Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab kematian
ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia. Berbagai kebijakan telah
dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun Making Pregnancy Saver yang salah satu
pesan kuncinya adalah penanganan masalah kegawat daruratan kebidanan dimana salah satu
focus gerakannya adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalianan.
Untuk pencegahan perdarahan pasca persalinan saat ini setiap petugas kesehatan dituntut
harus melaksanankan asuhan persalinan normal dengan salah satu terobosan adalah
penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan uterotonika secara tepat guna harus
diterapkan Baik dalam hal induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan penanganan
perdaran pasca persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin. Setiap petugas
kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan memadai tentang
uterotonika, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya maupun tentang efek yang tidak
diinginkan. Seperti yang telah kita ketahui bersama, obat merupan salah satu penunjang sarana
kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.
Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat dalam
penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun
yang digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.. Salah satu dari
obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik dan anti perdarahan. Obat – obat
uterotonika dan anti perdarahan tidak pernah lepas dari segala masalah kesehatan yan
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan karena sangat erat
dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila terjadi kesalahan walau hanya
sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai nama obat, tujuan penggunaan,
mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pemakaian serta dosis yang
digunakan. Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk meningkatkan kontraksi
uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala III persalinan.
Aktivitas Pembelajaran
A. Pengertian Uterotenika
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan
untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum,
pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala
persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan
pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak
dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi
perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat
diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah
hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalina. riwayat persalinan yang
kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus sebelumnya.
Uterotonika adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi otot polos uterus. Banyak obat
memeperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dab
dapat berguna dalam praktek keperawatan. Obat yanng bermanfaat itu ialah oxytocin(oksitosin)
dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan beberapa prostaglandin semisintetik. Obat-
obat tersebut memperlihatkan respons bertingkat (graded respons) pada kehamilan, mulai dari
kontraksi uterus spontan, ritmis sampai kontraksi tetani. Meskipun obat ini mempunyai efek
farmakodinamik lain, tetapi manfaat dan bahayanya terutama terhadap uterus. Derivat
prostaglandin merupakan obat yang baru dikembangkan tahun tujuh puluhan. Pembicaraan di
sini terbatas pada efek Prostaglandin E dan F terhadap uterus serta penggunaannya sebagai
abortivum, dan oksitosin untuk induksi partus. Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik,ibu
sebaiknya melahirkan dirumah sakit,dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu
bersalin, misalnya:
1. Persalinan atau kala II yang terlalu cepat, (ekstraksivakum, atau forsep).
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, dan anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inersia uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin. Caranya,
disuntikkan intra muskuler atau intravena ( bila diinginkan kerja cepat ), setelah anak lahir.
Daftar Pustaka
1. Farmakologi Therapi Edisi 4, Universitas Indonesia, 1995 (BU 1)
2. Prinsip umum dan dasar farmakologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta
3. The Midwifes Pharmacopia, Banister, 1997
MACAM – MACAM OBAT UTEROTONIKA
I. Pengertian Uterotonika
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik
banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus
inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat
uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca
persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama
sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian
uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan
mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat
diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang
dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca
persalinan. Yaitu:
1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
2. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
3. Grande multipara (lebih dari empat anak).
4. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
5. Bekas operasi Caesar.
6. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan
dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu
bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum,
forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak
besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inersia uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan
Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila
diinginkan kerja cepat), setelah anak lahir.
II. Macam – Macam Obat Uterotonika
1. Alkaloid ergot
Sumber : jamur gandum clavikus purpurea Berdasarkan efek dan struktur
kimia alkaloid ergot dibagi menjadi 3 :
a. Alkaloid asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari
kelompok alkaloid asam amino
b.Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
c. Alkaloid amin
2. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary
posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi.
Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
3. Misoprostol / Prostagladin
Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang
menghambat sekresi asam lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa
lambung.
III. Cara Kerja Obat Uterotonika
1. Alkaloid ergot
a. Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga
memperpendek kala III (kala uri).
b. Menstimulsi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan
rahim.
c. Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan
terjadi efek oksitosik pada kandungan mature.
2. Oksitosin
Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang
sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada
reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
a. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung
pada otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
b. Konstriksi pembuluh darah umbilicus
c. Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin bekerja pada
reseptor hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan :
1) Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik
karena terjadinya vasodilatasi
2) Retensin air
Catatan :
Oksitosin dan hormone anti diuretic memiliki rumus bangun yang sangat
mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini saling
tumpang tindih Kerja oksitosin yang lain meliputi :
Kontraksi tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma,; luteolitis
(involusi korpus luteum ).
Peranan neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat.
Oksitosin disintesis dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus.
Muylai dari usia kehamilan 32 minggu danselanjutnya, konsentrasi oksitosin
dan demikian pula aktifitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya (
Hirst et al, 1993 ).
Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
a. Persalinan
b. Stimulasi serviks vagina atau parudara
c. Estrogen yang beredar dalam darah
d. Peningkatan osmolalitas / konsentrasi plasma
e. Volume carian yang rendah dalam sirkulasi darah
f. Stress dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal
dengan istilah refleks ejeksi fetus. Stress yang disebabkan oleh tangisan bayi
akan menstimulasi produksi ASI.
Pelepasan oksitosin disupresi oleh :
1. Alcohol
2. Relaksin
3. Penurunan osmolalitas plasma
4. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )
3. Misoprostol / Prostagladin
Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat
dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.Kadar puncak serum
asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.
