Anda di halaman 1dari 70

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOSAKATA

DASAR BAHASA JEPANG MELALUI AKUN


INSTAGRAM “KEPO_JEPANG”
(Studi Eksperimen Kepada Siswa SMAN 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pendidikan
Bahasa Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan

Disusun Oleh:
Nurul Muthia Azzahra
Syam 20190830018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOSAKATA DASAR
BAHASA JEPANG MELALUI AKUN INSTAGRAM
“KEPO_JEPANG”
Studi Eksperimen Kepada Siswa SMAN 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2022/2023

Nurul Muthia Azzahra Syam

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH


Dosen Pembimbing

Wistri Meisa, M.Pd.


NIK. 19880508201410193027

Mengetahui,
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Pendidikan Bahasa Pendidikan Bahasa Jepang

Eko Purwanti, S.Pd., M.Hum., Ph.D Rosi Rosiah, M.Pd.


NIK. 19700317201610193039 NIK. 19860101201404193025

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

DEWAN PENGUJI

Penguji I

Nama Lengkap
NIK.

Penguji II

Nama Lengkap
NIK.

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keefektifan Pembelajaran
1. Pengertian Keefektifan Pembelajaran
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Pembelajaran
B. Kosakata Bahasa Jepang
1. Pengertian Kosakata Bahasa Jepang
2. Kelas Kata Dalam Gramatika Bahasa Jepang
3. Manfaat Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang
4. Mengingat Kosakata Bahasa Jepang
5. Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang di SMAN 2 Yogyakarta
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
4. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
D. Instagram
1. Pengertian Instagram

iii
2. Kepo_Jepang
3. Kekurangan dan Kelebihan Instagram Sebagai Media
Pembelajaran
E. Penelitian Terdahulu
BAB II METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data dan Hasil Penelitian
B. Analisis Data Angket
C. Hasil Penelitian

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi saat ini

berkembang sangat pesat terutama pada internet. Pada tahun 2000-an

internet mulai berkembang dan mulai menjadi kebutuhan setiap

masyarakat dimanfaatkan untuk berbagai hal, misalnya untuk mengakses

web sebagai sumber informasi. Globalisasi adalah suatu proses yang

melibatkan pertumbuhan arus manusia, benda, tempat dan informasi dalam

berbagai arah dan struktur yang dihadapi dan dapat menciptakan hambatan

atau mempercepat arus tersebut. Seiring munculnya internet muncullah

media sosial (Rufikasari, lia, dkk. 2016:24)

Media sosial merupakan salah satu media instan yang saat ini

memang memiki berbagai fungsi dalam perannya. Selain berfungsi sebagai

alat berkomunikasi, media sosial juga menjadi sarana untuk penggunanya

dalam menggali berbagai informasi, serta bertukar pikiran dalam sebuah

jaringan dan komunitas berbasis internet. Contohnya facebook, twitter,

Instagram, youtube, dan lain-lain. Sedangkan yang paling fenomena saat

ini adalah media sosial Instagram (Pandu, Ety, 2018:4). Media Instagram

merupakan platform media sosial yang paling popular di dunia, terutama

di kalangan anak muda. Penggunaan aktif Instagram di dunia mencapai

1,07 miliar dan 354 juta penggunaannya berusia 25 hingga 34 tahun pada

kuartal I-2021 (Rizaty 2021). Di Indonesia, hingga juli 2021 jumlah

pengguna Instagram 91,77 juta pengguna. Usia 18-24 tahun menjadi

1
pengguna terbesar yaitu mencapai 36,4%. Instagram berada di urutan

ketiga sebagai platform media sosial yang paling sering digunakan, setelah

youtube dan whatsapp (Rizaty 2021).

Instagram adalah aplikasi berbagai foto dan video yang

memungkinkan pengguna mereka video, menerapkan filter digital, dan

membagikannya di berbagai layanan jejaring sosial. Pengguna dapat

mengambil foto dan video, mengeditnya dan mengunggahnya ke halaman

utama Instagram. foto dan video yang dibagikan akan muncul di feed

pengguna lain yang menjadi pengikut. Selain itu, setiap pengguna dapat

berinteraksi dengan mengomentari dan menyukai foto serta video yang

telah dibagikan. Fasilitas yang tersedia di aplikasi Instagram juga memiliki

daya tarik sendiri.

Dalam media Instagram terdapat fitur explore yang memungkinkan

penggunanya dapat melihat kiriman dari orang lain yang tidak diikuti

berdasarkan kriteria popular tertentu (Naimi 2020). Fitur explore pada

media Instagram juga dapat membuat koneksi antara pelajar bahasa Jepang

dengan penutur asli. Peserta didik juga dapat mendapatkan sebuah

pengalaman untuk belajar dari penutur asli secara gratis melalui Instagram.

Media Instagram memiliki berbagai konten menarik. Konten yang tersedia

pun beragam, informatif dan menghibur. Selain itu juga, terdapat konten

edukasi seperti trik, cara, tutorial, dan informasi. Bagi pelajar bahasa

Jepang konten berupa edukasi bisa digunakan sebagai perolehan bahasa

Jepang. Konten pembelajaran bahasa Jepang sangat beragam mulai dari

budaya

2
Jepang, kosakata, pola kalimat, ungkapan percakapan bahasa Jepang,

kanji, informasi di wisata budaya Jepang.

Selain itu media Instagram juga bisa menjadi sarana untuk belajar

kosakata bahasa Jepang. Menurut S. Sadiman, dkk (2014:17), kegunaan

media bagi pendidik dan calon pendidik diharapkan untuk bisa

menggunakan media pembelajaran yang sesuai, menarik, kreatif, inovatif,

dan efektif dengan berbagai strategi, pendekatan, dan metode

pembelajaran yang dapat mengajak mahasiswa belajar secara aktif.

Penggunaan media Instagram sangat cocok untuk remaja yang menyukai

media sosial.

Menggunakan Instagram dalam proses pembelajaran bisa menjadi

salah satu alternatif, terutama dalam pembelajaran kosakata Bahasa

Jepang. Penguasaan kosakata dalam belajar bahasa Jepang merupakan

pondasi terpenting yang harus dimiliki seseorang. Semakin banyak

kosakata yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil

berbahasa. Jadi, keterampilan seseorang dalam berbahasa baik lisan

maupun tulis sangat ditentukan oleh kemampuan dalam mengeloh

kosakata sehingga akan muncul bahasa lisan dan tulis yang baik. Menurut

Bruner (dalam Budingsih, 2005), perkembangan bahasa seseorang sangat

besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif seseorang.

Dibandingkan dengan media sosial lainnya seperti youtube dan

whatsapp, Instagram menjadi media sosial yang lebih menarik. Berbeda

dengan platform youtube yang berfokus pada postingan video yang

berdurasi Panjang atau whatsapp yang hanye berfokus pada pesan teks.

3
Instagram mengutaman kiriman foto dan video instan, hal ini menjadi daya

tarik karena pengguna tidak mudah bosan terhadap postingan foto atau

video instan serta tidak menyebabkan keletihan indra penglihatan

dibandingkan dengan youtube yang berikan video yang berdurasi Panjang.

Salah satu akun Instagram yang berisikan konten kosakata dasar

dalam bahasa Jepang ialah “Kepo_jepang”. Di akun ini, kalian akan

menemukan beberapa konten kosakata dalam bahasa Jepang yang biasa

digunakan sehari-hari, antara lain kata-kata mutiara dalam bahasa Jepang,

sapaan orang lain dalam bahasa Jepang, dan banyak konten lainnya.

Kreator dari akun “Kepo_jepang” merupakan native speaker Jepang yang

bernamakan Sakura. Sakura adalah orang Jepang asli yang pernah

berkuliah di UGM (Universitas Gajah Mada) di Yogyakarta, maka dari

Sakura sangat mahir berbahasa Indonesia. Selain sharing seputar Jepang

melalui akun Instagram, Sakura juga memiliki website pribadi yakni

kepojepang.com yang dimana pengikutnya dapat mendapatkan berbagai

informasi seputar Jepang melalui website tersebut.

