MATERI KULIAH
Ir. H. darmadi. mm
01/06/2015
KESEHATAN Kesehatan
TEKNIK Bidang-bidang yang dipelajari :
MASYARAKAT LINGKUNGAN LINGKUNGAN
Bangunan Air
Basah
Teknik Penyehatan
TEKNIK SIPIL air bersih air limbah sampah tanah udara
Bangunan
Gedung
Kering
Jalan dan
Definisi Lingkungan
Jembatan
a. Sederhana : sekitar seseorang/sesuatu
Rekayasa b. Umum : atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer
Perkotaan
PLANOLOGI
Yang dipelajari air bersih dan air limbah (sumber, karakteristik,
Tata Ruang
pengolahan & sistem penyaluran)
1
01/06/2015
LAHIRNYA REKAYASA/TEKNIK
PENYEHATAN
PENYEHATAN / SANITASI
Biosfer mempunyai kemampuan untuk menerima, • ialah pengendalian semua faktor dalam
mengasimilasi dan mendaur ulang limbah (contoh self
purification). Namun dengan semakin meningkatnya lingkungan fisik manusia yang
jumlah penduduk dan beragamnya aktivitas manusia
yang berakibat semakin banyak dan kompleksnya
melakukan atau dapat melakukan suatu
limbah, maka kemampuan biosfer menjadi terbatas. efek merugikan atas perkembangan fisik,
Manusia harus bertanggungjawab. Para ahli membuat
rekayasa (teknik) lingkungan untuk mempertahankan kesehatan dan kelangsungan hidup
kualitas biosfer itu sendiri. manusia contoh : Air Bersih – Sampah
Proses rekayasa (teknik) lingkungan umumnya
mengadopsi dari proses alam. – Limbah
• ialah semua faktor luar, fisik dan biologis Teknik PENYEHATAN adalah :
yang secara langsung berpengaruh pada Salah satu cabang ilmu teknik yang merekayasa usaha-usaha
ketahanan hidup, pertumbuhan, pengolahan air demi peningkatan kualitas hidup untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.
perkembangan dan reproduksi organisme.
• LINGKUNGAN HIDUP – ialah kesatuan ruang Oleh sebab itu dalam teknik penyehatan ini pokok bahasan
dengan semua benda, daya keadaan dan yang akan ditinjau adalah mengenai
2
01/06/2015
3
01/06/2015
PERSAMPAHAN
AIR
Hanya 2.5% yang berupa air
Sungai & Danau 0.001%
tawar. Air di udara 0.001% Tubuh manusia 65% adalah
Cuma < 1% yg dapat air sehingga keperluan
dimanfaatkan dg biaya rendah, utama adalah untuk air
yaitu: air di danau, sungai, waduk Es & salju 1.75%
Air Tanah 0.72% minum, disamping mandi
dan sumber air tanah. dan cuci.
Diperlukan upaya bersama untuk Selain itu dipakai pula untuk
mempertahankan keberadaannya irigasi, pembangkit listrik,
untuk kelangsungan kehidupan Vol. total
sekitar 1.4 milyar km3
rekreasi, produksi industri
dan peradaban sekarang dan yg
dan sebagai badan air
akan datang.
penerima air buangan
Air laut 97.5%
4
01/06/2015
5
01/06/2015
6
01/06/2015
Alamiah
Proses filtrasi atau
penyaringan air
dilakukan oleh pasir,
kerikil, batuan, di
sungai
7
01/06/2015
8
01/06/2015
See you
Next
Week
LIMBAH adalah :
Buangan dari hasil kegiatan/proses produksi dalam bentuk
padat, cair maupun gas (termasuk debu/partikel), baik
masih memiliki nilai ekonomis maupun tidak dan dapat
menyebabkan menurunkan kualitas PENYEHATAN
penerimanya serta dapat mengancam kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya.
9
01/06/2015
KEMA S
KAITAN KOMPONEN DALAM PROSES INDUSTRI
Pengelolaan limbah industri
merupakan: upaya merencanakan, melaksanakan,
BAHAN BAKU
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan
SEKUNDER minimasi limbah yang dihasilkan dari proses produksi
sehingga tidak menimbulkan gangguan/kerusakan
terhadap PENYEHATAN dan kesehatan manusia.
10
01/06/2015
industri
Sarana umum ( rumah sakit, hotel, AIR BAHAN PADAT
restoran, pasar dsb), (99,8%) (0,2%)
Sarana pelayanan jasa (bengkel, Rumah
Potong hewan)
Peternakan ORGANIK ANORGANIK
11
01/06/2015
TARGETPENGOLAHAN
AIRLIMBAH Macam Proses
1. Pengolahan Secara fisik:
o PENGOLAHAN AIR
pengolahan dengan menggunakan gaya
LIMBAH UNTUK
atau kerja secara fisik yang meliputi :
MENGHILANGKAN
pengendapan, penyaringan, pengadukan,
BAHAN PENCEMAR
flokulasi, pengapungan, filtrasi
BERSENYAWA
.