IV. Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Alkaloid ergot
a. Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau
paska abortus, yaitu :
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya
Induksi abortus terapeutik
Uji oksitoksin
b. Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II
Hipersensitif
Penyakit vascular
Penyakit jantung parah
Fungsi paru menurunFungsi hati dan ginjal menurun
Hipertensi yang parah
Eklampsi
2. Oksitosin
a. Indikasi
Indikasi oksitosik.
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
Uji oksitoksik
Menghilangkan pembengkakan payudara.
b. Kontra Indikasi
Kontraksi uterus hipertonik
Distress janin
Prematurisasi
Letak bayi tidak normal
Disporposi sepalo pelvis
Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
Obstruksi mekanik pada jalan lahir
Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil yang
berusia 35 tahun
Resistensi dan mersia uterus
Uterus yang starvasi
Gawat janin
3. Misopropil / Prostagladin
a. Indikasi
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
Induksi abortus terapeutik
Uji oksitosin
Menghilangkan pembengkakan mamae
B. MACAM – MACAM OBAT PRE DAN EKLAMPSIA
I. Pengertian Pre dan Eklampsia
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Tidak berbeda
dengan definisi Rustam, Manuaba ( 1998) mendefinisikan bahwa
preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang
disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir
minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 )
mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku
kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut
yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
preeklampsia ( toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang
timbul ada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi,
edema dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir
minggu pertama setelah persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat
kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre eklampsia.
II. Etiologi Preeklampsia dan Eklampsia
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga
kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain
:
Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
Peran faktor imunologis.
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
Peran faktor genetik /familial
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
III. Klasifikasi Preeklampsia dan Eklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan Pre eklampsia Ringan dan Pre eklampsia.
a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya
6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau
midstream.
b. Preeklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.
IV. Macam – Macam Obat Preeklampsia dan Eklampsia
1. Magnesium sulfat
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan
mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat berhasil
mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini memberikan keuntungan
fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah ke uterus.
2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin bekerja
menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang membran depolarisasi.
Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk beberapa hari sampai risiko
kejang eklamtik berkurang.
3. Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik.
Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan.
4. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan peningkatan
cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah
hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95% pasien dengan
eklampsia.
5. Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan
sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
6. Nifedipin
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar.
Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.
V. Cara Kerja Obat Preeklampsia dan Eklampsia
1. Magnesium Sulfat
Mengahambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada
sinaps. Pada pemberian magnesium sulaft, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibitionantara ion kalsium dan ion magnesium)
kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
2. Fenitoin
Pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal
ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan perangsangan
berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di mana terjadi penurunan bertahap ion
natrium melalui membran. Ini termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin
menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari
kejang tonik-klonik (grand mal).
3. Diazepam
Diazepam melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan pada
neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya. Depresi neonatal ini
hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada 15 jam sebelum kelahiran.
4. Hidralazin
Merelaksasi otot polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat
menimbulkan reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan kontraktilitas
jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang akan melawan efek hipotensi
obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar daripada tekanan sitolik. Absorpsinya melalui
saluran cerna dan hamper sempurna.
5. Labetalol
Memblokir reseptor adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung,
menurunkan resistansi peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak.
6. Nifedipin
Nifedipin bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium
masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion
kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek
inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV)
akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi AV.
Anak diberi ASI, bukan masalah pemberian ASi jika disertai pemberian
imunisasi. Pemberian imunisasi juga dapat dilakukan pada bayi yang sakit kronis, seperti
penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau liver. Pada penderita down’s syndrome atau pada
anak dengan kondisi saraf yang stabil seperti kelumpuhan otak yang disebabkan karena luka,
imunisasi boleh saja diberikan. Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) atau berat bayi saat
lahir rendah.Sebelum atau pasca operasi.
IV. Efek Samping Obat
Efek samping obat adalah setiap efek yang tidak diharapkan, yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) sebagai akibat dari suatu pengobatan atau prosedur
terapi. Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Hal ini
disebabkan karena sama halnya dengan efek terapi, efek samping obat juga merupakan hasil
interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologis
tubuh, yang bervariasi antar individu.
Efek samping obat bisa saja muncul pada setiap penggunaan obat, baik obat farmasi
(mengandung bahan aktif tertentu yang diproses secara kimia), maupun obat herbal. Hal ini
karena setiap zat aktif yang bersifat terapi mungkin saja memberikan reaksi yang tidak
diinginkan.
Beberapa contoh efek samping misalnya:
Reaksi Imunologi (kekebalan tubuh), contoh: reaksi alergi akut karena suntikan antibiotik.
Efek farmakologis yang berlebihan, contoh: hipoglikemia berat karena pemberian insulin.
Efek samping karena penggunaan jangka lama, contoh: osteoporosis karena pengobatan
kortikosteroid jangka lama.
Gejala putus obat (withdrawal symptoms).
dan sebagainya.
b. Farmakokinetik Obat
Vitamin ini diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai
puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien karena sebagian
akan keluar melalui feses. Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan absorpsi
vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A yang larut dalam air.
Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung protein atau pada penyakit infeksi
tertentu dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris.
