Keterangan Warna
Oren : Pernyataan Jawaban
Merah : Jawaban Salah
Biru
: Jawaban Benar
Teks di atas tidak memperhatikan penulisan kata depan dan awalan. Oleh
sebab itu, perbaikilah teks tersebut.
Teks
Komik adalah media komunikasi yang populer, tetapi yang paling
sedikit dibincangkan sebagai suatu gejala kebudayaan. Sejauh ini, jumlah
kajian tentang komik di Indonesia sangat tidak seimbang dibandingkan
popularitas atau pun usia keberadaan komik itu. Sejarah komik di Indonesia,
melalui strip komik bersambung di media cetak, mencatat Put On karya Kho
Wang Gie di surat kabar Sin Po sebagai komik Indonesia terawal pada 1931,
sedangkan strip komik Mentjari Poetri Hidjoe, Karya Nasroen A.S., mengisi
lembaran-lembaran mingguan Ratoe Timoer sejak 1939. Dengan kata lain,
sejarah komik di Indonesia sudah terentang selama 70 tahun lebih. Namun,
dalam kurun waktu itu, terlalu sedikit karya ilmiah yang mengkaji komik
Indonesia. Di antara yang sedikit itu sangat menonjol Les Bandes Dessines
Indonesiennes, di sertai Marcel Bonneff yang selesai ditulis pada tahun 1972
untuk diuji di Prancis, dan terbit dalam bahasa Prancis pada tahun 1976. Di
sertai tersebut baru diterjemahkan dan terbit dalam sebagai buku pada 1998.
Meski sejak tahun 80-an terdapat sejumlah kajian ilmiah, tetap belum
sebanding dengan keberadaan komik Indonesia itu sebagai gejala kebudayaan.
Kesastraan Komik dan Wacana Indonesia (dengan perubahan)
Seno Gumira Ajidarma
3. Pelatihan
Teks
KAMPUS SEBAGAI PUSAT BUDAYA
Saat membaca judul diatas, teman-teman mungkin bertanya mengapa
kampus di sebut demikian. Bukankah yang sering disebut sebagai pusat
budaya adalah kota-kota besar seperti jakarta, bandung, medan atau kota-kota
besar lainnya yang dopenuhi oleh orang-orang dengan latar budaya yang
berbeda? Tetapi ternyata tidak sebatas itu saja. Bila ditinjau kembali,
pengertian pusat budaya adalah tempat berkumpul atau bertemunya banyak
orang dengan latar budaya yang berbeda dalam jangka waktu yang lama.
Pengertian tersebut mungkin telah menjawab pertanyaan mengapa kampus di
sebut sebagai pusat budaya.
Kampus adalah tempat mahasiswa belajar, berkreasi bahkan meraih
mimpi. Dalam melakukan hal-hal tersebut mereka pasti punya caranya
masing-masing dan cara yang mereka tunjukkan menggambarkan budaya
mereka. Mungkin ada bahkan banyak mahasiswa yang cara belajarnya pasif
dalam arti mereka datang ke kampus hanya untuk duduk dan mendengar apa
yang di bicarakan oleh dosen, meskipun tidak sepenuhnya mereka mngerti.
Namun sebaliknya banyak juga mahasiswa yang budaya belajarnya aktif.
Setiap ada kesempatan, dia mencoba bertanya pada dosen tentang hal-hal yang
tidak diketahuinya atau bila memungkinkan, mahasiswa dapat berdiskusi
diluar jadwal kuliah/ Hal-hal demikian sangat sering kita lihat di dunia
kampus. Budaya yang ditunjukan setiap mahasiswa selalu berberda.
Memang wajar kampus di sebut sebagai pusat budaya. Yang mana
mahasiswanya tidak terbatas berasal dari daerah Universitas itu berada.
Bahkan universitas cendrawasih dan universitas syahkuala sebagai universitas
paling timur dan barat Indonesia, mahasiswanya majemuk. Bila demikian kita
dapat membayangkan kemajemukan budaya di universitas negeri yang ada di
jawa yang selama ini menjadi pavorite anak muda Indonesia. Mereka
berlomba-lomba untuk memperebutkan satu kursi saja. Saat mereka
berkomunikasi satu sama lain, mereka dapat mengetahui asal daerah teman
mereka dengan mengenali logat mereka. Contohnya adalah logat batak yang
dikenal kasar. Logat inipun termasuk budaya.
Saat masih SMA, mugkin kita ditempatkan orangtua di sekolah dekat
rumah dengan alasan kenyaman dan di anggap belum cukup dewasa untuk
merantau. Beda halnya saat kita menjadi seorang mahasiswa. Kita dapat
mencari universitas terbaik di Indonesia, yang kita suka. Otomatis kita juga
harus rela berpisah dengan orangtua. Karena saat kuliah itulah kepribadian
kita di bentuk. Di kampus kita dapat bertemu dengan teman-teman yang
berberda budayanya sehingga kita dapat saling memahami tanpa harus
menjadi seperti budaya oranglain. Satu sama lain menunjukan cirinya baik
dalam berpakaian, berbicara, berpikir, dan berperilaku. Yang masing-masing
menggambarkan budaya.
Perbaikilah pemakaian huruf kapital, huruf miring, dan penulisan kata
pada teks diatas.
Teks
KAMPUS SEBAGAI PUSAT BUDAYA
Saat membaca judul di atas, teman-teman mungkin bertanya
mengapa kampus disebut demikian. Bukankah yang sering disebut sebagai
pusat budaya adalah kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan atau
kota-kota besar lainnya yang dipenuhi oleh orang-orang dengan latar budaya
yang berbeda? Tetapi ternyata tidak sebatas itu saja. Bila ditinjau kembali,
pengertian pusat budaya adalah tempat berkumpul atau bertemunya banyak
orang dengan latar budaya yang berbeda dalam jangka waktu yang lama.
Pengertian tersebut mungkin telah menjawab pertanyaan mengapa kampus
disebut sebagai pusat budaya.
Kampus adalah tempat mahasiswa belajar, berkreasi bahkan meraih
mimpi. Dalam melakukan hal-hal tersebut mereka pasti punya caranya
masing-masing dan cara yang mereka tunjukkan menggambarkan budaya
mereka. Mungkin ada bahkan banyak mahasiswa yang cara belajarnya pasif
dalam arti mereka datang ke kampus hanya untuk duduk dan mendengar apa
yang dibicarakan oleh dosen, meskipun tidak sepenuhnya mereka mngerti.
Namun sebaliknya banyak juga mahasiswa yang budaya belajarnya aktif.
Setiap ada kesempatan, dia mencoba bertanya pada dosen tentang hal-hal yang
tidak diketahuinya atau bila memungkinkan, mahasiswa dapat berdiskusi di
luar jadwal kuliah atau Hal-hal demikian sangat sering kita lihat di dunia
kampus. Budaya yang ditunjukan setiap mahasiswa selalu berberda.
4. Teks Formatif
Keterangan Warna
Biru : Jawaban
1. Benar
Kata berikut baku kecuali
A.
B.
C.
D.
izin
azas
jenazah
ijazah
A.
B.
C.
D.