12
01/06/2015
PENGOLAHAN KOMPLEKS
3. Pengolahan secara biologis: D SASARAN: untuk limbah industri
• Metoda pengolahan biologis secara aerobik berpotensi pencemaran tinggi
bertujuan untuk mengkonversikan senyawa
organik yang terlarut, tersuspensi dan D BENTUK: pengolahan fisik + fisik-kimia +
koloid dalam air limbah menjadi sel sel biologis + pengolahan lanjutan +
pengolahan lumpur
–
04/10/2011 16
PENGOLAHAN KOMPLEKS
anaerobik
bioreaktor
settling
tank 1
Aerobik
Bioreator
settling tank 2
holding Pengolahan T
tank
lanjut
Treated Water
04/10/2011 16 04/10/2011 16
13
01/06/2015
PROSES BIOLOGIS
43
04/10/2011 44
14
01/06/2015
45
04/10/2011 44
SETTLING
TANK
AERATION
TANK
15
01/06/2015
04/10/2011 51 04/10/2011 51
04/10 53 62 04/10/2011
16
01/06/2015
17
01/06/2015
Definisi
SAMPAH :
- Semua jenis buangan yang bersifat padat atau
semi padat yang dibuang karena tidak dipergunakan dan
tidak diinginkan keberadaannya ( Referensi : Tchobano
Glous)
KARAKTERISTIK SAMPAH
KLASIFIKASI SAMPAH KOTA
KOTA
GARBAGE Kertas, plastik, tekstil, karton, • Kuantitas dan Kualitas sangat tergantung pada
Terbakar karet, kulit, kayu, sampah income (GNP)
kebun,
RUBBISH Kaca, kaleng, aluminium,
– Low income < High income
Tak Terbakar ferrous. Non ferrous
DUST, ASHES
DEMOLITION & CONSTRUCTION WASTE
Mobil bekas, bangkai binatang, sampah
SPECIAL WASTE jalan Cs = Pertambahan kuantitas sampah (%);
Ci = Pertambahan produk industri (%);
Cp = Pertambahan produk pertanian (%);
Cg = Pertambahan GNP (%)
P = Pertambahan jumlah penduduk (%)
TREATMENT-PLANT WASTE Faktor lain:
Lokasi geographis, musim, frekuansi pengangkutan,
pencacah sampah, karakteritik populasi, sikap
penduduk, recycle, peraturan
18
01/06/2015
19
01/06/2015
KUMPUL
Pengolahan Sampah Pengolahan Sampah ANGKUT
SUMBER KUMPUL TPS ANGKUT Skala Rumah Tangga Skala Kawasan
…
PENGUMPULAN LANGSUNG
(DOOR-TO-DOOR)
PENGUMPULAN LANGSUNG
(DOOR-TO-DOOR)
20
01/06/2015
21
01/06/2015
Use of Material
Reuse
Waste Generation
Recycle
Waste Collection/Storage,
Transportation and Waste traders
Treatment (On Site)
Waste Transportation,
Treatment and Waste traders
Disposal (Off site)
Environment
22
01/06/2015
PENGOLAHAN SAMPAH
• Fisika
– Pembakaran insinerator
• Kimia
– Desinfeksi
• Biologi
– Komposting aerob
– Anaerobic digester
– Landfill
1. Metode Dumping
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH SAMPAH DI TPA
Sampah dibuang begitu saja ke suatu jurang
Perlu areal yang luas
1. Metode Dumping Telah menimbulkan masalah pencemaran lingkungan
2. Metode Landfill
3. Metode Composting 2. Metode Sanitary Landfill
4. Metode Submarine disposal Sampah ditampung dalam areal kecil dan direduksi
5. Incinerator menjadi partikel- partikel kecil. Sampah yang telah diolah
6. Pyrolysis kemudian ditanam di tanah dengan kedalaman tertentu
7. Recycling yang telah dilapisi oleh tanah liat setebal 1-2 m atau
8. Terpadu plastik khusus untuk menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan. Kegiatan ini untuk menghindari serbuan lalat
dan serangga lainnya.
Lapisan tanah ini juga untuk meminimalisasi masuknya
air ke sampah ataupun keluarnya gas bau dari timbunan
sampah.
23
01/06/2015
24
01/06/2015
25
01/06/2015
3. Metode Komposting
Memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk,
dilakukan melalui beberapa tahap yakni pra pengomposan,
proses pengomposan, pascapengomposan.
Setiap kali produksi, paling tidak memerlukan waktu 3
hingga 4 bulan
26
01/06/2015
27
01/06/2015
2. Controlled Landfill
28
01/06/2015
Amonia di dalam air akan mengalami hidrolisa : Sulfat penyebab terjadinya bau busuk (tak langsung) dan
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- timbulnya korosi
Amonia sbg hasil penguraian sampah o/ bakteri diubah Akibat dari proses penguraian sulfat oleh bakteri menjadi hidrogen
sulfida pada kondisi anaerobik
mula-mula menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat.
SO4 2- + senyawa organik S2+ + H2O + CO2
Reaksi yang terjadi adalah : S2+ + 2H+ H2S
2NH3 + 3O2 2NO2 + 2H+ +2H2O Berdasarkan hukum kesetimbangan, pada kondisi anaerobik dan pH
2NO3 + O2 2NO3 dibawah 7, jumlah H2S bebas sangat kecil shg tak cukup utk
menimbulkan bau.
Proses penguraian tersebut memerlukan oksigen.
Ketika jumlah okisgen yg diperlukan banyak, berarti Reaksi senyawa yg mengandung sulfat pd kondisi aerobik :
kandungan BODnya tinggi pula. H2S + 2O2 H2SO4
Bila kandungan BOD tinggi, maka suasana anaerobik Asam sulfat (H2SO4) yg dihasilkan akan menjadi asam kuat dan
akan tercipta dan menimbulkan bau busuk. bersifat korosif.
29
01/06/2015
30
01/06/2015
Peralatan
Cell
Operasional TPA
1. Jalan Akses kendaraan TPA
(a)Pengerasan jalan sesuai dengan standard
Binamarga, (b) Lebar jalan dibuat 5 – 6
meter, (c) Jalan masuk mampu dilalui 1 cell : 2.4-9.6 m
kendaraan dengan beban ganda 10 ton Lebar 1 cel : 3-9 m
dan (d) Umur pemakaian minimal 5 tahun.