Mempelajari sebuah bahasa kemampuan untuk memahami

kosakata sangat penting. Agar mahasiswa bisa mengaplikasikan kosakata

dalam segala hal, mahasiswa memang harus dituntut mempunyai

pembendaharan kosakata yang banyak dari semester 1 mulainya belajar

bahasa Jepang. (Mardiliyah, Suryani, Haryati 2014) menyatakan bahwa

kosakata adalah hal yang paling utama yang sangat diperlukan bagi

pembelajar yang akan mulai memasuki proses pembelajaran bahasa asing

khususnya untuk pembelajar

4
bahasa Jepang. Kosakata merupakan bagian dari suatu bahasa yang

mendasari pemahaman dari bahasa tersebut. Kosakata tidak bisa terlepas

dari bahasa. Kualitas dan kuantitas kosakata yang dimiliki seseorang

memengaruhi kemampuan belajar bahasa seseorang tersebut.

Pentingnya kosakata tersebut ditekankan oleh Tarigan (1993:2)

yang berpendapat “Kualitas kemampuan berbahasa seseorang bergantung

pada kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin banyak kosakata yang

dimiliki maka akan semakin besar pula kemungkinan dapat terampil

berbahasa”. Bagi pembelajar tingkat pemula sering mengalami kesulitan

dalam menguasai kosakata sehingga kendala yang dialaminya ialah

menjadi kurang terampil dalam berbahasa. Oleh karena itu, agar

memperoleh hasil yang optimal dalam pengajaran kosakata, diperlukan

sebuah metode media pembelajaran yang tepat agar mahasiswa dapat lebih

mudah mengerti. Dalam hal metode pembelajaran bahasa Jepang harus

dikemas secara menarik dengan di dukung oleh media pembelajaran yang

tepat serta menarik. Karena, belajar perlu dinikmati dan timbul dari

perasaan suka serta nyaman tanpa adanya paksaan.

Masalah penguasaan kosakata bahasa Jepang dapat diatasi dengan

membiasakan diri berinteraksi dengan berbahasa Jepang. Misalnya belajar

bersama native speaker menggunakan akun Instagram “kepo_jepang”.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Jepang

dibutuhkan media yang mendukung pembelajaran bahasa Jepang agar

pembelajaran kosakata menjadi maksimal (putranto 2017). Salah satu

5
caranya dengan pembiasaan diri berinteraksi bahasa Jepang menggunakan

media Instagram seperti akun “Kepo_jepang” yang dibuat oleh native

speaker. Penggunaan instagram yang didominasi pada usia 18-24 tahun

menjadi alternatif media pembelajaran bahasa Jepang yang sesuai dengan

populasi penelitian yaitu kepada siswa SMAN 2 Yogyakarta kelas X Ipa 5

& X Ipa 7 Angkatan 2022 karena sedang mempelajari bahasa Jepang

tingkat pemula atau yang biasa disebut dengan N5. Selain itu, konten

instagram “kepo_jepang” juga cocok bagi pembelajar tingkat pemula (N5)

karena sudah mempelajari perubahan bentuk futsukei/kasual.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2022) tentang

“Keefektifan Instagram “Studyin. Japansese” Sebagai Media Pembelajaran

Kosakata Bahasa Jepang” didapatkan bahwa dari 60 mahasiswa yang

menjadi responden 88,3% mengalami kesulitan berbahasa Jepang, dan

78,3% menjawab kesulitan dalam kemampuan kosakata bahasa Jepang.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah penguasaan

kosakata bahasa Jepang dapat diatasi dengan membiasakan diri

berinteraksi dengan berbahasa Jepang, misalnya belajar bersama native

speaker menggunakan akun Instagram “studyin. Japanese”.

Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud melakukan

penelitian yaitu berupa pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5)

dengan menggunakan media instagram dalam proses pembelajaran bahasa

Jepang. Penelitian ini akan dijadikan bahan penulisan skripsi dengan judul

“Keefektifan Pembelajaran Kosakata Dasar Bahasa Jepang Melalui Akun

Instagram“Kepo_Jepang”.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana keefektifan media Instagram pada akun “Kepo_Jepang”

terhadap pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5) pada siswa

SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022-2023?

2. Bagaimana tanggapan siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022-

2023 terhadap penggunaan media instagram “Kepo_jepang” dalam

pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5)?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas penulis akan

membatasi ruang lingkup masalah yang akan diteliti untuk membatasi materi yang

akan digunakan sebagai berikut :

1. Keefektifan media Instagram pada akun “Kepo_jepang” dapat dilihat

dari hasil belajar siswa terhadap penguasaan kosakata dasar bahasa

Jepang (N5). Diambil dari pre-test dan post-test terhadap kelas

eksperimen di SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022-2023.

2. Pada penelitian ini peneliti membatasi hanya kepada siswa SMAN 2

Yogyakarta tahun ajaran 2022-2023, kelas X Ipa 5 yang berjumlah 36

siswa sebagai kelas kontrol dan X Ipa 7 yang berjumlah 35 siswa

sebagai kelas eksperimen.

3. Penulis hanya akan meneliti tanggapan siswa SMAN 2 Yogyakarta

tahun ajaran 2022-2023 terhadap pembelajaran kosakata dasar bahasa


7
Jepang (N5) menggunakan media Instagram pada akun

“Kepo_jepang”, dan manfaat dari akun tersebut.

4. Penggunaan media Instagram pada akun “Kepo_jepang” dalam

penelitian ini hanya sebatas penggunaan sebagai media pembelajaran

yang diperuntunkkan menyampaikan materi kosakata dasar (N5)

berupa penjelasan arti dan contoh penggunaan kata tersebut di dalam

kalimat.

5. Kosakata bahasa Jepang yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kata sifat dan kata kerja setara dengan (N5) sejumlah 75 kosakata

yang terdapat dalam media Instagram “Kepo_jepang”.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keefektifan media Instagram pada akun

“Kepo_jepang” terhadap pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang

(N5) pada siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022-2023.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa SMAN 2 Yogyakarta

tahun ajaran 2022-2023 terhadap penggunaan media instagram

“kepo_jepang” dalam pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang

(N5).

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan serta dapat menjadi referensi alternatif media

pembelajaran dan memberikan informasi dalam meningkatkan

kemampuan kosakata bahasa Jepang terutama dalam mata kuliah Moji


8
Goi menggunakan media sosial instagram.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengajar

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi alternatif media

pembelajaran serta dapat membantu mengkondisikan suasana kelas

yang menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan kosakata

bahasa Jepang.

b. Bagi Siswa

Penggunaan media pembelajaran menggunakan instagram

diharapkan dapat membantu siswa dalam berlatih kosakata bahasa

Jepang, serta menambah alternatif cara belajar dengan media sosial

yang sering digunakan sehingga dapat meningkatkan kemampuan

kosakata bahasa Jepang.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian

penelitian selanjutnya tentang penggunaan media instagram selain

kosakata, seperti bonpou maupun kanji level N4/N3 dengan

menggunakan pendekatan yang berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan dalam penelitian ini disusun secara sistematis

agar mempermudah peneliti sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

9
Bab II Kajian Pustaka yang di dalamnya berisikan deskripsi umum dari

pembelajaran, pengertian kosakata dasar bahasa Jepang (N5), mengenai media

Instagram sebagai sarana pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5),

Penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian berisi pemaparan tentang metode penelitian

yang akan digunakan, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrument

penelitian, hipotesis penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian yang berisikan pemaparan keefektifan

Instagram pada akun “Kepo_Jepang” sebagai media pembelajaran kosakata

dasar bahasa Jepang (N5) pada siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran

2022/2023.

Bab V Penutup, bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian tentang

keefektifan Instagram pada akun “Kepo_Jepang” sebagai media pembelajaran

kosakata dasar bahasa Jpeang (N5) pada siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2022/2023. Pada bab ini juga berisi saran dari peneliti terkait teknis dan

prosedur penelitian bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai

keefektifan media Instagram dalam pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang

(N5) kedepannya.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keefektifan Pembelajaran

1. Pengertian Keefektifan pembelajaran

Secara istilah, keefektifan berarti mencapai keberhasilan yang sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keefektifan menurut

Depdiknas adalah sesuatu yang dihasilkan, efektif, membuahkan hasil, dan

mempunyai dampak atau akibat yang merupakan keberhasilan suatu usaha

atau tindakan (Banum, 2018:7). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kata efektif mempunyai arti dapat membawa hasil, berhasil guna, ada

efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau pun kesannya.

Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu

peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Salah satu pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Gagne (1977)

yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang

dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.

