lufi.wahidati@ugm.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh anime dan manga terhadap
pembelajaran bahasa Jepang di kalangan mahasiswa Program Studi Diploma III Bahasa
Jepang, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan
didistribusikan kepada mahasiswa pada bulan Mei 2017. Pertanyaan dalam kuesioner tersebut
mencakup motivasi belajar bahasa Jepang, tingkat ketertarikan pada produk budaya populer
Jepang, frekuensi mengkonsumsi anime/manga, efek pada pembelajaran bahasa Jepang
dengan mengkonsumsi anime/manga, serta perubahan persepsi mahasiswa terhadap bahasa
dan budaya Jepang. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) sebagian
besar mahasiswa pertama kali mengenal bahasa Jepang melalui anime/manga; 2)
mengonsumsi anime/manga mendukung pembelajaran bahasa Jepang, terutama untuk
pengayaan kosakata, latihan menyimak, dan pendalaman pemahaman konteks penggunaan
kata atau ekspresi bahasa Jepang; dan 3) sebagian besar mahasiswa mengalami perubahan
persepsi mengenai bahasa dan budaya Jepang setelah mempelajari bahasa Jepang di
universitas. Akan tetapi, bahasa dalam anime mengandung unsur stereotip (yakuwarigo),
sehingga pengetahuan tentang yakuwarigo dan konteks sosiologis dalam bahasa Jepang perlu
diperkenalkan pada mahasiswa.
Abstract
(Title: The Effect of Anime and Manga Consumption on Japanese Language and Culture
Learning) This research was conducted to look at how far anime and manga effect Japanese
language learning among the students of the Japanese Program in the Vocational College of
Universitas Gadjah Mada. The data were collected via a question form. The question form was
distributed to 2nd year and 3rd year Japanese students in May 2017. The questions in the
questionnaire include the Japanese language learning motivation, the level of interest in
Japanese anime and manga, frequency of consuming anime/manga, as well as the effect on the
Japanese language learning by consuming the products. From the data obtained, things can be
concluded as follows: 1) most of the students stated that the first time they knew Japanese was
through anime/manga; 2) watching anime can support students’ Japanese learning, especially
for vocabulary enrichment, listening exercises, and understanding the context of the use of
Japanese words or expressions; and 3) most of the students experienced a change of
perceptions about Japanese language and culture after learning Japanese in the university.
However, the language used in the anime contains stereotypical elements (known as role
language or yakuwarigo) and therefore yakuwarigo and sociological context in Japanese
should be introduced to the students.
1 2
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Penelitian tentang popularitas produk budaya
Internet Indonesia atau APJII (2016), konten berita populer Jepang di berbagai negara termasuk negara-
mancanegara adalah yang paling banyak dikunjungi negara di benua Eropa, Amerika, dan Asia telah
(20,6% dari total responden). Sedangkan untuk dilakukan oleh banyak peneliti. Selanjutnya, adanya
konten hiburan, 41% responden menjawab keterkaitan antara budaya populer Jepang dengan
menggunakan internet untuk menonton film, 35,5% motivasi pembelajar bahasa Jepang pun dapat
untuk mendengarkan musik, dan 12,3% untuk diamati di negara lain. Misalnya di Katar (Nemoto,
melihat siaran olah raga. 2011), di Trinidad-Tobago (Kawasaki-Tull, 2011) di
Thailand (Toyoshima, 2013), di Prancis (Kondo dan
Muranaka, 2010).
motivation to learn the Japanese language. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa
After the student starts to learn Japanese, yang memilih Sastra Jepang karena alasan
he or she may become interested in J-pop, lain pun menggunakan drama atau anime
which may motivate the student to learn the dalam proses pembelajaran bahasa Jepang.
language with even greater enthusiasm.
Later, as the student’s language ability Djafri (2016) dalam penelitiannya
improves, the student may in turn become mengenai perubahan motivasi
interested in Japanese dramas and movies. pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia,
The encounters with new Japanese cultural dari 5 mahasiswa yang diwawancarai (satu
products become motivators for the student orang tidak tertarik pada budaya Jepang,
to continue learning the language, and
empat orang memiliki ketertarikan pada
they also enhance the student’s interest in
Japan and its culture”. budaya Jepang), disimpulkan bahwa
terdapat dua pola perubahan motivasi
Menurut teori ini, mahasiswa yang pembelajar, yaitu perubahan ke arah
mungkin awalnya hanya tertarik pada kemunduran dan perubahan ke arah
manga, setelah menguasai bahasa Jepang kemajuan. Salah satu mahasiswa yang
atau setelah kemampuannya meningkat, mengalami perubahan ke arah kemajuan
ketertarikannya terhadap produk budaya mengatakan bahwa saat motivasi belajarnya
Jepang lainnya akan muncul dan menurun, dia harus menemukan cara belajar
meningkatkan antusiasmenya dalam belajar yang cocok untuk dirinya sendiri.
