Wa0012
Wa0012
Post date
Kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar,
Rustam, 2009). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.
Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak
pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu,
terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga
spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai
oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin.
Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan
kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi
postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Selain itu juga terjadinya kehamilan sirotinus antara lain:
a. Hipoplasia hipofise
b. Anensefalus
c. Devisiensi enzim sulfarase plasenta
d. Hormon estriol yang rendah.
C. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang diajukan pada
umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post term sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakan
kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan karena
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
member kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
3. Teori Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh pada
meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan
tidak timbulnya HIS.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan
bagian bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm.
5. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak permpuannya akan mengalami
kehamilan pos term. (Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2009)
6. Kurangnya air ketuban
7. Insufisiensi plasenta
( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, 2008)
D. Pathway
Post date
Tindakan Induksi
Penurunan Laktasi
Ansietas b.d perubahan
status kesehatan Ketidak efektifan menyusui
b.d produksi ASI sedikit
H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes
tekanan oksitosin
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
( Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I, 2008 )
I. Penatalaksanaan
Bila keadaan bayi baik :
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bisa hasil positif segera
lakukan SC.
2. Induksi persalinan: Metode farmakologis diantaranya yaitu
pemberian prostaglandin E (dinoprostone, cervidil, dan prepidil),
prostaglandin E (Misoprostol atau cytotec), dan donor nitrit oksida.
Sedangkan ynag termasuk kedalam metode mekanis yakni kateter
transservikal (kateter foley), ekstra amnionik salin infusion (EASI),
dilator servikal higroskopik, dan stripping membrane. (Cunningham,
2013)
J. Fokus Pengkajian
1. Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
2. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
3. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
4. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
5. Pemerikasaan fisik
- Keadaan umum klien
- Abdomen (DJJ Bayi, gerakan bayi)
- Saluran cerna
- Alat kemih (Genetalia)
- Lochea
- Vagina (perdarahan, cairan amnion)
- Perinium + rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
6. Pemeriksaan psikososial
- Respon + persepsi keluarga
- Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi
K. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Nyeri akut b.d agen cidera Fisik
L. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
NOC :
Pain level
Pain control
Comfor level
NOC :
Immune status
Risk control
DAFTAR PUSTAKA