Sedangkan menurut Arsyar (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat membaca informasi dan pengetahuan dalam

interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan aspek kegiatan yang kompleks yang tidak


11
sepenuhnya dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai

produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha seorang guru untuk

memberikan pembelajaran kepada siswanya dalam rangka mencapai tujuan

yang diharapkan.

Eka Nur Anisa (2013:5) menyatakan bahwa keefektifan pembelajaran

adalah keterkaitan antara tujuan dan hasil dari suatu pembelajaran.

Ketuntasan hasik pembelajaran menunjukkan tercapainya tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan sehingga pembelajaran dikatakan

efektif. Hal senada diungkapkan oleh Daryanto (2013:57) bahwa efektivitas

merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Tingkat pencapaian

merupakan ukuran yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran. Pencapaian

tujuan pembelajaran dapat berupa peningkatan pengetahuan, kecakapan, dan

keterampilan. Mengetahui keefektifan suatu pembelajaran merupakan hal

penting karena akan memberikan gambaran sejauh mana pembelajaran dapat

mencapai tujuan.

Pembelajaran yang efektif tidak hanya dilihat dari hasilnya saja tetapi

juga melalui proses pembelajaran. Hal tersebut diungkapkan Hamruni

(2012:23) melalui prinsip pembelajaran yang efektif meliputi orientasi pada

tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritas.

1) Berorientasi pada tujuan

Sangat jelas bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang berioentasi pada tujuan. Segala kegiatan gutu

dan siswa dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

12
2) Aktivitas

Pembelajaran tidak diartikan sebagai transfer ilmu dari guru ke

siswa ataupun menghafal informasi yang ada pada sumber

belajar. Belajar adalah sebuah aktivitas bagi siswa agar mereka

mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar akan

membuat belajar menjadi bermakna karena siswa mengalami

sendiri proses melalui aktivitas.

3) Individualitas

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyeluruh

dan mengena semua siswanya. Namun pada akhirnya tujuan

yang dicapai adalah adanya perubahan tingkah laku pada setiap

siswa.

4) Integritas

Mengajar tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif

saja. Pembelajaran yang efektif akan melibatkan dan

mengembangkan semua aspek yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Berdasarkan uraian di atas, agar pembelajaran efektif maka diperlukan

suasana kelas yang dirancang sedemian sehingga siswa dapat berinteraksi

satu sama lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan yang ditetapkan dengan

melalui proses pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan aktivitas

siswa.

13
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Pembelajaran

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi keefektifan suatu

pembelajaran, baik dari faktor guru, faktor sisa, materi pembelajaran,

media, maupun model pembelajaran. Menurut Slavin (2009:52), faktor

yang mempengaruhi efektivitas yaitu mutu (quality), ketepatan

(appropriateness), intensif (intensive), dan waktu (time). Berikut

beberapa penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi keefektifan

pembelajaran :

1) Mutu pengajaran, yaitu sejauh mana penyajian informasi atau

kemampuan membantu siswa dengan mudah mempelajari bahan.

2) Tingkat pengajaran yang tepat, yaitu sejauh mana guru

memastikan bahwa siswa sudah siap dalam menerima

pembelajaran baru yang mempunyai kemampuan dan

pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajarinya.

3) Intensif, yaitu sejauh mana guru memastikan bahwa siswa

termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas belajar dan untuk

mempelajari bahan yang disajikan. Dengan demikian,

pembelajaran akan efektif dan akan memberikan perubahan yang

positif terhadap siswa.

4) Waktu, yaitu sejauh mana siswa diberi cukup waktu untuk

mempelajari bahan yang sedang diajarkan.

B. Kosakata Bahasa Jepang

1. Pengertian Kosakata Bahasa Jepang

Kosakata dalam bahasa Jepang disebut goi (語彙), menurut Sudjianto

dan Dahidi (2009:97) kosakata bahasa Jepang atau goi ( 語 彙 ) merupakan


14
salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna

menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang baik dalam

ragam lisan maupun ragam tulis.

Menurut Matsura (2005) dalam Widiyowati, dkk. (2008) goi ini adalah

perbendaharaan kata-kata atau yang dikenal sebagai kosakata. Furgon

(2013), menerangkan bahwa unsur penguasaan kosakata tidak hanya

mengetahui kata-kata dan maknanya saja, tetapi juga tentang bagaimana

kata-kata terdengar dan bagaimana kata-kata yang digunakan dalam

konteks.

Dari beberapa definisi menurut para ahli dapat disimpulkan pengertian

dari kosakata atau goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus

diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi

dengan bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan.

2. Kelas Kata Dalam Gramatika Bahasa Jepang

Menurut Sudjianto dan Dahidi (2007:147) kelas kata bahasa Jepang

berdasarkan larakteristik gramatikanya diklasifikasikan menjadi sepuluh,

yaitu :

1) Dooshi (verba) adalah salah satu kata dalam bahasa Jepang,

kelas ini dipakai untuk menyatakan aktivitas keberadaan atau

keadaan sesuatu.

Contoh : いく (Iku) = pergi

たべる (taberu) = makan

2) I-keiyooshi (adjective-I) adalah sering disebut juga keiyooshi

yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu,

dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami


15
perubahan bentuk (kitahara, 1995:82)

Contoh : あかい (akai) = merah

きらい (kirai) = benci

3) Na-keiyooshi (adjective-Na) sering disebut juga keiyoodooshi

(termasuk jiritsugo) yaitu kelas kata yang dengan sendirinya

dapat membentuk sebuah bunsetsu, dapat berubah bentuknya

(termasuk yoogen), dan bentuk shuushikei nya berakhir dengan

da atau desu. Oleh karena perubahannya mirip dengan keiyooshi

sedangkan artinya mirip dengan keiyooshi, maka kelas ini diberi

nama keiyoodooshi Iwabuchi (1989:96) dalam Sudjianto dan

Dahidi (2009:155).

Contoh : きれい (kirei) = cantik

しずか (shizuka) = tenang

4) Meishi (nomina) adalah kata-kata yang menyatakan nama suatu

perkara, benda, barang, kejadian, atau peristiwa, keadaan dan

sebagainya yang tidak mengalami konjungsi.

Contoh : わたし (watashi) = saya

えんぴつ (enpitsu) = pensil

5) Rentaishi (prenomina) adalah kelas kata yang termasuk

kelompok jiritsugo yang tidak mengalami konjungsi yang

digunakan hanya menerangkan nomina.

Contoh : この (kono) = ini

あの (ano) = itu

6) Fukushi (adverba) adalah kelas kata yang tidak mengalami

perubahan bentuk dan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi


16
yoogen walaupun tanpa mendapatkan bantuan dari kata-kata lain.

Contoh : とっても (tottemo) = sangat

かならず (kanarazu) = pasti

7) Kandooshi (interjeksi) adalah salah satu kelas kata yang

termasuk jiritsugo yang tidak dapat berubah bentuknya, tidak

dapat berubah menjadi subjek, tidak dapat menjadi keterangan

dan tidak menjadi konjungsi.

Contoh : まあ、ああ。

8) Setsuzokushi adalah salah satu kelas kata yang termasuk ke

dalam kelas jiritsugo yang tidak dapat mengalami perubahan.

Setsuzokushi berfungsi menyambung bagian akhir dengan

kalimat lain.

Contoh : それで、でも。

9) Jodooshi (verba bantu) adalah kelompok kelas kata yang

termasuk fuzokugo yang dapat berubah bentuk.

Contoh : です、ます。

10) Joshi (partikel) adalah kelompok kelas kata yang termasuk

fuzokugo yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukan

hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk

menambah arti kata tersebut lebih jelas.

Contoh : は、に、が。

Dalam penelitian ini akan menggunakan kelas Dooshi, Na-keiyooshi,

dan Meishi dalam pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5)

menggunakan media Instagram pada akun “Kepo_Jepang” kepada siswa

SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022/2023.


17
3. Manfaat Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang

Menurut Asano (dalam Apriana, 2015:31) tujuan akhir pembelajaran

bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat mengomunikasikan ide

atau gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan cara

lisan maupun tulisan, salah satu faktor penunjangnya adalah penguasaan goi

yang memadai.

