Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS

PENGGUNAAN PEGAS PADA MONOSHOCK DAN TWIN


SHOCK

Oleh:

 Antonio Hazman NRP: 24412074


 Ade Entryas Putri NRP: 24412086

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

SURABAYA

2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pegas merupakan sebuah alat atau komponen yang berfungsi untuk
menerima beban dinamis. Sejak ditemukannya pegas, orang-orang menyadari
bahwa pegas bisa difungsikan untuk berbagai macam aplikasi seperti untuk
suspensi kendaraan atau shock absorber, untuk spring bed, sebagai alat ukur
yaitu sebagai neraca pegas, dll.
Di masa kini kenyamanan berkendara sangatlah didambakan oleh para
pengguna transportasi. Faktanya kebanyakan orang Indonesia lebih banyak
menggunakan motor, oleh karena itu banyak pabrik kendaraan bermotor
berlomba-lomba untuk membuat system suspensi yang nyaman untuk
melewati jalan-jalan yang ada di Indonesia.
Namun terkadang sering kita jumpai ada sepeda motor yang membawa
beban melebihi batas beban maksimal yang mampu ditanggung oleh sebuah
shockbreaker dari motor itu, sehingga perlu dibuat modifikasi system
suspense agar bisa mengkomepnsasi hal ini, disinilah konsep pegas sangat
penting.
I.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan studi kasus ini adalah agar kita bisa melihat
bagaimana sebuah pegas dirangkai secara berbeda untuk tujuan tertentu pada
alat transportasi kendaraan beroda dua.
I.3 Batasan Masalah
Pada studi kasus ini, kami ingin melihat bagaimana cara kerja dari sebuah
system suspense monoshock regular swingarm dengan twin shock sebagai
contoh dari susunan pegas seri dan parallel, dan melihat bagaimana
pengaruhnya terhadap performa motor.
BAB II
DASAR TEORI

Pegas merupakan sebuah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan


energy mekanis. Sebuah pegas dikatakan sebagai benda elastis karena apabila kita
tarik selama tidak melebih ambang elastisitasnya, maka akan balik ke bentuk
semulanya. Maka elastisitas sendiri bisa didefinisikan sebagai kemampuan
sebuah benda untuk kembali ke bentuknya semula ketika gaya yang diberikan
pada benda tersebut dihilangkan.
Sebuah pegas mengikuti Hukum Hooke tentang elastisistas, jika pegas
ditarik ke kanan maka pegas akan meregang dan bertambah panjang seperti pada
gambar. Jika gaya tarik tidak sangat besar, ditemukan bahwa pertambahan
panjang pegas sebanding dengan besar gaya tarik (F). Dengan kata lain, semakin
besar gaya tarik, semakin besar pertambahan panjang pegas. Perbandingan besar
gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang pegas bernilai konstan. Secara
matematis dituliskan sebagai
𝐹 = −𝑘. ∆𝑥
Dimana:
F = Gaya (N)
k = Konstanta Pegas (N/m)
Δx = perubahan panjang pegas (m)
Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya yang bekerja pada pegas justru
berlawanan dengan gaya yang kita berikan (misal : jika pegas kita tarik ke bawah
maka menimbulkan gaya pegas ke atas) dan bila hanya ditanya nilainya saja
maka tanda negatif tersebut boleh tidak dicantumkan
Biasanya sebuah pegas bisa dirangkai menjadi 2 macam susunan, yakni
secara seri dan secara parallel:
 Susunan Seri

Pada pegas yang disusun secara seri, pertambahan panjang total dari
pegas adalah penjumlahan perubahan panjang pegas 1 dan pegas 2, maka
. Gaya yang berkerja pada masing-masing pegas juga
sama, Gaya tersebut sama dengan gaya yang diberikan oleh beban,
yaitu . Berarti:

Jika 𝑘𝑒𝑓 adalah konstanta pengganti untuk susunan dua pegas di atas,
maka berlaku:

atau

Dengan menghilangkan w pada kedua ruas, maka kita peroleh konstanta


pegas pengganti yang memenuhi persamaan:

 Susunan Paralel
Apabila beberapa pegas disusun secara parallel, maka gaya yang
diterimanya akan sama dengan gaya total yang berkerja pada sejumlah
pegas itu, maka secara matematis bisa dirumuskan:
𝐹𝑡𝑜𝑡 = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 , maka
𝐹 = 𝑘1 ∆𝑥1 + 𝑘2 ∆𝑥2 + 𝑘3 ∆𝑥3
Oleh karena ∆𝑥 = ∆𝑥1 = ∆𝑥2 = ∆𝑥3, maka
𝐹 = ∆𝑥(𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 )
𝐹
= 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3
∆𝑥
𝑘𝑝 = 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3
Jadi, jika pegas-pegas disusun secara parallel, maka konstanta pegas
pengganti akan bertambah.
BAB III
ANALISA KASUS

Jika kita berkendara di jalan-jalan kota Surabaya setiap hari, kita pasti sering
melihat motor-motor berseliweran disana sini. Cobalah perhatikan bagian
suspense belakangnya, terdapat banyak perbedaan antara satu suspensi pada satu
sepeda motor dengan yang lainnya.
Ada beberapa motor yang memiliki 2 shockbreaker dibelakangnya yang
biasa disebut twin shock, biasanya kita bisa menemukannya di motor-motor
bebek, dan ada beberapa juga yang menggunakan shocbreaker bertipe monoshock
swing arm regular seperti Unitrak, Monocross, dan Pro-link, biasanya
shockbreaker tipe ini ditemukan di motor-motor trail.
Lalu apakah perbedaan diantara susunan shockbreaker ini dan apa kaitannya
dengan pegas? Berikut penjelasannya.
Pada susunan suspense twin shock, pegas dirangkai parallel. Pada pegas
parallel beban yang diterima oleh pegas dibagi rata. Pegas pada shockbreaker ini
mengikuti rumus F=k(total).Δx, dan pada susunan pegas parallel konstanta total
pegas adalah penjumlahan dari masing-masing pegas. Penjumlahan ini membuat
nilai k(total) menjadi besar sehingga membuat perubahan panjang pegas menjadi
kecil untuk besar gaya yang sama dengan monoshock hal inilah yang membuat
shockbreaker tipe twin shock agak lebih kurang nyaman saat menyerap energy
impak ketika motor melewati lubang. Keuntungannya adalah pada shockbreaker
ini, bisa mengangkut beban yang lebih besar karena beban yang diterima oleh
pegas dibagi sama rata dengan pegas yang lainnya.
Sekarang pada rangkain monoshock, pegas tetap mengikuti aturan
F=k(total).Δx, namun karena disini pegas jumlahnya hanya satu, maka membuat
k(total) menjadi kecil sehingga membuat perubahan panjang menjadi lebih besar
untuk besar gaya yang sama dengan twin shock, hal ini yang membuat
monoshock jadi lebih empuk. Kelemahannya adalah, karena monoshock terdiri
dari 1 pegas saja, maka semua beban penumpang dan barang bawaan ditanggung
sendiri oleh 1 pegas, sehingga apabila pegas ini menerima beban yang berlebihan
akan cepat rusak, sehingga pemilik motor shockbreaker harus memperhatikan
beban maksimum yang mampu dibawa oleh sepeda motor.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada studi kasus ini terlihat bahwa susunan pegas bisa mempengaruhi
performa kendaraan. Pegas yang disusun parallel memuingkinkan sebuah motor
untuk mengangkut beban berat namun kurang nyaman, sedangkan pada pegas
yang tunggal lebih bisa menyerap kejutan yang besar tanpa mengorbankan
kenyamanan, namun tidak bisa mengangkut beban yang berat
DAFTAR PUSTAKA

 “Macam-Macam Swingarm Pada Motor” available at


http://trexton.wordpress.com/2012/12/25/macam-macam-swingarm-pada-
motor/
 .”Susunan Pegas Seri”, available at
http://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-2/bab-2-elastisitas-
bahan/c-2-susunan-pegas-secara-seri/
 Motorcycle Mechanics Institute, The Complete Guide to Motorcycle
Mechanics, 1984, p. 277, Prentice-Hall, Inc
 Kamajaya, 2007. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas XI, PT. Grafindo
Media Pratama, Jakarta. Pp. 67
 “Hukum Hooke”, available at http://gurumuda.net/hukum-hooke.html
 “Suspensi Twinshock dan Monoshock” available at http://aria-
info.blogspot.com/2010/03/suspensi-twinshock-dan-monoshock.html
 “Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Monoshock” available at
http://www.tempo.co/read/news/2011/01/24/171308455/Kelebihan-dan-
Kekurangan-Menggunakan-Monoshock

Anda mungkin juga menyukai