Annisa Yutami
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Muara Teweh
Topik: Hernia Inguinalis Lateralis Irreponible
Tanggal (kasus):
Nama Pasien: Tn. K No RM:122125
Keluhan Utama : Benjolan pada lipat paha kanan hingga buah zakar kanan
keluhan terdapat benjolan di lipat paha kiri dan buah zakar kiri. Keluhan pertama kali
muncul 2 tahun yang lalu, berupa benjolan yang pertama kali muncul di lipat paha
kiri. Awalnya benjolan muncul jika pasien melakukan aktifitas fisik dan hilang
dengan sendirinya jika pasien beristirahat atau berbaring. Dalam 2 bulan terakhir
pasien mengeluhkan benjolan muncul memanjang hingga ke buah zakar kanan dan
tidak dapat hilang lagi, meskipun pasien dalam posisi berbaring. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada benjolan, dan siklus BAB pasien tidak ada gangguan. Pasien
Pasien mengatakan tidak pernah sakit berat sebelumnya. Riwayat tekanan darah
tinggi (+).
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien.
Riwayat tekanan darah tinggi (+), kencing manis (-), jantung dan ginjal tidak
diketahui.
5. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Status General
Kepala : Mesosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-), Ikterus (-), Refleks pupil (+), Edema palpebra
(-)
THT
Leher
Thorax:
Jantung
Paru-paru
+/+
+/+
+/ + -/- -/-
Abdomen
Perkusi : timpani
Inspeksi : Terlihat benjolan di inguinal kiri sampai ke skrotum, warna kulit sama dengan
daerah sekitarnya.
Palpasi: Teraba benjolan, bentuk lonjong, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
+ + - -
6. Assesment :
- Hipertensi Grade II
7. Tatalaksana
Hari/ S O A P
Tgl
03/10/ Benjolan GCS : HIL sinistra Dx: Cek DR, CT/BT, GDS
2018 lipat paha E4V5M6 irreponible Tx: Pro herniorafi,
kanan dan TD: 165/95 IVFD RL 30 tpm
skrotum mmHg Inj. Ceftriakson 1 gr
kanan, tidak RR: 16x/min preoperasi.
nyeri. N: 76x/min
BAB (+) S : 36,6oC
normal Sat: 100%
04/10/ Benjolan GCS : HIL sinistra Pro herniorafi hari ini
2018 lipat paha E4V5M6 irreponible IVFD RL 30 tpm
kanan dan TD: 160/90
skrotum mmHg
kanan, tidak RR: 16x/min
nyeri. N: 68x/min
BAB (+) S : 36,0oC
normal
05/10/ Nyeri luka GCS : Post Puasa, boleh minum
2018 post operasi E4V5M6 Herniorafi IVFD RL 20 tpm
(+) BAB (-) TD: 160/98 a/I HIL Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
flatus (+) mmHg sinistra Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
RR: 16x/min irreponibel Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
N: 89x/min HT Stage II PO. Amlodipin 10 mg (0-0-
S : 36,1oC 1)
Abdomen:
Kembung,
BU 1x/menit,
nyeri tekan (-
) perkusi
hipertimpani
Resume Kasus
Subyektif
Pasien laki-laki, usia 64 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha
kiri dan buah zakar kiri. Keluhan pertama kali muncul 2 tahun yang lalu, berupa
benjolan yang pertama kali muncul di lipat paha kiri. Awalnya benjolan muncul jika
pasien melakukan aktifitas fisik dan hilang dengan sendirinya jika pasien beristirahat
memanjang hingga ke buah zakar kiri dan tidak dapat hilang lagi. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri pada benjolan, dan siklus BAB pasien tidak ada gangguan.