Menurut pengertian diatas faktor utama yang mempengaruhi tujuan

akhir pembelajaran bahasa Jepang ialah penguasaan dan pembendaharaan

kosakata. Akihiko (dalam Apriana, 2015:31) menyebutkan bahwa pada

umumnya di dalam Pendidikan bahasa Jepang sedikit banyak terdapat

perbedaan berdasarkan buku teksnya, tetapi biasanya di dalam teks tingkat

dasar terlihat 1000-1500 kata baru. Dalam menggunakan bahas asing,

pembendaharaan kosakata merupakan aspek paling utama. Melihat jumlah

yang sangat banyak maka diperlukan beberapa teknik untuk memahami dan

menghafalkan kosakata.

4. Mengingat Kosakata Bahasa Jepang

Dalam mempelajari bahasa Khususnya bahasa asing mengingat atau

menghafalkan pola kalimat, kosakata maupun aturan dalam bahasa asing

sangat penting. Menurut (Kushartanti 2005:27) kemampuan untuk

menghafal sejumlah kata dalam bahasa asing ini berpengaruh besar dalam

proses pembelajaran bahasa asing. Ia juga mengemukakan bahwa, seorang

akan lebih mudah belajar bahasa asing dalam situasi yang sangat alami

misalnya, dalam situasi bermain. bagi anak-anak beradaptasi dengan

lingkungan yang baru akan lebih mudah jika dibandingkan orang dewasa.

Jumlah goi yang perlu dikuasai orang asing yang ingin menguasai
18
bahasa Jepang sebagai bahasa asing, dalam hal ini tidak ada jumlah yang

pasti tergantung tingkatan seseorang menguasai bahasa Jepang. Menurut

Ishida (dalam Achamd Dahidi 2003:113) jumlah kosataka yang perlu

dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang adalah sebagai berikut :

Tingkat Dasar (kira-kira 1500-2000 kata)

Tingkat Terampil (kira-kira 5000-7000 kata)

Tingkat Mahir (kira-kira 7000 kata)

Menghafal kosakat sangat penting perannya dalam belajar bahasa asing

khususnya bahasa Jepang, tetapi dengan hanya menghafal atau mengingat

kosakata saja kurang tepat. Menghafal dan memahami penggunaan kosakata

merupakan kunci untuk mempermudah komunikasi atau penggunaan

kosataka dalam bahasa asing. Berikut merupakan contoh daftar kosakata N5

yang akan saya gunakan dalam penelitian ini, yang diambil pada akun

Instagram “Kepo_Jepang” :

Tabel 2.1

Daftar Kosakata N5 Dalam Akun “Kepo_jepang”

No Kosakata Arti

1 がっこう Sekolah

2 しょうがっこう SD

3 ちゅうがっこう SMP

4 こうこう SMA

5 だいがく Universitas

6 かつどう Aktivitas

7 たいぎご Lawan Kata

8 ちいさい Kecil
19
9 おおきい Besar

10 ひくい Rendah/Pendek

11 たかい Tinggi

12 たかい Mahal

13 やすい Murah

14 ながい Panjang

15 みじかい Pendek

16 あつい Panas

17 さむい Dingin

18 べんきょうする Belajar

19 もすく Masjid

20 きく Mendengar/Mendengarkan

21 ゆめ Cita-Cita

22 せんせい Guru

23 かぞく Keluarga

24 ちち Ayah

25 おねえさん Kakak Perempuan

26 わたし Saya

27 こども Anak

28 この/これ Ini

29 ほん Buku

29 ここ Disini

30 おきにいり Kesukaan

20
31 たべる Makan

32 つかれ Kelelahan

33 かんじる Merasakan

34 みず Air

35 のむ Minum

36 かのじょ Dia (perempuan)

37 すてき Indah/Cantik

38 すき Suka

39 きみ Kamu

40 ひと Orang

41 かれ Dia (laki-laki)

42 やさしい Baik (Sifat)

43 あたまがいい Pintar

44 いい Baik/Bagus

45 なに Apa

46 げんき Sehat

47 しごと Pekerjaan

48 どうですか Bagaimana

49 りょうしん Orang Tua

50 にほん Jepang

51 ともだち Teman

52 えいご Bahasa Inggris

53 ごはん Nasi

54 いえ Rumah

21
55 えき Stasiun

56 から Dari

57 むずかしい Sulit

58 とおい Jauh

59 おおい Banyak

60 つくる Membuat

61 りょうり Masakan

62 おいしい Enak

63 にほんご Bahasa Jepang

64 あの Itu

65 きょう Hari Ini

66 きれい Cantik

67 あつい Panas

68 そら Langit

69 いく Pergi

70 いかり Marah

71 おと Bunyi

72 はえ Lalat

73 しずかにする Diam

74 えいが Film

75 おもしろい Menarik

5. Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang di SMAN 2 Yogyakarta

Di SMAN 2 Yogyakarta semua kelas X dan XI Ipa maupun Ips

22
mendapatkan pembelajaran bahasa Jepang, hanya saja hari dan waktu

pengajarannya yang berbeda. Dalam satu minggu pembelajaran bahasa

Jepang dapat menghabiskan waktu 45 menit sampai 90 menit dalam satu

kali pertemuan. Di SMAN 2 Yogyakarta juga masih menerapkan Kurikulum

2013, meskipun masih menerapkan Kurikulum 2013 smada sudah

merancang penilaian berbasis proyek sebagai persiapan menuju Kurikulum

merdeka.

Pada Proses pembelajaran bahasa Jepang khususnya kosakata

guru/pengajar menggunakan huruf hiragana karena 75% dari siswa sudah

lancar membaca dan menulis huruf hiragana. Huruf romaji digunakan hanya

untuk kosakata baru yang di luar tema pembelajaran atau untuk menuliskan

kosakata yang seharusnya ditulis dengan huruf katakana. Untuk menunjang

pembelajaran bahasa Jepang di SMAN 2 Yogyakarta menggunakan media

Proyektor LCD dan Speaker. Jadi selama pembelajaran berlangsung siswa

dapat lebih mudah dalam menerima pembelajaran.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media mempunyai arti alat,

alat komunikasi, perantara, atau penghubung. Kata media berasal dari kata

latin, dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. S. Sadiman, dkk

(2014:7) berpendapat media adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

dan minat serta perhatian pembelajaran sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi. Pada hakikatnya media adalah sarana yang dapat memperluas

kemampuan manusia untuk mendengar, melihat pada batas jarak, ruang, dan
23
waktu.

Media dalam pembelajaran adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan

dari proses belajar mengajar demi tercapaiannya tujuan pendidikan pada

umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya (Arsyad

2013:3). Media pembelajaran atau kyougu 教具 atau disebut juga

shichoukaku kyouzai 視 聴 覚 教 材 . Media pembelajaran merupakan salah

satu aspek memegang penting dalam usaha untuk memperlancar tercapainya

tujuan (Danasasmita 2009:119).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada

pembelajar atau siswa (Aqid 2013:50).

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah alat atau sumber belajar yang digunakan untuk

menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa, serta membantu

proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Menurut Arsyad Azhar (2005:6-7) ciri-ciri umum yang terkandung

dalam media yaitu :

1) Media Pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini

dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda

yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca Indera.

2) Media Pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal

sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang

terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin

disampaikan kepada siswa.


24
3) Penekanan media Pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4) Media Pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses

belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5) Memiliki Pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan

interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6) Media Pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya

radio, televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya

film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya modul,

computer, radio, tape/kaset, video recorder).

7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang

berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Lebih lanjut Gerlach & Ely yang dikutip Arsyad (2005:12),

mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media

digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh-oleh media yang

mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesiensi) melakukannya.

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,

menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa

atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun

Kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape,

disket computer, dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media

memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi

pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal

waktu.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)


25
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu

berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau

tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse

recording.

3) Ciri distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan

kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan

stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat

diproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara

bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-

ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam

akan terjamin sama atau hamper sama dengan aslinya.

Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan sesuatu

dikatakan media pembelajaran apabila mempunyai ciri-ciri : (1) ciri

fikasatif, (2) ciri manipulative, (3) ciri distributif, (4) berbentuk hardware

maupun software dan (5) mampu digunakan baik itu secara masal,

kelompok besar/kecil maupun perorangan.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana (2002:3), ada beberapa jenis media

pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media

grafis seperti gambar ilustrasi, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,

kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut sebagai media
26
dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran Panjang dan lebar.

Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model benda

padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan

lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan

OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media

pengajaran.

Wina Sanjaya (2010:211) mengungkapkan bahwa media pembelajaran

dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut

melihatnya, sebagai berikut :

1. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar

saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti

radio dan rekaman suara.