bahasa Jepang. Seorang pembelajar bahasa Kemudian atas saran teman-temannya dia
Jepang yang awalnya tidak memiliki pun mempelajari bahasa Jepang tidak hanya
ketertarikan terhadap budaya populer dari buku pegangan perkuliahan, namun
Jepang pun sangat mungkin menjadi juga menggunakan berbagai media seperti
tertarik pada produk tersebut setelah dorama, anime, manga, lagu, dan berita
menguasai bahasa Jepang hingga level dalam bahasa Jepang. Dengan cara itulah
tertentu. Hal yang sama mungkin juga dia menemukan cara belajar yang
terjadi di antara para pembelajar bahasa menyenangkan hingga dapat meningkatkan
Jepang di Indonesia. kemampuan bahasa Jepangnya hingga
berhasil lulus Ujian Kemampuan Bahasa
Novianti (2007) mengungkapkan Jepang (JLPT) level N33.
bahwa berdasarkan hasil angket yang
Berdasarkan pada kedua penelitian
disebarkan ke 170 mahasiswa Sastra Jepang
tersebut, secara jelas dapat disimpulkan
di empat universitas (Universitas Pajajaran,
bahwa terdapat kaitan yang erat antara
Universitas Brawijaya, Universitas
produk budaya populer Jepang dangan
Widyatama, dan Universitas Bina
pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia.
Nusantara), sebanyak 58% responden
Beberapa penelitian tentang pemanfaatan
mengatakan bahwa mereka memilih jurusan
anime/manga dalam perkuliahan bahasa
Sastra Jepang karena ketertarikannya pada
Jepang telah dilakukan. Akan tetapi, hingga
budaya populer Jepang dan bahkan 75%
saat ini sejauh penelusuran peneliti, belum
responden mengatakan bahwa drama dan
ada penelitian mengenai bagaimana
animasi dalam bahasa Jepang membantu
manfaat serta pengaruh produk budaya
dalam proses pembelajaran bahasa Jepang.
populer dalam pembelajaran budaya dan
3
Ujian Kemapuan Bahasa Jepang (Nihongo N1 adalah yang tertinggi. Banyak perusahaan Jepang
Noryouku Shiken/Japanese Language Profeciency yang menyaratkan bahwa seorang pelamar di bidang
Test (JLPT)) merupakan ujian yang diselenggarakan pekerjaan yang menggunakan bahasa Jepang
oleh The Japan Foundation untuk mengukur minimal harus sudah lulus ujian N3 untuk diterima
kemampuan bahasa Jepang seseorang. Ujian ini sebagai pekerja di perusaahaan mereka.
terdapat 5 level. Level N5 adalah yang terendah dan
melalui tayangan anime. Perubahan trend belum mendapatkan data yang lebih
ini membuat orang Indonesia semakin mendetail mengenai budaya seperti apa
familiar dengan bahasa Jepang. yang mereka maksud, karena sebenarnya
anime/manga pun termasuk dalam budaya
Gambar 1. Grafik media pertama kali Jepang.
mengenal Bahasa Jepang
Tabel 1. Pemicu siswa untuk
mempelajari Bahasa Jepang
Pemicu Jumlah
1. ketertarikan pada
budaya/bahasa Jepang 35
2. ketertarikan pada
anime/manga/j-
pop/dorama/game Jepang 23
3. ketertarikan pada bahasa
dan budaya asing 7
4. pelajaran wajib di SMA 5
5. ingin bekerja di
perusahaan
Jepang/bekerja di Jepang 3
6. ingin pergi ke Jepang 3
7. kuliah di jurusan Bahasa
Hal tersebut dibuktikan dari data Jepang 1
hasil angket seperti yang dapat dilihat pada Total 77
gambar 1. Sebanyak 62% mahasiswa
mengaku pertama kali mengenal bahasa 4.2 Manfaat Mengonsumsi
Jepang melalui produk budaya populer Anime/Manga bagi Pembelajaran
Jepang, termasuk di dalamnya anime, Bahasa Jepang
manga, lagu, drama, film, dan game Jepang.
Bahkan kebanyakan dari mereka Pembahasan berikutnya akan
menyebutkan bahwa mereka mulai difokuskan pada manfaat yang dirasakan
menganal bahasa Jepang melalui tayangan oleh mahasiswa ketika mengonsumsi
anime di TV sejak masih duduk bangku di anime/ manga. Pada poin pertanyaan
Sekolah Dasar. “apakah Anda menyukai anime/manga?”
