Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan
Masyarakat Madani Indonesia. Tentunya masyarakat tersebut haruslah berakar
dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Memang diakui bahwa suatu masyarakat
madani mempunyai nilai-nilai universal, namun perwujuan nilai-nilai universal itu
tergantung pada kondisi sosial serta perkembangan suatu masyarakat. Bangsa
Indonesia yang berbhinneka sedang dalam tahap belajar untuk hidup
berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya, memerlukan proses belajar dengan
prioritas nilai-nilai tertentu seperti toleransi yang tinggi, rasa kebangsaan yang
sehat, ketaatan hukum, serta tanggung jawab sosial.
Pembentukan masyarakat madani Indonesia selain meminta usaha-usaha
dari dalam, sekaligus pula menghadapi tantangan-tantangan eksternal dalam era
globalisasi. Pendidikan dalam hal ini Pendidikan Nasional memegang peranan
yang sangat strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan
Nasional haruslah didasarkan pada paradigma baru yang bertolak dari
pengembangan manusia Indonesia yang merdeka, bermoral dan bertaqwa serta
bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan USPN No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang
berbunyi :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Sistem Pendidiakan Nasional yang sedang dijalankan bangsa Indonesia


harus memperhatikan geostrategis Republik Indonesia yang terdiri dari ribuan
pulau. Masing-masing penghuni pulau tentunya menginginkan kehidupan yang
layak sesuai dengan tuntutan Masyarakat Madani. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prof. Dr. Mohamad Zen (2002 : 228) yang menyatakan :

1
Operasionalisasi Sistem Pendidikan Nasional secara seragam dan
menyeluruh ke pelosok tanah air, hendaknya memperhatikan kenyataan
yang terdapat di lapangan terutama kenyataan geostrategi Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang terdiri dari
satu kesatuan laut dengan ribuan pulau di dalamnya memerlukan suatu
penataan pendidikan dasar secara desentralisasi dengan memperhatikan
karakteristik lingkungan aspek ilmiah (trigatra) yaitu : posisi lokasi dan
geografi negara, kekayaan alam dan kemampuan penduduk serta aspek
sosial (pancagatra) yang meliputi ; ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam
astagatra sebagai unsur kesatuan nasional.

Reformasi yang digulirkan bertujuan untuk membina masyarakat


Indonesia baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita proklamasi tahun 1945
yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia
yang demokratis inilah yang dinamakan masyarakat madani. Masyarakat madani
Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi dan juga visi dari reformasi
Sistem Pendidikan Nasional. Gerakan untuk membentuk masyarakat madani
berkaitan dengan proses demokratisasi yang sedang melanda dunia dewasa ini.
Sudah tentu perwujudan kehidupan yang demokratis untuk setiap bangsa
mempunyai ciri-ciri tertentu disamping ciri-ciri yang universal.
Pertumbuhan masyarakat maju melahirkan kelompok-kelompok
masyarakat yang mandiri. Hal ini didorong oleh sifat fitri manusia yang
membutuhkan pengakuan ats kehadirannya ditengah-tengah masyarakat .
Semakin besar kompleksitas masyarakat akibat pembangunan, makin kuat hasrat
memperoleh pengakuan terhadap kehadiran diri sebagai anggota masyarakat.
Apabila masyarakat diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan
dirinya dalam mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbulah kekuatan
besar dalam masyarakat untuk membangun.
Sebenarnya istilah “masyarakat Madani” sering diperbincangkan oleh
kaum intelektual Indonesia sejak tahun 1990-an, namun agak terbatas dan wacana
ini semakin semarak ketika media massa mempublikasikannya. Munculnya istilah
masyarakat madani merupakan terjemahan dari beberapa perkataan sebagaimana
yang diungkapkan oleh Masykur Hakim (2003 : 13-14) “Pada awalnya istilah
“Masyarakat Madani” merupakan salah satu terjemahan-terjemahan dari istilah

2
Civil Society seperti “masyarakat sipil”, “masyarakat kewargaan”, dan
“masyarakat warga”. Ernest Gellner pernah menulis sebuah buku berjudul
Condition of Liberty, Civil Society and its Rivals lalu diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan judul Membangun Masyarakat Sipil; Prasarat Menuju
Kebebasan”.
Masyarakat Madani adalah suatu masyarakat yang berbudaya, maju dan
modern, setiap warganya menyadari dan mengetahui hak-hak dan kewajibannya
terhadap negara, bangsa dan agama serta terhadap sesama, dan menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia. Masyarakat Madani adalah suatu masyarakat yang
didambakan oleh banyak orang, bahkan oleh masyarakat dunia. Mereka adalah
gambaran masyarakat yang diidealkan oleh Islam, dan pernah menjadi bagian dari
sejarah Rasulullah ketika beliau memimpin negara Islam pertama di Madinah.
Ciri-ciri pokok masyarakat madani Indonesia adalah : 1) Kesukarelaan,
artinya bukan masyarakat paksaan. 2) Keswasembadaan, artinya tidak
menggantungkan hidup dengan orang lain. 3) Kemandirian, artinya percaya
dengan kekuatan sendiri. 4) Keterkaitan dengan hukum yang disepakati, artinya
mentaati hukum yang berlaku (Tilaar, 2002 : 159).
Kebebasan masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya merupakan
prasarat pokok bagi perkembangan masyarakat maju. Pemberdayaan masyarakat
merupakan konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat people
centered. Pemberdayaan tidak hanya penguatan individu, tetapi juga pranata-
pranatanya, serta nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, terbuka, dan
bertanggung jawab. Kondisi ini menciptakan manusia kreatif produktif,
berwawasan kemasa depan, dan berdaya unggul.
Masyarakat Madani yang didambakan manausia modern adalah
masyarakat yang pluralistik, memiliki sikap toleran terhadap perbedaan yang ada,
serta dapat memberikan iklim kebebasan yang kondusif untuik mengemukakan
pendapat dan mengepresikan sikap dan pemikirannya, serta menjunjung tinggi
nilai-nilai demokrasi. Misalnya, berkenaan dengan paham pluralisme tidaklah
cukup hanya dengan sikap mengakui realitas masyarakat yang majemuk, tetapi

