Anda di halaman 1dari 4

Proposal penelitian

Akibat Terobsesi Terhadap Budaya Jejepangan


di Kalangan Kehidupan Remaja Budi Indah

Daniel Stanley
11 IPS
Sekolah Bina Mulia
Ketertarikan para remaja terhadap budaya Jepang sudah muncul sejak tahun 1990-an.
Ketertarikan ini bermula sejak kemunculan berbagai tayangan kartun di salah satu stasiun
televisi swasta Global TV, seperti Ninja Hatori, dll, ditambah dengan beredarnya komik Jepang
yang menjamur di seluruh penjuru kota besar. Tentu saja ini menjadi permulaan remaja tertarik
akan budaya Jepang.

Seiring perkembangan IPTEK, pertukaran informasi pun kian mudah dari satu negara ke
negara lainnya. Selain itu, dengan keberadaan fasilitas yang memadai pula membuat remaja
kian bebas mengakses informasi terkait budaya-budaya negara lain yang dalam hal ini adalah
budaya Jepang.

Ketertarikan ini tak hanya disebabkan oleh kemunculan berbagai komik atau acara kartu
semata, tetapi juga mulai masuknya lagu-lagu Jepang yang lebih populer tahun 1980-an.
Naiknya popularitas lagu Jepang ini ditandai dengan munculnya Band Indonesia yang bergenre
Jepang seperti J-Pop dan J-Rock. Lagu J-Pop pertama yang terkenal di Indonesia yaitu
Kokoronotomo karya Mayumi Itsuwa. Lagu tersebut dapat menjadi populer di Indonesia karena
melody lagunya yang enak didengar dan sesuai dengan tipe musik orang Indonesia . Mulai dari
sini, lagu J-Pop menjadi sangat terkenal dan diterima di Indonesia.

Populernya anime di kalangan remaja juga menjadi salah satu faktor penyebab lagu-lagu
Jepang menjadi populer. Hal ini berhubungan dengan banyaknya lagu Jepang yang dimasukkan
ke dalam intro anime sebagai pertanda bahwa anime tersebut akan segara tayang, ditambah
lagi dengan mulai munculnya banyak artis J-Pop seperti Yonezu Kenshi dan YOASOBI yang
sanggup meraup banyak hati para penggemar lagu J-Pop dengan liriknya yang menyayat hati
namun diselimuti oleh melody yang enak untuk didengar dan terkesan ceria. Hal ini dapat
berhasil karena mayoritas penggemar lagu J-Pop adalah para remaja yang identik dengan
menyukai lagu-lagu galau. Faktor-faktor inilah yang juga membuat ketertarikan para remaja
akan budaya Jepang kian meningkat.

Faktanya, ketertarikan remaja terhadap budaya Jepang ini tidak hanya sebatar kagum semata,
tetapi lebih dari itu. Tidak heran jika banyak remaja yang menjadi ingin mempelajari bahasa
aslinya hanya karena menonton anime. Namun, tidak banyak juga yang menjadi terobsesi
terhadap budaya Jepang bahkan sampai menyembah-menyembah segala hal yang berasal dari
Jepang. Mereka juga menganggap bahwa Jepang adalah yang terbaik dari segalanya dalam
segala hal. Tidak hanya itu, mereka juga sering menggunakan kata-kata yang mereka dengar
dari anime dalam kehidupan sehari-harinya serta mengikuti perilaku karakter anime
kesukaannya tidak peduli kalau perilakunya buruk. Remaja-remaja seperti inilah yang sering
disebut oleh kalangan umum sebagai wibu.
Istilah wibu berasal dari bahasa Inggris yakni weaboo. Wibu adalah sebutan untuk seseorang
(meski bukan warga) yang begitu mencintai dan gila akan budaya Jepang. Melansir dari Japan
Powered (13/9/2021), para wibu sering melakukan percakapan menggunakan bahasa Jepang di
kehidupan sehari-hari meskipun mereka bukan warga Jepang.

Remaja yang ingin mempelajari bahasa aslinya ini berbeda dengan wibu karena mereka tidak
tergila-gila akan budaya Jepang namun mereka mempelajari hal-hal mengenai Jepang serta
budayanya secara akademis dan tidak melakukan percakapan menggunakan bahasa Jepang di
kehidupan sehari-hari mereka. Mereka biasa disebut dengan japanologist (in: Ahli Jepang).

Berbeda dengan wibu yang merupakan fanatik anime yang obsesif dan tidak memiliki niat
untuk mempelajari bahasa aslinya dengan sungguh-sungguh. Akibatnya mereka hanya dapat
mengucapkan kata-kata yang sering dilontarkan dalam anime seperti “watashi” (in: saya) dan
lain-lain. Wibu ini juga bisa dikatakan dapat merugikan masyarakat sekitar. Tidak hanya
masyarakat sekitar, seorang wibu juga dapat merugikan baik keluarga, teman, maupun dirinya
sendiri seperti menjadi orang yang antisosial, tidak mencintai negara sendiri, tidak ada teman,
dan dikucilkan.

Peneliti menganggap penelitian ini penting karena bagaimana seorang remaja dapat memiliki
gaya hidup perilaku yang sangat mengikuti tren Jepang namun tidak meninggalkan ajaran
agama yang dianuti dan tidak menjadi seorang wibu. Gaya hidup perilaku bisa dilihat dari
apakah mereka melakukan pola gaya hidup yang sama seperti yang ditampilkan tokoh anime.
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan berfokus pada para remaja yang tinggal di Perumahan
Budi Indah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perlu
dilakukan penelitian secara eksperimen mengenai akibat terobsesi terhadap budaya Jejepangan
di kalangan kehidupan remaja Budi Indah serta faktor-faktor penyebab remaja dapat menjadi
seorang wibu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut:

1.
2.
3.

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai