Anda di halaman 1dari 60

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan


karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan buku ini untuk memenuhi projetct
mata kuliah optoelektronika “Sumber Cahaya”. Dalam penyusunan ini saya
telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Namun
sebagai manusia biasasaya tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik
dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.

Saya menyadari tanpa arahan dari guru pembimbing serta masukan –


masukan dari berbagai pihak tidak mungkin saya bisa menyelesaikan tugas
ini. Buku ini dibuat sedemikian rupa semata-mata untuk membangkitkan
kembali minat baca siswa/i dan sebagai motivasi dalam berkarya. Untuk itu
saya hanya bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat.

Demikian semoga buku ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya


dan pembaca pada umumnya.

Palembang, 05 Februari 2019

penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................ii
Daftar isi......................................................
1. Sejarah optik..........................................................
2. Serat optik sumber cahaya.....................................
3. Pengenalan serat optik
3.1 Struktur Dasar Sebuah Serat Optik
3.2 Pembagian Serat optik
3.3 Transmisi Cahaya Pada Serat Optik.
3.4 Karakteristik Serat Optik
3.5 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik
4. Sumber cahaya optik...................................................
4.1 LED...................................................................
4.1.1 Macam-macam LED...................
4.1.2 Prinsip kerja LED...............................
4.1.3 Simbol dan bentuk fisik LED.........
4.1.4 Cara menyalakan LED....................
4.1.5 Rumus cara menghitung risistor untuk LED....
4.1.6 Fungsi dan perkembangan LED...............
4.2 LASER............................................................
4.2.1 Prinsip kerja LASER....................
4.2.2 Jenis-jenis LASER.............................
4.2.3 Sifat-sifat berkas cahaya LASER.............
4.2.4 Mode berkas cahaya LASER.............

Daftar pustaka.......................................
1. Sejarah Serat Optik

sekitar 1870-an, Claude Chappe


membangun telegraph optik di Perancis,
dengan jarak 230 km berupa manusia yang
memberi sinyal dari atas serangkaian
menara. 1870, John Tyndall, English
Natural Philosopher,mendemonstrasikan
prinsip pembimbingan cahaya melalui
pantulan internal. 1880, Alexander Graham
Bell membuat sistem komunikasi photophone. 1950-an, Brian O’Brien dan
Narinder S. Kapany berhasil membuat serat yang dapat mentransmisikan
image dan digunakan sebagi fiberscope (alat kedokteran untuk melihat
bagian dalam tubuh manusia).
1957, Gordon Gould, menjelaskan LASER sebagai sebuah sumber cahaya
intens 1960, Charles Townes mendemonstasikan Helium Neon LASER
1966, Charles Kao dan Charles Hockham, membuat teori bahwa serat optik
dengan redaman hingga 20 dB/km dapat dibuat dengan memurnikan bahan
pembuat serat optik. 1970, Robert Maurer membuat serat optik pertama
dengan redaman di bawah 20 dB/km dan 1972, serat optik 4 dB/km dibuat
dan sekarang, redamannya mencapai 0,2 dB/km.

Pada dasarnya terdapat 2 jenis sumber cahaya, yaitu cahaya alami


dan cahaya buatan (artificial lighting). Cahaya alami merupakan cahaya
yang berasal dari matahari, sedangkan cahaya buatan berasal dari lilin, lampu
gas, lampu minyak, dan lain-lain. Kedua sumber cahaya ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan antara lain: sumber cahaya alami memiliki sifat
tidak menentu, tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Sinar ultraviolet
(UV) yang terkandung dalam cahaya alami dapat merusak struktur
permukaan material. Sedangkan cahaya buatan membutuhkan biaya tertentu,
namun peletakan dan kestabilan cahaya dapat diatur.

Sumber cahaya alami yang masuk melalui skylight ataupun jendela


dapat dirancang secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
penambahan aksesoris seperti tirai, kaca film, ataupun bidang yang disususn
pada lubang cahaya sebagai penghalang atau penyaring cahaya akan
memberikan efek tertentu dalam ruang dalam. Sedangkan sumber cahaya
buatan awalnya mengalami kesulitan untuk penempatan posisi dan untuk
mempertahankan kestabilan kuat cahayanya. Namun dengan semakin
berkembangnya zaman, cahaya buatan menjadi mudah untuk diaplikasikan
di berbagai tempat dan kuat cahayanya dapat diatur sesuai keinginan
pengguna.
Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk
memperoleh pencahayaan yang optimal dan dapat memnuhi fungsi supaya
mata dapat melihat dengan jelas dan nyaman yaitu:
 tingkat kuat penerangan (lighting level),

 distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution),

 pembatasan kesilauan (limitation of glare),

 kondisi dan iklim ruangan.

2. Serat Optik Sumber Cahaya

Kehilangan rendah sistem fiber optik menawarkan bandwidth dan


hampir tak terbatas keuntungan yang unik atas semua media transmisi yang
dikembangkan sebelumnya. Pemancar optik dasar mengubah sinyal listrik
menjadi cahaya termodulasi untuk pengiriman melalui serat optik. Perangkat
yang paling umum digunakan sebagai sumber cahaya di pemancar optik
Dioda ringan. Sumber cahaya serat optik membuat penggunaan yang baik
ini, seperti memancarkan cahaya dioda memancarkan relatif besar daerah
dan digunakan untuk jarak moderat. Serat optik sumber cahaya terbukti
ekonomis.

Sebuah sumber cahaya serat optik perangkat dipasang pada sebuah paket
yang memungkinkan serat optik untuk pasangan cahaya sebanyak mungkin
ke dalam serat. Dalam beberapa kasus lensa bulat kecil juga dipasang untuk
mengumpulkan dan memfokuskan cahaya ke setiap kemungkinan serat.
LED's i. e. Dioda cahaya dan dioda cahaya inframerah beroperasi di bagian
spektrum elektromagnetik. Gelombang operasi mereka dipilih sesuai dengan
kebutuhan. Sumber cahaya serat optik dapat diandalkan dan yang paling
umum digunakan oleh panjang gelombang sumber cahaya serat optik saat ini
adalah 850-1.300 nanometer atau dalam beberapa kasus bahkan 1500
nanometer. Baik lampu LED dan LD's (cahaya dioda) tersedia dalam tiga
gelombang.

Ada dua metode melalui cahaya yang dapat digabungkan ke dalam serat
optik sumber cahaya. Satu adalah dengan babi-tailing dan yang lain adalah
menempatkan ujung serat yang sangat dekat dengan LED atau LD. Karena
satu-satunya operator di sistem ini adalah cahaya tidak ada bahaya sengatan
listrikuntuk memperbaiki personalia serat rusak.

Fungsi utama serat optik sumber cahaya adalah untuk mengaktifkan


pulsa cahaya bergerak di serat dan bekerja berdasarkan prinsip pantulan
internal total, yang menyatakan bahwa ketika sudut insiden melebihi nilai
kritis cahaya tidak bisa keluar dari kaca melainkan memantul kembali. Serat
optik sumber cahaya bekerja pada prinsip ini memungkinkan untuk
menyampaikan informasi ke bawah garis serat dalam bentuk pulsa cahaya.
Ada banyak jenis sumber yang tersedia, yang bertindak sebagai sumber
cahaya serat optik. Sebuah sumber cahaya serat optik biasanya muncul
dalam kasus bukti splash kasar dan memiliki operasi saklar tunggal. Sebuah
sumber cahaya serat optik memiliki kombinasi sumber untuk menampilkan
atau baterai rendah. Satu baterai di sebuah sumber cahaya serat optik
pasokan lebih dari 40 jam operasi apabila dikompensasi LED suhu stabil
dengan 850 nm dan / atau 1300 nm sumber cahaya serat optik pasokan.
Mereka memberikan rentang pengukuran 40 dB bila digunakan dengan atau
Micro Fiber OWL OWL. Ada juga laser model yang tersedia dalam kategori
ini. Dalam kasus 1310 nm atau 1550 nm persediaan keluaran yang suhu
kompensasi, satu baterai menyediakan lebih dari 60 jam operasi.
Memberikan rentang pengukuran 50 dB bila digunakan dengan atau Micro
Fiber OWL OWL.
3. Pengenalan Serat Optik
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca murni atau
plastik yang panjang dan berdiameter sebesar rambut manusia. Digunakan
untuk men-transmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Pada
sistem komunikasi serat optik informasi dikirim dalam bentuk sinyal cahaya.

Alasan utama penggunaan serat optik adalah kekebalannya terhadap


gangguan elektromagnetik (sinyal cahaya yang menjalar dalam serat optik
tidak terpengaruh oleh medan elektromagnetik). Cahaya yang ada di dalam
serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar dari pada
indeks bias dari udara.

Sumber cahaya yang digunakan adalah sinar laser karena sinar laser
mempunyai spektrum yang sangat sempit dan sangat tajam/monokromatis.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus
digunakan sebagai saluran komunikasi. Serat optik umumnya digunakan
dalam sistem telekomunikasi serta dalam pencahayaan, sensor, dan optik
pencitraan. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan
penyusun gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang
diserap oleh serat optik.

3.1 Struktur Dasar Sebuah Serat Optik

Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian :
core (inti) , cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer (pelindung).

 Inti (core) adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik
(bahan silika (SiO2), biasanya diberi doping dengan germanium
oksida (GeO2) atau fosfor penta oksida (P2O5) untuk menaikan
indeks biasnya) yang tidak menghantarkan listrik, inti ini memiliki
jari-jari, besarnya sekitar 8 –200 μm dan indeks bias n1, besarnya
sekitar 1,5.
 Kulit (cladding) yaitu material yang melapisi inti, yang terbuat dari
bahan dielektrik (silika tanpa atau sedikit doping), kulit memiliki jari-
jari sekitar 125 – 400 μm indeks bias-nya n2, besarnya sedikit lebih
rendah dari n1.
 Jaket (buffer), bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan
cladding yang terbuat dari bahan plastik yang elastis. Walaupun pada
dasarnya cahaya merambat sepanjang inti serat, namun kulit memiliki
beberapa fungsi :
a) Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.
b) Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan
permukaan.
c) Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar.
d) Menambah kekuatan mekanis.

3.2 Pembagian Serat optik

Pembagian Fiber optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan:

a) Berdasarkan Mode yang dirambatkan :

 Single mode : Mempunyai inti yang kecil (berdiameter


0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar
laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer)
diameter mendekati panjang gelombang sehingga cahaya
yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding
cladding.

Gambar fiber optik single mode


 Multi mode : Mempunyai inti yang lebih besar (berdiameter
0.0025 inch atau 62.5 micron) dan berfungsi mengirimkan
sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300
nanometer) serat optik dengan diameter core yang agak besar
yang membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di
dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya
bandwidth dari serat optik jenis ini.

Fiber Optik Multi Mode

b) Berdasarkan indeks bias core:

 Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki


indeks bias yang homogen.

 Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah


cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core
memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded
indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih
besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat
diminimalkan. Pada serat optik tipe ini, indeks bias berubah
secara perlahan-lahan (graded index multimode). Indeks bias
inti berubah mengecil perlahan mulai dari pusat core sampai
batas antara core dengan cladding. Makin mengecilnya indeks
bias ini menyebabkan kecepatan rambat cahaya akan semakin
tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode
cahaya yang merambat akan berkurang dan pada akhirnya
semua mode cahaya akan tiba pada waktu yg bersamaan di
penerima (ujung serat optik)
3.3 Transmisi Cahaya Pada Serat Optik.

Serat optik mengirmkan data dengan media cahaya yang


merambat melalui serat kaca. Lintasan cahaya yang merambat di
dalam serat :

• Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami


gangguan.
• Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih
besar dari sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat melalui
pantulan-pantulan.
• Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang
serat karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

Gambar : Lintasan cahaya dalam serat optik.

Pemanduan cahaya dalam serat optik menggunakan pantulan internal


total yang terjadi pada bidang batas antara 2 media dengan indek bias yang
berbeda yaitu n1 dan n2. Bila indek bias n1 dari medium pertama lebih kecil
dari indek bias medium kedua, maka sinar akan dibiaskan pada media
berindeks bias besar dengan sudut i2 terhadap garis normal, hubungan antara
sudut datang i1 dan sudut bias i2 terhadap indeks bias dielektrik dinyatakan
oleh hukum Snell:

sin 𝐼₁ 𝑛₂
=
sin 𝐼₂ 𝑛₁
Gambar: Sinar cahaya datang pada antar muka indek bias

Dari gambar terlihat bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis normal.Jika


sudut datang terus diperbesar sehingga sudut bias sejajar dengan bidang
batas (sudut bias 90˚) maka apabila sudut datang terus diperbesar setelah
sudut bias 90˚, maka tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan tetapi dipantulkan
sempurna. Sudut datang pada saat sudut biasnya 90˚ disebut sudut kritis dan
pada saat ini pemantulan yang terjadi adalah pemantulan total (sempurna).
Dari persamaan nilai sudut kritis diberikan oleh
𝑛₂
I1 lim = arc sin 𝑛₁ Type equation here.

3.4 Karakteristik Serat Optik

a. Numerical Aperture (NA)

Numerical Aperture merupakan parameter yang merepresentasikan


sudut penerimaan maksimum dimana berkas cahaya masih bisa diterima dan
merambat didalam inti serat. Sudut penerimaan ini dapat beraneka macam
tergantung kepada karakteristik indeks bias inti dan selubung serat optik.
Gambar : Proses masuknya cahaya kedalam serat optik.

Jika sudut datang berkas cahaya lebih besar dari NA atau sudut kritis
maka berkas tidak akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan
menembus cladding dan akan keluar dari serat (loss). Semakin besar NA
maka semakin banyak jumlah cahaya yang diterima oleh serat. Akan tetapi
sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan rugi
penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA
besar hanya baik untuk aplikasi jarak-pendek dengan kecepatan rendah.
Besarnya Numerical Aperture (NA) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :

Dimana : n₁: Indeks bias inti


n₂ : Indeks bias cladding
Δ = Beda indeks bias relatif

b. Redaman

Redaman atau atenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal


informasi dari fiber optik yang dinyatakan dalam dB. Redaman/atenuasi serat
optik merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan mengingat
kaitannya dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan
penerima optik yang harus digunakan. Besarnya atenuasi atau rugi-rugi daya
dinyatakan oleh persamaan berikut :
Redaman serat biasanya disebabkan oleh karena absorpsi, hamburan
(scattering) dan mikro-bending. Semakin besar atenuasi berarti semakin
sedikit cahaya yang dapat mencapai detektor dan dengan demikian semakin
pendek kemungkinan jarak span antar pengulang.

• Absorpsi.
Absorpsi merupakan sifat alami suatu gelas. Pada daerah-daerah
tertentu gelas dapat mengabsorpsi sebagian besar cahaya seperti pada
daerah ultraviolet. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan elektron
yang kuat. Demikian pula untuk daerah inframerah, terjadi absorpsi
yang besar. Ini disebabkan adanya getaran ikatan kimia. Oleh karena
itu sebaiknya penggunaan fiber optik harus menjauhi daerah
ultraviolet dan inframerah. Penyebab absorpsi lain adanya transmisi
ion-ion logam dan ion OH. Ion OH ini ternyata memberikan
sumbangan absorpsi yang cukup besar. Semakin lama usia suatu fiber
maka bisa diduga akan semakin banyak ion OH di dalamnya yang
menyebabkan kualitas fiber menurun.

• Hamburan
Seberkas cahaya yang melalui suatu gelas dengan variasi indeks bias
di sepanjang gelas tadi, sebagian energinya akan hilang dihamburkan
oleh benda benda kecil yang ada di dalam gelas. Hamburan yang
disebabkan oleh tumbukan cahaya dengan partikel tersebut
dinamakan hamburan Rayleigh. Besarnya hamburan Rayleigh ini
berbanding terbalik dengan pangkat empat dari pangjang gelombang
cahaya yaitu : 1/ λ . Sehingga dapat disimpulkan untuk lamda kecil,
hamburan Rayleigh besar dan sebaliknya.
• Mikro-bending
Atenuasi lainya adalah atenuasi yang disebabkan mikro-bending yaitu
pembengkokan fiber optik untuk memenuhi persyaratan ruangan.
Namun pembengkokan dapat pula terjadi secara tidak sengaja seperti
misalnya fiber optik yang mendapat tekanan cukup keras sehingga
cahaya yang merambat di dalamnya akan berbelok dari arah transmisi
dan hilang. Hal ini tentu saja menyebabkan atenuasi.

c. Dispersi

Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi ketika sinyal merambat


sepanjang serat optik. Dispersi akan membatasi lebar pita (bandwidth) dari
serat. Dispersi yang terjadi pada serat secara garis besar ada dua yaitu
dispersi intermodal dan dispersi intramodal dikenal dengan nama lain
dispersi kromatik disebabkan oleh dispersi material dan dispersi wavegiude.

3.5 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik

• Keuntungan Serat Optik


 Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang
lebar).Frekuensi pembawa optik bekerja pada daerah
frekuensi yang tinggi yaitu sekitar 1013 Hz sampai dengan
1016 Hz, sehingga informasi yang dibawa akan menjadi
banyak.
 Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang
terbuat dari tembaga
 Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet. Fiber
optik terbuat dari kaca atau plastik yang merupakan isolator,
berarti bebas dari interferensi medan magnet, frekuensi radio
dan gangguan listrik.
 Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi.
 Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi
tinggi, sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital pada
sistem multipleks digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s
hingga Gbit/s.Ukuran dan berat fiber optik kecil dan
ringan.Diameter inti fiber optik berukuruan micro sehingga
pemakaian ruangan lebih ekonomis.
 Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus
listrik (terhindar dari terjadinya hubungan pendek)
 Sistem dapat diandalkan (20 – 30 tahun) dan mudah
pemeliharaannya.
• Kerugian Serat Optik
 Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya
diperlukan lapisan penguat sebagai proteksi.
 Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari
luar yang berlebihan.
 Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat
memberikan catuan pada pemasangan repeater.

4 Sumber Cahaya Optik


Sumber cahaya optik adalah bagian yang berfungsi untuk mengubah
energi listrik menjadi energi cahaya. Sumber cahaya optik juga disebut
sebagai pemancar optik. Sumber-sumber cahaya untuk optik bekerja sebagai
pemancar- pemancar cahaya dan karena itu harus memenuhi beberapa
persyaratan yang diperlukan untuk tujuan ini. Cahaya haruslah sedekat
mungkin bersifat monochromatis (berfrekuensi tunggal).Kebanyakan sumber
cahaya adalah tidak berfrekuensi tunggal, melainkan memancarkan cahaya
pada beberapa frekuensi pada sebuah jalur atau bagian dari spektrum, yang
mungkin cukup lebar. Beberapa sumber seperti lampu ionisasi gas, dioda-
dioda yang memancarkan cahaya (light emitting diode = LED) dan laser,
memancarkan cahaya dalam bagian spektrum yang jauh lebih sempit. Tetapi
bahkan sumber-sumber ini pun tidak bersifat monochromatis sepenuhnya,
karena masih juga memancar pada beberapa frekuensi pada jalur yang
sempit.

Pemancar-pemancar tersebut harus mempunyai suatu keluaran


cahaya yang berintensitas tinggi, sehingga dapat dipancarkan energi yang
cukup untuk mengatasi rugi-rugi yang dijumpai dalam transmisi di sepanjang
fiber. Sumber-sumber cahaya juga harus mampu untuk dimodulasi dengan
mudah. Serta memancar-pemancar cahaya tersebut haruslah kecil, ringkas
(compact), dan dapat dengan mudah digandengkan ke serat. Komponen yang
banyak di pakai sebagai sumber cahaya.
Ada dua jenis sumber optik yang sering digunakan, yakni LED (Light
Emitting Diode) dan LASER (Light Amplification by Stimulated Emission
of Radiation).

4.1 LED (Light Emitting Diode)

Teknologi LED sekarang cukup berkembang disetiap bidang dan


berbagai jenis LED banyak diaplikasi diberbagai bidang. Dengan
berkembangnya jenis-jenis LED sehingga banyak bidang baru menggunakan
LED. Beberapa tahun ini, perkembangan LED cukup berkembang sehingga
banyak pabrik memproduksi LED. Mengingat banyaknya defisit energi
listrik diberbagai tempat sehingga isu untuk efisiensikan energi atau hemat
energi banyak dilakukan salah satunya menggunakan LED.
LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu
komponen elektronik yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini.
LED saat ini sudah banyak dipakai, seperti untuk penggunaan lampu
permainan anak-anak, untuk rambu-rambu lalu lintas, lampu indikator
peralatan elektronik hingga ke industri, untuk lampu emergency, untuk
televisi, komputer, pengeras suara (speaker), hard disk eksternal, proyektor,
LCD, dan berbagai perangkat elektronik lainnya sebagai indikator bahwa
sistem sedang berada dalam proses kerja, dan biasanya berwarna merah atau
kuning. LED ini banyak digunakan karena komsumsi daya yang dibutuhkan
tidak terlalu besar dan beragam warna yang ada dapat memperjelas bentuk
atau huruf yang akan ditampilkan. dan banyak lagi

Pada dasarnya LED itu merupakan komponen elektronika yang


terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mampu memencarkan
cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga
sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang
menerjang sambungan P-N. Untuk mendapatkna emisi cahaya pada
semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus.
Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.
Keunggulannya antara lain konsumsi listrik rendah, tersedia dalam
berbagai warna, murah dan umur panjang. Keunggulannya ini membuat LED
digunakan secara luas sebagai lampu indikator pada peralatan elektronik.
Namun LED punya kelemahan, yaitu intensitas cahaya (Lumen) yang
dihasilkannya termasuk kecil. Kelemahan ini membatasi LED untuk
digunakan sebagai lampu penerangan. Namun beberapa tahun belakangan
LED mulai dilirik untuk keperluan penerangan, terutama untuk rumah-rumah
di kawasan terpencil yang menggunakan listrik dari energi terbarukan (surya,
angin, hidropower, dll). Alasannya sederhana, konsumsi listrik LED yang
kecil sesuai dengan kemampuan sistem pembangkit energi terbarukan yang
juga kecil.
Gambar 2 Penggunaan LED untuk pencahayaan :

Riset-riset mutakhir menunjukkan hasil menggembirakan. Kini LED


mampu menghasilkan cahaya besar dengan konsumsi energi listrik (tetap)
kecil. Berita terakhir adalah ditemukannya OLED (Organic LED) oleh para
ilmuwan di University of Michigan dan Princeton University. Temuan ini
sukses menghasilkan cahaya dengan intensitas 70 Lumen setiap 1 watt listrik
yang digunakan. Sebagai perbandingan, lampu pijar memancarkan 15 lumen
per watt, dan lampu fluoroscent (misalnya lampu jantung) memancarkan 90
lumen per watt. Keunggulan LED dibanding lampu fluoroscent adalah ramah
lingkungan, cahaya tajam, umur panjang, dan murah.