3
harus disertai dengan tindakan yang konkrit dan tulus untuk menerima kenyataan
kemajemukkan itu sebagai nilai yang positif dan menghormati kebudayaan
maupun paham yang beragam.
Tulisan ini mengungkapkan dasar pemikiran, kendala-kendala, dan
alternatif strategi untuk menciptakan masyarakat madani Indonesia. Masyarakat
madani Indonesia akan dikembangkan melalui tiga alternatif strategi yaitu : 1)
Strategi pemberdayaan masyarakat, 2) Strategi keterpaduan perencanaan
pendidikan, 3) Strategi keterpaduan IPTEK dan IMTAQ. Berdasarkan uraian
diatas maka penulis memberi judul makalah ini adalah : STRATEGI
MENCIPTAKAN MASYARAKAT MADANI INDONESIA.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah


Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani Indonesia
2. Apa ciri-ciri masyarakat madani Indonesia
3. Strategi apa yang digunakan untuk menciptkan agar terwujudnya masyarakat
madani Indonesia.
4. Upaya apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menciptkan masyarakat
madani Indonesia

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian dalam makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Untuk memberikan penjelasan tentang Masyarakat Madani Indonesia
2. Untuk mengetahui seperti apa sebenarnya masyarakat Madani Indonesia itu
3. Untuk mengidentifikasi strategi yang digunakan untuk menciptakan masyarakat
Madani Indonesia
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan
masyarakat Madani Indonesia

4
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi berbagai
pihak antara lain :
1. Guru (mitra peneliti khususnya), dapat memacu prestasi siswa agar terciptanya
masyarakat Madani Indonesia dimasa yang akan datang.
2. Siswa, dapat meningkatkan kualitas hasil belajar terutama dalam meningkatkan
cinta tanah air dan disiplin nasional
3. Lembaga Pendidikan, menjadi bahan pertimbangan dalam membina
kemampuan tenaga pendidik untuk tetap mengacu terwujudnya masyarakat
Madani Indonesia
5. Pemerintah Indonesia, menjadi bahan masukan bahwa masyarakat Madani
Indonesia harus sesegera mungkin terwujud tanpa harus menunggu waktu
yang terlalu lama. Dan harus disadari tanpa campur tangana pemerintah
masyarakat Madani Indonesia tidak akan dapat terwujud.

5
BAB II
MASYARAKAT MADANI SEBAGAI AMANAH REFORMASI

A. Pengertian Masyarakat Madani


Kata “Madani” berasal dari unsur serapan Bahasa Arab yaitu “Madaniah”
yang berarti ; tempat /bersifat kekotaan atau beradab/berbudaya. Madanaiah atau
Madinah adalah sebuah Kota suci di Arab Saudi. Dikota inilah Rasulullah
mengembangkan ajaran Islam selama 13 tahun dan sampai akhir hayatnya untuk
mewujudkan masyarakat yang beriman dan sejahtera. Rasulullah telah memulai
pembinaan masyarakat yang sejahtera, aman, damai, demokratis tanpa
membedakan agama, suku, ras. Sehingga orang diluar Islampun mendapat
perlindungan dari Rasulullah. Sehingga pada waktu itu masyarakat Madinah
menyebut kotanya dengan “ Al-mujtama’ al madani .Piagam perdamaian yang
ditandatangani telah menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
pada zaman Rasulullah. Piagam perdamaian itulah yang disebut dengan Piagam
Madinah. Di dalam Piagam Madinah, terdapat 10 prinsip dasar, yaitu :
1. Prinsip kebebasan beragama
2. Prinsip persaudaraan seagama
3. Prinsip persatuan politik untuk mencapai cita-cita bersama
4. Prinsip saling membantu yaitu setiap orang mempunyai kedudukan yang sama
sebagai anggota masyarakat
5. Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara
6. Prinsip persamaan di depan hukum bagi setiap warga negara
7. Prinsip penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa
pandang bulu
8. Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan
kebenaran.
9. Prinsip pedamaian dan keadilan
10. Prinsip pengakuan hak asasi atas setiap orang
(Tilaar, 2002:160).

Prinsip Piagam Madinah diatas merupakan ciri masyarakat Madani pada


zaman Rasulullah. Masyarakat Madani Indonesia tentunya tidak akan jauh
perbedaan dengan apa ayang telah dilakukan Rasulullah. Mewujudkan masyarakat
madani Indonesia, yang menuntut pergeseran paradigma masyarakat Indonesia
dewasa ini, tentunya tidak terlepas dari peran pendidikan nasional. Karena dari
sinilah segala persoalan dimulai.

6
Hal senada tentang masyarakat madani dikemukakan oleh para pakar
pendidikan sosial sebagai berikut :
Secara teroritik untuk memaknai masyarakat madani sering mengacu
kepada konsep “civil society” yang dikemukakan Cicero (106-34 SM).
Artinya adalah suatu komunitas politik yang beradab seperti di contohkan
“masyarakat kota” yang memiliki sistem hukum tersendiri. Sistem ini
dikembangkan berdasark pada konsep “civility dan urbanity” (kewargaan
dan budaya kota). Kota dalam konsep politik dimaknai lebih luas yaitu
sebagai pusat peradaban kebudayaan bukan hanya kumpulan orang-orang
untuk hidup bersama. Dalam masyarakat tersebut ada nilai-nilai luhur
yang dijunjung tinggi memiliki kekuatan di atas sistem yang di ciptakan
oleh masyarakat itu sendiri (Suwarma, 2001:3).

Masyarakat madani dipahami sebagai pengelompokkan dari anggota-


anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan bebas dan
egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala hal yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya (Hikam, 1996:84).
Adapun terminologi masyarakat Madani pertama kali dipopulerkan oleh
Prof. Naquib Al-Attas yang secara etimologi mempunyai dua arti : Pertama,
Masyarakat Kota; karena Madani adalah derivat dari kata bahasa arab yakni
Madinah yang berarti kota. Kedua, Masyarakat Berperadaban; karena Madani
adalah juga merupakan derivat dari kata Arab Tammaddun atau Madaniah yang
berarti peradaban. Dalam bahasa Inggris ini dikenal sebagai civility atau
civilization. Maka dari makna ini Masyarakat madani dapat berarti sama dengan
civil siciety yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nurcholis Madjid, bahwa istilah tersebut
merujuk kepada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi di Madinah. Dalam
hal ini kita dapat melihat bahwa nurcholis berusaha melakukan pendekatan antara
konsep masyarakat Madani yang tadinya terlahir sebagai reaksi terhadap realitas
kepolitikan Orde Baru dengan Islam, yaitu dengan mengidentikkan masyarakat
Madani dengan masyarakat Rasulullah di Madinah. Hal ini mudah untuk
dimengerti karena sebenarnya konsep masyarakat Madani yang ingin diwujudkan
di negeri ini sebagai acuan masyarakat ideal yang tidak pernah terwujud pada
masa Orde Baru adalah sebuah konsep masyarakat yang menjadi prasyarat
terciptanya alam demokrasi (Petikan internet, …………….)

7
B. Ciri-Ciri Masyarakat Madani
Cita-cita untuk membentuk masyarakat madani telah merupakan suatu
gerkan internasional sejalan berkembangnya kehidupan berdemokrasi. Bahkan ide
masyarakat madani telah mulai berkembang sejak zaman Yunani klasik. Ciri-ciri
khas dari kehidupan bermasyarakat Indonesia ialah kebhinnekaan. Pada masa orde
baru unsur kebhinnekaan itu cenderung dikesampingkan dan menekankan sifat
kesatuan bangsa. Padahal justru dalam kebhinnekaan itulah terletak kekuatan dari
persatuan bangsa Indonesia. Orde baru telah menghilangkan kekuatan
kebhinnekaan itu dan mencoba menyusun suatu masyarakat yang uniform
sehingga terciptalah suatu struktur kekuasaan yang sangat sentralistik dan
birokratik. Hal ini justru telah mengakibatkan disintegrasi bangsa kita karena
dalam usaha menekankan persatuan kita telah mengenyampingkan perbedaan
melalui cara-cara refresif, berakibat mematikan inisiatif dan kebebasan berfikir.
Cita-cita reformasi yang diinginkan adalah mengakui adanya kebhinnekaan
sebagai modal utama abangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu masyarakat
madani yang menghargai akan perbedaan.
Negara Indonesia terletak dipersimpangan pengaruh budaya Internasional.
Oleh sebab itu bangs Indonesia bukan hanya terjadi dari berbagai suku tetapi juga
dengan berbagai jenis kebudayaan sesuai dengan pengaruh kebudayaan dunia
yang telah memasuki Indonesia sejak berbad abad yang lalu. Dengan demikian
kebudayaan Indonesia terjadi dari lapisan-lapisan budaya dengan ciri-ciri yang
khas yang telah memasuki dan berintegrasi dalam budaya lokal. Kita mengenal
lapisn budaya hindu budha, budaya kristen, budaya Islam, dan kebudayaan global.
Pengaruh kebudayaan ini telah membentuk suatu mozaik kebudayaan yang sangat
kaya dan bervariasi dari kebudayaan Indonesia, sama dengan kebudayaan hayati
yang dimiliki oleh Indonesia.
Seperti yang telah dikemukakan cita-cita untuk membentuk masyarakat
madani telah merupakan suatu gerakan Internasional sejalan dengan
berkembangnya kehidupan berdemokrasi. Bahkan ide masyarakat madani telah
mulai sejak zaman Yunani Kuno. Setidaknya ada empat ciri utama masyarakat
madani, yaitu :

