Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PENGUKURAN POROSITAS

2.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengertian porositas;
2. Mengetahui besarnya porositas absolute dan efektif;
3. Mengetahui nilai porositas dari sample core yang diuji dengan cara
menimbang dan mercury injection pump;
4. Mengetahui berapa kemungkinan fluida yang masuk dalam pori-pori
batuan;
5. Mengetahui berapa kualitas dari porositas pada sampel batuan yang
tersedia.

2.2. Teori Dasar


Porositas didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari perbandingan
antara volume total pori-pori batuan terhadap volume batuan total (bulk
volume), dengan simbol ‘Ø’. Porositas juga dapat diartikan sebagai suatu
ukuran kemampuan suatu pori-pori batuan untuk menyimpan fluida.
Porositas dapat diartikan pula suatu ukuran yang menunjukkan besar
rongga dalam batuan.
Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
1. Susunan Butir
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan
bentuk kubus dan mempunyai porositas yang lebih besar
dibandingkan dengan bentuk rhombohedral (tidak kubus).
2. Distribusi Batuan
Distribusi batuan itu biasa kita sebut dengan transportasi. Distribusi
juga berhubungan dengan ukuran butir. Contoh : ketika di hulu
ukuran butiran berdiameter besar sehingga porositas jelek, kemudian

6
7

terdistribusi atau tertransportasi ke hilir yang di sebabkan oleh agen-


agen sehingga butirannya berada di hilir relative seragam, sehingga
porositas baik.
3. Sementasi
Semakin tinggi derajat sementasi maka pori – pori batuan yang
tertutup oleh semen akan semakin kecil, sehingga nilai porositas
akan semakin kecil pula.
4. Kompaksi
Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga
porositas. Apabila batuan terkubur semakin dalam maka
porositasnya akan semakin kecil yang diakibatkan karena adanya
penambahan beban.
5. Ukuran dan bentuk butiran
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan,
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan
bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari
pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola, jika bentuk
butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat
dibandingkan bentuk yang menyudut.
6. Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya
akan baik pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang
berukuran kecil akan menempati rongga diantara butiran yang lebih
besar akibatnya porositasnya rendah.

Menurut proses geologinya (pembentukannya), porositas


diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1. Porositas Primer
Adalah porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan
batuan. Jenis batuan sedimen yang mempunyai porositas primer
adalah batuan konglomerat, batu pasir dan karbonat.
8

2. Porositas Sekunder
Adalah porositas yang terjadi setelah proses pengendapan batuan
seperti yang disebabkan karena proses pelarutan atau tekanan.

Sedangkan porositas sekunder sendiri, dibagi menjadi 3, yaitu:


a. Porositas larutan, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena
adanya proses pelarutan batuan.
b. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk
karena adanya kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari
variasi beban seperti lipatan, sesar atau patahan. Porositas jenis
ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan secara kualitatif
karena bentuknya tidak teratur.
c. Dolomitisasi, dalam proses ini batuan gamping (CaCO3)
ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau
menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl2 → CaMg(CO3)2 + CaCl2.
Menurut para ahli batuan gamping yang terdolomitisasi
mempunyai porositas yang lebih besar dari batuan gampingnya
sendiri.

Sedangkan ditinjau dari sudut teknik reservoir porositas dibagi


menjadi 2, yaitu Porositas Absolut dan Porositas Efektif:
1. Porositas Absolut
Porositas absolut adalah perbandingan antara volume seluruh pori
(pori-pori total) terhadap volume total batuan (bulk volume) yang
dinyatakan dalam persen, jika dirumuskan :

Vp
 abs  x 100%
Vb
atau
9

Vp
abs  x 100%
Vg  Vp
atau
Vb  Vg
 abs  x 100%
Vb

Dimana :
Vp = volume pori-pori batuan, cm3
Vb = volume bulk (total) batuan, cm3
Vg = volume butiran, cm3
abs = porositas absolute, %

2. Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
berhubungan terhadap volume total batuan (bulk volume) yang
dinyatakan dalam persen, jika dirumuskan :

Volume pori yang berhubungan


 eff  x100%
Volume total batuan
atau
 g  b
 eff  x100%
g   f

Dimana :
 g = densitas butiran, gr/cc

 b = densitas total, gr/cc


 f = densitas formasi, gr/cc

eff = porositas efektif, %


10

Connected or
Effective
Porosity

Total
Porosity

Isolated or
Non-Effective
Porosity

Gambar 2.1 Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan Porositas Absolut Batuan

Gambar diatas menunjukkan perbandingan antara porositas efektif,


non efektif dan porositas total dari suatu batuan. Untuk selanjutnya,
porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena dianggap sebagai
fraksi volume yang produktif.
Selain menggunakan rumus yang telah dituliskan sebelumnya,
porositas efektif juga dapat ditentukan dengan :
1. Ekspansi Gas

Volume total batuan sample  Volume butiran efektif sample


eff  x 100%
Volume total batuan sample

2. Metode Saturation

Volume pori yang efektif


eff  x 100%
Volume total batuan
11

Volume pori yang efektif dapat ditentukan dengan metode


resaturation :
 Berat air dalam ruang pori-pori

berat sample yang dijenuhi di udara – berat sample kering di udara

 Volume air dalam ruang pori-pori

Berat air dalam ruang pori  pori


B.J air

Volume pori yang efektif = Volume air dalam ruang pori-pori

3. Mercury Injection Pump


a. Penentuan volume piknometer :
Volume piknometer kosong

vol awal skala – vol akhir skala

Volome piknometer + core

vol awal skala – vol akhir skala terisi core

b. Penentuan volume bulk batuan :


Volume bulk batuan

(volume piknometer kosong) – (volume piknometer + core)

c. Penentuan volume pori :


Volume pori

volume awal skala – volume akhir skala


12

4. Menimbang
Volume total batuan

W3  W2
Vb =
B.J kerosin

Volume butiran

W1  W2
Vg =
B.J kerosin

Volume pori

W3  W1
Vp =
B.J kerosin

Porositas efektif

Volume pori
eff = x 100%
Volume total batuan
W3  W1
= B.J kerosin x 100%
W3  W2
B.J kerosin

Dalam usaha mencari batasan atau kisaran harga porositas batuan,


Slitcher & Graton serta Fraser mencoba menghitung porositas batuan
pada berbagai bidang bulatan dengan susunan batuan yang seragam. Unit
cell batuan yang distudi terdiri atas 2 pack dalam bentuk kubus dan jajaran
genjang (rombohedron). Porositas dengan bentuk kubus ternyata
mempunyai porositas sebesar 47.6%, sedangkan porositas pada bidang
jajaran genjang (rombohedron) yang tidak teratur mempunyai harga
porositas sebesar 25.95%.
13

Gambar 2.2 Porosity 47,6 %

Gambar 2.3 Porosity 25,96 %

Gambar 2.4 Porosity 5 - 25 %


14

Unit cell kubus mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r, dimana r
adalah jari-jari lingkaran, sehingga
Volume total (bulk) = (2r)3 = 8r3
4r 3
Volume butiran =
3
Vb  Vg
Porositas = x 100%
Vb
8r 3  4
= 3r 3 x100%
3
8r

= 1 x100% = 47,6%
2(3)
Untuk pegangan secara praktis di lapangan, ukuran porositas dengan
harga :

Tabel 2.1 Ukuran Porositas

Porositas (%) Kualitas


0  5% dianggap jelek sekali
5 – 10% dianggap jelek
10 – 15% dianggap sedang
15 – 20% dianggap baik
> 20% sangat bagus

Di dalam formasi batuan reservoir minyak dan gas bumi tersusun


atas berbagai macam mineral (material) dengan ukuran butir yang sangat
bervariasi, oleh karenanya harga porositas dari suatu lapisan ke lapisan
yang lain akan selalu bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan harga
porositas bervariasi adalah :
1. Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan,
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan
bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari
pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola, jika bentuk
15

butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat


dibandingkan bentuk yang menyudut.
2. Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar butir
yang tergantung pada proses sedimentasi dari batuannya. Umumnya
jika batuan tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan
sama besar. Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan
diendapkan.
3. Derajat Sementasi dan Kompaksi
Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori
batuan akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat.
Sedangkan sementasi pada batuan akan menutup pori-pori batuan
tersebut.

Adapun gambaran dari berbagai faktor tersebut di atas dapat


dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanz dengan alat
sieve analysis sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke


a). Shalysand b). Batu Pasir

Semakin banyak material pengotor, seperti : silt & clay yang terdapat
dalam batuan akan menyebabkan mengecilnya ukuran pori-pori batuan.
16

2.3. Peralatan dan Bahan


2.3.1. Peralatan :
1. Timbangan dan anak timbangan;
2. Vakum pump dengan vacuum desikator;
3. Beaker glass ceper;
4. Porometer.