2. Proses Pembongkaran Sampah
(1) Proses Penimbangan kendaraan, (2)
Proses Antrian, (3) Proses bongkaran
sampah, (4) Proses Pencucian kendaraan
31
01/06/2015
Penanganan landfill
Timbulnya gas methan pada landfill biasanya terjadi
dalam 2 tahap, initial rapid degradation dengan
puncak produksi gas methan 4-5 tahun dan slower
or decelerated rate yang dapat berlangsung selama
beberapa tahun kemudian.
Untuk menanggulangi emisi methan ke lingkungan
akibat proses degradasi sampah pada landfill, upaya
yang dapat dilakukan:
1. Methane gas flaring (membakar gas methan)
Persiapan awal dan small scale electricity generation,
(Pemasangan HDPE) 2. Organic recovery mengolah material organik
pada landfill menjadi kompos
Gas collection
32
01/06/2015
TUTUP
cover
LFG
33
01/06/2015
Pengendalian Lindi
Kondisi Akhir di TPA Sumur
Batu Pengolahan dg 2 cara:
1.Resirkulasi lindi
Memanfaatkan penguapan dan
memanfaatkan timbunan sampah sbg media
pengolah lindi scr anaerobic.
(untuk controlled landfill dan sanitary landfill
yg tidak dimanfaatkan methannya)
2. Pengolahan biologis
a. Kolam Aerasi
b. Lumpur aktif (activated sludge)
Dg resirkulasi lumpur, mikroba berbentuk flok
c. RBC
d. Anaerobic
COD antara 4.000 mg/l - 50.000 mg/l
– Memanfaatkan bakteri non-methanogenic yg
mengubah lindi menjadi asam, karbon dioksida
dan hidrogen. Golongan kedua adalah bakteri
methanogenic yang mengkonsumsi produk dari
bakteri dipertama dan diubah menjadi gas metana
34
01/06/2015
1
01/06/2015
Penapisan (Screening) :
“Screening may be defined as consisting of those processes used to
remove grit, heavy solids and floatable material from wastewater by using
grit settling, coarse screening (bar racks), medium screening and
comminution/grinding”
Pengolaha
Screening is a preliminary treatment system that used to protect pumps,
n Fisik valves, pipelines and other appurtenances from damage or clogging by
large solids or high density materials. It will also remove large particulate
material, thus reducing loadings on following processes
Clarifier :
“Clarifiers are used for solids removal from wastewater, such as raw
sewage or highly contaminated raw water supplies. The process provides Filtration :
for removal of settleable solids and floating material while reducing “Filtration is a treatment used for removal of solids and turbidity with high
suspended solids concentrations to levels suitable for subsequent degree of efficiency in the case of raw water with low turbidity and color
treatment” (turbidity up to 50 NTU and color up to 30 units). Taste and odor are also
removed in this process. The slower the filtration process, the greater the
efficiency of removal process”
There are usually two types of clarifier, those are rectangular primary
clarifier and circular primary clarifier. Not only removing settleable solids There are many types of filter:
and floating materials, clarifier is also used to reduce Total Suspended 1. Slow sand filter
Solids (TSS) and Biochemical Oxygen Demand (BOD) and to treat raw 2. Rapid sand filter
water with high turbidity 3. Membrane filter
4. Vacuum rotation filter
2
01/06/2015
Pengolahan Kimia
Coagulation :
“Coagulation is a process of adding coagulant into raw water that aimed to
separate colloidal (particle size ranges 1 – 100 nm) from water. Many
kinds of coagulant are frequently used in the coagulation process, such as
aluminium sulfate, ferrous sulfate, ferric chloride, chlorinated copperas
and coagulant aid”
Flocculation :
“The objective of flocculation is to provide an increase in the number of
contacts among coagulating particles suspended in water by gentle and
longed agitation. Flocculation follows chemical addition. During agitation,
particles collide, producing larger and more easily removed flocs”
Disinfection :
“Disinfection is conducted when the raw water contains patogenic
bacteria. Disinfection can be done through heating process, chlorination,
UV radiation and Ozone radiation. Of those techniques, chlorination in the Ozone Disinfection :
most popular method employed in disinfection process.” “Ozone is an effective agent for deactivating common forms of bacteria,
bacterial spores and vegetative microorganisms, as well as eliminating
harmful viruses. Ozone can also reduce BOD5 and COD. Ozone injection
UV Disinfection : into wastewater flow is accomplished by mechanical mixing devices,
“UV radiation is used to disinfect drinking water as well as wastewater on countercurrent or co-current flow columns, porous diffusers or jet
an increasingly frequent basis as reliable equipment become more injectors. Ozone acts quickly and consequently, requires a relatively short
available. UV radiation is generated from special low pressure mercury- contact time.”
vapor lamp that produce UV radiation as a result of an electron flow
between the electrodes in an ionized mercury vapor. The inactivation of
microorganisms by UV radiation is based on photochemical reactions in
the DNA molecule that produce reproductive system errors”
3
01/06/2015
Chlorination :
Chlorination is the most commonly used water and wastewater
disinfection process worldwide. This process involves the addition of
elemental chlorine or hypochloringe, either calcium or sodium to the
wastewater. Chlorine is supplied as a liquified gas under high pressure in
containers as well as tank cars of large sizes. Precaution should be taken Granular Activated Carbon Adsorption :
when handling chlorine gas : “Granular activated carbon (GAC) adsorption is generally utilized for the
1. Chlorine gas is both very poisonous and very corrosive, adequate removal of suspended and or colloidal matter in wastewater and the
exhaust ventilation at floor level should be provided since chlorine gas removal of tastes and odors in water supplies. Generally, applications for
is heavier than air. water supply use powdered activated carbon (PAC). GAC can also be
2. Chlorine-containing liquid and gas can be handled in black qrought used either as a tertiary treatment process in advanced wastewater
iron piping, but chlorine solution is highly corrosive and should be treatment plants or as a secondary treatment process.”
handled in rubber-lined or resistant plastic piping with hard rubber
parts where necessary
Activated Sludge :
“Activated sludge treatment is used to remove dissolved and colloidal
biodegradable organics. The technology is a continuous flow, stirred,
biological treatment process with recycling of the biomass. The process is
characterized by a suspension of aerobic microorganisms maintained in a
relatively homogeneous state by mixing and turbulence-induced or
Pengolahan diffused aeration.”