8
1. Kesukarelaan
Artinya suatu masyarakat madani bukanlah suatu masyarakat paksaan atau
karena indoktrinasi. Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan
dari pribadi yang bebas, yang sukarela membentuk suatu kehidupan bersama
dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang sangat besar untuk
mewujudkan cita-cita bersama. Dengan sendirinya tanggung jawab pribadi
sangat kuat karena diikat oleh keinginan bersama untuk mewujudkan
keinginan tersebut.
2. Keswasembadaan
Seperti kita lihat keanggotaan yang sukarela untuk hidup bersama tentunya
tidak akan menggantungkan kehidupannya kepada orang lain. Dan tidak
tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada lembaga atau
organisasi lain. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi yang
percaya akan kemampuan sendiri.
3. Kemandirian Tinggi Terhadap Negara
Berkaitan dengan ciri yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani
adalah manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung kepada perintah
orang lain termasuk negara. Bagi mereka, negara adalah kesepakatan bersama
sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga
tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inilah negara yang
berkedaulatan rakyat.
4. Berdasarkan Hukum
Masyarakat madani adalah masyarakat yang taat dan tunduk terhadap hukum.
Hukum ditegakkan dan semua warga negara tidak ada yang kebal terhadap
hukum. Yang melakukan perbuatan melawan hukum harus ditinda sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini jelas dan tercantum dalam Piagam
Madinah yang berbunyi “Bahwa orang-orang yang beriman dan bertaqwa
harus melawan orang yang melakukan kejahatan diantara mereka sendiri, atau
orang-orang yang suka melakukan perbuatan aniaya, kejahatan, permusuhan
atau berbuat kerusakan diantara orang-orang beriman sendiri dan mereka
harus bersama-sama melawannya walaupun terhadap anak sendiri”.

9
5. Egaliter
Egaliter artinya kesetaraan. Egalitarian adalah paham yang mempercayai
bahwa semua orang sederajat, semenatara egalitarisme diartikan sebagai
doktrin atau pandangan yang menyatakan bahwa manusia-manusia itu
ditakdirkan sama, sederajat, tidak ada perbedaan kelas dan kelompok. Jadi
masyarakat egeliter adalah masyarakat yang mengemban nilai egalitarisme
dapat digambarkan sebagai masyarakat yang mengakui adanya kesetaraan
dalam posisi di masyarakat dari sisi hak dan kewajiban tanpa memandang
suku, keturunan, ras, agama dan sebagainya.
6. Toleransi dan Pluralisme
Toleransi dan pluralisme adalah bahwa setiap pemeluk agama dituntut bukan
hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain tetapi juga terlibat dalam
usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapai kerukunan dalam
kebhinnekaan. Ide pluralisme sebenarnya berasal dari suatu pemahaman
mengenai masyarakat. Ide ini berasal dari ideologi kapitalisme yang
memandang bahwa masyarakat itu tersusun atas individu-individu yang
mempunyai berbagai aqidah (keyakinan, pandangan), kemaslahatan,
keturunan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu mereka
menganggap telah menjadi keharusan bahwa masyarakat itu majemuk,
masing-masing kelompok memiliki tujuan khusus. Perbedaan yang dimiliki
suatu masyarakat tersebut harus dijaga karena tidak mungkin dapat disatukan.
Begitu pula tentang masalah agama, pluralisme diekspresikan dalam bentuk
dialog antar agama, toleransi secara luas antar umat beragama. Dalam bidang
politik pun mencerminkan ide pluralisme ini, sebagaimana yang terlihat dalam
konstelasi politik barat yang membolehkan partai-partai yang berseberanagan
aqidah untuk berkoalisi melawan partai penguasa. .
7. Keterbukaan
Keterbukaan adalah konsekwensi dari prikemanasiaan, suatu pandangan yang
melihat semua manusia adalah baik, dan harus berprasangka baik kepada
orang lain. Tidak merasa selalu benar, bersedia mendengar pendapat orang lain
untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.