Sebelum OLED ditemukan, persoalan yang dihadapi para ahli LED


adalah rendahnya efisiensi LED. Bukan karena cahaya yang dihasilkan
sedikit, tapi karena sekitar 80% cahaya terperangkan di dalam LED. Sebagai
solusi, disain OLED menggunakan kombinasi kisi dan cermin berukuran
mikro, bekerja bersama-sama memandu cahaya yang terperangkap di dalam
LED keluar. Stephen Forrest, profesor teknik elektro dan fisika di University
of Michigan, penemu OLED mengatakan bahwa kini kita bisa bersiap untuk
mengganti pencahayaan di dalam bangunan dan rumah yang saat ini
menggunakan lampu pijar ataupun fluoroscent dengan OLED.
4.1.1 Macam-macam LED
1. LED DIP (Dual Inline Package)

LED DIP adalah jenis LED yang masih banyak digunakan sampai sekarang
dan merupakan jenis paling jadul. Untuk ukuran ada yang 3MM, 5MM,
8MM, dan 10MM. LED DIP sendiri masih dibagi menjadi 2 varian, yaitu
Super Bright (kaca transparan) dan Diffused (kaca berwarna, merah, hijau,
kuning, dll).
2. LED SMD (Surface Mount Device) / SMT (surface mounted technology)

Jenis ini adalah yang paling baru. Ukuran LED SMD ini jauh lebih kecil dan
lebih tipis sehingga bisa menghemat ruang ketika disolder ke papan PCB
(Printed circuit board). Jika dibanding dengan DIP, LED SMD jauh lebih
terang. Tapi kelemahannya mudah panas. Untuk ukuran ada banyak sekali,
kamu bisa melihatnya . Tapi paling umum digunakan adalah ukuran SMD
2835 (2.8mm x 3.5mm), SMD 5050 (5.0mm x 5.0mm), SMD 5730 (5.7mm
x 3.0mm).

3. Miniature LED

Miniature LED terbagi atas tiga kategori, yakni low current, standard dan
ultra high output. Jenis lampu LED ini digunakan sebagai indikator pada
handphone atau kalkulator. Miniature LED bisa langsung digunakan tanpa
tambahan casing atau packaging. Biasanya lampu LED yang tidak dipak
hanya berupa chip semikonduktor sederhana yang dihubungkan dengan
kabel kabel konduktif.
4. High Power LED (HPL)

Jenis High Power LED memproduksi intensitas cahaya lampu yang lebih
kuat, atau bisa dibilang yang paling kuat diantara semua jenis lampu LED
yang ada.Sayangnya lampu ini juga dapat menghantarkan panas lebih cepat
jika dibandingkan dengan LED jenis lain. Dalam penggunaan lampu High
Power LED perlu mempehatikan lokasi pemasangan, dimana area
pemasangan tersebut harus berasal dari bahan penyerap panas, sehingga
lampu LED bisa menjadi dingin selama proses konveksi. Dalam pemakaian
High Power LED dihimbau agar lampu ini tidak mengalaim overheating
yang akan mengakibatkan terbakarnya komponen lampu.

5. Superflux LED

Tidak seperti lampu LED jenis lain yang mengkonsumsi energi listrik
rendah, Super Flux diklaim memakai energi listrik cukup besar. Hal ini
dikarenaka lampu tersebut terdiri dari dua kutub negatif dan dua kutub
positif, dan juga membuat Super Flux LED tertancap kokoh pada PCB.

6. Flashing LED

Lampu Flashing LED merupakan lampu LED yang bisa berkedip dalam
interval tertentu dan biasanya juga digunakan sebagai lampu indikator. Agar
lampu LED bisa berkedip sepersekian detik, maka digunakanlah vibrator
yang disambungkan pada sirkuit yang menginterupsi aliran cahaya lampu
dalam interval yang sudah ditentukan.

7. Bi Color LED

Kombinasi dua jenis sumber cahaya yang dipusatkan menjadi satu, sehingga
masing-masing lampu mempunyai warna berbeda yang akan menyala secara
bergantian
8. Lampu SMD (Surface Mount Device) LED

Lampu SMD (Surface Mount Device) LED merupakan jenis lampu LED
yang memiliki ukuran kecil dengan chip yang kecil juga dan sangat ringan.
Cahaya yang dihasilkan SMD LED termasuk lampu LED yang memiliki
tingkat kecerahan tinggi. Lampu SMD LED ini juga sering digunakan untuk
penggunaan lampu emergency.

9. Lampu COB (Chip On Board) LED

Chip On Board LED atau yang dikenal dengan COB LED merupakan sebuah
hamparan ratusan bahkan ribuan chip LED yang tersusun pada satu papan.
COB LED bisa dibilang merupakan jenis lampu LED yang disempurnakan
dari SMD LED, karena kelemahan yang ada pada SMD LED sudah tidak ada
di COB LED. Jenis lampu ini memiliki sumber cahaya yang dibuat merata
dan menungkinkan dapat diperluas.

10. LED Straw Hat

Bentuk LED Straw Hat hampir mirip dengan lampu sorot namun lebih
pendek mirip seperti topi sehingga sinarnya menyebar lebih lebar antara 120
sampai 160 derajat, banyak digunakan pada lampu penerangan utama, lampu
senter dan lampu led emergency.

4.1.2 Prinsip kerja LED

LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari


Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang
memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED
hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias
forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

4.1.3 Simbol dan Bentuk Fisik LED

LED digambarkan dengan simbol mirip dioda namun dengan


tambahan tanda panah keluar sebagi simbol memancarkan cahaya. Seperti
dioda biasa, LED juga memiliki kaki anoda dan katoda. Ini artinya
pemasangan LEd tidak boleh terbalik. Kaki anoda harus mendapat tegangan
positif (+) dan kaki katoda harus mendapat tegangan negatifnya (-).

Ada bermacam-macam bentuk fisik LED namun yang sering sekali


dijumpai adalah bulat panjang dan kotak. Dulu LED kebanyakan hanya
dipakai sebagai indikator, kecuali LED infra red saja yang dipakai untuk
keperluar sensor seperti pada sistem infra red remote control. Kini LED
memiliki bentuk yang bermacam-macam dengan keunikan sendiri-sendiri.

Ada LED yang bisa memancarkan dua cahaya dalam satu bodi, ada
LED SMD yang sangat tipis sehingga bisa ditata secara teratur seperti pada
backlight LCD. Ada juga LED yang dilengkapi dengan rangkaian flip-flop
didalamnya sehingga tampak lebih hidup dengan cahaya warna-warni.

4.1.4 Cara Menyalakan LED

Untuk bisa menyala, LED harus diberi tegangan maju (forward) pada nilai
minimal tertentu dengan batasan arus maksimal sesuai yang tertera pada
datasheet LED. Oleh karena itu, untuk menyalakan LED kita harus
memasang sebuah resistor sebagai pembatas arus yang masuk ke LED.
Contoh rangkaian sederhana untuk menyalakan LED :

4.1.5 Rumus Cara Menghitung Resistor Untuk LED

Pada rangkaian diatas kita menggunakan sebuah sumber tegangan


DC (Battery) untuk menyalakan LED. Sebagai pembatas arus dipasag sebuah
resistor R1 secara seri terharap LED. Besarnya nilai resistor dapat dihitung
menggunakan rumus dasar hukum Ohm, dimana besarnya nilai resistor sama
dengan tegangan dibagi arus. Karena resistor dipasang seri terharap LED
maka besarnya tegangan pada resistor sama dengan tegangan battery
dikurangi tegangan forward LED.

Berikut ini rumus cara menghitung resistor untuk LED :

Misalnya kita menggunakan sebuah LED dengan batas arus maksimal


sebesar 20mA dengan tegangan supply sebesar 5V dan tegangan maju
sebesar 2V, maka nilai resistor yang kita pasang adalah sebesar 5V dikurangi
2V lalu dibagi dengan 20mA. Hasilnya sebesar 150 Ohm.

4.1.6 Fungsi dan Perkembangan LED

Telah dijelaskan diatas bahwa pada awalnya dulu penggunaa LED


hanya identik dengan indikator saja. Kita masih ingat dengan LED sebagai
indikator power supply dan LED sebagai indikator saklar ON/OFF. Dulu
LED juga dipakai sebagai indikator level sinyal audio seperti pada rangkaian
VU display

Contoh lampu LED untuk penerangan

Kini penggunaan LED sudah sangat luas terutama sejak LED warna
biru ditemukan dan bisa diproduksi secara masal. Mengapa demikian, tentu
kita masih ingat sampai tahun 90an warna LED hanya seputar merah, hijau
dan kuning saja. memang ada led infra red, namun itu bukan digunakan
sebagai penerangan namun hanya sebagai pemancar sinyal transmisi pada
remote control infra red. Sejak ditemukan LED warna biru, maka membuat
LED dengan warna putih sangat dimungkinkan. Hal ini karena warna putih
bisa dibuat dengan pencampuran warna additif dengan warna tiga primer
merah, hijau dan biru atau yang dikenal dengan istilah RGB. Dengan
ditemukannya LED biru maka satu unsur warna untuk membuat LED putih
sudah ditemukan dan LED putih inilah yang sekarang ini menjadi unsur
penting dalam dunia penerangan
Berikut ini beberapa fungsi LED yang sering kita jumpai:

 Lampu indikator pada peralatan elektronika


 Lampu penerangan
 Lampu backlight LCD
 Layar display televisi dan handphone (smartphone), yaitu layar
AMOLED
 LED infra red untuk penerangan untuk kamera CCTV
 LED infra red untuk pemancar cahaya remote control
 Lampu dekorasi, khususnya LED yang dimodel pita.