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja,

tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam

media ini adalah film slide, foto, transparasi, lukisan,

gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis.

c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain

mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar

yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai

ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih

menarik, sebab mengandung unsur jenis media yang

pertama dan kedua.


27
2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi

ke dalam :

a. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak

seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat

mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang actual

secara serentak tanpa harus menggunakan ruang khusus.

b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh

ruang dan waktu, seperti film slide, video, dan lain

sebagainya.

3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaianya, media dapat dibagi ke

dalam :

a. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,

transparasi, dan lain sebagainya. Jenis media yang

demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film

projector untuk memproyeksikan film, slide projector

untuk memproyeksikan transparasi. Tanpa dukungan alat

proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak

akan berfungsi apa-apa.

b. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto,

lukisan, radio, dan lain sebagainya.

4. Berdasarkan perkembangan teknologi

Berdasarkan Seels dan Richey (Azhar Arsyad, 2011:29), media

pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat jenis, yaitu :

a. Media hasil teknologi cetak

b. Media hasil teknologi audio-visual


28
c. Media hasil teknologi berbasis computer

d. Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer

Dengan banyaknya jenis media pembelajaran, tentu semakin bervariatif

pilihan pendidik untuk memilih media mana yang akan digunakan. Banyak

pertimbangan yang harus dilakukan dalam pemilihan media agar

penggunaanya menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidik harus memoerhatikan apa yang menjadi kebutuhan murid agar

penggunaan media tidak salah sasaran.

5. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar

yang ditata dan diciptakan oleh guru. Arsyad Azhar (2005:15-16)

menjelaskan bahwa penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi

pengajaran ajan sangat mebantu keefektifan proses pembelajaran dan

penyampaian serta isi pelajaran pada saat itu, di samping itu juga

membangkitkan motivasi, minat siswa dan juga membantu siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan

terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Menurut Levie dan Lentz dalam Arsyad Azhar (2005:16),

mengemukakan empat fungsi media pengajaran khususnya media visual

yaitu :

1) Fungsi atensi

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk konsentrasi kepada isi

pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan


29
atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi afektif

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.

3) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan

penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing visual atau

gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris

Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil

penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk

memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca

untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya Kembali. Dengan kata lain, media pengajaran

berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan

lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan

dengan teks atau disajikan secara verbal.

Senada dengan hal tersebut Sudjana dan Rivai (2005:2) mengemukakan

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas makanya sehingga akan dapat

lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa

menguasai tujuan pengajaran lebih baik.


30
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,

sehingga siswa tidak bosen dan guru tidak kehabisan tenaga,

apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain

seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan lain-lain.

Dari beberapa keterangan diatas makan dapat disimpulkan mengenai

fungsi dan manfaat media dalam pembelajaran yaitu : (1) dapat

memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan

proses dan hasil belajar, (2) dapat meningkatkan dan mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) dapat

mengatasi keterbatasan Indera, ruang dan waktu, (4) dapat memberikan

kesamaan pengalaman kepada siswa, (5) pembelajaran akan lebih menarik,

(6) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain dan (7) metode pengajar akan

lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan

kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosen.

D. Instagram

1. Pengertian Instagram

Instagram secara sederhana dapat didefinisikan sebagai aplikasi mobile

berbasis ios, android dan windows phone dimana pengguna dapat menbidik,

mengedit, dan memposting foto atau video ke halaman utama Instagram.

Menurut Atmoko (2012:3) Instagram adalah layanan jejaring sosial


31
berbasis fotografi. Jejaring sosial ini diresmikan pada tanggal 6 Oktober

2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang mampu menjaring 25 ribu

pengguna di hari pertama. Selain itu Atmoko (2012:8), menyatakan bahwa

nama Instagram merupakan kependekan dari kata “instan-telegram”.

Sedangkan menurut Bambang (2012:53), instagram adalah sebuah

aplikasi dari Smartphone yang khusus untuk media sosial yang merupakan

salah satu dari media digital yang mempunyai fungsi hamper sama dengan

twitter, namun perbedaannya terletak pada pengambilan foto dalam bentuk

atau tempat untuk berbagi informasi terhadap penggunanya. Instagram juga

dapat memberikan inspirasi bagi penggunanya dan juga dapat meningkatkan

kreatifitas, karena Instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto

yang diposting menjadi lebih indah.

Selain itu Instagram juga menjadi media pembelajaran yang dapat

dimanfaatkan dan mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik karena

pelajar sudah dapat menggunakan Instagram dengan baik. Instagram juga

dapat dikategorikan memiliki fitur yang cukup lengkap untuk mendukung

proses pembelajaran. Cara menggunakan Instagram sebagai media

pembelajaran dapat di buat feed Instagram, ig story, dan live.

Jika ingin memberikan materi yang cukup banyak, guru dapat

mengupload materi tersebut melalui feed Instagram. Jika guru memberikan

materi yang tidak terlalu banyak dan sedikit Latihan untuk melatih

keterampilan anak dapat menggunakan fitur ig story, sedangkan jika guru

ingin menyampaikan secara langsung dan ingin memberikan materi

tambahan terkait materi yang sudah diupload, guru dapat menggunakan fitur

live pada Instagram. Fitur-fitur ini dapat memudahkan guru dalam


32
berkomunikasi melalui Instagram. Salah satu akun Instagram yang dapat

membantu proses pembelajaran khususnya bahasa Jepang adalah

“Kepo_Jepang”. Di akun “Kepo_Jepang” membahas tentang budaya,

bahasa, pola kalimat, kosakata, dan masih banyak lagi.

2. Kepo_Jepang

Kepo_Jepang adalah akun Instagram yang membahas tentang seputar

pendidikan, bahasa, budaya, dan segala hal tentang Jepang. Melalui akun

Instagram tersebut orang-orang akan lebih mudah mempelajari tentang

Jepang dimana saja dan kapan pun. Kreator dari akun “Kepo_Jepang”

merupakan native speaker Jepang yang bernamakan Sakura. Sakura adalah

orang asli Jepang yang pernah berkuliah di UGM (Universitas Gajah Mada)

di Yogyakarta.

Selain membahas tentang budaya Jepang, pola kalimat, dan bahasa.

Dalam akun Kepo_Jepang juga memiliki beberapa konten kosakata mulai

dari kelas N5 sampai N1, cara menyampaian materinya juga sangat menarik

dan tidak monoton yang dapat membuat peminat bosan melihatnya.

Fitur Instagram yang digunakan pada akun ini rata-rata menggunakan

feed yang berbentuk video untuk menjelaskan materinya. Jadi akan lebih

mudah bagi peminatnya untuk menangkap materi yang telah dijelaskan oleh

creator. Selain membagikan materi melalui Instagram Kepo_Jepang juga

memiliki website pribadi yakni kepojepang.com yang dimana pengikutnya

dapat mendapatkan berbagai informasi seputar Jepang melalui website

tersebut.

Gambar 2.1

Akun Kepo_Jepang
33
3. Kekurangan dan Kelebihan Instagram Sebagai Media Pembelajaran

Menurut Ambarsari (2020:84) segala jenis media memiliki kelebihan

dan kelemahan, khususnya berbasis internet. Kelebihan yang terdapat dalam

penggunaan Instagram sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Memudahkan guru dan peserta didik untuk berinteraksi dan

menyampaikan materi. Guru dapat berinteraksi dan menyapaikan

materi atau ilmu kepada peserta didik hanya melalui Instagram.

guru dan peserta didik tidak harus duduk di dalam ruangan kelas

dalam proses belajar mengajar, melainkan hanya dengan

Instagram guru dapat melakukan itu semua.

2) Aplikasi Instagram merupakan aplikasi yang gratis dan dapat

diakses oleh seluruh masyarakat, khususnya pelajar sehingga

34
untuk menggunakan aplikasi ini tidak harus mengeluarkan biaya

yang mahal.

3) Instagram memiliki beberapa fitur yang dapat memberi kesan

menarik untuk dibaca oleh masyarakat. Melalui aplikasi ini,

materi yang disampaikan dapat diedit sedemikian rupa dengan

berbentuk foto ataupun video. Setelah foto/video tersebut sudah

diedit, maka materi tersebut dapat langsung diupload dan dapat

dilihat, khususnya oleh peserta didik.

