Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi kekuatan dan kesempatan, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang
sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang “PNEUMONIA” dan kiranya
makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa
bahaya dari penyakit PNEUMONIA.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan
belajar teman-teman. Selain itu, saya juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami
tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim, sehingga
saran dari guru pengajar serta kritikan dari semua pihak masih saya harapkan demi perbaikan
makalah ini. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini.

Mataram, 22 April 2017


DAFTAR ISI
Halaman Judul ....…………………………………………………………..1
Kata Pengantar …………………………………………………………….2
Daftar Isi ………………………………………………………….………..3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………….…..……………4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………..5

BAB II: PEMBAHASAN


A. Pengertian ………………………………………………..………….. ..6
B. Penyebab …...………………………………..…………………………6
C. Gejala …………………………………………………………………..8
D. Klafikkasi pneumonia ...............................................................................9
D. Diagnosa ………...………………………………………...……………9
E. Pencegahan dan pengobatan ……………………………………………9

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………….15
B. Saran…………………………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi sepanjang sejarah manusia. Gejalanya
digambarkan oleh Hippocrates : “Peripneumonia, dan afeksi pleuritis, hal-hal berikut perlu
diamati: Jika demam menjadi akut, dan jika sakit dirasakan di salah satu sisi tubuh, atau di
kedua sisi, dan jika batuk timbul dan ludah yang berwarna kuning atau gelap, atau sedikit,
kering, dan kemerahan, atau berciri berbeda dari biasanya... Apabila pneumonia mencapai
puncaknya, keadaan ini sulit diobati dan jika penderita tidak diobati, dan memburuk jika
penderita pneumonia juga menderita dyspnoea, dan urin sedikit dan tajam, jika keringat
keluar dari daerah sekitar leher dan kepala, karena keringat tersebut adalah keringat yang
tidak sehat, karena diakibatkan oleh sesak napas, dan kerasnya penyakit yang menyerang
tangan bagian atas.” Namun, Hippocrates menyebut pneumonia sebagai penyakit “dinamai di
zaman kuno.” Dia juga melaporkan hasil dari drainase bedah empiema. Maimonides melihat:
“Gejala umumnya yang terjadi pada pneumonia dan tidak pernah tidak terjadi adalah sebagai
berikut: demam akut, nyeri pleuritis seperti ditusuk, napas pendek dan terengah-engah,
denyut naik turun dan batuk.” Gambaran klinis ini mirip dengan yang ditemukan dalam buku
teks modern, dan mencerminkan luasnya pengetahuan medis dari Abad Pertengahan hingga
abad ke-19.
Edwin Klebs adalah orang pertama yang mengamati bakteri di saluran napas orang yang
meninggal karena pada 1875. Karya pertama yang mengidentifikasi dua bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum, Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumoniae
ditampilkan oleh Carl Friedländer dan Albert Fränkel pada 1882 dan 1884, secara berturut-
turut. Karya pertama Friedländer memperkenalkan Gram stain, tes laboratorium dasar yang
masih digunakan saat ini untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan bakteri. Tulisan
Christian Gram yang menggambarkan prosedur tersebut pada 1884 membantu untuk
membedakan dua bakteri tersebut, dan menunjukkan bahwa pneumonia dapat diakibatkan
oleh lebih dari satu mikroorganisme.
Sir William Osler, dikenal sebagai “bapak kedokteran modern,” mengapresiasi kematian dan
kecacatan yang disebabkan oleh pneumonia, dengan menyebutnya “kapten pembunuh
manusia” pada 1918, karena telah melampaui tuberkulosis sebagai penyebab utama kematian
pada masa ini. Istilah ini berasal dari istilah yang diciptakan oleh John Bunyan berkaitan
dengan “penggerogotan” (tuberkulosis). Osler juga menggambarkan pneumonia sebagai
“teman orang tua” karena kematian yang terjadi seringkali berlangsung cepat dan tanpa rasa
sakit sedangkan sebenarnya masih ada cara yang lebih lama dan sakit untuk mati.
Beberapa perkembangan pada 1900-an meningkatkan hasil pengobatan untuk pasien
pneumonia. Dengan kemajuan penicillin dan antibiotik lainnya, teknik pembedahan modern,
dan perawatan intensif pada abad ke-20, mortalitas akibat pneumonia, mendekati 30%,
menurun di negara-negara maju. Vaksinasi bayi untuk melawan Haemophilus influenzae tipe
B mulai pada 1988 dan menyebabkan penurunan dramatis pada kasus tersebut setelahnya.
Vaksinasi melawan Streptococcus pneumoniae pada orang dewasa mulai pada 1977, dan pada
anak-anak pada 2000, yang menghasilkan penurunan serupa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala
4. klafikkasi pneumonia
5. Pemeriksaan dan penunjangan
6. Diagnosa
7. Pencegahan dan pengobatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Paru-paru sebagai organ vital pernapasan, bisa saja terkena penyakit peradangan atau
pneumonia, dipicu oleh berbagai sebab. Bila hal ini terjadi, jelas sudah bahwa penderita paru-
paru itu akan mendapatkan sakit, karena paru-parunya tidak normal lagi. Pneumonia
merupakan penyakit yang semula dianggap berat. Namun hal itu sudah bisa diobati terutama
setelah ditemukannya obat antibiotik, sehingga penyakit seperti itu sudah tidak begitu
menakutkan lagi. Namun demikian, pneumonia harus dianggap sebagai penyakit yang erat
kaitannya dengan berbagai penyakit organ lain dalam tubuh, sehingga memerlukan perhatian
besar.