4
01/06/2015
5
01/06/2015
Bau
Bau air limbah memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan. Bau Nitrogen
dapat menunjukkan apakah air limbah masih baru atau sudah membusuk. Dalam air limbah kebanyakan nitrogen pada dasarnya terdapat dalam
Air limbah domestik yang masih baru hampir tidak berbau. Kebanyakan bentuk organik atau nitrogen protein dan amoniak. Setingkat demi
bau tidak sedap dihasilkan oleh campuran nitrogen, sulfur, fosfor, protein setingkat nitrogen organik diubah menjadi amoniak dan pada kondisi
dan bahan organik lainnya. Bau yang paling menyerang adalah bau dari aerobik, oksidasi amoniak menjadi nitrit dan nitrat.
hidrogen sulfida (H2S). Konsentrasi suatu zat dapat ditelusuri dari
baunya. Konsentrasi kira-kira 0.037 mg/l amoniak dapat menimbulkan
bau amoniak yang sedikit menyengat. Konsentrasi 0.0011 mg/l H2S
menyebarkan bau khas telur busuk; 0.0026 mg/l karbon disulfida
menimbulkan bau yang tidak enak. Meski demikian bau yang tidak Amoniak Bebas
menyenangkan tersebut tidak sendirinya mengganggu kesehatan Amoniak bebas disebut juga nitrogen amoniak dihasilkan oleh
masyarakat, kecuali apabila bau-bau tersebut keluar dari gas beracun. pembusukan secara bakterial zat-zat organik. Air limbah yang masih baru
berkadar amoniak bebas rendah dan berkadar nitrogen organik tinggi.
Nitrogen amoniak berkurang kadarnya ketika air limbah diolah sedangkan
keseimbangannya tercapai.
Nitrit
Nitrit merupakan suatu tingkat peralihan dalam proses perubahan zat Khlorida
organik ke dalam bentuk yang tetap. Nitrit, dengan demikian, tidak dapat Kotoran manusia, khusunya urine, mengandung sejumlah khlorida oleh
diketemukan dalam air limbah baru kecuali dalam jumalh kecil sekali. karena sebagian dari garam yang terdapat di dalam makanan dan
Akan tetapi dalam air limbah yang sudah membusuk, nitrit dapat saja minuman turut dibuang. Oleh sebab itu, air limbah mengandung kadar
lebih banyak ditemukan. Nitrit jarang terjadi dalam konsentrasi yang lebih khlorida yang lebih tinggi dari pada di dalam persediaan air kota. Oleh
besar dari 1 mg/l dalam air limbah. Pengaturan pembagian air limbah karena khlorida merupakan zat-zat anorganik yang larut, mereka tidak
yang salah dapat meningkatkan kadar nitrit disamping juga karena dipengaruhi oleh sedimentasi atau oleh proses-proses biologis. Khlorida
menurunnya nitrat (NO3) menjadi nitri (NO2). Keberadaan nitrit tetap tidak berubah selama pengolahan sampah dan oleh karena itu nilai
menunjukkan adanya air limbah yang pengolahannya tidak sempurna. yang kurang lebih sama harus diperoleh pada berbagai tahap
pengolahan.
Nitrat
Nitrat mewakili produk akhir dari pengoksidasian zat yang bersifat
nitrogen. Penentuan nitrat menjadi penting dalam pengolahan air limbah. Sulfat dan Sulfida
Air limbah yang diolah secara sempurna menunjukkan kadar nitrat yang Penentuan sulfat jarang sekali diperlukan, kecuali apabila ditemui
tinggi. Pada musim panas/kemarau, dimana berpotensi hilangnya oksigen masalah-masalah yang menyangkut berkaratnya beton. Sulfida
terlarut dalam air karena proses penguapan, nitrat dapat menyalurkan merupakan hasil-hasil pembusukan zat-zat organik dan juga akibat
oksigen gabungannya untuk mencegah dan menghambat terjadinya penurunan kadar belerang. Pembusukan anaerobik berbagai zat yang
kondisi anaerobik dan bau busuk. Meskipun nitrat merupakan penunjuk mengandung belerang dan penurunan kadar campuran belerang menjadi
stabilitas, kehadirannya yang terlalu tinggi pada saluran air limbah dan sulfida menghasilkan bau yang tidak menyenangkan.
bak-bak penampung maupun pada danau tidak diinginkan karena dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman air secara drastis.
6
01/06/2015
BOD COD
Pengujian BOD merupakan pengujian yang penting dalam menentukan Pengujian COD digunakan secara luas sebagai suatu ukuran kekuatan
kekuatan atau daya cemar air limbah. BOD mengukur jumlah zat organik pencemaran limbah domestik maupun industri. Pengujian tersebut
yang kemungkinan akan dioksidasi oleh kegiatan-kegiatan bakteri direncanakan untuk mengukur oksigen yang dibutuhkan untuk
aerobik. mengoksidasi zat-zat organik pada air limbah.