10
C. Masyarakat Madani Amanah Reformasi
Salah satu amanah reformasi yang paling mendasar adalah tuntutan akan
terwujudnya Masyarakat Madani Indonesia. Di era reformasi sekarang ini, bangsa
Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat Madani Indonesia. Tentunya masyarakat
tersebut haruslah berakar dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Memang diakui
bahwa suatu masyarakat madani mempunyai nilai-nilai universal, namun
perwujuan nilai-nilai universal itu tergantung pada kondisi sosial serta
perkembangan suatu masyarakat. Bangsa Indonesia yang berbhinneka sedang
dalam tahap belajar untuk hidup berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya,
memerlukan proses belajar dengan prioritas nilai-nilai tertentu seperti toleransi
yang tinggi, rasa kebangsaan yang sehat, ketaatan hukum, serta tanggung jawab
sosial.
Tujuan digulirkannya reformasi adalah untuk membina masyarakat
Indonesia baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita proklamasi
kemerdekaan RI yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis.
Masyarakat Indonesia yang demokratis inilah yang dinamakan masyarakat
madani. Masyarakat madani Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi dan
juga visi dari reformasi Sistem Pendidikan Nasional. Gerakan untuk membentuk
masyarakat madani berkaitan dengan proses demokratisasi yang sedang melanda
dunia dewasa ini.
Gaung reformasi terhadap realitas kepolitikan orde baru telah menggiring
pakar ilmu-ilmu sosial melakukan pengkajian paradigma masyarakat ideal dimasa
yang akan datang yaitu masyarakat madani. Gagasan masyarakat madani adalah
sebagai reaksi bagi kecenderungan berbagai analisa terhadap politik di Indonesia.
Menurut pendekatan konsep negara, eksistensi negara digambarkan sebagai
faktor determinan dan paling menentukan proses politik yang berjalan selama
orde baru. Walau akhirnya kekuasaan orde baru yang terajut demikian kukuh
malalui aliansi strategis antara birokrasi golkar dan militer tersebut runtuh.
Pelajaran yang dapat dipetik dari gagalnya orde baru adalah bahwa kemutlakan,
kemahakuasaan negara dan ketidakberdayaan masyarakat hanya akan melahirkan
berbagai praktek distortif yang dapat meruntuhkan berbagai tantangan yang ada.

11
BAB III
STRATEGI MENCIPTAKAN MASYARAKAT MADANI INDONESIA

A. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal yang perlu dipahami
besama, yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang.
2. Memperkuat potensi atau pemberdayaan masyarakat
3. Memberdayaklan mengandung pula pengertian melindungi. Artinya dalam
proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah.
Ketiga strategi pemberdayaan diatas bermuara apada tiga langkah, yaitu :
1. Secara konkret pemberdayaan masyarakat diupayaklan melalui pembangunan
ekonomi rakyat
2. Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada terwujudnya transformasi struktur
sosial secara bertahap.
3. Pengemabangan kelembagaan melalaui pemberdayaan masyarakat, harus
diupayakan adanya pengembangan kelembagaan. Dalam konteks ini perlu
dilakukan revitalisasi organisasi masyarakat tersebut, sehingga keberadaannya
benar-benar dapat menjadi peluang yang terbuka bagi seluruh anggota
masyarakat untuk ikut serta dalam proses apembangunan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat.
1. Prinsip keberpihakan (mengutamakan yang terabaikan); dalamm proses
pembangunan kerapkali sebagian besar masyarakat tetap berada dipinggir arus
pembangunan yang berjalkan cepat.
2. Prinsip Penguatan (empowering) masyarakat; dalam konteks ini terkandung
pengertian bahwa masyarakat memiliki akses (peluang kesempatan) dan
kontrol terhadap berbagai keadaan yang terjadi dalam kehidupan sekitarnya.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator dan bukan
guru.
4. Prinsip saling belajar dan mengharagai perbedaan; diawali dari adanya
pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.

12
5. Prinsip informal; upaya pemberdayaan masyarakat bersifat luwes, terbuka dan
tidak memaksa. Dengan prinsip ini akan timbul hubungan yang akrab, karena
orang luar akan berproses masuk sebagai anggota komunitas, bukan sebagai
tamu asing.
6. Prinsip mengoptimalkan hasil informasi kepada masyarakat; artinya dalam
mengumpulkan informasi tentang suatu komunitas, orang luar harus juga
menyerap pendapat masyarakat tentang informasi yang menurut masyarakat
itu lebih penting dari pada yang dirumuskan orang luar.
7. Prinsip orientral praktis, yaitu pengembangan kegiatan bersama yang diarahkan
pada pemecahan masalah komunitas dan meningkatkan kehidupan bersama.
8. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu; kepentingan dan masalah masyarakat
terus berkembang, bergeser menulis waktu sesuai dengan perubahan yang
dialami oleh masyarakat itu sendiri.
9. Prinsip belajar dari kesalahan; dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah sesuatu yang wajar.
10. Prinsip terbuka (transparancy); setiap kegiatan harus terbuka, baik informasi,
sumber dana, maupun pengelolaannya sehingga masyarakat ikut bertanggung
jawab atas kegagalan dan ikut menikmati atas keberhasilan.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, hal yang paling mendasar
adalah memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berbuat yang terbaik, hal
sesuai yang dikemukakan oleh Engking Soewarman Hasan (2001 : 1) “ Apabila
masyarakat diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbulah kekuatan besar dalam
masyarakat untuk membangun. Untuk itu kebebasan mayarakat untuk
mengaktualisasikan diri dan mewujudkan aspirasinya merupakan prasarat bagi
perkembangan masyarakat maju”.

