Keseimbangan Kimia
Keseimbangan Kimia
Suatu reaksi kimia dikatakan seimbang apabila reaksi pembentukan dan reaksi penguraian
pada reaksi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga tidak ada lagi
perubahan dalam sistem tersebut. Atau dengan kata lain suatu sistem dikatakan seimbang
apabila konsentrasi reaktan diambil sedikit, maka sistem akan berubah, namun kemudian
akan kembali lagi mempertahankan keadaan seimbangnya.
Reaksi harus berlangsung pada sistem tertutup. Artinya reaksi itu harus berlangsung dalam
sistem yang tidak memungkinkan hilangnya produk/reaktan keluar dari sistem sehingga
dalam sistem tertutup hanya terjadi perubahan secara kimiawi, tidak terjadi perubahan
dalam hal tingkat energi dan materi. Sehingga dalam sistem tertutup hanya terjadi
perubahan secara kimiawi, tidak terjadi perubahan dalam hal tingkat energi dan materi.
Sehingga ada istilah keseimbangan dinamika. Keseimbangan dinamika hanya terjadi pada
tingkat molekulernya, perubahan tetap terjadi namun selisih lajunya sangat kecil sekali. Bila
sistem merupakan sistem terbuka dan salah satu produk berbentuk gas, maka keseimbangan
tidak pernah akan dapat dicapai karena reaksi kebalikan akan selalu lebih kecil daripada
reaksi pembentukan.
Salah satu ciri yang menunjukkan bahwa sistem mencapai keseimbangan adalah adanya
sifat-sifat tertentu yang menjadi konstan dan dapat di ukur.
2. Kesetimbangan Dalam Sistem Tertutup
Hukum II :
dSt ≥ 0
dSsist + dSling ≥ 0
−𝑑𝑞𝑠𝑖𝑠𝑡
dSsist + ( 𝑇
) ≥0
𝑑𝑞𝑠𝑖𝑠𝑡
dSsist ≥ 𝑇
Untuk proses reversibel
𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣
dSsist = 𝑇
dimana dqrev = TdS
Maka
𝑑𝑞𝑟𝑒𝑣 𝑑𝑞
𝑇
≥ 𝑇
-dqrev ≤ -dq
dq – dqrev ≤ 0
Hukum I :
dU = dq + dw
dU = dq – PdV
dq = dU + PdV ; dimana dalam keadaan isobar (dP=0)
Maka
dq = dH
Dari gabungan hukum I & II termodinamika tersebut maka dapat disimpulkan setiap proses
dalam sistem tertutup berlaku hubungan :
dq – dqrev ≤ 0
atau
dU + PdV –TdS ≤ 0
Untuk kondisi-kondisi tertentu, syarat-syarat keseimbangan :
(dU)V,S = 0
(dS)V,U = 0
(d(U-TS))T,V = 0
Tetapi syarat keseimbangan yang lebih umum dan sering digunakan yaitu :
(dG)T,P = 0
Pada suatu sistem keseimbangan, produknya lama kelamaan akan bertambah yang akan
diikuti dengan berkurangnya reaktan sehingga koefisien reaksi untuk produknya positif dan
reaktannya negatif.
Antara reaksi reversibel dengan reaksi kesetimbangan itu berbeda. Hal ini dikarenakan
karena jika reaksi reversibel itu pada keadaan tertentu akan membentuk produk dan pada
keadaan terurai kembali menjadi reaktan, sehingga reaksi reversibel hanya mengalami
perubahan dalam reaksi bolak-balik. Sedangkan pada reaksi keseimbangan, reaksi itu harus
mencapai parameter-parameter yang digunakan untuk menunjukkan keseimbangan seperti
yang telah disebutkan pada syarat-syarat keseimbangan di atas. Reaksi reversibel padat
mencapai keadaan setimbang jika laju pembentukan produk sama dengan laju penguraian
produk menajdi reaktan kembali.