Gambar 2.4 Neraca Ohauss

Gambar 2.5 Rangkaian Alat Porometer


17

Gambar 2.6 Vacuum Pump

Gambar 2.7 Beaker Glass Ceper

2.3.2. Bahan :
1. Core (inti batuan);
2. Kerosene.
18

Gambar 2.8 Kerosene

2.4. Prosedur Percobaan


Dalam prosedur percobaan ini, metode pengukuran berguna untuk
menentukan besarnya porositas maka yang perlu ditentukan adalah volume
total batuan (Vb), volume pori (Vp) atau volume butiran (Vg). Adapun
metode pengukuran yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :

2.4.1. Metode Pengukuran dengan cara Menimbang


a) Core (inti batuan) yang telah diekstraksi selama 3 jam dengan soxlet
dan didiamkan selama 24 jam, dikeluarkan dari tabung ekstraksi dan
didinginkan beberapa menit, kemudian dikeringkan dalam oven pada
temperatur 105 – 115 oC.
b) Timbang core kering dalam mangkuk, misal berat core kering = W1
gram.
c) Masukkan core kering tersebut ke dalam vacum desikator untuk
dihampakan udara ± 1 jam dan saturasikan dengan kerosin.
d) Ambil core yang telah dijenuhi kerosin kemudian timbang dalam
kerosin, misalnya beratnya = W2 gram.
e) Ambil core tersebut (yang masih jenuh dengan kerosin), kemudian
timbang di udara, misalnya beratnya = W3 gram.
19

f) Perhitungan :
𝑊3 −𝑊2
Volume total batuan (Vb) = 𝐵.𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
𝑊1 −𝑊2
Volume butiran (Vg) = 𝐵.𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
𝑊3 −𝑊1
Volume Pori (Vp) = 𝐵.𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖
Porositas Efektif (∅) = 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑊3 −𝑊1
⁄𝐵.𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
= 𝑊3 −𝑊2 𝑥 100%
⁄𝐵.𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛

2.4.2. Metode Pengukuran dengan Mercury Injection Pump


Ketentuan penggunaan porometer
a) Plungger / cylinder dihampakan diudara sebelum memulakan
pekerjaan.
b) Putar handwheel berlawanan dengan arah jarum jam sejauh
mungkin.
c) Pastikan penutup dan valve piknometer dalam keadaan tertutup, dan
fill valve dalam keadaan terbuka.
d) Hidupkan pompa vacum dan lakukan sampai ruang silinder sampai
habis, selanjutnya tutup fill valve dan terakhir matikan pompa
vacum.
e) Jika langkah 4 terpenuhi, masukkan Hg dalam flask ke dalam
silinder sampai habis, selanjutnya tutup valve dan terakhir matikan
vakum.
f) Putar lagi handwheel searah dengan arah jarum jam, sampai
preassuregauge menunjukkan harga suatu tertentu.
g) Putar lagi handwheel berlawanan dengan arah jarum jam, sampai
jarum jam pada preassuregauge menunjukkan angka nol pertama
kali.
20

h) Buka valve dan penutup picnometer, lihat kedudukan mercury, jika


kedudukan mercury ada pada silinder maka ulangi lagi langkah 2
sampai 8.

Jika kedudukan mercury pada ruang picnometer, turunkan


permukaan mercury sampai pada batas bawah piknometer (jika ada yang
menempel pada dinding harus dibersihkan) dengan memutar handwheel
berlawanan dengan arah jarum jam.
Prosedur penentuan porositas :
1. Pastikan terlebih dahulu permukaan Hg pada posisi bagian bawah
dari picnometer.
2. Tutup penutup picnometer dan buka valve piknometer.
3. Atur volumescale pada harga tertentu, misalnya = 50 cc.
4. Putar handwheel searah jarum jam sampai mercury pertama kali
muncul pada picnometer.
5. Hentikan pemutaran handwheel dan baca volume scale dan dial
handwheel (miring kanan), misalnya = 30,8 cc.
6. Hitung volume piknometer = (50,56 – 2,86) = 47,7 cc.
7. Kembalikan kedudukan mercury pada keadaan semula dengan
memutar handwheel berlawanan dengan arah jarum jam.
8. Buka bagian penutup piknometer dan masukkan core sampel.
Kemudian tutup lagi piknometer (valve picnometer tetap terbuka).
9. Putar handwheel sampai mercury untuk pertama kali muncul pada
valve piknometer. Catat volume scale dan dial handwheel (miring
kanan), misalnya = 38,2 cc.
10. Hitung volume piknometer yang terisi sampel = (50,65 – 36,51) cc =
14,14 cc.
11. Hitung volume bulk dari core sampel = (47,79 – 14,14) cc = 33,65
cc.
12. Lanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori (Vp), yaitu
dengan penutup valve piknometer. Kemudian atur pore space scale
21