Berkurangnya absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat
insufisiensi hati.
c. Indikasi
Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
d. Posologi
Jenis sediaan untuk vitamin A antara lain oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral
terdapat bentuk tablet, kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan air paling
cepat diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih tinggi dibandingkan sediaan minyak.
Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol
(10.000-15.000 IU) per kapsul. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan mengandung 50.000 IU
vitamin A/ml dapat diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan gangguan
mata berat. Dosis lebih dari 25.000 IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien defisiensi berat.
Penggunaan oral lebih baik daripada parenteral.
e. Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin A
100.000-500.000 IU sehari 3 kali; lalu 50.000 IU selama 14 hari (sehari sekali) Maintenance
10.000-20.000 IU selama 60 hari Kategori dalam kehamilan.Protein Binding tidak diketahui;
waktu paruh: minggu-bulanan kondisi kekurangan Terapi kekurangan vitamin A nya, cegah
rabun senja, atasi kelainan kulit, tingkatkan pertumbuhan tulang
f. Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering, perubahan
visus,hipoprotrombinemia
g. Adverse Reactions
Bukti dengan toksisitas: lekopenia, anemia aplastik, papiledema, peningkatan tekanan
intracranial, hypervitaminosis A (rambut rontok dan kulit mengelupas). Dosis besar selama
kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan.
h. Kontra indikasi
Minyak mineral, kolestiramin,alcohol, dan obat anti dislipidemia karena dapat
menurunkan absorpsi vitamin A. Vitamin ini diekskresi di ginjal dan feses.(Kamiensky, Keogh
2006)
II. Vitamin B6 (Pyridoxine)
Vitamin B6 merupakan jenis vitamin yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya
untuk mengkoreksi kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang
disebabkan oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber makanan yang banyak
mengandung vitamin ini antara lain daging, sayuran dengan daun berwarna hijau, sereal gandum
utuh, ragi, dan pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan U.S.
RDA adalah untuk pria sebanyak 15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18 mg/hari,
dan laktasi sekitar 20 mg/hari
a. Farmakodinamik Obat
Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik
yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan
coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat
dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam
amino, di antaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino yang
bersulfur dan asam amino hidroksida .
b. Farmakokinetik Obat
Piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit
terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama
dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal .
c. Indikasi
Pencegahan dan pengobatan defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B lainnya atau
sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi
lain adalah untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer oleh obat seperti INH, sikloserin,
hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan
ekskresinya melalui urin. Pemberian pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen juga dibenarkan karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada
wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaikin gejala keilosis,
dermatitis seboroik, glositis, dan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap
tiamin, riboflavin, dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan
prahaid (pramesntrual tension). Indikasi lain yaitu untuk anemia yang responsive terhadap
piridoksin yang biasanya sideroblastik.
d. Posologi
Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100
mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi.
e. Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin 25-100 mg/hari
Isoniazid therapy prophylaxis : 20-25 mg/hari
Peripheral neuritis : 50-200 mg/hari Maintenance
Laki-laki : 2 mg/hari
Wanita : 1,6 mg/hari
Ibu hamil : 2,1 mg/hari
Ibu menyusui : 2,2 mg/hari
f. Kondisi kekurangan
Neuritis, kejang, dermatitis, anemia, lymphopenia.
g. Efek samping
Nyeri kepala, mual, somnolen; dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik
(paresthesia, unstable gait, clumsiness of hands) Adverse Reactions megadosis jangka panjang
dapat menyebabkan neuropathy sensorik.
h. Kontra indikasi
Dihindarkan pada pasien yang mendapat levodopa, terapi IV pada pasien jantung.
Perhatian : megadosis pada kehamilan
III. Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C
bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan.
Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang
membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil
hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan,
stabil pada keadaan kering. Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna
hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein,
lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan.
vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolism asam folat. Tidak seperti vitamin
yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun,
serum level vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi
tanpa mengubah apapun.
Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita
sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu
menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit
infeksi, TB, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan,
dan laktasi.
a. Farmakodinamik Obat
Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi
dengan memindahkan electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan
tereduksi; dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk
mempercepat perubahan residu prolin dan lisin padam prokolagen menjadi hidroksiprolin dan
hidroksilisin pada sintesis kolagen. Perubahan asam folat menjadi asam folinat, metabolisme
obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine menjadi norepinefrin juga membutuhkan vitamin
C. Asam askorbat meningkatkkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan
hormon oksitosin dan hormon diuretik. Vitamin C juga meningkatkan absorpsi besi dengan
mereduksi ion feri menjadi fero di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam
pembentukan steroid adrenal.
Fungsi utama vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat
organik matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran vitamin C
dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan pada stimulasi langsung
sintesis peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak
pada kesulitan dalam penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler
yang mengakibatkan petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran
kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada
jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan .
Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik
yang jelas. Namun pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala
penyakit dengan cepat.
b. Farmakokinetik Obat
Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.pada keadaan normal tampak
kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan trombosit
lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan
kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin
dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang
rangsang ginjal yaitu 1,4 mg%. Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C
misalnya tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat.
Vitamin C dosis besar dapat memberikan hasil false negative pada uji glikosuria
(enzymedip test) dan uji adanya darah pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false positive
dapat terjadi pada clinitest dan tes glikosuria dengan larutan Benedict.
c. Indikasi
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu, vitamin C
juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin
C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun, efektivitasnya belum terbukti. Vitamin
C yang mempunyai sifat reduktor digunakan untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik
meskipun kurang efektif dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin C tidak mengurangi
insidens common cold tetapi dapat mengurangi berat sakit dan lama masa sakit.
d. Posologi
Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung
50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan multivitamin mengandung
vitamin C. Sediaan suntik mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk
mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan
sediaan vitamin C.
Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan bubuk unutk
penggunaan per oral.
e. Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin C
Dewasa: per hari 50-100 mg. defisiensi berat, PO:IM:IV: 150-500 mg/hari dalam 1-2
dosis terbagi. 500-6000 mg/hari untuk terapi ISPA, kanker, atau hiperkolesterolemia
Maintenance 45-60 mg/hari Kategori dalam kehamilan.
f. Kondisi kekurangan
Cegah dan atasi defisiensi vitamin C (Scurvy); meningkatkan penyembuhan luka; untuk
luka bakar; krisis sel sickle; deep vein thrombosis; terapi megavitamin (dosis massif) tidak
direkomnedasikan karena dapat menyebabkan toksisitas.
g. Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare. Vitamin C dengan
aspirin atau sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan Kristal di urin (Crystalluria); dapat
memberikan hasil false negative adanya darah pada uji feses dan false positive glikosuria jika
diperiksa dengan Clinitest.
h. Adverse Reactions
Batu ginjal, crystalluria, hiperurecemia; dosis massif dapat menyebabkan diare dan rasa
tidak enak di perut (GI upset)
i. Kontra indikasi
Dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat
menurunkan kadar vitamin C dalam tubuh; merokok menurunkan kadar serum vitamin C,
digunakan dengan perhatian pada renal calculi batu ginjal); gout, anemia, sel sickle,
seideroblastik, thalassemia.
j. Interaksi obat
Menurunkan uptake asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat menurunkan
efek antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin
IV. Vitamin E
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, arteri,
dan komponen selular untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Jika
terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak, vitamin E diabsorpsi di saluran
pencernaan dan disimpan di seluruh jaringan,terutama liver, otot, dan jaringan lemak. Tujuh
puluh lima persen dari jumlah vitamin E diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin.
Delapan jenis tokoferol alam mempunyai aktivias vitamin E. RRR-α tokoferol (dahulu
disebut d-α-tokoferol) merupakan bentuk paling penting karena merupakan 90% dari
tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik paling besar .
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E antara lain sereal gandum utuh,
minyak sayuran, daun bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut U.S
RDA yaitu pada pria sebanyak 10mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak 8 mg/hari; 12 IU, pada
kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari.
Kebutuhan vitamin A pada orang Indonesia belum diketahui akan tetapi diperkirakan
sama denganrekomendasi U.S RDA .
Akibat kekurangan vitamin E, Jika asupan vitamin E kurang pada tubuh maka sel darah
merah mudah rusak kemudian terbelah. Pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sistem otot dan
syaraf. Nantinya orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam berjalan. Serta terjadinya nyeri
pada otot betis. Bahkan jika kekurangan vitamin E ini cukup besar dan berkelanjutan, dapat
berpotensi memicu adanya kanker baru dalam tubuh yang menyerang paru-paru, saluran
pencernaan, dan payudara.
Bagaimana jika terjadi pada bayi dan anak-anak? Penyakit pada bayi juga banyak yang
disebabkan kekurangan vitamin E. Apalagi pada bayi prematur yang memang memiliki cadangan
vitamin E yang sedikit. Sehingga pada bayi prematur yang kekurangan vitamin E dalam
tubuhnya akan mengalami gangguan penglihatan. Pada anak yang memiliki usia yang lebih
besar, kekurangan vitamin E ini akan menimbulkan penyakit seperti kelainan saraf, refleks
menurun, gangguan penyerapan di usus, dan lemahnya otot.
Perlu adanya penanganan khusus jika seseorang sudah kekurangan vitamin atau defisiensi
vitamin E secara akut bahkan kronis. Untuk segera dilakukan upaya pengobatan rumah sakit,
Pemberian vitamin E secara kontinu agar tidak timbul penyakit yang lebih besar seperti kanker
usus, kanker payudara atau kanker paru-paru tidak terjadi.
a. Farmakodinamik Obat
Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane
biologis akibat radikal.
Vitamin E melindungi asam lemak tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil
bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak jenuh dan
membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya berinteraksi dengan antioksidan yang
lain seperti vitamin C yang akan membentuk kembali tokoferol. Vitamin E juga penting untuk
melindungi membrane sel darah merah yang kaya asam lemak tak jenuh ganda dari kerusakan
akibat oksidasi. Vitamin ini berperan dalam melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam
sirkulasi. LDL teroksidasi ini memegang peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis.
Selain efek antioksidan, vitamin E juga berperan mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh
darah, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi
lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari oksidasi.
b. Farmakokinetik Obat
Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin
E dalam darah dan mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat bervariasi diantara
individu normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid. Rasio vitamin E terhadap lipid total
dalam plasma digunakan untuk memperkirakan status vitamin E. Nilai di bawah 0,8 mg/g
menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umumnya kadar tokoferol plasma lebih berhubungan
dengan asupan dan gangguan absorpsi lemak pada usus halusdaripada ada tidaknya penyakit.