B. PENYEBAB
1. Penyebab pneumonia adalah:
Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenza
2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan
dewasa muda)
4. Jamur tertentu.
Jika diteliti dengan seksama, penyebab pneumonia ini berbagai macam, konon ada sekitar 30
macam sumber penyebabanya. Ia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, mikroplasma, jamur,
berbagai senyawa kimia, maupun partikel. Namun bakteri dianggap sebagai penyabab utama,
yaitu bakteri streptococcus.
Penyakit pneumonia ini terjadi bila saluran udara pada paru-paru ikut terserang infeksi.
Infeksi ini banyak masalahnya, bisa saja muncul dengan masuknya kuman ke tenggorokan
bagian atas. Kemudian ia terus ke paru-paru.meskipun kuman itu sampai ke tenggorokan,
mereka akan memasuki kantong-kantong udara. Cairan akan cepat menumpuk di sana, dan
butir-butir udara yang lebih putih akan bercampur dengan cairan tadi.
Pneumonia bisa pula disebabkan oleh virus influenza. Namun dengan ditemukannya obat
antibiotik, kasus pneumonia tidak banyak lagi meminta korban meninggal dunia. Meski
demikian, karena begitu banyaknya abkteri yang masuk, virus dan jamur dalam berbagai
kondisi telah memperbanyak korban dari pneumonia ini.

2.1.2. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
2. Berdasarkan bakteri penyebab:

a. Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia
akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien
pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian
besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului
dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi
virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia
disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke
dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia
Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal
697).

b. Pneumonia Akibat virus.


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia
juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam
penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi
disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua
(S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

4. Berdasarkan predileksi infeksi:


a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan
mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan
oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri
lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa
terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat,
dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter


2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia

2.1.4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan
yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran
droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak,
rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah
mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A.
Price, 2005, Hal 804-814).
2.1.6. Manifestasi Klinik
Secara umum dapat di bagi menjadi:

a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit),
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak
yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah,
suara napas melemah, dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas
batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen
tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila
iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi
akan menimbulkan pekak perkusi.
f. Tanda infeksi ekstrapulmon

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos
pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.
Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan
(hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
j. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % :
NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
- Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
- Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.