Obyektif
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Terlihat benjolan di inguinal kiri sampai ke skrotum, warna kulit sama
Palpasi: Teraba benjolan, bentuk lonjong, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
Assesment
Pasien ini didiagnosa hernia inguinalis lateralis sinistra irreponible dengan hipertensi
stage II
Terapi
Hernia Inguinalis
1. Definisi dan Etiologi
penonjolan otot melalui fasia yang melapisinya, herniasi otak melalui fraktur tulang
diterapkan pada penonjolan organ intraabdomen melalui defek pada dinding abdomen,
pelvis atau diafragma. Meskipun demikian, hernia paling sering terjadi pada dinding
Penyebab suatu organ mengalami herniasi melalui dinding yang menahannya, dapat
berupa terdapat suatu locus minoris pada dinding tersebut. Locus minoris tersebut dapat
saja bersifat normal, yang ditemukan pada semua orang, dan berkaitan dengan konfigurasi
anatomi normal seperti tempat dimana pembuluh darah masuk dan keluar dari rongga
abdomen. Atau dapat juga locus minoris akibat kelainan kongenital, atau didapat sebagai
Faktor risiko yang berkaitan dengan terbentuknya hernia inguinalis meliputi: faktor
keturunan, jenis kelamin (lebih sering terjadi pada laki-laki), usia (usia puncak hernia
inguinalis indirek usia 5 tahun, sementara hernia direk usia puncaknya 70-80 tahun),
obesitas, peningkatan kadar matrix metalloproteinase, kelainan jaringan ikat (seperti Ehler
Danlos sindrom), ras, konstipasi kronik, penggunaan tembakau, dan faktor sosial
pekerjaan.3
Jenis kelamin laki-laki dan peningkatan usia yang menjadi faktor risiko utama
terjadinya hernia inguinalis, faktor risiko lainnya adalah riwayat hernia inguinalis pada
keluarga. Kondisi lainnya yang dilaporkan berkaitan dengan meningkatnya risiko hernia
inguinalis pada laki-laki dan perempuan adalah merokok yang mana akan menyebabkan
dan torakalis, prosesus vaginalis persisten, riwayat appendiktomi terbuka, dan dialysis
Danlos, sindrom Marfan, sindrom Hurler, dan sindrom Hunter juga meningkatkan risiko
terjadinya hernia inguinalis direk. MMP adalah bagian dari enzim protease yang
jaringan ikat.4
2. Epidemiologi
Hernia inguinalis angka kejadiannya meliputi 75% dari semua kejadian hernia
abdominalis. Risiko hernia inguinalis pada laki-laki adalah 27% dan pada perempuan
adalah 3%. Laki-laki 25 kali lebih sering mengalami hernia inguinalis dibandingkan
dengan perempuan. Pada laki-laki, hernia inguinalis lateralis (indirek) kejadiannya lebih
tinggi dibandingkan dengan hernia inguinalis medialis (direk) dengan perbandingan 2:1.
Meskipun hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita, namun hernia inguinalis
3. Manifestasi Klinis
Gejala hernia inguinalis dapat muncul perlahan seiring dengan waktu atau dapat
muncul tiba-tiba, misalnya jika terjadi inkarserasi. Hernia inguinalis dapat bersifat
asimptomatik dan dapat ditemukan secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik rutin.
Pasien hernia inguinalis yang simptomatik sering datang dengan keluhan nyeri pada
daerah inguinal, yang mana nyerinya dapat berupa nyeri hebat. Peregangan atau
terbakar atau rasa pegal di daerah inguinal. Gejala klinis ini biasanya bersifat lokal, hanya
dirasakan pada daerah hernia. Nyeri dapat bertambah berat dengan maneuver Valsalva.
Pasien dapat juga mengeluhkan sensasi terasa berat pada daerah inguinal, terutama pada
isi rongga abdomen semakin terdorong ke dalam kantong hernia. Sehingga, benjolan
hernia secara perlahan ukurannya dapat semakin membesar. Jika pasien mengaku bahwa
benjolan tersebut menghilang ketika pasien dalam posisi berbaring telentang, maka
4. Diagnosis
kebanyakan hernia inguinalis. Kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri atau rasa tidak
nyaman pada daerah inguinal, namun pada sepertiga pasien tidak memiliki keluhan
apapun. Hernia inguinalis biasanya tidak menimbulkan nyeri yang hebat, kecuali terjadi
inkarserasi atau strangulasi. Tanpa adanya temuan fisik berupa benjolan, penyebab
lainnya nyeri pada daerah inguinal perlu dipertimbangkan. Selain itu, pasien juga dapat
mengalami paraaestesia akibat kompresi atau iritasi nervus inguinalis oleh hernia. Massa
selain hernia dapat terjadi di daerah inguinal. Pemeriksaan fisik saja sering dapat
Hernia inguinalis diperiksa dengan pasien dalam posisi berbaring dan berdiri.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk membedakan jenis hernia inguinalis
adalah dengan melakukan finger test, Zieman test, dan Thumb test. 7
- Pemeriksaan finger test dilakukan dengan menggunakan jari ke-2 atau jari ke-5 yang
kemudian pasien diminta untuk batuk. Bila impuls terasa di ujung jari, maka hernia
inguinalis lateralis, sementara bila terasa disamping jari, berarti hernia inguinalis
medialis.