4.1.7 DIODA SEMI KONDUKTOR

Diode adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 1


buah junction, sering disebut sebagai komponen 2 lapis (lapis N dan P) dan
secara fisik digambarkan :

a. DIODA IDEAL Karakteristik arus – tegangan

Gambar Dioda ideal: (a) simbol rangkaian dioda; (b) karakteristik i – v; (c)
rangkaian ekivalen arah ‘reverse’; (d) rangkaian ekivalen arah ‘forward’

Gambar (a) adalah simbol dari dioda; gambar 1(b) adalah karakteristik arus –
tegangan. Terminal positif dari dioda disebut anoda dan terminal negatif
disebut katoda. Jika tegangan negatif dipasangkan pada dioda, tidak ada arus
yang mengalir; dioda seperti hubung terbuka (gambar 1(c)). Keadaan ini
disebut ‘reverse biased’. Jika tegangan positif dipasangkan pada dioda, tidak
ada penurunan tegangan pada dioda; dioda seperti hubung singkat (gambar
1(d)). Keadaan ini disebut ‘forward biased’. Untuk membatasi arus pada
dioda, diperlukan rangkaian luar seperti pada gambar 2.

Gambar Dua mode operasi dioda ideal dan penggunaan rangkaian


luar untuk membatasi arus (a) dan tegangan reverse (b)

 Bias dioda adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal diode.

Ada 2 macam Bias Dioda :

1. Bias positif atau bias maju (forward bias).

Apabila A diberi tegangan positif dan K diberi tegangan negative maka


bias tersebut dikatakan bias maju (forward bias).

2. Bias negative atau bias mundur (reverse bias).

A diberi tegangan negative dan K diberi tegangan positif, arus yang


mengalir (IR) jauh lebih kecil dari pada kondisi bias maju.
Bias positif atau bias maju

 Pada kondisi bias ini akan terjadi aliran arus dengan ketentuan beda
tegangan yang diberikan ke dioda atau VA-VK > 0 dan selalu positif.

Bias negative atau bias mundur

 VA-VK ˂ 0

Material Semikonduktor

 Bahan semikonduktor mempunyai tingkat konduktivitas diantara


insulator dan konduktor.

 Jika nilai kondiktifitas suatu bahan makin tinggi, nilai resistansinya


akan makin mengecil. Bahan semikonduktor yang paling sering
digunakan dalam elektronika adalah bahan Silikon (Si) dan
Germanium (Ge)
4.4LASER

Kata LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated


Emission of Radiation, yang artinya perbesaran intensitas cahaya oleh
pancaran terangsang. Kata kuncinya adalah “perbesaran” dan “pancaran
terangsang” yang akan menjadi jelas kemudian. Dewasa ini, 30 tahun
setelah ditemukan, kata laser telah menjadi perbendaharaan kata sehari-hari.
Peralatan yang menggunakan komponen laser dapat ditemukan dimana-
mana, seperti pembaca kode harga di kasir pasar swalayan, laser-printer,
compact - disk player, pemandu pesawat jet dan pertunjukan laser dalam
festival musik.

Laser merupakan sumber cahaya koheren yang monokromatik dan amat


lurus. Cara kerjanya mencakup optika dan elektronika. Para ilmuwan biasa
menggolongkannya dalam bidang elektronika kuantum. Sebetulnya laser
merupakan perkembangan dari MASER, huruf M disini singkatan dari
Microwave, artinya gelombang mikro. Cara kerja maser dan laser adalah
sama, hanya saja mereka bekerja pada panjang gelombang yang berbeda.
Laser bekerja pada spektrum infra merah sampai ultra ungu, sedangkan
maser memancarkan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang jauh lebih panjang, sekitar 5 cm, lebih pendek sedikit
dibandingkan dengan sinyal TV - UHF. Laser yang memancarkan sinar
tampak disebut laser – optik.

4.2.1 Prinsip kerja laser


Terjadinya laser sudah diramalkan jauh hari sebelum
dikembangkannya mekanika kuantum. Pada tahun 1917, Albert Einstein
mempostulatkan pancaran imbas pada peristiwa radiasi agar dapat
menjelaskan kesetimbangan termal suatu gas yangsedang menyerap dan
memancarkan radiasi. Menurut dia ada 3 proses yang terlibat dalam
kesetimbangan itu, yaitu : serapan, pancarn spontan (disebut fluorensi) dan
pancaran terangsang ( atau lasing dalam bahasa Inggrisnya, artinya
memancarkan laser). Proses yang terakhir biasanya diabaikan terhadap yang
lain karena pada keadaan normal serapan dan pancaran spontan sangat
dominan.
Sebuah atom pada keadaan dasar dapat dieksitasi ke keadaan tingkat
energi yang lebih tinggi dengan cara menumbukinya dengan elektron atau
foton. Setelah beberapa saat berada di tingkat tereksitasi ia secara acak akan
segera kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, tidak harus ke keadaan
dasar semula. Proses acak ini dikenalsebagai fluoresensi terjadi dalam
selang waktu rerata yang disebut umur rerata, lamanya tergantung pada
keadaan dan jenis atom tersebut.

Kebalikan dari umur ini dapat dipakai sebagai ukuran kebolehjadian


atom tersebut terdeeksitasi sambil memancarkan foton yang energinya sama
dengan selisih tingkat energi asal dan tujuan. Foton ini dapat saja diserap
kembali oleh atom yang lain sehingga mengalami eksitasi tetapi dapat pula
lolos keluar sistem sebagai cahaya. Sebetulnya atom-atom yang tereksitasi
tidak perlu menunggu terlalu lama untuk memancar secara spontan, asalkan
terdapat foton yang merangsangnya. Syaratnya foton itu harus memiliki
energi yang sama dengan selisih tingkat energi asal dan tujuan.

Tinjauan dua tingkat energi dalam sebuah atom E1 dan E2, dengan E1 <
E2. cacah atom yang berada di masing-masing tingkat energi adalah N1 dan
N2. Untuk menggambarkan distribusi energi pada atom-atom itu dalam
kesetimbangan termal berlakulah statistik Maxwell - Boltzmann :

N1 / N2 = exp ( E2 - E1 ) / kT (1)

Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan stimbang N1


selalu lebih besar daripada N2, tingkat energi rendah selalu lebih padat
populasinya dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi. Dalam keadaan
tak setmbang terjadilah perpindahan populasi melalui ketiga proses serapan
dan pancaran tersebut di atas.
Gambar 1 : Serapan, pancaran spontan dan pancaran terangsang

Atom-atom di E2 dapat saja melompat ke E1 secara spontan dengan


kebolehjadian transisinya A21 per satuan waktu. Apabila terdapat radiasi
dengan frekuensi n dan rapat energi e ( n ), terjadilah transisi akibat
serapan dari E1 ke E2, dengan kebolehjadian sebut saja B1 2.e ( n ) karena
terlihat jelas kebolehjadian ini sebanding pula dengan rapat energi
fotonnya. Pancaran spontan ini dapat pula merangsang transisi dari E2 ke
E1 akibat interaksinya dengan atom-atom yang berada dalam keadaan
tereksitasi E2, kebolehjadiannya B21. e ( n ). Sudah tentu semua transisi
yang terjadi di sini berbanding lurus dengan populasi atom di tingkat
energi asalnya masing-masing.

Perubahan N2 secara lengkap :

dN2/dt = B12.e (n ). N1 - [A21 + B21.e (n ) ]. N2 (2)

Perubahan populasi ini disebabkan oleh pertambahan akibat serapan dan


pengurangan akibat pancaran. Setelah tercapai kesetimbangan antara
atom-atom itu dengan radiasinya, pengaruh serapan dan pancaran akan
saling meniadakan dN2/dt = 0.

B12.e (n ) . N1 = [A21 + B21.e (n )] . N2 (3)

Setelah digabungkan dengan persamaan (1), substitusi E2 - E1 = h. n


(energi foton yang dilepaskan pada saat deeksitasi) dan manipulasi
aljabar biasa didapatlah persamaan :
/B
A 21 12

e (n) =

exp (h.n / kT) - B21 / B12


Jika persamaan (4) ini dibandingkan dengan distribusi statistik Bose
Einstein, tampak bahwa foton adalah boson, dan persamaan radiasi Planck
dengan harga-harga :

A21/B
12 = 8 p h. n3 / c3 (5)

Dan

B21/B1
2 = 1 (6)

Persamaan (6) menunjukkan bahwa kebolehjadian atom-atom tersebut


melakukan transisi serapan adalah sama dengan kebolehjadiannya
melakukan transisi akibat pancaran terangsang. Tetapi pada keadaan
normal pengaruh serapanlah yang lebih terasa karena populasi atom lebih
besar di tingkat energi yang lebih rendah.

Dari penjelasan di atas tampaknya ketiga proses : serapan, pancaran


spontan dan terangsang, terjadi melalui suatu persaingan. Laser yang
dihasilkan oleh pancaran terangsang dengan demikian hanya bisa terjadi
jika pancaran terangsang dapat dibuat mengungguli dua proses yang lain.
Nisbah laju pancaran terangsang terhadap serapan dapat dihitung sebagai
berikut.

Laju pancaran terangsang B21.e (n) . N 2

= = N 2 / N1 (7)

Laju serapan B12 .e (n) . N1

Dari persamaan ini tebukti tidaklah mungkin pancaran terangsang


dapat mengungguli serapan pada kesetimbangan termal, karena N1 yang
selalu lebih besar daripada N2. Laser bisa dibuat hanya jika N2 > N1 yang
tentu saja tidak alamiah, keadaan terbalik seperti ini disebut inversi
populasi. Inversi populasi ini harus dipertahankan selama laser bekerja,
dan cara-caranya akan dijelaskan di bagian berikut

Cara-cara untuk mencapai keadaan inversi populasi ini antara lain


adalah pemompaan optis dan pemompaan elektris. Pemompaan optis
adalah penembakan foton sedangkan pemompaan elektris adalah
penembakan elektron melalui lucutan listrik. Untuk menuju keadaan
inversi populasi pemompaan ini harus melakukan pemindahan atom ke
tingkat eksitasi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan laju
pancaran spontannya. Hal ini dapat dilakukan jika dipergunakan medium
laser yang atom-atomnya memiliki tingkat energi yang metastabil.
Sebuah tastabil memerlukan waktu yang relatif lebih lama sebelum
terdeeksitasi dibandingkan dengan umurnya di tingkat eksitasinya yang
lain.

Dengan demikian pada saat pemompaan terus berlangsung, terjadilah


kemacetan lalu lintas di tingkat metastabil ini, populasinya akan lebih
padat dibandingkan dengan populasi tingkat energi di bawahnya.

Populasi tingkat energi dasar kini sudah terlampaui populasi tingkat


metastabil. Bila suatu saat secara spontan dipancarkan satu foton saja
yang berenergi sama dengan selisih energi antara tingkat metastabil
dengan tingkat dasar, ia akan memicu dan mengajak atom-atom lain di
tingkat metastabil untuk kembali ke tingkat dasar.

