiliki detail dan bentuk yang berbeda dengan daerah Badung. Namun hal ini
tidaklah sangat berbeda, dikarenakan daerah Gianyar dan Badung secara
geografis sangat berdekatan.

Namun dikarenakan perkembangan jaman, waktu, tenaga dan biaya


sering kali terdapat bangunan tradisional Bali yang ornament – ornamentnya
hanya dibuat bentuk kasarnya. Hal ini sangat disayangkan karena dapat
mengancam kelestarian dari warisan leleuhur terdahulu dan juga akan banyaknya
para seniman ukir yang akan beralih profesi ke profesi yang lebih menjanjikan
dari segi penghasilan.

28
5.2 Saran

Disarakan pada pemerintah agar tetap menjaga bangunan – bangunan


yang masih menggunakan ornament – ornament yang memang sudah ada dari
sejak banguan itu berdiri. Dan saat akan melakukan pemugaran ataupun renovasi
harus mempertimbangkan hal tersebut. Seperti halnya pada objek Pura Puseh
Desa Adat Batuan yang terdapat di Gianyar dan Pura Puseh Desa Adat
Penarungan yang terdapat di Badung.

Selain itu juga pemerinta harus berperan aktif dalam pelestarian budaya
ini, misalnya saja melakukan pembinaan – pembinaan terhadap seniman ukir dan
mencarikan solusi agar kembali meningkatnya minat masyarakat yang
menggunakan jasa para seniman ukir. Agar nantinya para seniman ini akan terus
ber-regenerasi dan tidak akan hilang dimakan jaman.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.isi-dps.ac.id/agungjayack/ornamen-pepatran

http://gungjayack.blogspot.co.id/2013/10/ornamen-keketusan.html

http://gungjayack.blogspot.co.id/2013/10/ornamen-pepatran-2.html

http://gungjayack.blogspot.co.id/2013/10/ornamen-kekarangan-4.html

https://maniksartpicture.wordpress.com/2014/12/21/ornamen-bali/

http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2012/02/karang-hasti.html

30

Anda mungkin juga menyukai