C. GEJALA
Frekuensi gejala
Gejala
Frekuensi
Batuk
79–91%
Kelelahan
90%
Demam
71–75%
Sulit bernapas
67–75%
Sputum
60-65%
Nyeri dada
39-49%
Kasus pneumonia ini dimulai dari rasa demam dan menggigil. Sekitar 70% penderita akan
merasakan berat, nyeri di dada karena penyakit ini muncul memang pada paru-paru, sebagai
organ penting dari pernapasan. Rasa nyeri ini sering pindah ke bahu atau lambung, jika
infeksi tersebut sampai ke permukaan paru-paru dan diafragma turut terserang, sekat otot
yang memisahkan dada. Rasa sakit pada lambung bagian atas dan rasa tidak enak pada
dinding lambung kadang-kadang muncul secara spontan. Pada waktu itu, semua racun yang
mengakibatkan infeksi akan mulai terasa. Suhu badan akan naik, kepala pusing, dan rasa sakit
seluruh tubuh mulai terasa, tidak dapat tidur nyenyek, pikiran kacau, serta selalu merasa resah
dan khawatir. Demikian saat itu kulit tubuh terasa panas dan basah keringat, sedangkan napas
seperti memburu dan pendek-pendek.
Gejala pneumonia biasanya yang tidak pernah luput adalah rasa demam yang tinggi, sesak
napas, dan napas cepat dari biasanya, serta hasil rontgen memperlihatkan tanda-tanda pada
bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi oleh sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk membunuh kuman tadi. Namun hal ini
mengakibatkan fungsi paru terganggu dan sulit untuk bernapas karena tidak ada sisa ruang
untuk oksigen.
Pada beberapa kasus yang sangat berat sampai menyebabakan beberapa bagian tubuh tampak
mebiru dan susah minum air. Kondisi ini biasanya berlangsung selama sepekan, bila terjadi
krisis, penyakit itu mendadak akan bisa infeksi yang semakin hebat tengah berlangsung.
Namun kondisi ini sudah banyak berubah dengan adanya obat antibiotik, sehingga rasa sakit
yang muncul bisa dikurangi dengan segera.

D. DIAGNOSA
Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki.
Pemeriksaan penunjang :
# Rontgen dada
# Pembiakan dahak
# Hitung jenis darah
# Gas darah arteri.
E. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pneumonia dapat menyerang siapa saja. Untuk itu setiap orang haruslah memperhatikan beda
hidup oleh saluran napas. Jika kontak langsung dengan penderita pneumonia lain, dianjurkan
agar selalu mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari penyebaran infeksi virus dan
bakteri itu.
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia:
Ø Perawatan selama masa kehamilan
Ø Perbaikan gizi balita
Ø Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Ø Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk
Ø Menjauhkan balita dari penderita batuk
Ø Mengurangi minum alkohol
Ø Latihan Nafas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi sepanjang sejarah manusia. Edwin Klebs
adalah orang pertama yang mengamati bakteri di saluran napas orang yang meninggal karena
pada 1875. Karya pertama yang mengidentifikasi dua bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum, Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumoniae ditampilkan oleh Carl
Friedländer dan Albert Fränkel pada 1882 dan 1884, secara berturut-turut. Karya pertama
Friedländer memperkenalkan Gram stain, tes laboratorium dasar yang masih digunakan saat
ini untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan bakteri.

B. SARAN
Karena pneumonia ini adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian, maka
penyakit ini patut kita hindari dengan cara menjaga kebersihan organ pernapasan dan
memeriksakan kesehatan secara rutin setiap bulan agar jika terdapat bbit penyakit, dapat
segera diobati. Namun, sesungguhnya mencegh lebih baik daripada mengobati. Jagalah sehat
anda sebelum datang masa sakit anda karena sehat itu mahal.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Taufan Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan, maternitas, anak, bedah, dan penyakit
dalam, Yogyakarta, Nuha Medika.
Irman Somantri (2009). Gangguan Pada Sistem Pernapasan, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru
http://penyakitpneumonia.com/

Anda mungkin juga menyukai