B. Keterpaduan Penyelenggaraan Pendidikan


Sistem pendidikan nasional secara terbuka memberi peluang kepada setiap
warga negara untuk mengikuti pendidikan tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan

13
tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Permasalahan yang masih darasakan di dalam melaksanakan kebijaksanaan
pendidikan nasional adalah sebagai berikut :
1. Pemerataan Kesempatan
Dalam pemerataan kesempatan terkandung tiga arti yaitu : a. persamaan
kesempatan (equality of oppurtunity), b. Aksesibilitas, c. keadilan atau
kewajaran (equity).
2. Relevansi Pendidikan
Relevansi mengandung makna pendidikan harus menyentuh kebutuhan yang
cakupannya sangat luas. Konsep link and match (keterkaitan dan
kesepadanan) merupakan salah satu kebijakan yang mengarah pada relevansi
pendidikan.
3. Kualitas Pendidikan
Kualitas inimengacu kepada kualitas proses dan kualitas produk. Peningkatan
kualitas proses dan produk pendidikan diharapkan akan tercapai tahapan
proses belajar yang terus meningkat berkelanjutan dan ditopang oleh empat
pilar yaitu , learning to know, leraning to do, learning to be, and learning to
live together.
4. Efisiensi Pendidikan
Upaya pendidikan menjadi episien jika hasil yang dicapai maksiomal dengan
biaya yang wajar. Tidak ada pendidikan yang efisien tanpa ada effectiveness.
Upaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya pendidikan yang
dikeluarkan oleh masyarakat dengana penghematan.
Keterpaduan penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu
pembinaan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Banyak pihak
yang menginginkan agar pendidikan kita mementingkan intelektual, ada pula yang
menginginkan moral, akhlak, dan ada yang mengambil jalan tengah supaya
kedua-duanya diakomodir. Memang ditengah-tengah euphoria demokrasi selalu
muncul berbagai pendapat. Munculnya perbedaan pendapat, pandangan, konsep
seperti ini merupakan ekspresi yang sudah lama terpendam, supaya pendidikan
nasional direformasi. Karena itulah (Tilaar, 2002: 3) menyebut:

14
Reformasi pendidikan nasional semakin lama semakin perlu, mengingat
proses pendidikan merupakan tuntutan konstitusi yang mengatakan bahwa
tujuan untuk membangun negara yang merdeka ini ialah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa…tujuan kita membentuk negara ialah
untuk melahirkan bangsa Indonesia yang cerdas. Tujuan tersebut dapat
dicapai melalui pendidikan nasional. dengan demikian sitem pendidikan
nasional sangat erat kaitannya dengan politik bangsa.

Hal tersebut adalah contoh nyata keinginan yang berbeda dari masing-
masing kelompok dalam masyarakat yang bhinneka, yang tidak mudah untuk
dapat diakomodir oleh pemerintah dalam satu bingkai yang sama, tunggal ika.
Menyadari hal-hal seperti ini maka ada baiknya pendidikan kita bertolak dari
kebhinnekaan, baik agama, maupun budaya, setiap daerah mempunyai latar
belakang budaya tertentu, memiliki nilai-nilai pendidikan tradisi tertentu pula,
mengapa tidak itu saja yang dikembangkan?
Karena itu sistem pendidikan nasional yang digariskan dalam UU tentang
Sisdiknas, disamping mempersiapkan peserta didik ke arah pencapaian tujuan
tertentu, harus juga memuat/mengatur dan mengakomodir peran pendidikan
(sekolah) dalam mempersiapkan peserta didiknya untuk menghadapi realita sosial
budaya yang ada di lingkungan daerah tempat tinggalnya. Hal ini sesungguhnya
telah diakomodir oleh pemerintah dalam kurikulum 1994, dengan memasukkan
20% kurikulum muatan lokal ke dalam kurikulum sekolah, namun dari
pelaksanaannya selama satu dasawarsa, kurikulum muatan lokal yang dulu
dituntut oleh daerah juga tidak berhasil dengan baik (mungkin gagal), karena
pemerintah dan daerah hanya mempersiapkan kurikulumnya saja, tanpa diiringi
dengan persiapan tenaga guru yang professional untuk itu
Pendidikan dapat menghaluskan dan mempertinggi derajat peserta didik,
atau pendidikan budaya merupakan pendidikan yang mempertinggi nilai
kemanusiaan. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia atau
menuntun manusia agar tetap berada dalam kodratnya sebagai mahluk
manusia. Pendidikan menuntun manusia untuk menyempurnakan rasa,
karsa dan ciptanya. Pendidikan dicurahkan untuk menolong insan
manusia menyingkap rahasia alam, memupuk bakat serta memimpinnya
untuk kebaikan dirinya dan masyarakatnya. (Ki Hajar Dewantara,
1962:318-324)