- Pemeriksaan Ziemen test dilakukan dengan penderita dalam posisi berbaring, bila
terdapat benjolan, maka dimasukkan terlebih dahulu, jika hernia terdapat dibagian
kanan, maka diperiksa dengan tangan kanan pula, begitu juga sebaliknya. Posisikan
ujung jari tengah disekitar cincin inguinalis eksternal, ujung jai telunjuk disekitar
cincin inguinalis internal, dan ujung jari manis disekitar kanalis femoralis, kemudian
pasien diminta untuk batuk atau mengedan, dan rasakan rangsangan terasa di ujung
jika pada ujung jari tengah, maka hernia medialis, dan jika pada ujung jari manis,
- Pemeriksaan Thumb test, sekitar cincin inguinalis internal ditekan dengan ibu jari dan
pasien diminta untuk batuk atau mengedan, jika keluar benjolan berarti kemungkinan
hernia inguinalis medialis, sementara jika tidak keluar benjolan, maka hernia
inguinalis lateralis.
bermanfaat untuk mendiagnosis hernia inguinalis pada pasien yang melaporkan keluhan
namun tidak teraba benjolan. Selain itu, USG juga dapat membantu membedakan hernia
inkarserata dengan nodus limfatikus yang patologis atau massa lainnya. MRI memiliki
sensitivitas tertinggi dalam mendeteksi hernia yang tersembunyi pada pasien yang secara
6. Klasifikasi
Terdapat beberapa sistem klasifikasi untuk hernia inguinalis. Salah satu jenis
klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi Nyhus. Meskipun tujuan dari
klasifikasi ini adalah untuk menyamakan persepsi dan memudahkan dalam komunikasi
antarklinisi dalam pemilihan tatalaksana, klasifikasi ini masih kurang dan masih
diperdebatkan.2
Klasifikasi Nyhus
Tipe 1
Hernia inguinalis indirek: cincin ingunalis internal normal (misalnya pada hernia
pediatric)
Tipe 2
Hernia inguinalis indirek: cincin inguinalis internal mengalami diltasi tetapi dinding
posterior inguinalis intak; pembuluh darah epigastrika inferior tidak bergeser.
Tipe 3
Defek dinding posterior
A. Hernia inguinalis direk
B. Hernia inguinalis indirek: cincin inguinalis internal mengalami dilatasi,
melewati atau menembus fascia transversalis trigonum Hasselbach di medial.
C. Hernia femoralis
Tipe 4
Hernia inguinalis secara umum diklasifikasikan menjadi hernia indirek, direk, dan
indirek menonjol ke lateral dari arteri epigastrika inferior, melalui cincin inguinal internal
menuju ke cincin inguinal eksternal dan bahkan bisa sampai ke skrotum. Sementara,
hernia inguinalis direk (medial) menonjol ke arah medial dari arteri epigastrika inferior
Hasselbach adalah ligamentum ingunalis di bagian inferior, tepi lateral otot rektus di
menonjol melalui cincin femoralis yang kecil dan tidak fleksibel. Batas-batas cincin
femoralis meliputi traktus iliopubic dan ligament inguinal di anterior, ligament Cooper di
semakin membesar secara progresif, dan terdapat kemungkinan untuk terjadi inkarserasi
dan strangulasi. Namun, pada pasien dengan gejala yang minimal, klinisi sering
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
strategi watchful waiting cukup aman untuk pasien usia tua dengan hernia inguinalis
asimptomatik atau gejala minimal dan meskipun kelompok pasien tersebut menjalani
tatalaksana operatif di kemudian hari, risiko operatif dan tingkat kejadian komplikasi
tidak berbeda dengan pasien yang menjalani tatalaksana operatif lebih awal.2,8
truss yang benar sangat penting, dapat mengatasi 30% gejala pada pasien. Komplikasi
terkai penggunaan truss meliputi atrofi testis, neuritis ilioinguinal atau femoralis, dan
inkarserasi hernia.2
Prosedur reapir hernia meliputi tiga tipe, yaitu herniotomi, herniorafi, dan
prosedur herniotomi yang diikuti dengan repair dinding posterior kanalis inguinalis.
Prosedur repair hernia inguinalis dapat dibedakan menjadi anterior repair (open
repair) dan laparoscopic repair. Open repair dibagi lagi menjadi teknik yang
inguinal hernia repair / prosthetic repair) dan ada juga teknik yang merekonstruksi
dinding kanalis ingunalis dengan menggunakan jaringan asli (tissue repairs). Tissue
Tissue repair dapat menjadi alternatif ketika prosthesis tidak dapat digunakan.