Nilai BOD air limbah kasar sangat berbeda-beda, berkisar 100 mg/l untuk Pengujian ini sangat bernilai terutama jika pengujian BOD tidak dapat
air limbah yang sangat encer sampai 600 mg/l atau lebih untuk air limbah ditentukan karena terdapatnya bahan-bahan beracun. Selain itu, uji COD
terpadu yang berisi beberapa jenis limbah. sangat singkat yaitu kira-kira 3 jam. Pengujian COD tidak mengadakan
Pengujian BOD dibatasi oleh beberapa kondisi. Apabila terdapat sedikit perbedaan antara zat organik yang stabil dan yang tidak stabil. Ia tidak
saja jumlah ion logam beracun dalam air limbah, tampaklah nilai BOD dapat memberikan petunjuk tentang tingkat di mana bahan-bahan yang
rendah yang menyesatkan yang disebabkan oleh aktivitas bakteri yang aktif secara biologis dapat diseimbangkan.
terhambat. Beberapa obat pembasmi bakteri seperti phenol, khlor bebas,
cyanida, formaldehyde juga mempunyai akibat yang menekan BOD.
Pengujian BOD tidak membedakan antara kebutuhan oksigen yang
disebabkan karena nitrifikasi. Air limbah yang berada dalam keadaan
nitrifikasi aktif cenderung memperlihatkan BOD tinggi yang menyesatkan.
DO
Pengujian oksigen terlarut (DO) penting untuk menjamin keadaan-
keadaan aerobik dalam daerah perairan yang menampung zat-zat
pencemar dalam bentuk air limbah yang berasal dari instalasi pH
pengolahan. Dalam suatu instalasi pengolahan, kehadiran oksigen terlarut pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan
merupakan petunjuk bahwa suatu oksidasi yang amat berarti telah encer dan mewakili konsentrasi ion hidrogen. Skala pH adalah skala
tercapai dengan pengolahan yang digunakan.. Apabila oksigen terlarut logaritma, bukan skala ilmu-hitung. Apabila pH bertambah dengan satu
terdapat pada perairan yang menampung hasil pengolahan air limbah, hal unit, perubahan itu mewakili pengurangan sepuluh kali lipat dalam
ini berarti di perairan tersebut hanya terdapat sedikit gangguan. konsentrasi ion hidrogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air
alamiah adalah: pergolakan permukaan air, luasnya daerah permukaan
air yang terbuka bagi atmosfer, tekanan atmosfer dan prosentase oksigen
dalam udara di sekelilingnya. Daya larut oksigen lebih rendah di dalam air
laut dibandingkan dengan daya larutnya di dalam air tawar, daya larutnya
dalam air limbah kurang lebih 95% dibandingkan daya larutnya di dalam
air tawar.
Oksidasi biologis meninggi bersamaan dengan meningkatnya suhu dan
kebutuhan akan oksigen juga bertambah. Kondisi ini membawa masalah
karena oksigen jadi paling sedikit dapat dilarutkan di dalam keadaan yang
demikian. Dengan demikian keadaan yang gawat terjadi pada musim
kemarau dimana suhu lebih tinggi dan daya larut oksigen menjadi rendah.
7
01/06/2015
LUAS BOLA
=2/8 p d2
=1/4 p d2
VOLUME BOLA
=4/(3.8) p d3
=1/6 p d3
1
01/06/2015
Hitungan pengendapan
Dari butiran yang seragam
Settling Velocity Rapidly
0 min 10 min 20 min 30 min 40 min
z =0
h(t)
z =Z
Note: z adalah kedalaman sample air (0 di atas dan Z di bawah);
h(t) adalah jarak endapan partikel diukur dari z=0 dalam waktu t=40 min, dan
dengan besarnya dapat dinyatakan = vterm t. (v =kecepatan)
2
01/06/2015
Conc. Velocity
h (mg/L) (cm/min) 10 min 20 min 40 min
Jika lima jenis partikel
dengan kecepatan endap 1.5 0.12 1.2 2.4 4.8
50
0 Cin
C (mg/L)
3
01/06/2015
KESIMPULANYA :
Efisiensi pengendapan = η
Vi
hs Vo
4
01/06/2015
Gambarkan
hubungan
fraksi tersisa
vs
kecepatan
5
01/06/2015
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.048 30.27%
• Partikel yang mengendap 65 % dari
• seluruh partikel yg ada
6
TUGAS KHUSUS
Kriteria perencanaan:
4. Panjang subbak = 6m
5. Lebar subbak = 2m
6. Kedalaman = 4m
Perhitungan:
1. Debit (Q)
Qtotal
Qsubbak =
Σ subbak
0,05m 3 / dt
Qsubbak =
2
Qsubbak = 0,025m 3 / dt
Plate settler
LWH
td =
Q
6m * 2m * 4m
td =
0,025m 3 / dt
td = 1920 det ik = 0,53 jam
96
97
Plate settler
C
h (kedalaman plate) = 0,9m
a(kemiringan plate) = 60o
y h w (jarak antar plate) = 0,05m
A w
3. Panjang plate
h
y=
sin α
0,9
y=
sin 60 o
y = 1,04m
4. Panjang lintasan AC
h w
AC = +
sin α tan α
0,9m 0,05m
AC = o
+
sin 60 tan 60 o
AC = 1,07 m
h
Vs =
td
0,9m
Vs =
1920 det ik
Vs = 0,00047m / dt
Vo = (0,5 − 0,7) * Vs
Vo = 0,5 * 0,00047 m / dt
Vo = 0,000235m / dt
98
Dari hasil Vs, diplotkan ke grafik diameter partikel (Reynold, 226) didapatkan
Dari hasil Vs/Vo, diplotkan ke grafik % removal (Fair Geiyer and Okun, 25-14)
w sin α
R=
2
0,05m * sin 60 o
R=
2
R = 0,022
Q ⎡ w ⎤
A= ⎢ ⎥
Vo ⎣ (h cos α ) + ( w cos α ) ⎦
2
0,025m 3 / dt ⎡ 0,05m ⎤
A= ⎢ o ⎥
0,000235m / dt ⎣ (0,9m * cos 60 ) + (0,05m * sin 60 ) ⎦
o 2
A = 11,5m
lebar = 2m
A
panjang ( p) =
l
11,5m
panjang ( p) =
2m
panjang ( p) = 5,75m
Q
Vh =
A sin α
0,025m 3 / dt
Vh =
11,5 sin 60 o
Vh = 0,00251m / dt
99
p sin α
n= +1
d
p sin α
n=
w [sin α
+1
]
5,75m * sin 60 o
n= +1
⎡0,05m ⎤
⎢⎣ sin 60 o ⎥⎦
n = 116buah
VoR
N RE =
ν
0,00251m / dt * 0,022
N RE =
0,8975 *10 −6
N RE = 61,53 <2000………OK!