4) Hampir semua pelajar menggunakan aplikasi ini karena mudah

digunakan dan dapat diakses secara luas sehingga pelajar dapat

menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Selain beberapa kelebihan yang telah dipaparkan, ada pula beberapa

kekurangan dalam aplikasi Instagram sebagai media pembelajaran, yaitu :

1) Terlalu bebas untuk diakses,iInstagram dapat dengan mudah

mengakses aplikasi yang mungkin dapat mempengaruhi karakter

peserta didik karena pada instagram tidak hanya berkaitan

dengan pelajaran melainkan dampak negatif juga terdapat pada

aplikasi ini sehingga untuk mengakses aplikasi ini peserta didik

harus butuh pengawasan oleh orang tua.

2) Menggunakan jaringan internet yang stabil, untuk dapat

mengakses aplikasi ini, jaringan internet juga harus stabil karena

jika internet error maka proses pembelajaran sedikit lambat.

3) Postingan yang dibagikan juga tidak teratur atau tidak sesuai

dengan tema yang diingikan.

E. Penelitian Terdahulu
35
Menurut penelitian Raden Roro Layung Permata Sari (2022) dengan

judul “Keefektifan Instagram “Studyin.Japanese” Sebagai Media Pembelajaran

Kosakata Bahasa Jepang”. Penelitian ini meneliti media pembelajaran

menggunakan media sosial Instagram sebagai media pembelajaran kosakata

bahasa Jepang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengukur keefektifan akun

Instagram “studyin.japanese” sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan

kemampuan kosakata bahasa Jepang. Selain itu angket dibagikan untuk

mengetahui tanggapan mahasiswa PBJ UMY Tingkat II Tahun Ajaran 2022.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan eksperimental murni.

Sampel data berjumlah 30 dan pengambilan data diambil melalui angket dan

tes. Analisis tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok kontrol

eksperimen lebih kecil dari nilai rata-rata kelompok kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya, hasil perhitungan

keefektifan pembelajaran penggunaan media Instagram “studyin.japanese” tidak

efektif dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang. Hasil angket keseluruhan

responden sangat setuju bahwa penggunaan media “studyin,Japanese” dalam

pembelajaran kosakata Jepang dapat dijadikan media alternatif pembelajaran

kosakata bahasa Jepang serta mahasiswa merasa termotivasi dan mudah dalam

menghafal kosakata bahasa Jepang.

Kemudian dari penelitian Damayanti Naimi (2020) dengan judul

“Dampak Konten Pembelajaran Moji Goi Di Instagram Terhadap Minat Belajar

Bahasa Jepang Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Bahasa Dan

Kebudayaan Jepang Angkatan 2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dampak konten pembelajaran moji goi di Instagram terhadap minat


36
belajar mahasiswa, gaya belajar yang diminati mahasiswa, pembelajaran moji

goi di Instagram dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, serta dalam

hal apa dapat mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan

penelitian kuantitatif, hasil yang didapatkan dari analisis angket yang disebar

secara acak di Universitas Darma Persada menyimpulkan bahwa pembelajaran

moji goi di Instagram memiliki dampak yang baik untuk minat belajar

mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa tertarik dengan pembelajaran moji goi di

Instagram sehingga memudahkan mahasiswa memahami materi moji goi yang

dijelaskan dan mempengaruhi prestasi belajar. Instagram dapat menjadi media

pembelajaran moji goi dengan gaya belajar auditori dan visual.

Sedangkan menurut penelitian dari Andi Muthiah Salsabila (2021) yang

berjudul “The Effectiveness of Online Learning English Through Instagram to

Improve Students’ Vocabulary on Grade Eleven of Senior High School 21

Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keefektifan

pembelajaran bahasa inggris melalui Instagram dalam meningkatkan kosakata

siswa kelas sebelas di SMA Negeri 21 Makassar. Populasi dalam penelitian ini

adalah 1296 siswa, namun penulis hanya mengambil populasi dari siswa kelas

XI SMA Negeri 21 Makassar, sampelnya adalah 20 siswa dari kelas dua.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak. Dalam menyelesaikan

penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif dengan pengumpulan

data melalui wawancara, pre-test dan post-test. Penulis menyimpukan bahwa

siswa kurang meningkatkan pengetahuan kosakata bahasa inggris dengan

menggunakan media pembelajaran Instagram. hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa empat siswa memperoleh nilai tertinggi. Sebelum siswa diberi perlakuan

hanya 2 siswa yang mendapatkan nilai terendah. Setelah tes terakhir (post-test)
37
dilaksanakan, terjadi peningkatan nilai rendah bagi siswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data penelitiannya berupa angket, wawancara,

pengamatan, dan tes (Tersiana, 2018:94). Penelitian ini mengikuti prosedur

yang ada guna mendapatkan data yang sesuai dengan kriteria penelitian dan

tujuan.

Untuk memecahkan dan mendapatkan jawaban dari permasalahan


38
dipenelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan

True Experimental Design. Menurut Nana S. Sukmadinata (2010:53), penelitian

kuantitatif didasari pada filsafat positivism yang menekankan fenomena objektif

yang dikaji secara kuantitatif atau dilakukan dengan menggunakan angka,

pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol. Sedangkan menurut

Sugiyono (2018:12) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism dengan data penelitian

berupa angka-angka dan analisis data menggunakan statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berupa

angka-angka dan data yang diperoleh akan diolah menggunakan rumus statistik.

Menurut Sugiyono (2012:112), True Experimental Design adalah

eksperimen yang betul-betul, karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol

semua variable luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan

demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat

menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental design adalah bahwa, sampel

yang digunakan untuk eskperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil

secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah kelompok

kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Metode penelitian ini dipilih

karena peneliti mencari informasi terpercaya yang dapat digunakan untuk

menjawab pertanyaan tersebut mengenai keefektifan media instagram pada

akun “kepo_Jepang” terhadap pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang

(N5) pada siswa SMAN 2 Yogyakarta.

1. Desain Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan peneliti dapat digambarkan ke


39
dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1

Desain Rancangan Desain

Kelompok Pre-test Treatment Post-test

Kelas Eksperimen Y1 X Y2

Kelas Kontrol Y3 - Y4

Sumber : Indrawan & Yaniawati (2017, hlm. 58)

Keterangan :

Y1 : Pre-test kelompok kelas eksperimen

Y2 : Post-test kelompok kelas eksperimen

Y3 : Pre-test kelompok kelas kontrol

Y4 : Post-test kelompok kelas kontrol

X : Perlakuan/treatment pada kelompok eksperimen dengan menggunakan

media Instagram

Berikut tabel yang menjelaskan secara rinci terkait pelaksaan dalam

kelas eksperimen maupun kontrol.

Tabel 3.2

Desain Perencanaan Pelaksanaan Dalam Kelas

Pertemuan Kelompok Eksperimen Tanggal Kelompok kontrol Tanggal

1 Pre-test Pre-test

2 Treatment pertama Treatment pertama

3 Treatment kedua Treatment kedua

4 Treatment ketiga Treatment ketiga

5 Post-test dan Angket Post-test

40
Adapun rincian treatment akan dijabarkan sebagai berikut ini:

a. Kelas Eksperimen

b. Kelas Kontrol

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara, dugaan sementara

tersebut dibuat oleh penulis atau peneliti dengan mengacu pada data awal

yang diperoleh. Kemudian dugaan benar atau salah ditentukan berdasarkan

hasil penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2017:63) hipotesis adalah

tanggapan jangka pendek terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian dinyatakan sebagai pertanyaan. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah solusi sementara untuk

topik penelitian dalam bentuk formulasi teoritis. Pada penelitian kali ini

hipotesis yang digunakan yaitu Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis

Nihol/Nol (H0). Oleh karena itu rumusan hipotesis pada penelitian ini

sebagai berikut :

a. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil

pre-test dan post-test, sehingga media Instagram pada akun

“Kepo_jepang” tidak efektif dalam pembelajaran kosakata dasar bahasa

Jepang (N5).

b. Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat perbedaan yang signifikan antara

hasil pre-test dan post-test, sehingga media Instagram pada akun

“Kepo_jepang” efektif dalam pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang

(N5).

c. Uji Hipotesis
41
Dalam sebuah penelitian hipotesis tidak selalu benar, hipotesis bisa saja

salah sehingga penelitian ini memiliki kriteria untuk menguji hipotesis.