4.2.2 Jenis-jenis laser


Terdapat tiga jenis dasar laser yang paling umum digunakan. Jenis-
jenis lainnya masih dalam taraf perkembangan. Ketiga jenis dasar itu
adalah :

(1) Laser yang dipompa secara optis

Pada laser jenis inversi populasi diperoleh dengan cara pemompaan


optis. Laser ruby yang diciptakan pada bulan Juli 1960 oleh Theodore
H.Maiman di Hughes Research Laboratories adalah dari jenis ini. Laser
ruby baik sekali diambil sebagai contoh untuk membicarakan cara kerja
laser yang menggunakan pemompaan optis.
Ruby adalah batu permata buatan, terbuat dari Al2O3 dengan berbagai
macam ketakmurnian. Ruby yang digunakan pada laser yang pertama
berwarna merah jambu, memiliki kandungan 0,05 persen ion krom
bervalensi tiga ( Cr + 3 ) dalam bentuk Cr2O3. Atom aluminium dan
oksigen bersifat inert, sedangkan ion kromnya yang aktif. Kristal ruby
berbentuk silinder, kira-kira berdiameter 6 mm dan panjangnya 4 sampai
5 cm. Gambar 3 memperlihatkan diagram tingkat energi yang dimiliki
ion Cr dalam kristal ruby.

Gambar 3 : Diagram tingkat energi kristal ruby

Laser ini dihasilkan melalui transisi atom dari tingkat metastabil ke


tingkat energi dasar, radiasinya memiliki panjang gelombang 6920 A° dan
6943 A°. Yang paling terang dan jelas adalah yang 6943 A°, berwarna
merah tua.

Pemompaan optisnya dilakukan dengan menempatkan batang ruby di


dalam tabung cahaya ini banyak dipakai sebagai perlengkapan kamera untuk
menghasilkan kilatan cahaya. Foton-foton yang dihasilkan tabung ini akan
bertumbukan dengan ion-ion Cr dalam ruby, mengakibatkan eksitasi besar-
besaran ke pita tingkat energi tinggi. Dengan cepat ion-ion itu meluruh ke
tingkat metastabil, di tingkat ini mereka berumur kira-kira 0,005 detik, suatu
selang waktu yang relatif cukup panjang sebelum mereka kembali ke tingkat
energi dasar. Tentu saja pemompaan terjadi dengan laju yang lebih cepat
dibanding selang waktu tersebut sehingga terjadi inversi populasi. Setelah
terjadi satu saja pancaran spontan ion Cr, maka beramai-ramailah ion-ion
yang lain melakukan hal yang sama, dan mereka semua memancarkan foton
dengan energi dan fase yang sama, yaitu laser.
Gambar 4 : Skema sebuah laser ruby

Jika pada laser ini dibuatkan rongga resonansi optis maka cacah foton
yang dipancarkan dapat dibuat banyak sekali. Rongga resonansinya adalah
batang ruby itu sendiri. Batang tersebut harus dipotong dan digosok rata di
kedua ujungnya. Kedua ujung juga harus betul-betul sejajar, yang satu
dilapisi tebal dengan perak dan satunya lagi tipis-tipis saja. Akibatnya rapat
energi foton makin lama makin besar dengan terjadinya pemantulan
berulang-ulang yang dilakukan kedua ujung batang ruby, sampai suatu saat
ujung yang berlapis tipis tidak mampu lagi memantulkan foton yang datang,
sehingga tumpahlah foton-foton dari ujung tersebut sebagai sinar yang kuat,
monokromatik dan koheren yang tidak lain adalah laser.

Pada saat pancaran terangsang berlangsung, tentu saja tingkat


metastabil akan cepat sekali berkurang populasinya. Akibatnya keluaran
laser terdiri dari pulsa-pulsa berintensitas tinggi yang selangnya masing-
masing sekitar beberapa nanodetik sampai milidetik. Setelah letupan
laser terjadi, proses inversi populasi dan perbesaran rapat energi foton
dimulai dari awal lagi, demikianlah seterusnya sehingga terjadi retetan
letupan-letupan berupa pulsa-pulsa. Keluaran yang kontinu dapat
diperoleh yaitu jika sistem lasernya ditaruh dalam sebuah kriostat agar
suhu operasi laser menjadi rendah sekali.

Efisiensi laser ruby ini sangat rendah, karena terlalu banyak energi
yang harus dipakai untuk mencapai inversi populasinya. Sebagian besar
cahaya dari tabung cahaya tidak memiliki panjang gelombang yang
diharapkan untuk proses pemimpaan sehingga merupakan pemborosan
energi. Walaupun demikian daya rerata dari tiap pulsa laser dapat
mencapai beberapa kilowatt karena selang waktunya yang sangat
pendek. Dengan daya sebesar ini laser dapat digunakan untuk
melubangi, memotong maupun mengelas logam.

(2) Laser yang dipompa secara elektris

Sistem laser jenis ini dipompa dengan lucutan listrik di


antara dua buah elektroda. Sistemnya terdiri dari satu atau lebih jenis
gas. Atom-atom gas itu mengalami tumbukan dengan elektron-elektron
lucutan sehingga memperoleh tambahan energi untuk bereksitasi.
Perkembangan terakhir dalam perlaseran medium gasnya dapat diganti
dengan uap logam, tetapi hal ini akan mengarah pada perkembangan
jenis laser yang lain. Jenis laser uap logam akan dibicarakan secara
tersendiri. Laser gas mampu memancarkan radiasi dengan panjang
gelombang mulai dari spektrum ultra ungu sampai dengan infra merah.
Laser nitrogen yang menggunakan gas N2 merupakan salah satu laser
terpenting dari jenis ini, panjang gelombnag lasernya berada di daerah
ultra ungu (3371 A ).

Sedangkan laser karbondioksida yang merupakan laser gas yang


terkuat memancarkan laser pada daerah infra merah (10600 A ). Laser
gas yang populer tentu saja laser helium-neon, banyak dipakai sebagai
peralatan laboratorium dan pembaca harga di pasar sawalayan. Laser
yang dihasilkan berada di spektrum tampak berwarna merah (6328 A ).
Laser helium-neon ini merupakan laser gas yang pertama, diciptakan
oleh Ali Javan dkk. dari Bell Laboratories pada tahun 1961. Untuk
penjelasan laser gas secara umum laser helium-neon ini dapat diambil
sebagai contoh.

Dalam keadaan normal atom helium berada di tingkat energi


dasarnya 1S0, karena konfigurasi elektron terluarnya adalah 1 s2. Pada
saat elektron lucutan menumbuknya ato helium itu mendapatkan energi
untuk bereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi seperti 1S0 dan 3S1
dari konfigurasi elektron 1s2s. Begitu atom helium tereksitasi ke tingkat-
tingkat itu ia tak dapat lagi balik ke tingkat dasar, suatu hal yang dilarang
oleh aturan seleksi radiasi.
(3) Laser semikonduktor

Laser ini juga disebut laser injeksi, karena pemompaannya dilakukan


dengan injeksi arus listrik lewat sambungan PN semikonduktornya. Jadi
laser ini tidak lain adalah sebuah diode dengan bias maju biasa.

Laser semikonduktor yang pertama diciptakan secara bersamaan oleh


tiga kelompok pada tahun 1962. Mereka adalah R.H. Rediker dkk.
(Lincoln Lab, MIT), M.I. Nathan dkk. (Yorktown Heights, IBM) dan
R.N. Hall dkk. (General Electric Research Lab.). Diode-diode yang
digunakan adalah galiun arsenida-flosfida GaAsP (sinar-tampak merah).

Proses laser jenis ini mirip dengan kerja LED biasa. Pancaran
fotonnya disebabkan oleh bergabungnya kembali elektron dan lubang
(hole) di daerah sambungan PN-nya. Bahan semikonduktor yang dipakai
harus memiliki gap energi yang langsung, agar dapat melakukan radiasi
foton tanpa melanggar hukum kekekalan momentum. Oleh sebab itulah
laser semikonduktor tidak pernah menggunakan bahan seperti silikon
maupun germanium yang gap energinya tidak langsung. Dibandingkan
dengan LED, laser semikonduktor masih mempunyai dua syarat
tambahan.

Yang pertama, bahannya harus diberi doping banyak sekali sehingga


tingkat energi Fermi-nya melampaui tingkat energi pita konduksi di
bagian N dan masuk ke bawah tingkat energi pita valensi di bagian P.
Hal ini perlu agar keadaan inversi populasi di daerah sambungan PN
dapat dicapai. Yang kedua, rapat arus listrik maju yang digunakan
haruslah besar, begitu besar sehingga melampaui harga ambangnya.
Besarnya sekitar 50 ribu ampere/cm2 agar laser yang dihasilkan bersifat
kontinu. Rapat arus ini luar biasa besar, sehingga diode laser harus
ditaruh di dalam kriostat supaya suhunya tetap rendah ( 77 K ), jika tidak
arus yang besar ini dapat merusak daerah sambungan PN dan diode
berhenti menghasilkan laser.
Gambar 7 : Laser semikonduktor beserta diagram energinya

Pada gambar 7 tampak bahwa di sebagian daerah deplesi terjadi


inversi populasi jika sambungan PN diberi tegangan maju, daerah ini disebut
lapisan aktif. Daerah deplesi adalah daerah di sekitar sambungan PN yang
tidak memiliki pembawa muatan listrik bebas. Pada saat dilakukan injeksi
arus listrik melalui sambungan, elektron-elektron di pita konduksi pada
lapisan aktif dapat bergabung kembali dengan lubang-lubang di pita valensi.
Untuk arus injeksi yang kecil penggabungan ini terjadi secara acak dan
menghasilkan radiasi, proses ini adalah yang terjadi pada LED. Tetapi
apabila arus injeksinya cukup besar, pancaran terangsang mulai terjadi di
daerah lapisan aktif. Lapisan ini berfungsi pula sebagai rongga resonansi
optisnya, sehingga laser akan terjadi sepanjang lapisan ini. Pelapisan seperti
yang dilakukan pada cermin di sini tidak diperlukan lagi karena bahan diode
sendiri sudah mengkilap (metalik), cukup bagian luarnya digosok agar dapat
memantulkan sinar yang dihasilkan dalam lapisa aktif. Kelemahan sistem
laser ini adalah sifatnya yang tidak monokromatik, karena transisi elektron
yang terjadi bukanlah antar tingkat energi tapi antar pita energi, padahal pita
energi terdiri dari banyak tingkat energi.

Sambungan yang dijelaskan di atas biasa disebut homojunction,


karena yang dipisahkannya adalah tipe P dan N dari substrat yang sama,
ayitu misalnya GaAs tadi. Tipe P GaAs biasanya diberi doping seng ( Zn
) dan tipe N-nya dengan doping telurium ( Te ). Sebenarnya hanya
sebagian kecil elektronelektron yang diinjeksikan dari daerah N yang
bergabung dengan lubang di lapisan aktif, kebanyakan dari mereka
berdifusi jauh masuk ke dalam daerah P sebelum bergabung kembali
dengan lubang-lubang. Efek difusi inilah yang menyebabkan besarnya
rapat arus listrik yang dibutuhkan dalam proses kerja laser
semikonduktor. Tetapi besarny rapat arus listrik ini dapat diturunkan
dengan cara membatasi gerakan elektron yang diinjeksikan itu disuatu
daerah yang sempit, agar mereka tidak berdifusi kemana-mana. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara membuat sambungan heterojunction.
Heterjunction yang apling umum dipakai adalah sambungan antara GaAs
dan AlGaAs. GaAs memiliki gap energi yang lebih sempit, sehingga bila
ia dijepit oleh dua daerah AlGaAs bertipe P dan N, elektron-elektron
yang diinjeksikan dari daerah N dan lubang-lubang dari daerah P akan
bergabung di GaAs ini, jadi GaAs berfungsi sebagai lapisan aktifnya.
Lihat gambar 8.

Gambar 8 : Diagram energi heterojunction

Laser heterojunction GaAs - AlGaAs dapat bekerja secara kontinu


pada suhu kamar hanya dengan rapat arus minimum sebesar 100
ampere/cm2, 500 kali lebih kecil dibandingkan rapat arus pada laser
GaAs yang homojunction.

Keunggulan yang dimiliki laser semikonduktor lebih banyak


dibandingkan dengan kelemahannya. Yang paling nyata adalah dimensi
ukurannya, yaitu hanya sekitar 0,1 x 0,1 x 1,25 mm, sehingga amat cocok
untuk peralatan yang dapat dibawa-bawa. Keunggulan lainnya adalah
fleksibilitas gap energi bahan-bahan yang dipakai. Lebar gap dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan, yang berarti orang dapat memilih panjang
gelombang laser yang dihasilkannya. Misalnya, substrat indium fosfida (
InP ) yang dipakai pada laser InGaAsP, laser yangdihasilkan dapat diatur
berpanjang gelombang sekitar 1,3 atau 1,55 mikrometer, panjang
gelombang dimana gelombang elektromagnetik paling sedikit diserap
oleh bahan serat optik. Hal ini membuat laser InGaAsp menjadi pilihan
yang tepat untuk komunikasi jarak jauh dengan serat optik.

4.2.3 Sifat-sifat Berkas Cahaya Laser

1. Monokromatik
Monokromatik artinya hanya satu frekuensi yang dipancarkan. Sifat ini
diakibatkan oleh :

 Hanya satu frekuensi yang di kuatkan [v =( E2 – E1)/h]


 Susunan dua cermin yang membentuk cavity resonant
sehingga osilasi hanya terjadi pada frekuensi yang sesuai dengan
frekuensi cavity.
2. Koheren
 Koheren waktu (temporal coherence)

Jenis koherensi ini dimasudkan adalah korelasi antara medan disuatu
titik dan medan pada titik yang sama pada saat berikutnya ; yakni hubungan
antara E (x,y,z,t1) dan E ( x,y,z,t2). Jika beda fase antara dua medan tetap
selama periode yang diamati, yang berkisar antara beberapa mikrodetik,
gelombang tersebut kita namakan memiliki koherensi temporal. Jika beda
fase berubah beberapa kali dan secara tidak teratur selama periode
pengamatan yang singkat, gelombang dikatakan tidak – koheren.

 Koheren ruang (spatial coherence)



Dua medan pada dua tiik berbeda pada permukaan gelombang dari
suatu gelombang elektromagnetis dikatakan koheren special jika mereka
mempertahankan beda fase tetap selama waktu t. Bahkan hal ini mungkin
jika dua berkas tersebut secara sendiri – sendiri tidak koheren temporal (
menurut waktu ), karena setiap perubahan fase dan salah satu berkas diikuti
oleh perubahan fase yang sama dalam berkas yang lain. Dengan sumber
cahaya biasa hal ini hanya mungkin jika dua berkas telah dihasilkan dalam
bagian yang sama dari sumber. Tidak-koleransi temporal merupakan
karakteristik dari berkas tunggal cahaya,sedangkan tidak-kolerensi sepesial
berkenaan dengan hubungan antara dua berkas cahaya yang terpisa. Dua
berkas cahaya yang berasal dari bagian bagian berbeda dari sumber telah di
pancarkan oleh kelompok kelompok atom yang berbeda. Masing maing
berkas tidak akan koheren-waktu dan akan mengalami perubahan fase acak
sebagai akibatnya beda fase antara dua berkas juga akan mengalami
perubahan prubahan yang cepat dan acak. Dua berkas yang demikian
dikatakan tidak-koheren sepesial (menurut tempat).

3. Keterarahan (Directionality)

Merupakan konsekuensi langsung ditempatkannya bahan aktif dalam


cavity resonant, dimana gelombang yang merambat dalam arah yang tegak
lurus terhadap cermin-cermin yang dapat dipertahankan dalam cavity.
Menuju arah yang sama (sehingga menempuh garis lurus). Berbeda dengan
lampu/senter yang cahayanya lemah karena memiliki panjang gelombang
dan frekuensi berbeda-beda.

4. Brightness (Kecemerlangan)

Brightness suatu sumber cahaya disefinisikan sebagai daya yang


dipancarkan persatuan luas permukaan persatuan sudut ruang. Suatu berkas
laser bahkan dengan daya sedang (mW) mempunyai brightness beberapa
orde yang lebih tinggi dibandingkan sumber cahaya konvensional. Hal ini
akibat oleh sifat keterahan yang tinggi.

4.2.4 Mode Berkas Cahaya Laser


Dua mode ruang yang umum digunakan untuk menggambarkan
berkas sinar, yaitu longitudinal dan transversal modes. Kedua mode ruang
tersebut pada dasarnya berbeda satu sama lain, karena dimensi transversal
dalam resonator biasanya jauh lebih kecil dari dimensi longitudinal.

1. Longitudinal Modes

Sebuah longitudinal modes tor adalah gelombang berdiri dengan pola


tertentu yang dibentuk oleh gelombang batas antar rongga resonator.
Longitudinal modes disesuaikan dengan panjang gelombang dari gelombang
yang diperkuat oleh konstruktif gangguan setelah banyak refleksi dari
mencerminkan permukaan rongga itu. Semua panjang gelombang lain
ditekan oleh interferensi destruktif.

lubang dalam resonator. Dalam laser gas, aliran gas dan debit listrik jug a
mempengaruhi modes yang dihasilkan. TEM digambarkan oleh serangkaian
subscript yang bergantung pada simetri balok.

Gambar 2.6 Transversal Modes berkas sinar lase


2. Laser Processing Ma terial

Dalam proses interaksi laser dengan material, terdapat beberapa macam


proses yang terjadi, yaitu :

Gambar 2.7 Mekanisme laser processing material

2.1Mekanisme Penye rapan Energi

Koefisien absorpsi yang berasal dari fungsi dielektrik suatu material


dan konduktivitasnya yang akan menentukan tingkat penyerapan cahaya
sebagai kedalaman fungsinya. Namun, mekanisme tertentu di mana
penyerapan terjadi akan tergantung pada jenis bahan. Secara umum, foton
akan bergerak ke arah sumbu yang tepat atau sumber getaran dalam materi
tergantung pada energi foton. Dalam isolator dan semikonduktor, penyerapan
sinar laser terutama terjadi melalui resonansi. Eksitasi seperti transisi
elektron pita valensi ke pita konduksi (interband transisi) atau pita dalam
(intersubband transisi).

Sedangkan pada bagian tereksitasi dapat mentransfer energi pada


fonon. Foton dengan energi di bawah dalam pita bahan itu tidak akan diserap
(kecuali ada yang kelainan pasangan, bagian yang rusak atau jika ada
penyerapan multiphoton). Pada isolator energi biasanya berada dibawah
frekuensi cahaya ultraviolet dan semikonduktor terlihat spektrum inframerah.
Namun,pada beberapa penelitian tinggi resonansi frekuensi pada fonon optik
berada mendekati daerah inframerah.

Sebaliknya, seseorang dapat meyesuaikan energi laser yang diserap


berubah langsung menjadi panas. Proses seperti ini disebut fotothermal
(pirolitik) dan respon materi dapat diobati dengan cara yang murni termal.
Misalnya, laser pengolahan logam atau semikonduktor dengan waktu pulsa
laser yang lambat (> ns) biasanya ditandai dengan mekanisme fotothermal.
Ketika tingkat eksitasi laser yang diinduksi tinggi dibandingkan dengan yang
tingkat thermalisasi , perpindahan besar dapat dibangun pada daerah-daerah
tersebut. Eksitasi energi ini cukup dapat untuk langsung memutuskan
ikatan (foto-dekomposisi).

Jenis modifikasi bahan non-termal ini biasanya disebut sebagai


fotokimia (Fotolitik) pengolahan. Selama proses fotokimia murni, suhu
sistem relatif tetap, tidak berubah. Panjang gelombang sinar laser, di mana
energi foton berada di urutan ikatan kimia energi, adalah contoh dari proses
fotokimia. Demikian pula, ultrafast femtosecond pulsa laser dapat
memungkinkan proses fotokimia logam dan semikonduktor.

2.2 Konduktivitas Panas (Heat Conduction)

Pemanasan laser yang mengalir dibawah batas ambang pencairan


dapat mengaktifkan beragam suhu, proses tergantung dalam bahan padat.
Tingginya suhu dihasilkan dapat meningkatkan tingkat difusi
mempromosikan doping pengotor, reorganisasi dari struktur kristal dan
sintering bahan berpori. Energi hambatan untuk reaksi kimia dapat diatasi
juga, mereka meningkatkan kinetika reaksi jauh melampaui tingkat suhu
kamar. Transformasi untuk fase kristal pada temperatur tinggi dapat terjadi
cepat. Gradien suhu yang besar dicapai dengan pemanasan laser tersebut
dapat menyebabkan cepatnya proses pendinginan material itu sendiri, yang
tersimpang dalam struktur di non-ekuilibrium. Kemudian selanjutnya
gradient suhu tinggi dengan cepat dapat menginduksi tegangan termal dan
eksitasi thermoelastic gelombang akustik. Tekanan ini dapat berkontribusi
pada respon mekanik dari bahan tersebut sebagai pekerjaan pengerasan,
warping, atau cracking.

Ketika terdapat perbedaan temperature pada suatu medium atau antar


medium, maka transfer panas akan muncul. Salah satu mekanisme transfer
panas yang terjadi pada suatu medium, khususnya padatan adalah melalui
konduksi. Transfer energi secara konduksi berkaitan dengan aktivitas atomic
dan molekuler penyusun bahan tersebut.
2.3Pelelehan (Melting)

Proses melting adalah proses peleburan material (ingot) dengan cara


memanaskannya hingga mencapai titik cair material yang dilebur, berjalan di
dalam sebuah unit yang disebut melting furnace.