Vitamin E sukar melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir hanya mempunyai kadar
tokoferol plasma kurang lebih seperlima dari kadar tokoferol plasma ibunya. ASI mengandung
α-tokoferol yang cukup bagi bayi. Ekskresi vitamin sebagian besar dilakukan dalam
empedu secara lambat dan sisanya diekskresi melalui urin sebagai glukoronida dari asam
tokoferonat atau metabolit lain.
c. Indikasi
Pemberian vitamin E hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari
kadar serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen peroksida.
Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan sindrom malabsorpsi dan steatore,
dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak. Penggunaan vitamin E untuk penyakit yang
mirip dengan keadaan yang timbul akibat defisiensi vitamin E seperti distrofia otot, abortus
habitualis, sterilitas, dan toxemia gravidarum.
d. Posologi
Vitamin E tersedia dalam sediaan per oral dan parenteral
e. Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
Malabsorpsi : 30-100 mg/hari
Defisit berat : 1-2 mg/KgBB/hari atau 50-200 IU/kgBB/hari
f. Maintenance
Laki-laki : 10 mg/hari; 15 IU
Wanita : 8 mg/hari; 12 IU
Ibu hamil : 10-12 mg/hari
g. Kondisi kekurangan
Lisis sel darah merah
h. Efek samping
Tidak signifikan
i. Adverse Reactions
Dosis besar dapat menyebabkan fatigue, kelemahan, mual, rasa tidak nyaman di perut,
nyeri kepala, mammae mengeras, dan waktu pembekuanmemanjang.
j. Kontra indikasi
Pasien yang mengkonsumsi warfarin (antikoagulan) harus sering memantau waktu
pembekuan. Besi dan vitamin E sebaiknya tidak diberikan bersama karena besi dapat
mengganggu absorpsi dan penggunaan vitamin.
V. Asam Folat
Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam
paraaminobenzoat, dan asam glutamate. Asam folat penting untuk pertumbuhan tubuh dan
dibutuhkan dalam sintesis DNA.
PmGA bersama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamate
membentuk suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat merupakan bentuk aktif asam
folat yang beredar di seluruhjaringan tubuh. Sepertiga dari folat disimpan di liver dan sisanya
disimpan di jaringan lain. Sebagian besar asam folat diekskresi di empedu. Asam folat
didapatkan pada sayuran hijau, buah dan sayur berwarna kuning, ragi, dan daging dan diabsorbsi
di usus halus. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan.
Kebutuhan asam folat per hari menurut U.S RDA antara lain pria dan wanita sebanyak
400 µg/hari, kehamilan sebanyak 600-800 µg/hari, dan laktasi sebanyak 600-800
µg/hari
a. Farmakodinamik Obat
Asam folat (PmGA) merupakan precursor inaktif dari berbagai koenzim yang berfungsi
pada transfer unit karbon tunggal (single carbon unit). Mula-mula folat reduktase mereduksi
PmGA menjadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak sebagai akseptor
berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini kepada zat-zat yang
memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan unit karbon tunggal adalah:
(1) sintesis purin melalui pembentukan asam inosinat.
(2) sintesis nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidat.
(3) interkonversi beberapa asam amino misalnya antara serin dengan glisin, histidin dengan asam
glutamate, homosistein dengan metionin (yang terakhir juga memerlukan B12). Peningkatan
metabolism akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik, dan adanya tumor ganas meningkatkan
kebutuhan folat .
b. Farmakokinetik Obat
Absorpsi asam folat paling baik adalah melalui pemberian per oral terutama pada
sepertiga bagian proksimal usus halus. Pemberian dengan dosis kecil, memerlukan energy untuk
melakukan absorpsi sedangkan pada dosis besar, absorpsi dapat berlangsung secara difusi.
Gangguan pada usus halus masih dapat mencukupi kebutuhan folat.
Ada tidaknya tanspor protein belum dapat dipastikan. Dua pertiga dari asam folat yang
terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang tidak difiltrasi ginjal. Distribusi folat
merata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukan dalam cairan serebrospinal. Ekskresi
berlangsung di ginjal dan sebagian besar dalam bentuk Metabolit.
c. Indikasi
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat.
Penggunaan secara berlebihan pada pasien anemia pernisiosa dapat merugikan pasien karena
folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa tanpat memperbaiki kelainan
neurologic sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup .
Kebutuhan asam folat meningkat pada ibu hamil dan dapat menyebabkan defisiensi asam
folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Beberapa
penelitian menunjukkan ada hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insidens
neural tube defect, seperti spina bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Efek toksik
pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarangbelum pernah dilaporkan.
d. Posologi
Asam folat tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg asam
pteroliglutamat dan dalam larutan injeksi asm folat 6 mg/ml. Selain itu, asam folat terdapat
dalam berbagai sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam folat
injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intoksikasi antifolat (antikanker).
e. Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
1-2 mg/hari
f. Maintenance
Pria dan wanita : 400 µg/hari
Ibu hamil dan laktasi: 600-800 µg/hari
g. Kondisi kekurangan
Penurunan jumlah lekosit dan factor pembekuan darah, anemia, gangguan intestinal, dan
depresi.
h. Efek samping
Tidak signifikan
i. Adverse Reactions
Dosis besar dapat menutupi tanda dan gejala defisiensi vitamin B12 yang berisiko pada
usia tua. Pasien dengan Phenytoin (Dilantin) untuk kejang sebaiknya berhati-hati mengkonsumsi
asam folat karena dapat meningkatkan risiko kejang.nSelama kehamilan trimester pertama,
kekurangan asam folat dapat mempengaruhi perkembangan system saraf pusat pada fetus; hal ini
dapat menyebabkan neural tube defects seperti spina bifida (defek penutupan struktur tulang
medulla spinalis) atau anencephaly ( sedikitnya formasi massa otak)
j. Kontra indikasi
Anemia pernisiosa, anemia aplastik, normocytic, dan anemia refrakter.