15
Tujuan tertentu secara nasional yang harus dicapai oleh peserta didik,
seperti yang digariskan dalam RUU Sisdiknas juga perlu, dalam rangka
mempersiapkan kualitas sumber daya generasi penerus bangsa, apalagi
perkembangan dunia masa depan penuh dengan persaingan global, kalau kita
tidak siap, maka kita akan menjadi bangsa ‘penonton’ saja, bukan bangsa pelaku,
dan lebih parahnya kalau kita menjadi ‘penonton’ di negeri sendiri, bagaimapun
lebih baik bila kita menjadi tuan di negeri sendiri. Pengembangan pribadi di
dalam masyarakat yang berbudaya, baik lokal, nasional, maupun dalam budaya
global, tidak dapat kita elakkan lagi dalam kehidupan global abad 21.
Kita telah melihat kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat
kita dewasa ini memerlukan paradigm shif untuk memenuhi kehidupan baru
millennium ketiga. Perundanga-undangan yang ada dirasakan tidak memadai lagi
untuk menjawab tantangan baru tersebut. Kehidupan baru dalam millennium
ketiga menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi, antara lain manusia
yang dapat bersaing dalam kehidupan global dan tentunya tetap merupakan
manusia yang bermoral dan bertaqwa. Manusia seutuhnya tersebut tentunya tidak
dapat sepenuhnya diwujudkan melalui lembaga-lembaga sekolah. Ada baiknya
apabila lembaga-lembaga sekolah kita mengkonsentrasikan kepada tugas-tugas
utamanya, ialah mengembangkan kemampuan intelektual generasi mda Indonesia
dalam arti seluas-luasnya, dan tetap dalam koridor manusia Indonesia seutuhnya
yang beriman dan bertaqwa.
Paradigma baru dalam pendidikan di sekolah-sekolah dalam masyarakat
Indonesia bukan berarti membawa pendidikan kita kepada kekeliruan yang selama
ini dilakukan, yaitu intelektualisme yang semu dan kurang memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi manusia Indonesia.
Pendidikan adalah suatu kebutuhan bagi setiap warga negara, karena itu
pemerintah harus memenuhi kebutuhan ini, apalagi telah dijamin dalam konstitusi
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Menurut Tilaar (2002 : 169-175) strategi pembangunan pendidikan nasional harus
meliputi enam aspek, yaitu: Pertama, Pendidikan dari, oleh dan bersama-sama
masyarakat. Kedua, Pendidikan didasarkan pada kebudayaan nasional yang

16
bertumpu pada kebudayaan lokal. Ketiga, Proses pendidikan mencakup proses
hominisasi dan proses humanisasi. Keempat, Pendidikan demokrasi. Kelima,
Kelembagaan pendidikan harus menjiwai dan mewujudkan nilai-nilai demokrasi.
Keenam, Desentralisasi manajemen pendidikan nasional.
Karena itu tepatlah apa yang ditulis oleh Fasli Jalal dan Dedi Supriadi
(2001:63):
Pendidikan nasional diharapkan mampu menghasilkan manusia dan
masyarakat Indonesia yang demokratis-religius yang berjiwa mandiri,
bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, dan menekankan
keunggulan sehingga tercapai kemajuan dan kemakmuran. Tujuan yang
demikian mulia ini mempersyaratkan kepedulian keluarga, masyarakat,
bersama-sama dengan organisasi dan institusi pendidikan nasional yang
mandiri, mampu untuk selalu melakukan inovasi menuju ke suatu system
pendidikan nasional yang unggul.

C. Keterpaduan Pembinaan IPTEK dan IMTAQ


Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada
kemampuannya dalam meningkatkan kualitas sumbser daya manusia dan
menerapkan industrialisasi dalam kehidupan ekonominya. Industrialisasi itu
sendiri berintikan iptek, sedang teknologi merupakan ilmu yang diterapkan dalam
menunjang proses kehidupan sehari-hari. Penerapan teknologi tersebut hanya
dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup bangsa dengan jalan peningkatan nilai tambah sumber daya manusia.
Sebagai negara yang sedang berkembang, pembangunan Indonesia diarahkan
menuju suatu negara industri. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan empat
tahapan transformasi teknologi, yaitu :
1. Pemanfaatan teknologi yang sudah ada
2. Integrasi teknologi untuk memproduksi barang-barang baru dengan cara
menciptakan desain baru.
3. Inovasi dan pengembangan teknologi baru dengan menciptakan teknologi tahap
sebelumnya.
4. Penelitian ilmu-ilmu dasar.