12. Bilangan Froud (NFR)
Vo 2
N FR =
gR
(0,00251m / dt ) 2
N FR =
9,81m / dt 2 * 0,022
N FR = 2,92 * 10 −5 >10-5 ……….OK!
Kriteria perencanaan:
Perhitungan:
1
A = πD 2
4
1
A = * π * 0,3m 2
4
A = 0,071m 2
2. Kecepatan (V)
Q
V =
A
0,05m 3 / dt
V =
0,071m 2
V = 0,7m / dt (0,3-2,5) m/dt……….. OK!
3. Headloss (hf)
1, 85
⎡ QL ⎤
hf may =⎢ 2 , 63 ⎥
⎣ 0,2785 * C * D ⎦
1, 85
⎡ 0,05m 3 / dt * 54 m ⎤
hf may =⎢ 2 , 63 ⎥
⎣ 0,2785 * 130 * 0,3m ⎦
hf may = 2,87 m
V2
hf min = k
2g
(0,7 m / dt ) 2
hf min = 9,6
2 * 9,81m / dt 2
hf min = 1,2m
Kriteria perencanaan:
1. Beban Ss = 1000mg/l
2. Panjang = 6m
3. Lebar = 2m
4. Kedalaman = 2m
6. ρs = 1200 kg/m3
Perhitungan :
S = %removal * bebanSs
S = 79% *1000mg / l
S = 790mg / l = 790 gr / m 3
Ws = S * Q
Ws = 790 gr / m 3 * 0,025m 3 / dt
Ws = 39,5 gr / dt = 0,01975kg / dt = 1706.4kg / hr
Ws
Vsl =
ρs * Ss * %removal
1706.4kg / hr
Vsl =
1200kg / m 3 * 1,1 * 0,79
Vsl = 1.64m 3 / hr
102
1
V = h( A + A' A * A' )
3
1 1 1
V = h(( P * L) + ( πD 2 ) ( P * L) * ( πD 2 ))
3 4 4
1 1 1
V = * 2m * ((2m * 6m) + ( π * (0,3m) 2 ) (2m * 6m) * ( π * (0,3m) 2 ) )
3 4 4
V = 8.07m 3
Kriteria perencanaan :
1. Panjang limpahan = 18,8 m
2. ∅pipa outlet = 30cm = 0,3m
3. grafitasi
Perhitungan :
1. Tinggi air di atas pelimpah (h)
3
3Q
h2 =
2 * Cd * P * 2 g
3
3 * 0,025m 3 / dt
h2 =
2 * 0,6 * 9,4m * 2 * 9,81m / dt 2
h = 0,013m = 1,3cm
2. WLR
Q
WLR =
P
0,05m 3 / dt
WLR =
18.8m
WLR = 0,003m 3 / mdt
103
Kriteria Perencanaan :
1. Konsentrasi sludge solids dari proses di bak pengendap I :
Primary dan waste activated sludge = 3-8 %
2. Konsentrasi sludge solids dari proses di bak pengendap II :
Primary dan waste activated sludge = 0.5 - 1 %
3. Konsentrasi sludge solids dari proses di gravity thickener :
Primary dan waste activated sludge = 2-8 %
4. Hydraulic loading = 4 - 10 m3/m2.hari
5. Solid loading (SL) = 25 - 80 kg/m2.hari
6. Solid capture = 80 - 90 %
7. Kemiringan bak = 1:4-1:6
8. Sludge Volume Ratio (SVR) = 0.5 - 3 hari
Direncanakan :
1. Jumlah bak = 2 buah
2. Lumpur yang masuk ke thickener berasal dari bak pengendap I dan
bak pengendap II
Dari Bak Pengendap I
- Berat solid = Berat solid x jumlah BP I
= 1119.744 x 2
= 2239,48 kg/hari
- Ss (lumpur) = 1,02
- % solid = 5 %
- Volume lumpur = Berat solid / (r air x Ss x % solid)
= 43,911 m3/hari
- Volume solid = % solid x volume lumpur
= 2,196 m3/hari
- Berat lumpur = (100/5) x berat solid
= 44789,6 kg/hari
- Volume air = volume lumpur - volume solid
= 41,716 m3/hari
Dari Bak Pengendap II
- Berat solid = Berat solid x jumlah BP II
= 7457,67 kg/hari
- Ss (lumpur) = 1,005
- % solid = 1 %
- Volume lumpur = Berat solid / (r air x Ss x % solid)
= 742,057 m3/hari
- Volume solid = % solid x volume lumpur
= 7,421 m3/hari
- Berat lumpur = (100/5) x berat solid
= 745767 kg/hari
- Volume air = volume lumpur - volume solid
1
= 734,636 m3/hari
Sehingga :
- Berat solid total = 9697,15 kg/hari
- Volume lumpur total = 785,968 m3/hari
- Volume solid total = 9,616 m3/hari
- Berat lumpur total = 790557 kg/hari
Perhitungan :
1. Lumpur yang keluar dari sludge thickener :
- Kadar solid = 5 %
- Kadar air = 95 %
- volatile matter = 70 %
- fixed solid = 30 %
- spesific gravity fixed solids (Sf) :
Sf = 2,5
- spesific gravity volatile solids (Sv) :
Sv = 1
Sehingga :
1 / Ss = (0.3 / 2.5 ) + (0.7 / 1.0)
Ss = 1,22
Spesific gravity solids = 1,22
- Ss lumpur di thickener (S) :
1/S = (kadar solid / Ss solid campuran) +
(kadar air / Ss air)
S = 1,01
- r lumpur di thickener = Ss lumpur x r air
= 1009,08 kg/m3
2. Berat lumpur = 100/5 x berat solid total
= 193943 kg/hari
3. Volume lumpur = Berat lumpur / r lumpur
= 192,198 m3/hari
4. Volume lumpur yang direduksi = (volume lumpur total awal - akhir)
volume lumpur total awal
= 0,80
%, (80-
= 80 90)% OK
5. Volume air = vol lumpur - vol solid yg masuk thickener
= 182,58 m3/hari
6. Debit air yang keluar dari thickener = vol air masuk - vol air di thickener
= 776,352 m3/hari
7. Dimensi thickener :
- Berat solid total = 9697,15 kg/hari
Berat solid tiap bak = 4848,58 kg/hari
- Solid loading direncanakan = 40 kg/m2.hari
- Luas permukaan (As) :
As = Berat solid / solid loading
= 121 m2
2
- Diameter thickener (D) :
D = (4 . A / p)1/2
= 12,4 m
- Kedalaman rencana (h) = 3,5 m
- Kedalaman di tengah bak dengan kemiringan 1 : 6 (d) :
d = h + (1/2 D x 1/6)
= 5 m
8. Volume thickener = Axh
= 424,25 m3
9. Cek Sludge Volume Ratio (SVR) :
SVR = vol thickener / vol air influen
= 0,55 hari OK
(kriteria : 0.5 - 3 hari)
Kriteria perencanaan :
1. Solid retention time (SRT) :
- standart rate = 30 - 60 hari
- high rate = 10 - 20 hari
2. Sludge loading :
- standart rate = 0.64 - 1.6 kg VS/m3.hari
- high rate = 2.4 - 6.41 kg VS/m3.hari
3. Volume kriteria (primary sludge + waste activated sludge) :
0.06 -
- standart rate = 0.08 m3/kapita
0.02 -
- high rate = 0.04 m3/kapita
4. Sludge feed solids concentration (primary + waste activated sludge) :
- standart rate = 2-4 %
- high rate = 4-5 %
5. Digested solids underflow concentration :
- standart rate = 4-6 %
- high rate = 4-6 %
6. Diameter = 20 - 125 ft
Diketahui :
1. Karakteristik lumpur sebelum didigest :
- berat solid = 9697,152 kg/hari
- berat lumpur = 193943,0 kg/hari
- kadar solid = 5 %
- kadar air = 95 %
- volatile matter = 70 %
- fixed solid = 30 %
- spesific gravity fixed solids (Sf) :
Sf = 2,5
- spesific gravity volatile solids (Sv) :
3
Sv = 1
2. Karakteristik lumpur setelah didigest :
- kadar solid = 10 %
- kadar air = 90 %
- volatile matter = 70 % (destroyed)
- spesific gravity fixed solids (Sf) :
Sf = 2,5
- spesific gravity volatile solids (Sv) :
Sv = 1
Perhitungan :
1. Spesific gravity rata-rata solid sebelum didigest (Ss) :
1 / Ss = (0.3 / 2.5 ) + (0.6 / 1.0)
Ss = 1,22
2. Spesific gravity lumpur sebelum didigest (S) :
1/S = (0.05 / 1.22) + (0.95 / 1)
S = 1,01
3. Volume lumpur sebelum didigest (Vb) :
Vb = berat solid / (r air . S . kadar solid)
= 192,198 m3/hari
4. Persentase dari volatile matter setelah didigest :
total volatile solid = 2036,4 kg
setelah digestion
total solid setelah = 4945,5 kg
digestion
% volatile matter = total volatile solid setelah digestion x 100 %
total solid setelah digestion
= 41 %
5. Spesific gravity rata-rata solid pada digested sludge (Ss) :
1 / Ss = (0.59 / 2.5) + (0.41 / 1)
Ss = 1,55 (digested solids)
6. Spesific gravity lumpur pada digested sludge (S) :
1/S = (0.1 / 1.55) + (0.9 / 1)
S = 1,04
7. Volume digested sludge (Vds) :
Vds = berat solid setelah digestion / (r air . S . kadar solid)
= 47,710 m3/hari
8. Persentase reduksi volume lumpur setelah digestion :
reduksi = 75,18 %
9. Volume digester (V) :
V = [Vf - 2/3(Vf - Vd)] . T
dimana :
V = volume digester (m3)
Vf = volume lumpur yang ditambahkan tiap hari (m3/hari)
= 192,198 m3/hari
Vd = volume digested sludge yang diremoval tiap hari
4
(m3/hari)
= 192.198 - 47.710 = 144,5 m3/hari
t = digestion time (hari)
= 15 hari
V = 2406 m3
10. Dimensi tangki (D) :
Direncanakan :
- Jumlah unit = 2 buah
- Vol tiap unit = 1203 m3
- digester berbentul lingkaran (circular) dengan :
kedalaman (h) = 4 m
Sehingga :
Luas (A) = Vol tiap unit / h
= 301 m2
D = (4 . A / p)1/2
= 19,6 m
(20 - 125)
= 64,2 ft OK ft
11. Cek solid loading (SL) :
SL = (berat total solid / jumlah tangki) / vol tiap tangki
= 4,031 kg VS/m3.hari OK
(2.4 - 6.41) kg VS/m .hari
3
5
S = ultimate BOD L di efluen (lb/hari))
Px = jumlah volatile solid yang diproduksi setiap hari (lb/hari)