Jumlah mahasiswa yang menjawab “ya”
Kontak dengan produk budaya terdapat sebanyak 57 orang (74%) dan
Jepang nampaknya memicu munculnya frekuensi rata-rata menonton anime adalah
keinginan beberapa mahasiswa untuk 27 kali dalam satu bulan (satu kali dalam
mempelajari bahasa Jepang secara formal. satu hari). Bahkan ada mahasiswa yang
Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa sebanyak menjawab menonton anime hingga empat
23 mahasiswa (29.8%) mengaku memulai kali dalam satu hari. Sebagian besar dari
mempelajari bahasa Jepang karena mereka menonton anime dalam bahasa
ketertarikan mereka terhadap budaya Jepang dengan subtitle bahasa Indonesia
popular Jepang. Dari tabel 1 dapat dilihat (70%) atau subtitle bahasa Inggris (28%).
pula bahwa ternyata jumlah tersebut masih Hanya satu orang yang menjawab
lebih rendah jika dibandingkan dengan menonton dalam bahasa Jepang tanpa
mahasiswa yang menjawab terpicu subtitel.
mempelajari bahasa Jepang karena
ketertarikannya pada budaya/bahasa Jepang,
yaitu sebanyak 45.4%. Sayangnya peneliti
Tabel 2. Manfaat yang dirasakan oleh oleh mahasiswa. Jawaban paling banyak
siswa dengan mengonsumsi anime adalah menonton anime dapat membantu
Manfaat belajar mempelajari dan memperkaya kosakata
Jumlah (34). Jawaban terbanyak berikutnya adalah
menggunakan anime
1. Mempelajari dan mem- melatih pendengaran (24), dan membantu
34
perkaya kosakata memahami konteks penggunaan sebuah
2. Berlatih pendengaran 24 kata atau ekspresi bahasa (17).
3. Membantu memahami
konteks penggunaan sebuah 17 Ketiga ciri bahasa dalam
kata atau ekspresi bahasa manga/anime yang diungkapkan oleh
4. Berlatih pelafalan/ Suzuki yang telah dijelaskan pada bagian
14
aksen/intonasi bahasa Jepang sebelumnya menggambarkan hal-hal yang
5. Berlatih percakapan 14 mungkin diserap oleh mahasiswa yang
6. Dapat mengetahui perbedaan megonsumsi anime. Melalui anime,
7
ragam formal dan informal mahasiswa tidak hanya berlatih
7. Mempelajari budaya Jepang 6 mendengarkan percakapan bahasa Jepang,
8. Membantu memahami namun lebih dari itu. Dengan menonton
5
bahasa sehari-hari anime, mahasiswa secara sadar maupun
9. Meningkatkan minat pada tidak sadar dapat mempelajari kosakata
4
bahasa Jepang baru, ekspresi bahasa, yakuwarigo,
10. Mempelajari pola tata bahasa 4 onomatope dan unsur bahasa yang lain yang
11. Mempelajari huruf kanji 3 mungkin tidak sempat diajarkan dalam
12. Berlatih menerjemahkan 2 perkuliahan secara mendalam karena
13. Mengenal dialek bahasa keterbatasan waktu. Melalui anime, mereka
2
Jepang juga dapat sekaligus menyerap konteks
Total 136 pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari
di Jepang melalui peristiwa yang disajikan
Selanjutnya, pada poin pertanyaan dalam cerita.
“Apakah Anda berfikir bahwa menonton
anime dapat mempengaruhi pembelajaran 4.3 Perubahan Persepsi Mengenai
bahasa Jepang Anda?”, 70 orang menjawab Bahasa dan Budaya Jepang Setelah
“ya”. Dengan ini terbukti bahwa mahasiswa Masuk ke Universitas
yang tidak menyukai anime pun ternyata
Pertanyaan selanjutnya dalam
menggunakan anime sebagai media untuk
belajar dan mendapatkan manfaat dari angket adalah berkaitan dengan ada
menonton anime. Durasi satu episode anime tidaknya perubahan persepsi mahasiswa
kurang lebih adalah 30 menit. Selama itu, tentang budaya atau bahasa Jepang. Dari
dapat dikatakan mahasiswa belajar bahasa total 77 mahasiswa, 47 orang menjawab
Jepang secara mandiri, di samping bahwa persepsi mereka tentang budaya dan
mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan bahasa Jepang yang mereka dapat dari
rumah yang diberikan dosen saat
anime/manga berubah setelah mempelajari
perkuliahan.
bahasa Jepang di universitas. Dari 47
Pada poin pertanyaan mengenai mahasiswa tersebut, 36 orang adalah
manfaat menonton anime, mahasiswa penggemar anime/manga, sementara 11
diperbolehkan untuk mengisi lebih dari satu orang lainnnya hanya menjawab kadang-
jawaban. Pada tabel 2 dapat diihat pengaruh kadang menonton anime, namun bukanlah
positif menonton anime terhadap
penggemar anime/manga. Perubahan
pembelajaran bahasa Jepang yang dirasakan