17
Iptek akan menjadi unsur dinamis dan mempunyai peranan yang semakin
intensif dan ekstensif dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Upaya
untuk mengoptimalkan peranan iptek menuntut perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap beberapa agenda strategi :
1. Kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan, khususnya dalam menguasai,
mengembangkan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
2. Kekayaan sumber daya alam yang kita miliki memerlukan pemanfaatan dan
pengelolaan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh bangsa.
3. Penyebaran pemerataan kegiatan pembangunan sampai ke kepulauan dan
daerah terpencil, sehingga memberikan manfaat yang merata pada seluruh
rakyat.
4. Globalisasi di bidang ekonomi sebagai akibat dari perkembangan di bidang
komunikasi, transpormasi dan teknologi produksi menuntut antisipasi melalui
upaya peningkatan daya saing dan jasa terhadap negara-negara lain.
5. Disamping melalui jalur pendidikan sekolah , ilmu pengetahuan dan teknologi
perlu di budidayakan dalam masyarakat. Pembudayaan ini dimaksudkan agar
mereka menjadi masyarakat yang melek iptek, yaitu masyaraklat yang
menyadari bahwa iptek merupakan upaya rasional untuk memahami alam
sekitar mampu berkomunikasi dengan bahasa iptek, dan mampu
mengapresiasikan kebijakan dan isu-isu di bidang iptek.
Tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan
bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa dn berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian iman dan taqwa akan menjiwai
sekaligus menjadi perekat dalam membina kualitas sumber daya manusia yang
berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan agama.
Manusia diberikan akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Karunia inilah yang dapat menghasilkan budaya yang
salah satunya tertuang dalam IPTEK. Oleh karena itu, IPTEK sebagai
karunia tidak langsung dari Tuhan wajib kita syukuri, bukan untuk
didewa-dewakan atau dipertuhankan. Hubungan manusia dengan sesama
makhluk diatur oleh Maha Pengatur, sedangkan IPTEK sebagai

18
karunianya, merupakan instrumen pembantu untuk mencapai
kesejahteraan. Melupakan, apalagi mengingkari kekuasaan Allah Yang
Maha Kuasa yang kemudian berpaling kepada IPTEK, merupakan
kekufuran, yang akibatnya dapat menimbulkan bencana. (Nursid
Sumaatmadja, 2000:76-77).

Manusia agamis, sesuai dengan tuntutan ajaran agamanya, adalah sosok


pribadi yang memiliki solidaritas sosial tinggi, pikiran dan prilakunya berjiwa
demokrasi, berbuat kebijakan dan kesalihan, santun, berbudi pekerti luhur dan
penuh kedamaian, disiplin waktu dan beribadah yang keseluruhannya itu dilandasi
iman dan taqwa. Indikator sosok pribadi tersebut adalah selaras denagan
kandungan tujuan pendidikan nnasional. Oleh sebab itu keterpaduan antara iptek
dan imtaq dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti
masyarakat madani telah terintegrasikan baik konsep maupun
operasionalisasinya.

19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

1. Kata “Madani” secara etimologi mempunyai dua arti : Pertama, Masyarakat


Kota; karena Madani adalah derivat dari kata bahasa arab yakni Madinah yang
berarti kota. Kedua, Masyarakat Berperadaban; karena Madani adalah juga
merupakan derivat dari kata Arab Tammaddun atau Madaniah yang berarti
peradaban. Dalam bahasa Inggris ini dikenal sebagai civility atau civilization.
Masyarakat madani dapat berarti sama dengan civil siciety yaitu masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban. Pendapat senada juga
dikemukakan oleh Nurcholis Madjid, bahwa istilah tersebut merujuk kepada
masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi di Madinah.
2. Ciri-ciri Masyarakat Madani adalah sebagai berikut:
a. Kesukarelaan
b. Keswasembadaan
c. Kemandirian Tinggi Terhadap Negara
d. Berdasarkan Hukum
e. Egaliter
f. Toleransi dan Pluralisme
g. Keterbukaan
3. Strategi untuk menciptakan Masyarakat Madani adalah sebagai berikut.
a. Strategi pemberdayaan masyarakat
b. Strategi keterpaduan perencanaan pendidikan
c. Strategi keterpaduan IPTEK dan IMTAQ
B. Saran-Saran
1. Hendaknya setiap komponen dapat membuat strategi untuk mewujudkan
masyarakat Madani Indonesia.
2. Penerapan Masyarakat Madani Indonesia perlu dimodifikasi sesuai dengan
karateristik sasaran yang akan dicapai.
3. Pemerintah diharapkan pro aktif bersama rakyat untuk bersama-sama
membangun Masyarakat Madani Indonesia

20
DAFTRA PUSTAKA
Engking Suwarman Hasan. (2001). Strategi Menciptakan Manusia Yang
Bersumber Daya Unggul.[online]. Tersedia :http:// www.Depdiknas.Go.Id

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (eds). (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa.

H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani


Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ki Hajar Dewantara. (1962). Pendidikan. Jogjakarta: Percetakan Taman Siswa

Masykur Hakim dan Tanuwijaya. (2003). Model Masyarakat Madani. Jakarta :


Intimedia Cipta Nusantra.

Mohamad Zen. (2002). Orang Laut; Studi Etnopedagogi. Jakarta : Yayasan Bahari
Nusantara.

Nursid Sumaatmadja. (2000). Manusia Dalam Konteks Sosial budaya dan


Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Suwarma Al Muchtar. (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung :


Gelar Pustaka Mandiri.

Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nosional.


Jogjakarta : Media Wacana Press.

21

Anda mungkin juga menyukai