= 2036,4 kg/hari = 4489,452 lb/hari
Sedangkan :
Px = Y (So - S) ……….. (2)
1 + kd . qc
dimana :
Y = yield coefficient (lb/lb)
= 0,05 lb cells/lb BOD L utilized
kd = endogenous coefficient (/hari)
= 0,03 /hari
qc = mean cell-residence time (hari)
= 10 hari (pada suhu operasi 35oC)
Dari rumus (2), diperoleh :
So - S = 116725,75 lb/hari
Sehingga dari rumus (1), dapat dihitung :
Volume CH 4 = 620171,1 ft3
= 17561,38 m3
Karena digester gas adalah sekitar 2/3 methana, maka total volume gas :
volume gas = Volume CH 4 / 0.67
= 26211,02 m3
13. Kebutuhan panas
a. Heating required untuk lumpur
H = berat lumpur x C p (T 2 - T 1 )
dimana :
berat lumpur = 193943,0 kg/hari
H = heat required (joule/hari)
Cp = spesific heat of sludge, sama dengan untuk air
= 4200 joule/kg
T2 = digestion temperature (oC)
= 35 oC
T1 = temperatur dari thickened sludge (oC)
= 10 oC
sehingga :
H = 2,04E+10 joule/hari
b. Kehilangan panas dari digester
q = U . A . (T 2 - T 1 )
dimana :
q = kehilangan panas (W)
U = overall coefficient of heat transfer (W/m2 . oC)
A = cross-sectional area dimana kehilangan panas terjadi (m2)
6
T2 = suhu di dalam digester
T1 = suhu di luar digester
- Luas area dari dinding, alas (lantai) dan atap (atas)
Diketahui :
Diameter = 19,6 m
Side depth = 4 m
Center depth = 6 m
Sehingga :
Area dinding = p . D . side depth
= 245,84 m2
Area alas = p . center depth . [center depth2 + (1/2. side depth)2]1/2
= 119,15 m2
Area atap : U = p . center depth2
= 113,04 m2
- kehilangan panas tiap area
Diketahui :
Area dinding : U = 0,12 Btu/ft2.oF = 0,68082 W/m2.oC
T2 = 35 oC
T1 = 0 oC
Area alas : U = 0,15 Btu/ft2.oF = 0,851025 W/m2.oC
T2 = 35 oC
T1 5 oC
Area atap : U = 0,16 Btu/ft2.oF = 0,90776 W/m2.oC
T2 = 35 oC
T1 = -5 oC
Sehingga :
q (dinding) = 5857,95 W
q (alas) = 3042,11 W
q (atap) = 4104,53 W
q total = 13004,58 W
= 1,12E+09 joule/hari
Total kebutuhan panas untuk digester (Q) :
Q = H + q total
= 2,15E+10 joule/hari
14. Dimensi tangki gas :
- volume gas total = 26211,02 m3
- kapasitas tangki = 40 % (kriteria)
= 10484,41 m3
- direncanakan :
jumlah tangki = 6 unit
kapasitas tiap tangki = 1747,401 m3
(gas tersimpan dalam tangki bertekanan)
- tinggi tangki rencana = 8 m
7
- diameter tangki = [4 . (Vol / h) / p]1/2
= 16,7 m
Kriteria perencanaan :
200 -
1. Tebal lapisan media = 300 mm
2. Lebar bed = 6 m
3. Panjang bed = 6 - 30 m
Direncanakan :
1. Tebal lapisan media = 250 mm
2. Tebal cake di bed = 0,5 m
3. Lebar bed = 6 m
4. Waktu pengeringan (T) = 10 hari
5. Berat air di dalam cake sludge = 60 % berat solid (Pi)
6. Jumlah bed rencana (n) = 2 unit
Kondisi lumpur yang keluar dari anaerobic sludge digester :
1. Kadar air = 90 % (P)
2. Kadar solid = 10 %
3. Berat solid = 4945,55 kg/hari
4. Volume air = 42,939 m3/hari
Perhitungan :
1. Volume cake dari solid (Vi) :
Vi = V air . (1 - P)
1 - Pi
= 10,7 m3/hari
2. Dimensi bed
Kapasitas bed (V) = Vi . T
n
= 53,67 m3
Luas bed (A) = V / tebal cake di bed
= 107,35 m2
Sehingga :
Lebar = 6 m
Panjang bed = A / lebar
(6 - 30)
= 17,9 m OK m
3. Tebal cake di bed = 0,5 m
terdiri dari :
- h lumpur = 0,25 m
- h pasir = 0,15 m
- h gravel = 0,1 m
freeboard rencana = 0,2 m
Sehingga :
H total = h lumpur + h pasir + h gravel + fb
8
= 0,7 m
4. Desain bak
- tiap bak terdiri dari 1 drainage lateral line
- letak pipa memanjang
- slope pipa = 2 %
- diameter pipa = 100 mm
a). Letak pipa = Lbak / 2
= 3 m
b). Jarak pipa dari dinding (S) :
Lebar tempat pipa = 150 mm (rencana)
S = lebar bak - lebar tempat pipa
2
= 2,925 m
c). Kedalaman sentral (h sentral) :
Slope = 0,02
Slope = h sentral / L dimana L = S
Slope x
h sentral = S
= 0,0585 m
= 5,85 cm
= 6 cm
maka kedalaman bak dari sentral pipeline :
Hsentral = H total + h sentral
= 0,76 m