V. Zinc/Seng (Zn)
Zinc (Zn) merupakan mineral yang berperan sebagai kofaktor lebih dari 100 enzim dan
penting untuk metabolism asam nukleat dan sintesis protein. Zn menstimulasi aktivitas lebih dari
100 enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi insulin, membuat sperma
dan memainkan peran penting dalamsistem imun dan sintesis DNA. Zn membantu penyembuhan
luka dan membantu pasien mempertahankan kemampuan dalam pengecapan dan pembauan.
a. Farmakodinamik Obat
Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang berasal dari pancreas. Kurang
lebih 20-30% Zn per oral diabsorpsi terutama pada duodenum dan usus halus bagian proksimal.
Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung pada berbagai factor termasuk sumbernya. Zn yang
berasal dari hewan pada umumnya diabsorpsi lebih baik daripada yang berasal dari tumbuhan.
Hal ini disebabkan adanya fitat dan serat tumbuhan yang mengikat Zn pada usus sehingga tidak
dapat diabsorpsi. Fosfat, besi, Cu, Pb, cadmium, dan kalsium juga menghambat absorpsi Zn.
Sebaliknya absorpsi Zn meningkat pada masa kehamilan. Hal ini dikarenakan oleh kortikosteroid
dan endotoksin. Dosis Zn yang lebih besar dari 150 mg dapatmenyebabkan kekurangan tembaga,
menurunkan HDL kolesterol, dan memperlemah respon imun pasien.
b. Farmakokinetik Obat
Zn didistribusikan ke seluruh tubh dan kadar tertinggi didapatkan pada koroid mata,
spermatozoa, rambut, kuku, tulang, dan prostat. Di dalam plasma sebagian besar Zn terikat pad
protein terutama pada albumin, α-2 makroglobulin, dan transferin. Ekskresi Zn terutama
melalui feses sejumlah kurang lebih dua pertiga dari asupan Zn. Sekitar 2% diekskresi di urin.
Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat terjadi akibat diare atau keluarnya cairan dari fistula.
Zn menghambat absorpsi dari tetrasiklin (antibiotic) dan oleh karena itu sebaiknya tidak
diminum bersamaandengan antibiotic. Pasien harus menunggu dua jam setelah meminum
antibiotic sebelum mengkonsumsi Zn.
c. Indikasi
Pemberian Zn secara rasional adalah pada pasien dengan defisiensi Zn. Defisiensi ini terjadi
akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada oang tua, alkoholisme dengan sirosis, dan gizi
buruk; absorpsi yang kurang misalnya pada sindrom malabsorpsi, fibrosis kistik; meningkatnya
ekskresi Zn pada pasien anemia sickle cell, luka bakar yang luas, fistula yan mengeluarkan
cairan; atau pada pasien dengan gangguan metabolism bawaan misalnya akrodermatitis
enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu hamil mungkin dapat menyebabkan
efek teratogenik.Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal
sebagian dapat diatasi dengan pemberian Zn.
d. Posologi
Tersedia dalam bentuk per oral.
e. Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
12-19 mg/hari
f. Maintenance
12-19 mg/hari
g. Kondisi kekurangan
Retardasi pertumbuhan, diare, muntah, pubertas terlambat, kelemahan, kulit kering,
penyembuhan luka yang lama.
h. Efek samping
Tidak diketahui
i. Adverse Reactions
Anemia, peningkatan LDL kolesterol, nyeri otot, demam, mual, dan muntah.
j. Kontra indikasi
Jangan diminum bersamaan dengan tetrasiklin
VI. Mineral Mix
Mineral mix merupakan salah satu komponen dalam pembuatan Rehydration Solution for
Malnutrition(ReSoMal) dan Formula WHO (Formula 75 dan 100 ) yang digunakan dalam
Tatalaksana Anak Gizi Buruk untuk memenuhi kekurangan zat gizi mikro pada pada anak gizi
buruk Sasaran penguna mineral mix adalah anak gizi buruk klinis dan atau antropometri (BB/TB
< -3 SD) dan anak gizi buruk paska perawatan. Tiap kemasan/ sachet mineral mix
mengandung zat aktif KCl, Tripotasium Citrat,Magnesium Clorida, Zn asetat dan Cuprum sulfat.
ReSoMal adalah cairan yang diberikan kepada anak gizi buruk yang menderita diare dan atau
dehidrasi. Formula WHO adalah formula yang diberikan pada anak.
Penderita gizi buruk. Mineral mix dalam bentuk sachet sudah tersedia di Kementerian
Kesehatan dan menjadi pedoman tatalaksana anak gizi buruk di Indonesia. Tiap kemasan mineral
mix mengandung zat aktif sebagai berikut
a. Komposisi mineral mix
Tiap kemasan dimaksudkan untuk membuat 20 ml larutan
. Pengertian obat anti jamur
Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan
oleh jamur. Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti
cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa
menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan
infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis ('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada
mulut dan vagina disebut seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi
yang merupakan salah satu jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
2.2. Macam-macam obat anti jamur
Ada beberapa jenis obat-obatan anti jamur, yaitu :
a. Anti Jamur Cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina, antara lain : ketoconazole,
fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
b. Anti Jamur Per oral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap
melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam)
pada mulut dan tenggorokan.
Itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke
dalam tubuh.
Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis
infeksi yang ada. Misalnya:
• Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh
jenis jamur tinea.
• Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh
c. Anti Jamur Injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti
jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
2.3. Indikasi dan Kontra Indikasi Obat Anti Jamur
ACIFAR CREAM
Indikasi
Infeksi herpes simplex pada kulit & membran mukosa, termasuk herpes l
abial & genital awal & kambuh.
Kontra indikasi
Hipersensitif.
2. BENOSON M Cream
Indikasi :
Meringankan inflamasi dari dematosis yang responsif terhadap kortikosteroid (benoson krim)
• Bila inflamasi disertai infeksi bakteri sekunder dan jamur (Benoson N krim) atau gentamicin
(Benoson G krim)
• Bila inflamasi disertai infeksi jamur (Benoson M Krim)
• Bila inflamasi disertai infeksi bakteri sekunder dan jamur (Benoson V krim)
Kontra Indikasi :
• Sensitivitas terhadap setiap komponen.
• Herpes simplex, vaccinia, varicella, chickenpox, tuberkulosis kulit
• Rosacea, akne vulgaris dan perioral dermatitis, perianal dan gatal pada alat kelamin, erupsi
napkin dan infeksi virus.
3. BRENTAN OINT
Kontra indikasi :
• Penyakit tuberkulosis kulit, herpes simplex, vaksmia, semua
bentuk varisela.
• Sensitif terhadap zat-zat aktif dalam ointment.
• Teknik oklusif pada penderita dermatitis atopik.
4. CANESTEN CREAM 3 GR
Indikasi :
Canesten untuk pengobatan topikal dari candidiasi, yang disebabkan oleh candida albicans,
pityriasis versicolor yang disebabkan oleh tricophyton rubrum,trycophyton
mentagrophytes,Epidermophyton floccosom dan microsporum canis.Digunakan untuk ruam
popok.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap klotrimasol.
Efek Samping :
Erythema, stinging, blistering, peeling, edema, pruritus, urticaria, burning, dan iritasi umumnya
dari kulit
5. CANESTEN CREAM 5 GR
Indikasi :
Canesten untuk pengobatan topikal dari candidiasi, yang disebabkan oleh candida albicans,
pityriasis versicolor yang disebabkan oleh tricophyton rubrum, trycophyton mentagrophytes,
Epidermophyton floccosom dan microsporum canis digunakan untuk ruam popok.
6. FORMYCO
FORMYCO umumnyadapat ditoleransi dengan baik. Iritasi, pruritus dan rasa terbakar dapat
terjadi.
Indikasi :
1. Infeksi jamur sistemik seperti:
• Kandidiasis
• Blastomikosis
• Histoplasmosis
• Koksidioidomikosis
• Parakoksidioldomikosis
• Kromomikosis
2. Kandidiasis mukokutan kronis yang tidak responsit terhadap nistatin dan obat-obatan lain.
Kontra-indikasi
• Hipereensitivitas terhadap Ketokonazol.
• Penderita penyakit hati akut dan meningitis kriptokokus
Dosis
FORMYCO harus digunakan pada kulit yang terke-na infeksi dan daerah sekitarnya, satu atau
dua kali sehari tergantung pada beratnya infeksi.
• Tinea korporls, tinea kruris, tinea versikolor, tinea manus, tinea pedis dan kutaneus kandidiasis;
Oleskan krim tipis-tipis sekali sehari selama 2 minggu atau sampai beberapa hari setelah tanda-
tanda dan gejala-gejala tidak terlihat.
• Seboreik dermatitis:
Oleskan krim tipis-tipis 2 kali sehari selama 4 minggu atau sampai benar-benar sembuh. Jika
tidak menunjukkan perbaikan setelah masa pengobatan, diagnosis harus ditentukan kembali.
Atau menurut petunjuk dokter.
7. DAKTARIN ORAL GEL 10 GR
Indikasi :
Pengobatan kreatif dan profilaksis terhadap kandidiasis pada mulut, rongga oropharyngeal dan
saluran pencernaan.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap miconidazole dan atau terhadap salah satu komponen obat. Gangguan
hati.
Dosis & Cara Penggunaan :
* Bayi : 1/4 sendok takar 5 ml, 4 kai sehari
* Anak-anak dan dewasa : 1/2 sendok takar 5 ml, 4 kali sehari
Daktarin oral gel jangan ditelan langsung, biarkan gel dimulut selama mungkin. Pengobatan
diteruskan selama seminggu sampai gejala-gejala hilang. Untuk kandidiasis mulut dianjurkan
melepasakan gigi palsu sebelum istirahat malam disikat dengan Daktarin oral gel.
Efek Samping
Rasa tidak enak di perut seperti mual, muntah dan pengobatan jangka panjang, diare dapat
dijumpai. Pada kasus yang jarang, reaksi laergi pernah dilaporkan dan pada kasus yang sangat
jarang, hepatitis pernah dilaporkan dan hubungan kausal dengan Daktarin oral gel belum jelas.
