Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Fibroadenoma Mammae

Oleh :
Silvia Aslami
2010730100

Pembimbing:
dr. Usman Wahid, Sp. B.

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang

diberikan oleh-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus “Fibroadenoma Mammae”

Stase Bedah untuk proses belajar di BLUD Sekarwangi.

Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga

banyak menemui berbagai macam hambatan dan kesulitan karena masih terbatasnya ilmu

pengetahuan yang saya miliki, namun berkat adanya bimbingan, bantuan serta pengarahan dari

berbagai pihak maka, saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu

dengan terselesaikannya penyusunan laporan kasus ini saya mengucapkan terimakasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan kasus ini kepada yang terhormat, Dokter Usman Wahid, Sp.B selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta pengarahan.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna menyempurnakan laporan dan semoga

laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.

Wassalamu’alakum Wr Wb.

Sekarwangi, April 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................1


KATA PENGANTAR ..........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................28

3
BAB I
LAPORAN KASUS

I.1 Identifikasi
Nama : Ny.RW
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Ciaul, RT 5/RW 1, Mekarjaya, kabandungan, sukabumi
MRS : 27 April 2015
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. Reg/MR : 3998xx

I.2 Autoanamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan di payudara sebelah kanan

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Pasien meraskan ada benjolan dipayudara kanan sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan
mulanya kecil dan membesar lambat sehingga baru diketahui ketika benjolan berukuran kurang
lebih 1 cm. Benjolan tidak nyeri bila pasien beraktivitas dan ditekan. Tidak keluar cairan dari
payudara, tidak ada perubahan bentuk payudara dan menstruasi pasien teratur.

I.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit Ringan

4
Kesadaran : Compos mentis
Pernafasan : 22 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,4 ºC

Kepala : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-


Pupil : Isokor, refleks cahaya +/+
Leher : Tidak ada kelainan
Kelenjar getah bening : Lihat status lokalis
Thorax : Vesikular +/+ Normal, ronkhi -/-, wheezing -/-, murmur (-), gallop
(-)
Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Inferior : Tidak ada kelainan

Status Lokalis

Regio Mamma Dekstra


Inspeksi : ulkus (-), papilla mamae tidak ada retraksi, discharge (-)
gambaran Peau d’orange (-), tidak ada skin dimpling.

5
Palpasi : teraba massa dengan konsistensi kenyal, ukuran ± 2cm, padat, batas
tegas, mobile, nyeri tekan (-)
Regio Mamma Sinistra
Inspeksi : tidak tampak benjolan, tidak tampak ulkus, tidak ada retraksi puting,
tidak ada gambaran Peau d’orange, tidak ada skin dimpling.
Palpasi : tidak teraba massa.

KGB Axilla Sinistra


Inspeksi : tidak tampak benjolan.
Palpasi : tidak teraba massa
KGB Axilla Dextra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

KGB Infraklavikula Sinistra


Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

KGB Infraklavikula Dextra


Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

KGB Supraklavikula Sinistra


Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

KGB Supraklavikula Dextra


Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

6
KGB Mammaria interna sinistra
Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

KGB Mammaria interna dextra


Inspeksi : tidak tampak benjolan
Palpasi : tidak teraba massa

Regio Abdomen
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar, nyeri tekan (-).

I.4 Hasil Pemeriksaan


a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin: (24 April 2015)
Hemoglobin : 13,5 g/dl ( 12 – 16 gr/dl )
Leukosit : 8.300 ( 5000 – 10000/mm3)
Bleeding time : 2 menit ( 1- 3 menit )
Clotting time : 6 menit ( 9-15 menit )
Kimia Klinik: (24 April 2015)
Ureum : 10 mg/dl ( 18 – 39 mg/dl )
Creatinin : 0,62 mg/dl ( 0,6 – 1,0 mg/dl )
SGOT : 15 U/L
SGPT : 10 U/L

7
1.5 Diagnosis
Fibroadenoma Mammae Dekstra

I.6 Penatalaksanaan
Pro Excisi FAM Dekstra

Laporan Operasi (28 April 2015)


1. Posisi supine, desinfeksi, pasang duk steril
2. Inpeksi, insisi peri areolar kanan, dipisahkan lapis ddemi lapis sampai dengan jaringan
tumor
3. Didapatkan tumor dengan ukuran 2cmx 2cm
4. Dilakukan excisi tumor
5. Rawat perdarahan
6. Luka dijahit lapis demi lapis, operasi selesai

Terapi post op:


 Levofloxacin 2x1 tab
 Asam mefenamat 3x1 tab
 Sore BLPL

I.7 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam

8
Bab II
FIBROADENOMA MAMAE

I. PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum
ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen
epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan
berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas
ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah
30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini
dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral.
Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan
pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini
terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma
adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi karena
tumor jinak ini akan terus membesar.(2, 3, 5, 6)

Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga bulan yang lalu.
Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama. Pembesaran yang cepat pada payudara

9
kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan
curved incision.(3)

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui
karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan.
Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau
bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae
biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun.
Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada
wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan
prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari
Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15
dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih
tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil
dibanding pada usia muda. (7,8,9)
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum,
yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi pada
wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause.
Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada
wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus fibroadenoma
merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering terjadi di usia
lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6)
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica,
yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit
fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun
lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih

10
175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita
terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum ada data
statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan
bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya pada wanita.
(7)

II. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum,
yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi pada
wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause.
Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada
wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 – 15 % kasus
fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering
terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6)
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica,
yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit
fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun
lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih
175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita
terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum ada data
statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan
bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya pada wanita.
(7)

11
III. ANATOMI

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior.
Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang
berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery
adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.(8)

Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar


puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi
jaringan ikat (stroma) di antara lobus – lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang
menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus
laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara ke puting.
Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus
terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit.
Pita ini, yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium payudara.(8)

Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa
lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan
fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m.
pektoralis dan tulang iga.(9)

12
Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (9)

Gambar 3. Anatomi Payudara. Struktur Lobus Payudara. (9)

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus
perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata arteri
intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis
lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak
di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena superfisial

13
leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang senama, dan secara terpisah
bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena
hemiazigos.(10)

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar


mammae, drainasenya terutama melalui : (10)

1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris


2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik
subareolar.

Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami dari


pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah : (10)

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi anterior
vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m. pektoralis mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak
melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m.
pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding toraks
berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh darah
subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.

IV. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus. (5)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke – 8
haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi

14
pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto
mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai,
semuanya berkurang. (5)
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru. (5)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu.(5)

V. ETIOLOGI
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor
yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang
diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor
embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan
fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)

VI. PATOFISIOLOGI.

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia


dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu
proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,
diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi
sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap
tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai
diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)

15
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami postmenopause
dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya, fibroadenoma dapat
berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan
pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa
kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami penurunan
kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-
Barr.(4)
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita
remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex.
Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas
lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)

VII. DIAGNOSIS
VII.1. DIAGNOSIS KLINIK
VII.1.a. GAMBARAN KLINIK

Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan


gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan
fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan
ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala
berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)

VII.1.b. PEMERIKSAAN FISIK.


Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai
massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk
jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira
1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk nodul
dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara,
tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak

16
terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit dan axillary
adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.(2,3,11)
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri). Tujuan dari
pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara
rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI
semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita
premenopause (belum memasuki masa menopause) sebaiknya melakukan
SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk
atau berdiri menghadap cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan
pada kulit payudara, dan puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan
gerakan bertolak pinggang untuk mengkontraksikan otot
pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada
kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan
sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara
dan ketiak.
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna


cokelat – putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning – merah muda
yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)

17
Gambar 4. Makroskopik Fibroadenoma Payudara (2)

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar


dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar
yang mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran
dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini
dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal
jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval
dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya
tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan
melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip
– bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)

Gambar 5. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma (2)

18
VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
VII.2.a. MAMMOGRAFI
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai
massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran
sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama
dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar,
dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor
terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai infraksi
atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi
atau di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan
berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit
atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)

Gambar 6. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas. (13)

19
Gambar 7. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang kasar dan
membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran 8. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn Appearence (11)

20
VII.2.b. ULTRASONOGRAPHY (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas
tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar
dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya
homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic.
Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran khas dari
fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma
tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan
USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari
jaringan di sekitarnya.(4,11)

Gambar 9. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian
lobus merupakan khas dari fibroadenoma (4)

VII.2.c. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagai


massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan dengan
menggunakan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma

21
digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika
dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-
weighted dan hypointense and hyperintense dalam gambaran T2-
weighted.(4)

Gambar 10. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari pemeriksaan
USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras,
memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma.
(15)

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :


1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan
berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 – 4 cm,
tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan
payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun kebanyakan
ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis (mammografi) dari tumor ini
berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.(2,5,13)

22
Gambar 11. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa kalsifikasi
(14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang
masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya
penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik
pada tumor tersebut.(16)

Gambar 12. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar , berlobulasi
dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang menandakan adanya proses
degeneresi kistik. (16)

23
2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus
dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran
mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini
dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun
seluruhnya.(11)

Gambar 13. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan
densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,
mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik
posterior.(16)

24
Gambar 14. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-echoic
dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (16)

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi
cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter
beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,
ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada
mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus
retro-areolar. .(2,5,11)

Gambar 15. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan kalsifikasi
yang menyebar tanpa gambaran massa (14)

25
Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan pelebaran
duktus laktiferus.(16)

Gambar 16. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus laktiferus.
(14)

IX. PENATALAKSANAAN.

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.


Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan
untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan
lokasi dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (3)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya
memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma
yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular

26
incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah
lateral payudara.

Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi


bahu diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/tinta.
Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris posterior
sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine 105. Lapangan operasi
dipersempit dengan doek steril.

Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor


cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor sesuai dengan
garis Langer atau diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi. Untuk insisi
sirkumarelar maka puting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan
marker insisi.

Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis subkutan.


Flap kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan
undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor. Rawat perdarahan lalu
identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengan kocher, lalu
dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat perdarahan lagi, orientasi
seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang di kuadran lateral bawah
(bila menggunakan penrose drain, darin dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat
dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan
kasa betadine. Dilakukan dressing luka operasi dengan teknik suspensi payudara (BH
buatan) tanpa mengganggu gerakan sendi bahu. (3)

X. PROGNOSIS.

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara
teratur.(6)

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J. Histopathology
of Fibroadenoma of The Breast. Available from : http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar
Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 – 794.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.
7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M., Wolff C.,
Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica : Findings of the
Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ .
8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam : Anderson,
Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 –
1302.
9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic
Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308 – 310.
10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2008.
Hal. 366 – 369.
11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology;
Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allison’s Diagnostic
Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill Livingstone. New
York. 1997, Hal. 2003 – 2011.

28
12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging.
Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364 – 1366.
13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 – 1395.
14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet Company. Thailand.
2002. Hal. 33 – 177.
15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from : http://www.gehealthcare.com/.
16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
1992. Hal 16 – 19.

29

Anda mungkin juga menyukai