Indikasi untuk prosedur tissue repairs meliputi kontaminasi lapangan operasi, operasi
darurat, dan ketika viabilitas isi hernia tidak jelas. Terutama pada kasus yang memerlukan
reseksi usus, seperti pada hernia strangulasi. Pilihan teknik tissue repair yang dapat
digunakan adalah repair traktus iliopubik, teknik Shouldice, teknik Bassini, dan teknik
Mc.Vay.2,5
Prostetic repair merupakan metode yang paling umum digunakan untuk repair
hernia. Mengingat betapa pentingnya peranan tekanan yang terbentuk dengan metode
tissue repair dalam menimbulkan rekurensi, praktisi saat ini lebih memilih menggunakan
jaring prostetis untuk menutup defek, konsep ini dipopulerkan oleh Lichtenstein. Terdapat
beberapa pilihan peletakan jaring prostetik selama proses herniorafi, yang meliputi
metode Lichtenstein, teknik plug and patch, teknik sandwich, dengan peletakan mesh
Meskipun repair dengan metode laparoskopi merupakan metode yang aman, metode
Indikasi repair dengan metode laparoskopi ini sama dengan indikasi pada open repair.
Kebanyakan dokter bedah menyetujui bahwa metode laparoskopik lebih superior pada
inguinalis, baik dengan open repair atau dengan metode laparoskopik. Metode yang
terbukti terbaik selama ini adalah metode Lichtenstein dan metode laparoskopik.
penyembuhan yang lebih cepat, risiko nyeri kronik yang lebih kecil, dan lebih hemat
biaya. 8
open repair yang direkomendasikan adalah teknik Shouldice. Dalam sebuah penelitian
Cochrane yang membandingkan teknik Shouldice dengan teknik open repair lainnya,
kelompok dengan teknik Shouldice, tingkat rekurensi lebih kecil dibandingkan dengan
teknik open repair non mesh lainnya. Tidak terdapat perbedaaan dalam nyeri kronik,
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis awal, pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada
lipat paha kiri yang memanjang hingga buah zakar kiri pasien, tidak terasa nyeri.
Berdasarkan perjalanan klinis benjolan yang dialami pasien, awalnya benjolan tersebut
kecil dan dapat menghilang dengan pasien beristirahat terutama dalam posisi berbaring.
Kemudian, seiring dengan waktu benjolan semakin membesar dan memanjang hingga
tidak dapat hilang lagi, keluhan tersebut tidak disertai dengan gejala sistemik apapun.
Benjolan pada regio ingunalis dapat memiliki banyak diagnosis banding, diantaranya
limfoma, neoplasma metastatic, abses psoas, kista sebaseous, torsio testis, varicocele, dan
kecurigaan paling kuat penyebab benjolan tersebut adalah suatu hernia inguinalis. Faktor
risiko kemungkinan terjadinya hernia inguinalis pada pasien dalam kasus ini adalah laki-
Selain itu, dari pemeriksaan fisik ditemukan suatu benjolan unilateral yang
memanjang dari inguinal hingga skrotum kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak
terdapat nyeri tekan. Dari anamnesis telah dicurigai bahwa penyebab benjolan tersebut
adalah suatu hernia inguinalis, maka berdasarkan hasil pemeriksaan fisik kemungkinan
besar benjolan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis (indirek), karena benjolan
memanjang hingga skrotum, yang artinya kantong hernia melewati kanalis inguinalis dan
melewati cincin ingunalis eksternal hingga sampai ke skrotum, sejalur dengan jalur korda
spermatika. Berbeda dengan hernia inguinalis medialis (direk) yang herniasinya tidak
Pada pasien dalam kasus ini, karena tidak ditemukan tanda inkarserasi maupun
strangulasi, maka repair hernia direncakan secara elektif. Metode yang dipilih adalah
DAFTAR PUSTAKA
1. Browse NL, Black J, Burnand KG, Thomas WEG. Browse’s Introduction to the
Symptoms and Signs of Surgical Disease. United Kingdom: CRC Press, 2005.
2. Townsend CM, Evers BM, Beauchamp RD, Mattox KL. Sabiston Textbook of
Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice 20th Edition. Philadelphia:
3. The HerniaSurge Group. International guidelines for groin hernia management. Hernia
5. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al.
Education, 2015.
7. Gilbert AI, Graham MF, Volgt WJ. Inguinal hernia:anatomy and management [cited
8. Kockerling F, Simons MP. Current concepts of inguinal hernia repair. Visc Med 2018;
34: 145-150
9. Kapoor VK. Open Inguinal Hernia Repair [cited on 2019 January 12th]. Available on:
https://emedicine.medscape.com/article/1534281-overview
Pendamping Peserta
Pembimbing