pada angka nol. Untuk langkah 12 ini, pada saat meletakkan pore
space scale pada angka nol, kedudukan dial handwheel tidak harus
pada angka nol. Akan tetapi perlu dicatat besarnya angka yang
ditunjukan dial handwheel (miring kiri) setelah pengukuran Vb.
harga tersebut harus diperhitunhkan saat mengukur Vp.
13. Dihitung volume pori (Vp) = skala awal-skala akhir
= (8,55-0,49) cc
= 8,06 cc.
14. Putar handwheel searah jarum jam sampai tekanan pada pressure
gauge menunjukkan angka 750 Psig.
15. Catat perubahan volume pada pore space scale dan handwheel dial
(miring kiri) sebagai volume pori (Vp).
16. Hitung besar porositas.

2.5. Hasil Percobaan dan Perhitungan


2.5.1. Hasil Percobaan
A. Penentuan porositas dengan menimbang
a) Berat core kering di udara (W1) = 48,5 gr
b) Berat core jenuh di udara (W3) = 50,6 gr
c) Berat core jenuh di kerosine (W2) = 20 gr
d) Densitas kerosine = 0,8 gr/cc
e) Volume bulk (Vb) = 38,25 cc
f) Volume grain (Vg) = 35,625 cc
g) Volume pori (Vp) = 2,625 cc
h)  = 6,818 %

B. Penentuan porositas dengan Mercury Injection Pump


a) Penentuan skala piknometer
 Skala awal = 53,43 cc
 Skala akhir = 3,91 cc
22

 Volume piknometer kosong = (skala awal–skala akhir)


= 49,52 cc

b) Penentuan volume bulk


 Skala awal = 56,22 cc
 Skala akhir = 38,24 cc
 Volume picnometer + core = (skala awal–skala akhir )
= 55,12 cc - 33,36 cc
= 17,98 cc
 Volume bulk batuan = Vol. picnometer kosong-
vol. picnometer + core
= 49,52 cc – 17,98 cc
= 31,54 cc

c) Penentuan volume pori


 Skala awal = 5,59 cc
 Skala akhir = 0,62 cc
 Volume pori = (skala awal–skala akhir )
= 5,59 cc – 0,62 cc
= 4,97 cc
𝑉𝑝
 Porositas Efektif = 𝑉𝑏 × 100%
2,625 𝑐𝑐
= 38,26 𝑐𝑐 × 100%

= 6,86 %

2.5.2. Perhitungan
W3  W2
1. Volume bulk (Vb) =
B.J kerosin
50,6 gr  20 gr
=  38,25 cc
0,8 gr / cc
W1  W2
2. Volume grain (Vg) =
B.J kerosin
23

48,5 gr  20 gr
=  35,625 cc
0.8 gr / cc
W3  W1
3. Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
50,6 gr  48,5 gr
=  2,625 cc
0.8 gr / cc
w3  w1
4. Porositas(  O ) = x 100%
w3  w2
2,6258 gr
= x 100% = 6,86 %
38,25 gr
5. Volume piknometer kosong = skala awal – skala akhir
= 53,43 cc – 3,91 cc = 49,52 cc
6. Volume piknometer + core = skala awal – skala akhir
= 56,22 cc – 38,24 cc = 17,98 cc
7. Volume Bulk Batuan = |(vol.pikno+core) – (vol.pikno kosong)
= |(49,52 cc – 17,98 cc)|
= 31,54 cc
8. Volume pori = |(skala awal – skala akhir)|
= |(5,59 cc – 0,62 cc)|
= 4,97 cc
Vp 4,97cc
9. eff  x 100%  x 100%  15.757 %
Vb 31,54cc

2.6. Pembahasan
Penentuan porositas dengan menimbang core dan di dapat nilai dari
core, yaitu W1 = 48,5 gr, W2 = 20 gr, W3 = 50,6 gr. Dari percobaan
menentukan porositas sample core dengan cara menimbang diatas
didapatkan Volume bulk 38,25 cc, Volume grain 35,625 cc, dan Volume
pori 2,625 cc. Maka besar harga porositas efektif yang diperoleh melalui
cara menimbang adalah 6,86 %.
24