Kelebihan Dosis :
• Gejala-gejala : secara umum miconazole tidak toksik. Apabila terjadi kelebihan dosis, muntah
dan diare dapat terjadi.
• Pengobatan : Specific antidote belum ada.
8. DAKTARIN ORAL GEL 20 GR
Indikasi :
1. Infeksi jamur sistemik seperti:
• Kandidiasis
• Blastomikosis
• Histoplasmosis
• Koksidioidomikosis
• Parakoksidioldomikosis
• Kromomikosis
2. Kandidiasis mukokutan kronis yang tidak responsit terhadap nistatin dan obat-obatan lain.
Kontra-indikasi
• Hipereensitivitas terhadap Ketokonazol.
• Penderita penyakit hati akut dan meningitis kriptokokus
Efek Samping
Mual dan muntah biasa terjadi, tetapi akan berkurang bila obat diberikan bersama makanan. Efek
samping lain jarang terjadi, yaltu: sakit kepala, pusing, nyeri abdominal, konstipasi, diare,
demam dan menggigil, fotofobla. parestesla, gusi berdarah, trom-bositopenia, ginekomastia dan
Impoten. Reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, pruritus.
Insiden dari gangguan fungsi hati yang simtomatis ber-potensi menjadi toksisitos hati yang serius
sangat rendah (klra-kira 1 dari 15,000 penderita).
Dosis
Dewasa : 1 tablet sekali sehari. Pada infeksi berat atau bila r respon klinis kurang memadai
dalam waktu yang diharapkan, dosis dapat ditingkatkan sampai 2 tablet sekali sehari
Anak-Anak > 2th : 5 mg/kg berat badan/hari.
9. BRENTAN OINT
Kontra Indikasi
• Penyakit tuberkulosis kulit, herpes simplex, vaksmia, semua
bentuk varisela.
• Sensitif terhadap zat-zat aktif dalam ointment.
• Teknik oklusif pada penderita dermatitis atopik.
10. FUNGARES
Farmakologi :
Miconazole nitrate adalah suatu turunan sintetik dari phenethyl imidazole yang mempunyai
khasiat anti jamur, bekerja mempengaruhi permiabilitas jamur dengan mengganggu biosintesa
ergosterol yang mengakibatkan terganggunya membran plasma
Indikasi :
• Infeksi kulit dan kuku yang disebabkan olefrdermatofita, kandida dan jamur - jamur lainnya
seperti: Tinea capitis, Tinea corporis, Tinea manum, Tinea pedis (Athlete's foot), Tinea barbae,
Tinea cruris, Tinea unguium atau onikomikosis, pityriasis versicolor, kandidiasis kulit dan kuku
• Karena FUNGARES memiliki khasiat anti bakteri terutama terhadap bakteri gram positif, maka
FUNGARES dapat digunakan pada mikosis dengan infeksi sekunder oleh bakteri tersebut
Dosis :
Infeksi kulit:
Oleskan krim pada lesi 2 kali sehari. Gosoklah krim dengan jari anda sehingga seluruhnya
meresap ke dalam kulit.
Bila seluruh lesi telah hilang ( biasanya 2 sampai 5 minggu ), perpanjanglah pengobatan selama
10 hari untuk mencegah kambuh
Infeksi kuku :
Guntinglah kuku yang terserang sependek mungkin. Sehari sekali oleskan sedikit krim pada
kuku tersebut dan gosoklah dengan jari anda.
Tutuplah kuku dengan pembalut plastik yang rapat dan tidak berlubang. Sesudah kuku yang
terserang infeksi itu terlepas ( sesudah 2 - 3 minggu atau lebih ) pengobatan harus diteruskan
sehingga pertumbuhan kuku baru mulai tampak dan penyembuhan yang pasti dapat terlihat,
umumnya setelah 7 bulan atau lebih
Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap Miconazole nitrate
Efek Samping :
Iritasi lokal, pruritus, rasa terbakar
11. FUNGORAL TABLET
Indikasi :
- Infeksi pada kulit, rambut, dan kuku karena dermatofid atau ragi.
- Infeksi ragipada rongga saluran cerna.
- Vaginal kandidosis kronik dan kandidosis rekuren.
- Infeksi mikosis sistemik.
- Profilaksis pada pasien dengan mekanisme daya tahan tubuh menurun.
2.4.Dosis Yang Digunakan Obat Anti Jamur
Teorinya, dosis obat diukur dari Miligram per Kilogram berat badan pasien (mg/kg).
Contoh :
INH (isoniazid) obat TBC (tuberculosis) diberikan kpd anak dgn dosis antara 5-10 mg.
Bila berat badan anak 10 kg, maka dosisnya brkisar 50-100 mg, atau bisa diambil dosis
tengahnya 75 mg.
Pada praktiknya, dosis juga ditentukan berdasarkan pertimbangan :
Usia, Kondisi pasien, Riwayat Kesehatan Pasien & Keluarganya, Adanya obat penyerta, dll.
Dampak Salah Takar :
A. Bila takaran dosis kurang
1. Penderita lama sembuhnya, kalaupun sembuh hanya sementara
2. Biasanya kuman penyakit dalam tubuh menjadi lebih kuat
B. Bila takaran dosis berlebihan
Bila yg dikonsumsi adalah obat keras, keadaan ginjal & lever terganggu/tdk sehat akan
menyebabkan keracunan dan over dosis; karena obat tersebut tidak bisa dinetralkan oleh ginjal &
lever.