Uji hipotesis dilakukan dengan cara mencari nilai koefisiensi t-hitung

untuk melihat signifikansi kemampuan pembelajar sebelum dan sesudah

perlakuan. Jika koefisiensi t-hitung yang diperoleh lebih besar daripada

nilai koefisien t-tabel, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil pre-test dan post-test, sehingga media

instagram pada akun “Kepo_jepang” efektif dalam pembelajaran

kosakata dasar bahasa Jepang (N5). Sedangkan jika t-hitung yang

diperoleh lebih kecil daripada nilai koefisien t-tabel, maka tidak ada

perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-test sehingga

media instagram pada akun “Kepo_jepang” tidak efektif dalam

pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5), yang dapat dijabarkan

dalam pengujian kriteria hipotesis sebagai berikut :

thitung > ttabel = Ha diterima, H0 ditolak

thitung > ttabel = Ha ditolak, H0 diterima

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMAN 2 Yogyakarta kelas X ipa 5

& X Ipa tahun ajaran 2022-2023.

1. Populasi

Menurut Sutedi (2011: 179) data penelitian bersumber dari manusia atau

bukan manusia. Manusia yang dijadikan sebagai sumber data disebut dengan

populasi penelitian. Kemudian Sebagian dari populasi tersebut dianggap

dapat mewakili seluruh karakter dari populasi yang ada dapat dipilih untuk

dijadikan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa


42
SMAN 2 Yogyakarta kelas X Ipa 5 & Ipa 7 tahun ajaran 2022-2023. Yang

dimana kelas X Ipa 5 berjumlah 36 siswa, dan kelas X Ipa 7 berjumlah 35

siswa.

2. Sampel

Menurut Bungi (2011:112) sampel merupakan wakil semua unitstrata dan

sebagainya yang terdapat dalam populasi. Dengan demikian dapat dikatakan

sampel merupakan objek penelitian yang diambil dari populasi dan dianggap

mewakili populasi tersebut. Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah random sampling. Sutedi (2011:180) menjelaskan

bahwa teknik random ini dikenal dengan teknik secara acak. Adapun sampel

yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2022-2023. Yang dimana pada penelitian ini menggunakan 2 kelas

yaitu, kelas X Ipa 5 yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol & kelas X

Ipa 7 yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Pada penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan berupa tes dan angket (kuesioner).

1. Tes

Test yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest

yang dimana dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara

acak atau random


43
a. Pretest

Serangkaian atau sebuah tes yang diberikan kepada peserta didik pada

kelas kontrol maupun eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana peserta didik menguasai suatu materi yang akan

diajarkan sebelum dilakukannya treatmen. Materi dalam pretest bisa

mencakup pengetahuan atau informasi dari topik sebelumnya yang

berkaitan dengan topik yang akan diajarkan.

b. Posttest

Posttest adalah serangkaian atau sebuah tes maupun ujian yang

diberikan kepada peserta didik pada kelas kontrol maupun

eksperimen setelah diberikan treatmen, yang bertujuan sebagai sarana

evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik

terhadap materi yang telah dipelajari. Selain itu untuk mengetahui

keefektifan media Instagram pada akun “Kepo_jepang” dalam

pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5) pada kelas

eksperimen.

2. Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Menurut Sugiyono (2021) angket atau

kuesioner adalah berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka yang

diberikan kepada responden langsung maupun internet. Angket yang akan

digunakan pada penelitian ini ialah angket tertutup, yang dimana opsi

jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti dan hanya akan dibagikan pada

kelas eksperimen setelah peneliti memberikan perlakuan/treatmen dan juga


44
posttest. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa

SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022-2023 terhadap media instagram

dalam pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang (N5) pada akun

“Kepo_jepang”.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sutedi (2011:155) instrument penelitian yaitu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang

diperlukan dalam kegiatan penelitian. Instrument yang berupa tes terdiri atas

tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Sedangkan instrument nn tes yaitu berupa

angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, skala, sosiometri, daftar

(checklist) dan sebagainya. Pada penelitian ini instrument penelitian yang

digunakan sebagai berikut :

1. Tes

Chaplin (2001) mengemukakan bahwa tes ialah sebarang pengukuran

yang membuahkan data kuantitatif, seperti satu tes yang tidak dibakukan dan

diterapkan dalam satu kelas di sekolah. Satu perangkat pertanyaan yang

sudah dibakukan, yang dikenakan pada seseorang dengan tujuan untuk

mengukur perolehan atau bakat pada satu bidang tertentu.

Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah pretest dan posttest. Tes

tersebut untuk menilai hasil belajar siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran

2022-2023 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, khususnya dalam

pembelajaran kosakata dasar bahasa Jepang menggunakan media Instagram

pada akun “Kepo_jepang”. Namun, tes antara kelas eksperimen dan kontrol

akan dibedakan dari segi penggunaan media pembelajaran. Kelompok

eksperimen akan menggunakan media Instagram pada pembelajaran kosakata


45
dasar bahasa Jepang (N5) dengan akun “Kepo_jepang”, sedangkan kelompok

kontrol akan menggunakan media website wkwkjapan untuk pembelajaran

kosakata dasar bahasa Jepang (N5).

Maka dalam penelitian ini untuk mengetahui keefektifan penggunaan

media Instagram pada akun “Kepo_jepang” terhadap keterampilan kosakata

dasar bahasa Jepang (N5). Peneliti menerapkan suatu tes, tes yang

diguanakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis menggunakan pilihan

ganda, satu jawaban benar dan tiga jawaban pengecoh. Tes diujikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pretest maupun posttest. Dalam

penelitian ini, tes dibuat oleh peneliti dengan acuan pada media Instagram

dalam akun “Kepo_jepang”. Berikut kisi-kisi soal yang terdapat dalam tes.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Pretest dan Posttest Pada Akun “Kepo_jepang”

No Standar Jenis Indikator Deskripsi Butir soal

Penilaian Soal

1. Mampu Siswa mampu

memilih arti memilih arti

yang tepat Pilihan Pemahaman kosakata 1,2,3,4,5

dari ganda kosakata dengan benar

kosakata

bahasa

Jepang ke

dalam

bahasa

46
Indonesia

2. Siswa Siswa mampu

mampu mengisi

mengisi Pilihan Pemahaman kalimat 6,7,8,9,10

kalimat ganda kosakata rumpang

rumpang kata dan dengan benar

dengan kalimat yang telah

kosakata tersedia

bahasa

Jepang

dengan

benar

3. Mampu Siswa mampu

memilih arti Pilihan Pemahaman memilih arti 11,12,13,14,15

yang tepat ganda kosakata kosakata

dari dengan benar

kosakata

bahasa

Indonesia ke

dalam

bahasa

Jepang

4. Mampu Pilihan Pemahaman Siswa mampu

memilih memasangkan
47
lawan kata Ganda kosakata lawan kata 16,17,18,19,20

dalam yang telah

bahasa tersedia

Jepang

Total = 20 soal

a. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2017:168) instrument yang valid berarti alat

ukur yang digunakan umtuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur

apa yang seharusnya diukur.

Untuk instrument yang berbentuk tes, pengujian validitas

dilakukan dengan menggunakan pengujian validitas isi (content

validity). Menurut Sugiyono (2017:117) bahwa untuk instrument

yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program, maka

pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan

antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.

Secara teknis pengujian validitas dapat dibantu menggunakan kisi-

kisi instrument.

Untuk menguji validitas butir instrument lebih lanjut, butir soal

dikonsultasikan terlebih dahulu pada ahlinya yaitu dosen

pembimbing. Dilakukan analisis uji coba dengan analisis tingkat

kesukaran dan analisis daya pembeda.