Penentuan porositas dengan Mercury Injection Pump diawali dengan


penentuan skala awal dan skala akhir picnometer dengan menggunakan
petunjuk / prosedur penentuan porositas. Skala awal yang dimaksud adalah
volume picnometer ketika belum di Injeksi dengan Mercury, dan setelah di
injeksi dengan Mercury dinamakan skala akhir. Baca skala volume pada
keadaan awal dan akhir pada picnometer yang kosong.
Harga skala volume pada keadaan awal dan akhir pada picnometer
yang kosong telah didapatkan Skala awal sebesar 53,43 cc, dan Skala akhir
3,91 cc. Dari data-data tersebut, maka kita bisa menentukan Volume
piknometer dalam keadaan kosong yaitu selisih antara skala awal dan skala
akhir piknometer, sehingga nilai yang didapatkan sebesar 49,52 cc.
Kemudian setelah kita mengetahui haraga piknometer kosong, maka
dilakukan langkah seperti pada langkah 8 pada petunjuk / prosedur
penentuan porositas dengan harapan akan diketahui skala awal, skala
akhir, volume piknometer + core, dan volume bulk batuan.
Dari hasil penentuan harga skala tersebut, skala pada keadaan awal
dan akhir pada pycnometer yang berisi core sample telah didapatkan data
sebagai berikut Skala awal sebesar 56,22 cc, dan Skala akhir sebesar
38,24 cc.
Dari kedua data diatas itu, kita bisa menentukan berapa besar volume
piknometer bersama core yang berada bersama piknometer tersebut
dengan mengurangkan besarnya harga skala yang didapat pada keadaan
awal dengan harga skala yang didapat pada keadaan akhir (skala awal –
skala akhir), sehingga didapat nilainya sebesar 17,98 cc.
Setelah didapatkan harga volume pycnometer yang berisi core
sample, kita dapat menentukan berapa besarnya Volume bulk (Vb) batuan
dengan mengurangkan besarnya Volume piknometer dalam keadaan
kosong dan volume piknometer dalam keadaan terdapat Core didalamnya.
Dari perhitungan tersebut, Volume Bulk Batuan sebesar 24,56 cc.
25

Kemudian perhitungan dilanjutkan dengan menentukan besarnya


Volume pori (Vp) seperti yang terdapat pada langkah 12 petunjuk /
prosedur penentuan porositas
Penentuan besarnya volume pori (Vp) dapat dengan menggunakan
cara yang sama dengan cara yang digunakan untuk menghitung harga
volume pycnometer yang kosong dan harga volume pycnometer yang
berisi core sample yaitu dengan menghitung selisih antara kondisi awal
yaitu 5,59 cc dan kondisi akhir 0,62 cc. Sehingga Volume Pori didapat
bernilai 4,97 cc (karena perhitungan merupakan selisih volume awal dan
akhir maka hasil dalam tanda mutlak).
Kemudian dapat kita tentukan besarnya harga porositas efektif
dengan memasukkan harga volume pori (Vp) dan volume bulk (Vb) ke
dalam rumus yang telah diuraikan sebelumnya.
Dari perhitungan didapat nilai porositas effektifnya sebesar 6,86 %.
2.7. Kesimpulan
1. Didalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa hasil harga
porositas dengan beberapa cara pengukuran, dan didapat hasil
dengan cara penimbangan  eff = 6,86 %, sedangkan dengan cara

Mercury Injection Pump  eff = 15,757 %. Besarnya porositas efektif

(  eff ) fresh core yang disaturasi kerosin menggunakan metode

Mercury Injection Pump ternyata lebih besar hasilnya dibandingkan


dengan metode menimbang. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan
porositas tersebut.
2. Sesuai dengan hasil perhitungan porositas effektif yang diperoleh
dari metode menimbang termasuk dalam kategori buruk, sedangkan
porositas effektif yang diperoleh dari metode Mercury Injection
Pump termasuk dalam porositas dengan kategori baik.
3. Sesuai dengan perbedaan porositas diatas maka dapat dikatakan
bahwa porositas tidak tergantung pada besar butiran tetapi
tergantung dari ukuran butiran. Karena semakin besar ukuran
26

butirannya, maka akan dapat mengurangi jumlah pori dalam suatu


satuan volume batuan reservoir tersebut.
4. Hubungan porositas dengan kandungan hidrokarbon (HC) adalah,
semakin besar porositas batuan, maka semakin banyak hidrokarbon
yang terkandung didalamnya.
5. Setelah melakukan beberapa percobaan, maka dapat disimpulkan
bahwa mengukur porositas dengan cara mercury injection pump,
tingkat ketelitiannya sangat bagus jika dibandingkan dengan cara
menimbang.

Anda mungkin juga menyukai