3. Konstanta/Tetapan Kesetimbangan
Untuk reaksi setimbang :
n1µ1 + n2µ2 ↔ n3µ3 + n4µ4
ΔGreaksi = ΔGproduk - ΔGreaktan
Karena
µi = µ˚i + RT ln Xi
Sehingga dihasilkan
ΔG = ΔG˚ + RT ln K
Atau
𝑛 𝑛
𝑋3 3 𝑋4 4
ΔG = (n3µ˚3 + n4µ˚4 - n1µ˚1 - n2µ˚2) + RT ln 𝑛 𝑛
𝑋1 1 𝑋2 2
TAHAP-TAHAP DASAR
Awal Pencampuran
Jika A dan B pertama kali dicampurkan bersama, dan C belum terbentuk atau hampir terbentuk.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
Bersamaan dengan dimulainya reaksi, maka sejumlah C mulai terbentuk
Daerah Kinetic
Bersamaan dengan terbentuknya C, reaksi balik juga mulai terjadi
Secara keseluruhan, produk C masih mengalami pertambahan jumlah. Dengan semakin dekatnya
pada daerah kesetimbangan, laju ke arah produk menjadi semakin lambat.
Daerah Kesetimbangan
Suatu titik dimana kecepatan reaksi pada arah yang berlawanan sama
Jadi tidak ada perubahan konsentrasi dari setiap komponen pada daerah kesetimbangan/pada
saat setimbang.
KURVA KESETIMBANGAN
Kurva tersebut dapat dicapai dengan mengasumsikan bahwa suhu dan tekanan telah dibuat tetap.
Bila kedua besaran itu tidak dibuat tetap, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan
setimbang akan berbeda. Asumsi yang juga harus dipenuhi adalah reaksi berlangsung dalan suatu
sistem tertutup.
Contoh:
aA + bB ↔ xX + yY pada T°C.
Pada keadaan seimbang, banyaknya masing-masing reaktan dan produk sudah tak berubah lagi
sehingga:
[𝑋]𝑥 [𝑌]𝑦
𝐾 =
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏
Persamaan di atas disebut dengan hokum keseimbangan. Dimana bunyi dari hokum keseimbangan
itu yaitu, hasil kali produk dipangkatkan koefisien reaksinya dibagi dengan hasil reaktan
dipangkatkan koefisien reaksi.
Hokum keseimbangan ini nilainya selalu tetap pada suhu yang tertentu. Jika reaktan dan produk
𝑚𝑜𝑙
dinyatakan dalam konsentrasi yaitu dalam satuan 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟, maka K sering dituliskan dengan symbol Kc.
Ungkapan kesetimbangan untuk sistem jenis ini, tidak termasuk konsentrasi dari padatan murni
(atau cairan).
Kita tidak memasukkan padatan murni dan cairan sebab konsentrasinya tidak bervariasi. Nilai-
nilainya tidak dimasukkan dalam nilai K.
Selama temperatur konstan dan padatan masih ada, jumlah padatan yang ada tidak berpengaruh
terhadap kesetimbangan.
• Pangkat setiap konsentrasi setiap komponen harus sama dengan koefisien komponen
tersebut dalam reaksi kesetimbangan
Contoh:
Contoh:
Jawaban :
1
[𝑁𝑂]2 [𝑂2 ] 2
[𝑁𝑂]2 [𝑂2 ] [𝑁𝑂][𝑂2 ] ⁄2
𝐾𝑐1 = ↔ [𝑁𝑂2 ] = ↔ [𝑁𝑂2 ] = 1
[𝑁𝑂2 ]2 𝐾𝑐1 (𝐾𝑐 ) ⁄2 1
1⁄ 1⁄
[𝑁𝑂][𝑂2 ] 2 [𝑁𝑂][𝑂2 ] 2 1⁄
𝐾𝑐2 = ↔ 𝐾𝑐2 = 1 = (𝐾𝑐1 ) 2
[𝑁𝑂2 ] [𝑁𝑂][𝑂2 ] ⁄2
1
(𝐾𝑐1 ) ⁄2
[𝑁𝑂]2 [𝑂2 ]
[𝑁𝑂]2 𝐾𝑐1 1
𝐾𝑐3 = ↔ 𝐾𝑐3 = =
[𝑁𝑂]2 [𝑂2 ] [𝑁𝑂]2 [𝑂2 ] 𝐾𝑐1
Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bila reaksi dibalik maka nilai Kc akan
menjadi 1/ konstanta semula.
Bila koefisien dibagi 2 maka nilai Kc akan menjadi Kc semula dipangkatkan dengan 1/ bilangan
pembagi.
Makna dari nilai Kc ini yaitu,perbandingan jumlah konsentrasi dari reaktan dengan praduk pada
1
keadaan seimbang. Misalnya, nilai Kc sebesar 4 maka pada keseimbangan terdapat 1 produk dari 4
reaktan.
Untuk kesetimbangan yang melibatkan gas, tekanan parsial dapat digunakan untuk menggantikan
konsentrasi
([𝐶]𝑅𝑇)([𝐷]𝑅𝑇)3
𝐾𝑝 =
([𝐴]𝑅𝑇)2 ([𝐵]𝑅𝑇)
[𝐶][𝐷]3 (𝑅𝑇)(𝑅𝑇)3
= [𝐴]2 [𝐵] (𝑅𝑇)2 (𝑅𝑇)
[𝐶][𝐷]3
= [𝐴]2 [𝐵] (𝑅𝑇)1
= 𝐾𝑐 (𝑅𝑇) 𝛥𝑛
Dalam sebuah reaksi kesetimbangan, tentu kita mengetahui bahwa tetapan kesetimbangan (K)
menyatakan arah reaksi kesetimbangan tersebut berlangsung. Ada beberapa tetapan
kesetimbangan yang kita ketahui, yaitu Kc dan Kp. Sekarang kita akan mencari tahu hubungan
masing – masing tetapan tersebut.
Perlu diingat lagi bahwa gas disini dianggap sebagai gas ideal. Sehingga berlaku persamaan:
PV=nRT
Hubungan Kc dengan Kp
[𝐶] [𝐷]3
𝐾𝑝 = × (𝑅𝑇)1
[𝐴]2 [𝐵]
Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat kesetimbangan tercapai, tekanan suatu wadah sama
dengan total dari tekanan parsial setiap gas yang ada. Seperti yang dinyatakan dibawah untuk reaksi
kesetimbangan kita:
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐵 + 𝑃𝐶 + 𝑃𝐷
𝑛𝐴
Dengan XA ( Fraksi mol A ) :
𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑛𝐴 𝑅𝑇 + 𝑛𝐵 𝑅𝑇 + 𝑛𝐶 𝑅𝑇 + 𝑛𝐷 𝑅𝑇
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Atau
(𝑛𝐴 + 𝑛𝐵 + 𝑛𝐶 + 𝑛𝐷 ) 𝑅𝑇
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Atau
(∑ 𝑛)𝑅𝑇
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐴𝑡𝑎𝑢 (∑ 𝑀) 𝑅𝑇
𝑉
Dari persamaan – persamaan diatas, dapat kita cari hubungan antara Kp dengan Kx:
(𝑃𝐶 ) (𝑃𝐷 )3
Kp = (𝑃𝐴 )2 (𝑃𝐵 )
(𝑋𝐶 )(𝑋𝐷 )3
Kp = (𝑃
(𝑋𝐴 )2 (𝑋𝐵 ) 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
)1
Kp = 𝐾𝑥 (𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 )1
𝐾𝑝 = 𝐾𝑥 (𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 )∆𝑛
Hubungan Kc dengan Kx
𝐾𝑝 = 𝐾𝑐(𝑅𝑇)∆𝑛 ………………….(2)
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ∆𝑛
𝐾𝑐 = 𝐾𝑥 ( )
𝑅𝑇
∆𝑛
𝐾𝑐 = 𝐾𝑥 (∑ 𝑀)