penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................ii
Daftar isi......................................................
1. Sejarah optik..........................................................
2. Serat optik sumber cahaya.....................................
3. Pengenalan serat optik
3.1 Struktur Dasar Sebuah Serat Optik
3.2 Pembagian Serat optik
3.3 Transmisi Cahaya Pada Serat Optik.
3.4 Karakteristik Serat Optik
3.5 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik
4. Sumber cahaya optik...................................................
4.1 LED...................................................................
4.1.1 Macam-macam LED...................
4.1.2 Prinsip kerja LED...............................
4.1.3 Simbol dan bentuk fisik LED.........
4.1.4 Cara menyalakan LED....................
4.1.5 Rumus cara menghitung risistor untuk LED....
4.1.6 Fungsi dan perkembangan LED...............
4.2 LASER............................................................
4.2.1 Prinsip kerja LASER....................
4.2.2 Jenis-jenis LASER.............................
4.2.3 Sifat-sifat berkas cahaya LASER.............
4.2.4 Mode berkas cahaya LASER.............
Daftar pustaka.......................................
1. Sejarah Serat Optik
Sebuah sumber cahaya serat optik perangkat dipasang pada sebuah paket
yang memungkinkan serat optik untuk pasangan cahaya sebanyak mungkin
ke dalam serat. Dalam beberapa kasus lensa bulat kecil juga dipasang untuk
mengumpulkan dan memfokuskan cahaya ke setiap kemungkinan serat.
LED's i. e. Dioda cahaya dan dioda cahaya inframerah beroperasi di bagian
spektrum elektromagnetik. Gelombang operasi mereka dipilih sesuai dengan
kebutuhan. Sumber cahaya serat optik dapat diandalkan dan yang paling
umum digunakan oleh panjang gelombang sumber cahaya serat optik saat ini
adalah 850-1.300 nanometer atau dalam beberapa kasus bahkan 1500
nanometer. Baik lampu LED dan LD's (cahaya dioda) tersedia dalam tiga
gelombang.
Ada dua metode melalui cahaya yang dapat digabungkan ke dalam serat
optik sumber cahaya. Satu adalah dengan babi-tailing dan yang lain adalah
menempatkan ujung serat yang sangat dekat dengan LED atau LD. Karena
satu-satunya operator di sistem ini adalah cahaya tidak ada bahaya sengatan
listrikuntuk memperbaiki personalia serat rusak.
Sumber cahaya yang digunakan adalah sinar laser karena sinar laser
mempunyai spektrum yang sangat sempit dan sangat tajam/monokromatis.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus
digunakan sebagai saluran komunikasi. Serat optik umumnya digunakan
dalam sistem telekomunikasi serta dalam pencahayaan, sensor, dan optik
pencitraan. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan
penyusun gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang
diserap oleh serat optik.
Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian :
core (inti) , cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer (pelindung).
Inti (core) adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik
(bahan silika (SiO2), biasanya diberi doping dengan germanium
oksida (GeO2) atau fosfor penta oksida (P2O5) untuk menaikan
indeks biasnya) yang tidak menghantarkan listrik, inti ini memiliki
jari-jari, besarnya sekitar 8 –200 μm dan indeks bias n1, besarnya
sekitar 1,5.
Kulit (cladding) yaitu material yang melapisi inti, yang terbuat dari
bahan dielektrik (silika tanpa atau sedikit doping), kulit memiliki jari-
jari sekitar 125 – 400 μm indeks bias-nya n2, besarnya sedikit lebih
rendah dari n1.
Jaket (buffer), bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan
cladding yang terbuat dari bahan plastik yang elastis. Walaupun pada
dasarnya cahaya merambat sepanjang inti serat, namun kulit memiliki
beberapa fungsi :
a) Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.
b) Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan
permukaan.
c) Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar.
d) Menambah kekuatan mekanis.
sin 𝐼₁ 𝑛₂
=
sin 𝐼₂ 𝑛₁
Gambar: Sinar cahaya datang pada antar muka indek bias
Jika sudut datang berkas cahaya lebih besar dari NA atau sudut kritis
maka berkas tidak akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan
menembus cladding dan akan keluar dari serat (loss). Semakin besar NA
maka semakin banyak jumlah cahaya yang diterima oleh serat. Akan tetapi
sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan rugi
penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA
besar hanya baik untuk aplikasi jarak-pendek dengan kecepatan rendah.
Besarnya Numerical Aperture (NA) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
b. Redaman
• Absorpsi.
Absorpsi merupakan sifat alami suatu gelas. Pada daerah-daerah
tertentu gelas dapat mengabsorpsi sebagian besar cahaya seperti pada
daerah ultraviolet. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan elektron
yang kuat. Demikian pula untuk daerah inframerah, terjadi absorpsi
yang besar. Ini disebabkan adanya getaran ikatan kimia. Oleh karena
itu sebaiknya penggunaan fiber optik harus menjauhi daerah
ultraviolet dan inframerah. Penyebab absorpsi lain adanya transmisi
ion-ion logam dan ion OH. Ion OH ini ternyata memberikan
sumbangan absorpsi yang cukup besar. Semakin lama usia suatu fiber
maka bisa diduga akan semakin banyak ion OH di dalamnya yang
menyebabkan kualitas fiber menurun.
• Hamburan
Seberkas cahaya yang melalui suatu gelas dengan variasi indeks bias
di sepanjang gelas tadi, sebagian energinya akan hilang dihamburkan
oleh benda benda kecil yang ada di dalam gelas. Hamburan yang
disebabkan oleh tumbukan cahaya dengan partikel tersebut
dinamakan hamburan Rayleigh. Besarnya hamburan Rayleigh ini
berbanding terbalik dengan pangkat empat dari pangjang gelombang
cahaya yaitu : 1/ λ . Sehingga dapat disimpulkan untuk lamda kecil,
hamburan Rayleigh besar dan sebaliknya.
• Mikro-bending
Atenuasi lainya adalah atenuasi yang disebabkan mikro-bending yaitu
pembengkokan fiber optik untuk memenuhi persyaratan ruangan.
Namun pembengkokan dapat pula terjadi secara tidak sengaja seperti
misalnya fiber optik yang mendapat tekanan cukup keras sehingga
cahaya yang merambat di dalamnya akan berbelok dari arah transmisi
dan hilang. Hal ini tentu saja menyebabkan atenuasi.
c. Dispersi
LED DIP adalah jenis LED yang masih banyak digunakan sampai sekarang
dan merupakan jenis paling jadul. Untuk ukuran ada yang 3MM, 5MM,
8MM, dan 10MM. LED DIP sendiri masih dibagi menjadi 2 varian, yaitu
Super Bright (kaca transparan) dan Diffused (kaca berwarna, merah, hijau,
kuning, dll).
2. LED SMD (Surface Mount Device) / SMT (surface mounted technology)
Jenis ini adalah yang paling baru. Ukuran LED SMD ini jauh lebih kecil dan
lebih tipis sehingga bisa menghemat ruang ketika disolder ke papan PCB
(Printed circuit board). Jika dibanding dengan DIP, LED SMD jauh lebih
terang. Tapi kelemahannya mudah panas. Untuk ukuran ada banyak sekali,
kamu bisa melihatnya . Tapi paling umum digunakan adalah ukuran SMD
2835 (2.8mm x 3.5mm), SMD 5050 (5.0mm x 5.0mm), SMD 5730 (5.7mm
x 3.0mm).
3. Miniature LED
Miniature LED terbagi atas tiga kategori, yakni low current, standard dan
ultra high output. Jenis lampu LED ini digunakan sebagai indikator pada
handphone atau kalkulator. Miniature LED bisa langsung digunakan tanpa
tambahan casing atau packaging. Biasanya lampu LED yang tidak dipak
hanya berupa chip semikonduktor sederhana yang dihubungkan dengan
kabel kabel konduktif.
4. High Power LED (HPL)
Jenis High Power LED memproduksi intensitas cahaya lampu yang lebih
kuat, atau bisa dibilang yang paling kuat diantara semua jenis lampu LED
yang ada.Sayangnya lampu ini juga dapat menghantarkan panas lebih cepat
jika dibandingkan dengan LED jenis lain. Dalam penggunaan lampu High
Power LED perlu mempehatikan lokasi pemasangan, dimana area
pemasangan tersebut harus berasal dari bahan penyerap panas, sehingga
lampu LED bisa menjadi dingin selama proses konveksi. Dalam pemakaian
High Power LED dihimbau agar lampu ini tidak mengalaim overheating
yang akan mengakibatkan terbakarnya komponen lampu.
5. Superflux LED
Tidak seperti lampu LED jenis lain yang mengkonsumsi energi listrik
rendah, Super Flux diklaim memakai energi listrik cukup besar. Hal ini
dikarenaka lampu tersebut terdiri dari dua kutub negatif dan dua kutub
positif, dan juga membuat Super Flux LED tertancap kokoh pada PCB.
6. Flashing LED
Lampu Flashing LED merupakan lampu LED yang bisa berkedip dalam
interval tertentu dan biasanya juga digunakan sebagai lampu indikator. Agar
lampu LED bisa berkedip sepersekian detik, maka digunakanlah vibrator
yang disambungkan pada sirkuit yang menginterupsi aliran cahaya lampu
dalam interval yang sudah ditentukan.
7. Bi Color LED
Kombinasi dua jenis sumber cahaya yang dipusatkan menjadi satu, sehingga
masing-masing lampu mempunyai warna berbeda yang akan menyala secara
bergantian
8. Lampu SMD (Surface Mount Device) LED
Lampu SMD (Surface Mount Device) LED merupakan jenis lampu LED
yang memiliki ukuran kecil dengan chip yang kecil juga dan sangat ringan.
Cahaya yang dihasilkan SMD LED termasuk lampu LED yang memiliki
tingkat kecerahan tinggi. Lampu SMD LED ini juga sering digunakan untuk
penggunaan lampu emergency.
Chip On Board LED atau yang dikenal dengan COB LED merupakan sebuah
hamparan ratusan bahkan ribuan chip LED yang tersusun pada satu papan.
COB LED bisa dibilang merupakan jenis lampu LED yang disempurnakan
dari SMD LED, karena kelemahan yang ada pada SMD LED sudah tidak ada
di COB LED. Jenis lampu ini memiliki sumber cahaya yang dibuat merata
dan menungkinkan dapat diperluas.
Bentuk LED Straw Hat hampir mirip dengan lampu sorot namun lebih
pendek mirip seperti topi sehingga sinarnya menyebar lebih lebar antara 120
sampai 160 derajat, banyak digunakan pada lampu penerangan utama, lampu
senter dan lampu led emergency.
Ada LED yang bisa memancarkan dua cahaya dalam satu bodi, ada
LED SMD yang sangat tipis sehingga bisa ditata secara teratur seperti pada
backlight LCD. Ada juga LED yang dilengkapi dengan rangkaian flip-flop
didalamnya sehingga tampak lebih hidup dengan cahaya warna-warni.
Untuk bisa menyala, LED harus diberi tegangan maju (forward) pada nilai
minimal tertentu dengan batasan arus maksimal sesuai yang tertera pada
datasheet LED. Oleh karena itu, untuk menyalakan LED kita harus
memasang sebuah resistor sebagai pembatas arus yang masuk ke LED.
Contoh rangkaian sederhana untuk menyalakan LED :
Kini penggunaan LED sudah sangat luas terutama sejak LED warna
biru ditemukan dan bisa diproduksi secara masal. Mengapa demikian, tentu
kita masih ingat sampai tahun 90an warna LED hanya seputar merah, hijau
dan kuning saja. memang ada led infra red, namun itu bukan digunakan
sebagai penerangan namun hanya sebagai pemancar sinyal transmisi pada
remote control infra red. Sejak ditemukan LED warna biru, maka membuat
LED dengan warna putih sangat dimungkinkan. Hal ini karena warna putih
bisa dibuat dengan pencampuran warna additif dengan warna tiga primer
merah, hijau dan biru atau yang dikenal dengan istilah RGB. Dengan
ditemukannya LED biru maka satu unsur warna untuk membuat LED putih
sudah ditemukan dan LED putih inilah yang sekarang ini menjadi unsur
penting dalam dunia penerangan
Berikut ini beberapa fungsi LED yang sering kita jumpai:
Gambar Dioda ideal: (a) simbol rangkaian dioda; (b) karakteristik i – v; (c)
rangkaian ekivalen arah ‘reverse’; (d) rangkaian ekivalen arah ‘forward’
Gambar (a) adalah simbol dari dioda; gambar 1(b) adalah karakteristik arus –
tegangan. Terminal positif dari dioda disebut anoda dan terminal negatif
disebut katoda. Jika tegangan negatif dipasangkan pada dioda, tidak ada arus
yang mengalir; dioda seperti hubung terbuka (gambar 1(c)). Keadaan ini
disebut ‘reverse biased’. Jika tegangan positif dipasangkan pada dioda, tidak
ada penurunan tegangan pada dioda; dioda seperti hubung singkat (gambar
1(d)). Keadaan ini disebut ‘forward biased’. Untuk membatasi arus pada
dioda, diperlukan rangkaian luar seperti pada gambar 2.
Pada kondisi bias ini akan terjadi aliran arus dengan ketentuan beda
tegangan yang diberikan ke dioda atau VA-VK > 0 dan selalu positif.
VA-VK ˂ 0
Material Semikonduktor
Tinjauan dua tingkat energi dalam sebuah atom E1 dan E2, dengan E1 <
E2. cacah atom yang berada di masing-masing tingkat energi adalah N1 dan
N2. Untuk menggambarkan distribusi energi pada atom-atom itu dalam
kesetimbangan termal berlakulah statistik Maxwell - Boltzmann :
N1 / N2 = exp ( E2 - E1 ) / kT (1)
e (n) =
A21/B
12 = 8 p h. n3 / c3 (5)
Dan
B21/B1
2 = 1 (6)
= = N 2 / N1 (7)
Jika pada laser ini dibuatkan rongga resonansi optis maka cacah foton
yang dipancarkan dapat dibuat banyak sekali. Rongga resonansinya adalah
batang ruby itu sendiri. Batang tersebut harus dipotong dan digosok rata di
kedua ujungnya. Kedua ujung juga harus betul-betul sejajar, yang satu
dilapisi tebal dengan perak dan satunya lagi tipis-tipis saja. Akibatnya rapat
energi foton makin lama makin besar dengan terjadinya pemantulan
berulang-ulang yang dilakukan kedua ujung batang ruby, sampai suatu saat
ujung yang berlapis tipis tidak mampu lagi memantulkan foton yang datang,
sehingga tumpahlah foton-foton dari ujung tersebut sebagai sinar yang kuat,
monokromatik dan koheren yang tidak lain adalah laser.
Efisiensi laser ruby ini sangat rendah, karena terlalu banyak energi
yang harus dipakai untuk mencapai inversi populasinya. Sebagian besar
cahaya dari tabung cahaya tidak memiliki panjang gelombang yang
diharapkan untuk proses pemimpaan sehingga merupakan pemborosan
energi. Walaupun demikian daya rerata dari tiap pulsa laser dapat
mencapai beberapa kilowatt karena selang waktunya yang sangat
pendek. Dengan daya sebesar ini laser dapat digunakan untuk
melubangi, memotong maupun mengelas logam.
Proses laser jenis ini mirip dengan kerja LED biasa. Pancaran
fotonnya disebabkan oleh bergabungnya kembali elektron dan lubang
(hole) di daerah sambungan PN-nya. Bahan semikonduktor yang dipakai
harus memiliki gap energi yang langsung, agar dapat melakukan radiasi
foton tanpa melanggar hukum kekekalan momentum. Oleh sebab itulah
laser semikonduktor tidak pernah menggunakan bahan seperti silikon
maupun germanium yang gap energinya tidak langsung. Dibandingkan
dengan LED, laser semikonduktor masih mempunyai dua syarat
tambahan.
1. Monokromatik
Monokromatik artinya hanya satu frekuensi yang dipancarkan. Sifat ini
diakibatkan oleh :
3. Keterarahan (Directionality)
4. Brightness (Kecemerlangan)
1. Longitudinal Modes
lubang dalam resonator. Dalam laser gas, aliran gas dan debit listrik jug a
mempengaruhi modes yang dihasilkan. TEM digambarkan oleh serangkaian
subscript yang bergantung pada simetri balok.
Salah satu fenomena yang menarik dari FBG ini adalah sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, tekanan dan tarikan.
Apabila terjadi perubahan jarak kisi karena sesuatu hal misalnya tekanan
maupun suhu, maka puncak transmisinya akan berubah. Dari karakteristik
inilah maka FBG banyak dikembangkan menjadi sensor suhu maupun sensor
strain.
• Phase Mask.
Tehnik phase mask mungkin adalah tehnik yang paling terbaik untuk
saat ini. Phase mask mendifraksi sebuah sinar cahaya yang datang. Sinar
yang didifraksi mempunyai pinggiran interferensi yang bisa dikontrol untuk
untuk membuat variasi periodik dari tipe grating yang diinginkan. Ini
memiliki keuntungan dalam teknik sinar rangkap dua yang memungkinkan
untuk membuat grating yang sangat panjang. Mask yang digunakan panjang
14. Bagian dari audio amplifier yang berfungsi menguatkan daya sinyal
dari alat-alat pungut (tranducer) disebut :
a. Alat-alat punguat c. Penguat depan
b. Pengeras suara d. Pencatu Daya
15. Bagian dari audio amplifier yang berfungsi menguatkan daya sinyal
dari alat-alat pungut (tranducer) disebut :
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan
16. Penguat penggerak dan penguat akhir dalam audio amplifier
digolongkan ke dalam :
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan
17. Bagian dari audio amplifier yang berfungsi mengubah getaran listrik
menjadi geratan mekanik (suara) disebut :
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan
19. Untuk mengetahui batas terendah dan tertinggi jalur frekuensi yang
dapat dikuatkan oleh sebuah pesawat audio amplifier dengan
penguatan 100% maka kita memerlukan
a. Karakteristik b. Karakteristik arus
DayaKarakteristik tanggapan c. Karakteristik Output
frekuensi d. Karakteristik penguatan
53
c. Karakteristik arus
d. Karakteristik Output
e. Karakteristik penguatan
54
DAFTAR PUSTAKA
J.M. Carroll, FP Dutton & Co, Inc., 1970. The Story of the
LASER,
55
Nugraha Andi Rahman.2006.Serat Optik.Edisi
1.Yogyakarta:Andi Offset.
57