2.4 Penguapan (Evaporation)

Pada saat terjadinya interaksi laser dengan material, maka material


akan mengalami pengurangan massa akibat terevaporasi. Kondisi
terevaporasi adalah kondisi dimana cairan yang seharusnya berubah ke fase
gas sebelum ke fase padatan, hal ini akan meyebabkan terjadinya jumlah
massa terevaporasi.

5 FIBER BRAGG GRATING.


Sebuah fiber Bragg Grating (FBG) adalah sebuah variasi periodik dari
indeks refraktif yang ada pada sebagian panjang fiber optik. Fiber Bragg
Grating (FBG) merupakan suatu jenis reflektor (Bragg) yang terdistribusi
dalam bentuk segmen-segmen atau kisi dalam serat optik. FBG memantulkan
beberapa panjang gelombang cahaya tertentu dan meneruskan sisanya,
dimana hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan suatu variasi
periodik terhadap indeks bias core serat optik. Dengan karakteristik yang
dimilikinya tersebut, FBG dapat difungsikan sebagai filter optik (optical
filter) yakni untuk menghalangi panjang gelombang cahaya tertentu yang
diinginkan atau sebagai reflektor panjang gelombang cahaya spesifik.

Gambar: Struktur fiber bragg grating beserta spektrum

transmisi dan refleksinya.


Gambar diatas menunjukkan priode Λ yang dimiliki oleh sebuah
fiber bragg grating. Secara harfiah grating (kisi) berarti kumpulan ruang
teratur yang pada dasarnya merupakan elemen indentik dan pararel yang
dipandang cahaya sebagai reflektor. Pada gambar diatas gtratingnya adalah
uniform, sehingga Λ priode bragg gratingnya adalah konstan.

Adanya grating tersebut di dalam fiber menyebabkan fiber bragg


grating merefleksikan panjang gelombang cahaya yang hanya memenuhi
kondisi bragg dan mentransmisikan semua panjang gelombang yang lain.

Gambar: Skematis prinsip kerja sebuah FBG.


Bragg grating tersebut dibuat di dalam fiber optik itu sendiri tanpa
merubah bentuk fiber dan menjadikannya komponen di dalam fiber.
Pembentukan gratingterjadi ketika fiber optik diarahkan cahaya UV dengan
karakteristik panjang gelombang dan intensitas yang tergantung pada
material core.

5.1 Prinsip Kerja FBG.

FBG bekerja berdasarkan pada prinsip refleksi bragg. Mekanisme


kerja dari FBG ditunjukkan dalam Gambar(2.8). Dalam inti (core) suatu
fiber optik dibuat kisi-kisi yang mempunyai jarak antar kisi tertentu. Kisi-
kisi ini, oleh cahaya, dipandang sebagai reflektor yang membentuk resonator,
dimana puncak transmisi dari resonator tersebut tergantung jarak antar kisi-
kisinya. Ketika cahaya melalui daerah yang secara priodik berubah-ubah dari
indeks refraktif tinggi dan rendah, maka sebagian cahaya akan direfleksikan
untuk setiap panjang gelombang yang memenuhi kondisi Bragg, sedangkan
wilayah yang lainnya akan ditransmisikan. Panjang gelombang yang
ditransmisikan disebut panjang gelombang Bragg.

Gambar diatas adalah skematis prinsip kerja FBG yang


mengilustrasikan bahwa hanya panjang gelombang yang memenuhi kondisi
Bragg (direfleksikan), secara parsial direfleksikan pada tiap interface
diantara daerah tersebut, sedangkan panjang gelombang yang lain diluar fase
ditransmisikan ( diteruskan). Kondisi untuk refleksi tinggi, dikenal sebagai
kondisi Bragg ,berkenaan dengan panjang gelombang yang direfleksikan,
maka panjang gelombang Bragg

• Bragg dengan priode grating Λ dan indeks refraktif rata-rata neff


diperoleh sesuai dengan persamaan Bragg yaitu:
λ = 2n Λ
Bragg eff

Salah satu fenomena yang menarik dari FBG ini adalah sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, tekanan dan tarikan.
Apabila terjadi perubahan jarak kisi karena sesuatu hal misalnya tekanan
maupun suhu, maka puncak transmisinya akan berubah. Dari karakteristik
inilah maka FBG banyak dikembangkan menjadi sensor suhu maupun sensor
strain.

5.4 APLIKASI FBG.

Pembagian aplikasi utama pada produksi komersial FBG, berdasarkan


material corenya yaitu:

• Sistem komunikasi fiber optik.


 Wavelenght Stabilizer untuk pump laser.
 Narroband WDM add/drop filter.
 Dispersion Compensation.
 Gain-Flattening filter.
 Filter Grating Laser.

• Fiber Grating sensor.


Dalam aplikasinya sebagai sensor pengukuran yang biasanya bisa
diukur oleh fiber bragg grating adalah temperatur dan strain. Dalam
beberapa literatur menunjukkan FBG sensor bisa digunakan untuk preasure
dan dynamic magnetik field.

Gambar: Fiber bragg grating diberi pengaruh suhu dan strain.

Gambar diatas menunjukkan pemberian pengaruh suhu dan strain


pada fiber bragg grating mengakibatkan adanya perubahan priode grating
yang akan mempengaruhi panjang gelombang Bragg. Sifat ini
memungkinkan FBG dapat digunakan untuk sensor strain.

Bragg grating sensor beroperasi berdasarkan pada properti fiber


bragg grating untuk merubah karakteristik panjang gelombang yang sesuai
terhadap strain dan temperatur glass fiber. Secara umum fiber bragg grating
bisa dengan mudah dimultiplex untuk banyak sensor dalam fiber
optik.Sistem seperti ini mempunyai kemampuan perluasan yang lebih tinggi
dimana banyak sensor bisa ditambahkan ke sistem untuk pengukuran yang
lebih.

Terdapat beberapa aplikasi untuk sensor, umumnya sering digunakan


untuk memonitoring keadaan struktur sipil,seperti gedung,jembatan dan
bendungan.

Sensor fiber bragg grating mempunyai banyak keuntungan


tergantung pada properti spesifiknya,seperti:
 Ukuranya kecil dan sederhana.
 Imunitas terhadap interferensi elektromagnetik, material dielektrik
dan kemungkinan sensing dan multiplexing pasif (sensor network)
yang terdistribusi.
 FBG dapat melakukan banyak fungsi didalam fiber optik seperti
refleksi dan pemfilteran dan insertion loss yang kecil.
 Respon spektrum dari FBG bergantung pada perubahan lingkungan
(suhu dan tekanan), karena baik indeks refraktif dari fiber dan
dimensi fisiknya berubah sesuai suhu maupun tekanan, yang
mempengaruhi panjang gelombang Bragg.
 Sebuah fiber bragg grating yang dimanufaktur dengan tepat juga
menawarkan reflektivitas yang tinggi dan bandwith yang sempit pada
bragg wavelenghtnya. Biasanya fiber bragg grating mempunyai
reflektivitas lebih besar dari 75% . Reflektivitas yang tinggi
menawarkan jumlah daya optik yang cukup untuk bisa dideteksi oleh
photodiodes. Karakteristik unik fiber bragg grating sensor akan
menghasilkan sebuah panjang gelombang bragg unik yang
independen dari intensitas optik yang digunakan sistem.

Selain kelebihan FBG juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu:

 Dalam aplikasi dibutuhkan recover sinyal refleksi yaitu optical


sirculator agar tidak menimbulkan noise.
 Secara prinsip, spektrum refleksi dari FBG saling melengkapi dengan
spektrum transmisi, apa yang tidak direfleksikan ditransmisikan.
Pada panjang gelombang yang lebih pendek dari λBragg
,bagaimanapun FBG biasanya mengalami loss transmisi tambahan
diamana tidak ada cahaya sesuai yang direfleksikan. Loss itu
disebabkan oleh cahaya yang direfleksikan kedalam mode cladding
pada fiber.
 Respon spektrum dari FBG sangat tergantung terhadap perubahan
lingkungan (suhu atau tekanan) pada aplikasi bukan sensor ini
merugikan. Untuk mencegahnya grating bisa disusun dalam material
negative-expansion atau pada material kombinasi yang menyediakan
effective negative thermal

5.2Tipe-tipe struktur Grating.


Berikut adalah beberapa macam tipe dari grating dari FBG yaitu:

Gambar: Tipe umum struktur fiber grating yang diklasifikasikan

berdasarkan variasi dari perubahan indeks sepanjang axis yaitu,

(a)uniform dengan perubahan indeks positive-only,(b)Gaussian-apodized,

(c)Raised-Cosine-Apodized dengan perubahan indeks zero-dc,

(d)Phase shift (dari п).

5.3 Pembuatan FBG

Untuk membuat tumpukan yang tepat dari daerah indeks refraktif


tinggi dan rendah sepanjang fiber optik, pembuat harus memodifikasi
indeks refraktif dari fiber secara permanen dengan proses
efekfotosensitif.Ini bisa diselesaikan dengan menyinari fiber optik dengan
cahaya ultraviolet UV dengan panjang gelombang sekitar ±244 nm.

Photosensitivitas pada fiber optik mengarah pada perubahan


permanen indeks refraktif dari core fiber ketika diarahkan ke cahaya dengan
karakteristik panjang gelombang dan intensitas yang tergantung pada
material core. Photosensitivitas berkaitan terutama dengan germanium
dopant yang digunakan dalam core kebanyakan fiber komersial.
Photosensitivitas bisa ditingkatkan dengan menaikkan level doping
germanium atau dengan in-diffusing molekul hidrogen, dimana bertindak
sebagai katalis pada reaksi dari germanium dengan cahaya UV dan secara
hebat mengurangi waktu pencahayaan.Perubahan indeks sangat stabil,bahkan
pada temperatur tinggi,terutama jika grating di preanneal (dipanaskan pada
temperature antara 150°C dan 500°C setelah fabrikasi).
Fabrikasinya sendiri dilakukan dengan 4 langkah proses sederhana :

• Mengeluarkan acrylate Coating.


• Meng-expose fiber ke cahaya UV
• Preannel
• Kemudian me-recoat fiber.

Untuk membuat Bragg Grating pada fiber optik, perlu dihasilkan pola
priodik yang diperlukan dari cahaya UV pada sisi fiber. Ini bisa dilakukan
dengan memisahkan laser cahaya UV dan menggabungkanya kembali di
dalam fiber untuk membentuk standing wave, priodenya tergantung pada
sudut diantara sinar. Melalui efek photosensitif, pola di imprint di dalam
fiber sebagai perubahan yang bervariasi secara periodik pada indeks
refraktif. Merubah periode hanya memerlukan merubah sudut dari kaca.

Pendemonstrasian awal dari pembuatan FBG menggunakan


pendekatan interferometric, tetapi stabilitas dari pola interferensi bisa dengan
mudah terganggu oleh getaran mekanikal.Metode yang lebih dapat
diandalkan untuk mencetak grating adalah menggunakan fase mask.

Sebuah fase mask merupakan grating itu sendiri,di sketsa di dalam


silica,yang mendifraksi cahaya UV pada normal incidence menuju +1 dan -1
orde difraksi.Kedua orde ini berinterferensi untuk membuat pola interferensi
yang diinginkan tepat dibelakang mask,dimana fiber tersebut
diletakkan.Secara tipikal, waktu pencahayaan bervariasi dari beberapa detik
sampai beberapa menit,bergantung pada tipe grating.

Terdapat dua tehnik penting untuk membuat grating yaitu


interference pattern dan phase mask. Fiber yang biasanya digunakan adalah
single mode fiber.

• Interference Pattern (pola interferensi).


Menggunakan sinar cahaya dari single laser, sinar dipisahkan dan
kemudian digabungkan kembali. Sebuah pola interferensi dibentuk dan
priode grating bisa diatur. Metode ini susah untuk membuat grating yang
panjang (limitnya adalah 1 atau 2 cm). Banyak penggunaan potensial grating
memerlukan panjang yang cukup panjang (pada beberapa aplikasi 20 sampai
30 cm) dan tehnik ini tidak mampu untuk membuat grating yang lebih
panjang.

Gambar: Writing FBG ke core fiber dengan tehnik interference pattern

• Phase Mask.
Tehnik phase mask mungkin adalah tehnik yang paling terbaik untuk
saat ini. Phase mask mendifraksi sebuah sinar cahaya yang datang. Sinar
yang didifraksi mempunyai pinggiran interferensi yang bisa dikontrol untuk
untuk membuat variasi periodik dari tipe grating yang diinginkan. Ini
memiliki keuntungan dalam teknik sinar rangkap dua yang memungkinkan
untuk membuat grating yang sangat panjang. Mask yang digunakan panjang

dan sinar disinari sepanjangnya

Gambar: Ilustrasi fabrifikasi FBG dengan menggunakan tehnik phase mask.


LATIHAN SOAL
1. Setiap trafo prinsip kerjanya sama saja, diantaranya adalah ....
a. tegangan ggl diinduksir dalam lilitan primer dan skunder
b.tegangan dipindahkan dari lilitan primer ke skunder
c. arus dipindahkan dari lilitan primer ke primer
d.garis-garis gaya magnet melalui lilitan skunder
e. memindahkan energi

2. Transformator adalah suatu alat yang dapat memindahkan ….. dari


suatu rangkaian ke rangkaian lain
a. konduktansi d. energy listrik
b.impedansi e. magnet listrik
c. reaktansi

3. Untuk merakit/membuat suatu catu daya maka akan dibutuhkan suatu


trafo, maka trafo yang dipilih adalah:
a. trafo MF d. trafo RF
b.trafo input e. trafo daya
c. trafo output

4. Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan komponen elektronika


adalah :
a. Arsen dan Phospor d. Germanium dan Silikon
b. Silikon dan Aluminium e. Antimon dan Gallium
c. Germanium dan Indium

5. Daerah pertemuan (junction) antara kedua lapisan P-N disebut :


a. daerah deplesi d. daerah aktif
b. daerah perbatasan e. daerah pengosongan
c. daerah barrier
6. Pada badan dioda tertulis 4 A/ 1500 V artinya:
a. dioda mampu dialiri arus 4 A dan dapat diberi tegangan
maksimum 1500 V
b. dioda dapat dialiri arus 4 A dan dapat diberi tegangan lebih dari
1500 V
c. dioda biasa dialiri arus lebih dari 4 A dan tegangan sebesar 1500
V
d. dioda dapat dialiri arus kurang dari 4A dan tegangan sebesar 1500
V
e. dioda sedang dialiri arus kurang dari 4A dan tegangan sebesar
1500 V

7. Suatu dioda penyearah digunakan pada sirkit sumber daya. Arti


penyearah disini adalah
a. dapat merubah tegangan rendah menjadi tinggi
b. dapat merubah ac jala-jala menjadi dc rendah
c. selalu merubah ac jala-jala menjadi tegangan
d. selalu dapat merubah ac yang berfrekuensi AF.
e. selalu dapat merubah ac yang berfrekuensi RF.

8. Tegangan barrier yang terdapat pada dioda silikon adalah :


a. 0,1 V - 0,2 V d. 0,2 V - 0,5 V
b. 0,6 V - 0,8 V e. 0,4 V - 0,8 V
c. 0,3 V – 0,6 V

9. Guna peguat adalah:


a. Menyetabilkan tegangan d. membesarkan penguatan arus
b. menaikkan arus, tegangan dandaya
e. menyearahkan arus listrik
c. menurunkan tegangan
10. Polaritas tegangan pada transistor NPN adalah :
a. Emitor (+), basis (+) d. Emitor (-), basis (-) dan
dan kolektor (+) kolektor (-)
b. Emitor (-), basis (+) e. Emitor (+), basis (-) dan
dan kolektor (+) kolektor (-)
c. Emitor (+), basis (+)
dan kolektor (-)

11. Transistor berasal dari kata “transfer dan resistor “ artinya :


a. trafo dan resistor d. perpindahan perlawanan
b. kapasitor dan resistor e. penyearahan hambatan
c. permindahan muatan

12. Transistor sebagai saklar jika switch tertutup mempresentasikan


transistor dalam keadaan :
a. cut off d. cut in region
b. saturation region e. active region
c. Arus tidak mengalir

13. Bagian dari audio Amplifier yang berfungsi mengubah getaran


mekanik (Bunyi) menjadi getaran listrik disebut
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan

14. Bagian dari audio amplifier yang berfungsi menguatkan daya sinyal
dari alat-alat pungut (tranducer) disebut :
a. Alat-alat punguat c. Penguat depan
b. Pengeras suara d. Pencatu Daya

15. Bagian dari audio amplifier yang berfungsi menguatkan daya sinyal
dari alat-alat pungut (tranducer) disebut :
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan
16. Penguat penggerak dan penguat akhir dalam audio amplifier
digolongkan ke dalam :
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan

17. Bagian dari audio amplifier yang berfungsi mengubah getaran listrik
menjadi geratan mekanik (suara) disebut :
a. Alat-alat pungut d. Pencatu Daya
b. Pengeras suara e. Penguat induk
c. Penguat depan

18. Agar diperoleh transformasi daya yang maksimum maka antara


impedansi output penguat audio dengan impedansi input pengeras
suara harus :
a. Lebih besar d. Minimum
b. Maximum e. Match
c. Lebih kecil

19. Untuk mengetahui batas terendah dan tertinggi jalur frekuensi yang
dapat dikuatkan oleh sebuah pesawat audio amplifier dengan
penguatan 100% maka kita memerlukan
a. Karakteristik b. Karakteristik arus
DayaKarakteristik tanggapan c. Karakteristik Output
frekuensi d. Karakteristik penguatan

20. Penguat audio yang diutamakan dapat mereproduksi jalur frekuensi


500 – 5000 Khz dapat dengan keras mengumandangkan bunyi-bunyi
tempat umum digolongkan ke dalam penguat audio :
a. Public address d. Entertainmen
b. Hi-fi e. Baik
c. Biasa
21. Untuk mengetahui batas terendah dan tertinggi jalur frekuensi yang
dapat dikuatkan oleh sebuah pesawat audio amplifier dengan
penguatan 100% maka kita memerlukan
a. karakteristik Daya
b. Karakteristik tanggapan frekuensi

53
c. Karakteristik arus
d. Karakteristik Output
e. Karakteristik penguatan

54
DAFTAR PUSTAKA

Assion Wesley, 1968. University Physics, vol. III, chap.13,


Alonso-Finn.

J.M. Carroll, FP Dutton & Co, Inc., 1970. The Story of the
LASER,

B.Streetman, Prentice/Hall International, Inc.,


1980Solid State Electronic Divices, 2nd ed., chap.10

Jenkins-White, Mc. Graw-Hill, 1981. Fundamentals of Optics,


4th ed., chap.29-30

WH Freeman & Co, 1983. Frontiers in Science and Technology,


chap.7

Baldwin Hottinger.2007.Strain Sensors Based on Bragg


Gratings.International Conference Cultivating Meteorological
Knowledge.Merida:Mexico.

Edmon,C,Stephen.,W,James & Ralph,P.,T,.2007.Temperature


and Strain Discrimination Using a Single Tilted Fibre Bragg
Grating.Optic Communication, Cranfield University,N0 275,344-
347.

Hideaki Iwaki,Hirosi Yamakawa & Akira Mita.2000.FBG-Based


Displacement and Strain Sensors for Health Monitoring of Smart
Structures.Fiftth International Conference on Motion and
Vibration Control.223-8530 Japan.

Kathy, L.D.,& Mark, W.2003.Tunable Lasers and Fiber Bragg-


Grating Sensor. The Industrial Physicist:American Institute of
Physics Press,American.

Nor,J.,Muh-Satar.,& Mohd,K.,Abd,.(2009),Optical Fiber Sensor


For Smart Structure Monitoring.Conference on Scientific &
Social Research,UiTM Shah Alam.Malaysia.

55
Nugraha Andi Rahman.2006.Serat Optik.Edisi
1.Yogyakarta:Andi Offset.

Raoul A.H.Stubbe.,& Skaar Johannes.1999.Characterization of


Fiber Bragg Grating by Use of Optical Coherence-Domain
Reflectometry.Journal of Lightwave Technology,17 (11),2371-
2377.

Widodo Thomas Sri.1997.Optoelektronika.Yogyakarta:Andi


Offset.

Zhan,Y.,& Shaolin ,X.2007.A novel Fiber Bragg Grating High-


Temperature

Sensor:Science Direct.Chinese Academy of Sciences,China,1-5.


http://www.ecs.soton.ac.uk/~mms04r/project/body.htm.Diakses
tanggal 22 oktober, 2009.

Ahmad. “Mengenal jenis-jenis LED” 19 Januari 2019.


https://afing.wordpress.com/2017/01/10/mengenal-jenis-jenis-led/

Lestari Mupita. “ Sumber cahaya optik” 20 Januari 2019


http://optoelektronika-muspita.blogspot.com/2015/03/sumber-
cahaya-optik.html

Prehan Bagus. “ Macam-macam LED (Light Emitting Dioda)” 20


Januari 2019 https://www.bagusprehan.com/2018/02/macam-
macam-led-light-emitting-diode.html

Alakadarnya Puguh. “ LED (light emitting dioda)” 21 januari


2019 https://rasapas.wordpress.com/2011/03/04/8/

Purnomo Eko. “Prinsip kerja LED” 26 januari 2019 http://nulis-


ilmu.com/prinsip-kerja-led/

Alfath Mieftah. “ Penjelasan lampu LED, prinsip kerja dan


macam-macam LED” 27 Januari 2019
56
http://kelaselektro.blogspot.com/2016/11/penjelasan-lampu-led-
prinsip-kerja.html

Pikatan sugata, 1991. “LASER” 28 Januari 2019


tan.awardspace.com/pubi/Laser.PDF

57

Anda mungkin juga menyukai