1. Tingkat Kesukaran

Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang tidak mudah


48
tetapi tidak terlalu sulit juga. Menurut Sutedi (dalam Nurfauziah,

2017:41) pengukuran soal berupa pilihan ganda dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :

Gambar 3.1

Rumus Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uraian

𝑆𝑘𝐴 + 𝑆𝑘𝐵 − (2𝑛 𝑥 𝑆𝑘. min)


𝑇𝐾 =
2𝑛 𝑥 (𝑆𝑘. 𝑚𝑎𝑘 − 𝑆𝑘. 𝑚𝑖𝑛)

Keterangan :

TK : Tingkat Kesukaran

SkA : Jumlah skor jawaban kelompok atas

SkB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah

𝑛 : Jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah

Sk.mak : Skor maksimal

Sk.min : Skor minimal

2. Daya Pembeda

Analisis butir soal untuk mengetahui daya pembeda dari soal

pilihan ganda bisa memakai rumus sebagai berikut :

Gambar 3.2

Rumus Analisis Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda

S𝑘𝐴 - 𝑆𝑘𝐵
DP =
𝑛 𝑥 (𝑆𝑘. 𝑚𝑎𝑘 − 𝑆𝑘. 𝑚𝑖𝑛)

Keterangan :

49
DP : Daya Pembeda

SkA : Jumlah skor kelompok atas

SkB : Jumlah skor kelompok bawah

N : Jumlah sampel kelompok atas dan bawah

Sk.mak : Skor maksimal

Sk.min : Skor minimal

b. Uji Reliabilitas

Menurut (Sutedi, 2009:220) soal tes dinyatakan reliabel jika

dapat diukur secara konsisten, meskipun tes tersebut diberikan

beberapa kali.

Gambar 3.3

Rumus Uji Reliabilitas

𝑘
𝑟= (1 − Ʃi₂)
𝑘−1 St²

Keterangan :

r : Angka koefisien reliabilitas yang dicari

k : Jumlah butir soal

Ʃi₂ : Jumlah varian seluruh butir soal

St² : Varian soal

2. Angket

Arikunto (1993:124) mengatakan kuesioner (angket) adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui. Diperkuat dengan pernyataan (Sugiyono (2015:142) mengatakan

50
kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket Skala Likert, skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Kuesioner (angket) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yaitu jenis

kuesioner yang tiap butir pertanyaannya memiliki opsi jawaban seperti SS

(sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju)

yang telah disiapkan oleh peneliti sehingga responden tidak memiliki

kebebasan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada

mereka. Penggunaan kuesioner (angket) ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana tanggapan siswa SMAN 2 Yogyakarta tahun ajaran 2022-2023

mengenai keefektifan Instagram sebagai media pembelajaran kosakata dasar

bahasa Jepang (N5). Berikut kisi-kisi angket yang akan diberikan pada siswa

yang menjadi subjek penelitian.

Tabel 3.9

Kisi-Kisi Instrumen Angket

No Aspek Indikator Deskripsi Nomor

Penelitian Angket

1. Akun Instagram Pengetahuan siswa Apakah sebelumnya siswa

“Kepo_jepang” terhadap akun mengetahui tentang akun 1

Instagram “Kepo_jepang”

“Kepo_jepang”
51
Isi materi pada akun tersebut 2

Penyajiannya 3

2. Tanggapan siswa Tanggapan siswa Mengetahui tanggapan/kesan

terhadap akun terhadap pemahaman siswa terhadap materi yang

Instagram materi telah diajarkan 4,5

“Kepo_jepang”

3. Keefektifan akun Efektif atau tidaknya Apakah menurut siswa akun

instagram akun “Kepo_jepang” Instagram “Kepo_jepang”

“Kepo_jepang” terhadap efektik digunakan untuk 6,7

pembelajaran pembelajaran kosakata dasar

bahasa Jepang (N5)

Kelebihan dan Mengetahui apa saja

kekurangan materi kelebihan dan kekurangan

pada akun Instagram materi pada akun Instagram 8,9,10

“Kepo_jepang” “Kepo_jepang”

52
Dapat membuat Mengetahui apakah setelah

siswa tertarik untuk diberikan perlakuan/treatmen

mengikuti siswa jadi tertarik mengikuti

pembelajaran bahasa pembelajaran bahasa Jepang 11

Jepang

Kesan siswa Mengetahui bagaimana kesan

terhadap siswa selama pembelajaran 12,13,14

pembelajaran selama berlangsung

dilaksakannya

penelitian

E. Teknik Analisis Data

Menurut Muhson (2006:1) analisis data merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk memecahkan masalah yang dapat dilakukan setelah semua data

yang diperlukan telah lengkap. Teknik analisis data yang digunakan pada

penelitian ini adalah :

1. Teknik Analisis Data Tes

Hasil soal tes akan diolah secara statistic dan hasil soal tes akan

diolah sebagai berikut :

a. Uji t test (uji t tabel)

Setelah peneliti melakukan pretest dan posttest kepada responden, maka

53
akan diketahui nilai dari masing-masing responden. Setelah hasil data

terkumpul, maka data akan diolah menggunakan rumus statistic yang

bisa digunakan untuk mencari ada atau tidaknya perbedaan antara

variabek yang diteliti, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Gambar 3.4

Rumus t hitung
𝑀𝑥 − 𝑀𝑦
𝑡ₒ =
𝑆𝐸𝑀𝑥 − 𝑦

Keterangan :

t0 : nilai thitung

SEMXY : standar error perbedaan mean x dan mean y

Mx : nilai rata-rata posttest

My : nilai rata-rata pretest

b. Uji Normalized Gain

Digunakan untuk menemukan perbedaan antara nilai posttest dan pretest.

Pengujian tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

keefektifan media Instagram pada akun “Kepo_jepang” terhadap

kelas eksperimen digunakan rumus sebagai berikut :

Gambar 3.5

Rumus Normalized Gain

T2 – T1
(g) =
𝑆m – T1

54
Keterangan :

(g) : normalized gain

T1 : skor pretest

T2 : skor posttest

Sm : skor maksimum

2. Teknik Analisis Data Angket

Informasi yang didapat dari kuesioner, akan dievaluasi dengan formula

persentase yang tertera di bwah ini (Arikunto dalam Nurfauziah,

2017:46).

Gambar 3.6

Rumus Persentase Angket

𝐹
𝑃= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan :

P : Presentase

f : Jumlah jawaban

N : Jumlah responden

Menurut Sugihartono (dalam Agnes, 2000:38) hasil data angket akan

dibandingkan dengan persentase angket, yang menunjukkan interprestasi

data dalam angket sebagai persentase dikategorikan berdasarkan tabel

dibawah ini :

Interval Presentase Keterangan

0,00% Tidak seorang pun

01,00% - 05,00% Hamper tidak

55
06,00% - 25,00% Sebagian kecil

26,00% - 49,00% Hampir setengah

50,00% Setengahnya

51,00% - 75,00% Lebih dari setengah

76,00% - 95,00% Sebagian besar

96,00% - 99,00% Hampir seluruhnya

100% seluruhnya

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Data dan Hasil Penelitian

56
57
58
59
6
0
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada.

Atmoko, B. D. (2012). Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Media Kita.

Budingsih, C. A. (2005). Belajar dan Pembelajran. Rineka Cipta.

Bungin, B. (2011). Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Predana Group.

Chaplin, J. . (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartini Kartono).

Raja Graindo Perkasa.

Dahidi, S. dan A. (2019). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Kesaint Blanc.

Furqon, F. (2013). Correlation Between Students’ Vocabulary Mastery and Their

Reading Comprehension.

Gagne, R. . (1997). The Conditions of Learning. Holt, Renehart and Winston.

Jakni. (2016). Metodologi Pnenelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Alfabeta.

Mardiliyah, Suryani N., s. H. (2014). Perbedaan Pengaruh Cooperative Learning

Tipe Think Pair Share (TPS) dan Metode Konvensional terhadap Prestasi

Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Ditinjau dari Motivasi Belajar

Siswa Kelas VIII pada Mts Negeri di Kabupaten Kudus.

Muhson, A. (2006). Teknik Analisis Kuantitatif Makalah Teknik Analisis II.

1
Persada, U. D. (2000). Univeristas Darma Persada. 1–11.

i
Sadim an, A. S. (2018). Media
Pendidikan. z
Sari, R. R. L. P. (2022). Keefektifan Intagram “STUDYIN.JAPANESE” Sebagai
a
Media Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang.
t

Sugiyyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Alfabeta. Sugiy.ono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


(
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta.
2
Sugiyono.
0 (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit

Alfabeta.
2

Sugiy0ono. (2018a). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). CV Alfabeta.

)
Sugiyono. (2018b). Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya.

Bumi Aksara.
B

Sukmaadinata, N. S. (2010). Motode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Sutedbi, D. (2009). Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Program

Bahasa Jepang UPI.


I
Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Humaniora.

e
2
n

d
Tarigan, H. G. (1994). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Bebahasa. Angkasa.

Wendra, i W. (2012). Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai