Abstrak 90 Makalah Terbaik - 2 - 4
Abstrak 90 Makalah Terbaik - 2 - 4
1
PROGRAM INOVASI “CAU PANJANG” CADANGAN ANGGARAN UNTUK
PERSALINAN BERJENJANG DALAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU
LAHIR POTRET PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIDESA WANASARI
KECAMATAN NARINGGUL KAB. CIANJUR ................................................................... 27
2
MASYARAKAT) .................................................................................................................... 44
GELAS GRANIT (GERAKAN LANSIA SEHAT GIGI BERSIH DAN RAPI KINI
HINGGA NANTI) ................................................................................................................... 48
3
PREMAN TOBAT (PEMANDANGAN RUMAH ELOK DENGAN MENANAM
TANAMAN OBAT) ................................................................................................................ 65
DARI BABS MENUJU KAMPUNG STBM YANG SEHAT DAN MANDIRI ................... 73
4
PENGENDALIAN KEMATIAN IBU MELALUI SAVE BUNDA DI PUSKESMAS
BANJARMANGU 1 ................................................................................................................ 83
5
GERAKAN MASAKO (MARI MAKAN SAYUR DAUN KELOR) .................................... 99
KELAS PMBA “KABUN LIMAU DUO” PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUIF DAN
MAKANAN PENDAMPING ASI UMUR 0-24 BULAN DI PUSKESMAS RASIMAH
AHMAD KOTA BUKITTINGGI PROPINSI SUMATERA BARAT ................................. 104
7
AHLI TEKNOLOGI
LABORATORIUM
MEDIK
8
ABSTRAK
Niryanti, A.Md.AK
Puskesmas Gunung Samarinda berada di daerah perkotaan dengan luas wilayah 527 Ha
yang terbagi dalam 2 (dua) kelurahan yaitu kelurahan Gunung Samarinda dan Kelurahan
Gunung Samarinda Baru. Jumlah kunjungan Puskesmas Gunung Samarinda mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yang dilayani oleh 21 (dua puluh satu) orang pegawai yang
terdiri dari 15 (lima belas) pegawai PNS dan 6 (enam) pegawai non PNS. Laboratorium
merupakan bagian dari pelayanan puskesmas sebagai penunjang sehingga Jumlah kunjungan
laboratorium meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan secara umum,
didukung dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang mewajibkan adanya skrining kesehatan harus
didukung dengan pemeriksaan laboratorium maka hal ini berdampak dengan meningkatnya
jumlah pemerikaan laboratorium, sehingga perlu diantisipasi untuk tetap memberikan
pelayanan yang optimal mengingat jumlah tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik
(ATLM) di Puskesmas pada umumnya hanya 1(satu) orang.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada maka perlu adanya suatu sistem yang
membantu pelayanan laboratorium secara otomatis sehingga muncul gagasan untuk membuat
sistem informasi laboratorium Puskesmas (SI LUPUS) secara mandiri dimana sistem ini
memanfaatkan nomor register laboratorium sebagai acuan untuk mencetak hasil pemeriksaan
laboratorium serta keperluan yang lain sehingga praktis dan efisien.
Sistem informasi laboratorium Pukesmas (SI LUPUS) mulai digunakan sejak tahun 2016
hingga sekarang dan banyak manfaat yang didapat, selain mempercepat waktu penyampaian
hasil laboratarium juga terdapat kelebihan lain dibanding dengan sistem manual yaitu
tersimpannya data secara softcopy sehingga siap digunakan sebagai data pelaporan.
Sistem informasi laboratorium puskesmas (SI LUPUS) meskipun sederhana, sangat
bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Gunung Samarinda dan
semoga kedepan sistem ini bisa difasilitasi untuk lebih baik serta terintegrasi dengan sistem
informasi managemen puskesmas (SIMPUS) yang sudah lebih dulu ada.
9
ABSTRAK
Tanjung Selor merupakan ibu kota Kalimantan Utara, dengan jumlah penduduk 41.
925 jiwa. Didukung letak wilayah yang stategis sebagai kota transit, maka mobilitas
penduduknya pun kian meningkat setiap tahunnya. Tentu saja hal ini secara tidak langsung
berdampak pada masalah kesehatan. Diantaranya adalah penyakit menular seksual (PMS).
Salah satu contoh PMS yang sering kita temukan adalah Gonore (GO). GO adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yaitu kuman yang bersifat
gram negatif dan berbentuk diplokokus.
Selama ini penemuan kasus GO cenderung berdasarkan pada klinis pasien dan tidak
berdasarkan pada pemeriksaan laboratorium. Sehingga ada kemungkinan terjadi kesalahan
diagnosa dan pengobatan. Padahal pemeriksaan laboratorium untuk GO ini terhitung murah,
mudah dan cepat yaitu menggunakan pewarnaan Gram.
Peran ahli teknologi laboratorium medik (ATLM) selama ini hanya berkutat di
belakang mikroskop, di dalam gedung saja. Hal inilah yang mendasari saya melalui program
gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS ) untuk bisa meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui kegiatan inovasi penemuan kasus Gonore di wilayah kerja UPT. Puskesmas Tanjung
Selor. Pemeriksaan laboratorium ini dilakukan tidak hanya di Puskesmas saja, tetapi juga
pada kegiatan luar gedung yang bekerja sama dengan lintas program seperti Program IVA
dan Program VCT.
Pasien GO yang ditemukan langsung dilakukan pengobatan oleh dokter. Pasien juga
di edukasi tentang bahaya GO, cara penularan dan cara pencegahannya. Bila meungkinkan
dilakukan pemeriksaan juga terhadap pasangannya. Sehingga penularannya bisa di hentikan.
Pemeriksaan sederhana untuk GO ini diharapkan seterusnya bisa digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang selain berdasarkan pada pendekatan sindrom / klinis GO saja, agar
pengobatan yang diberikan bisa tepat sasaran dan bisa mengobati infeksi secara tuntas.
10
ABSTRAK
Maemanah, SKM.
AKI di provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Sinjai pada khususnya masih
tergolong tinggi. Penyebab utama kematian ibu hamil tersebut adalah pendarahan, tekanan
darah tinggi saat hamil/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.
Untuk menekan angka kematian ibu hamil perlu dilakukan langkah antisipatif petugas
kesehatan melalui Pemeriksaan Laboratorium Ibu Hamil di Luar gedung. langkah ini
dilakukan karena masih banyaknya ibu hamil yang belum memeriksakan kehamilannya di
Laboratorium karena rendahnya pemahaman dan kesadaran serta jarak dan terbatasnya sarana
transportasi. Secara umum keadaan alam kecamatan Sinjai Selatan termasuk daerah
pegunungan dengan ketinggian 500 sampai 600 meter dari permukaan air laut. Kondisi alam
yang demikian turut berpengaruh terhadap kunjungan ke Puskesmas Samaenre.
Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium di luar gedung sebagai
langkah awal perlu diadakan pertemuan lintas sektor, kemudian melakukan pertemuan lintas
Program, antara petugas KIA, PROMKES untuk mensosialisasikan pentingnya pemeriksaan
laboratorium ibu hamil. Dalam melaksanakan kegiatan ini petugas Laboratorium berintegrasi
dengan petugas KIA dalam kegiatan rutin Posyandu Puskesmas Samaenre.
Melihat jumlah sasaran ibu hamil tahun 2015 sebanyak 477 orang yang
memeriksakan laboratoriumnya hanya 325 orang atau 68,1 persen, dibanding dengan tahun
2016 jumlah sasaran ibu hamil 422 orang yang memeriksakan laboratoriumnya sebanyak 406
orang atau 96,2 persen.
Setelah melakukan inovasi menunjukkan peningkatan jumlah pemeriksaan ibu hamil
dan efektif dalam mendeteksi secara dini adanya kelainan pada ibu hamil. Untuk suksesnya
inovasi dalam jangka panjang maka disarankan adanya kerjasama lintas program agar
kegiatan ini tetap berjalan karena memberikaan manfaat yang besar bagi ibu hamil dalam
mendeteksi secara dini adanya komplikasi kehamilan. Serta perhatian dari pemerintah
setempat dalam memperhatikan kesehatan warganya guna mewujudkan GERMAS.
Kata kunci : AKI (Angka Kematian Ibu), HIV (Human Immun Deviciency Virus), GERMAS
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
11
ABSTRAK
Rusnawati, SST
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2016, kejadian
anemia pada ibu hamil sebesar 44,9%, jumlah bayi BBLR 289 orang dengan angka kematian
bayi karena BBLR 32 orang. Di wilayah Puskesmas Jambu Hilir, anemia pada ibu hamil
sebesar 52.2 %, jumlah bayi BBLR 19 orang dan kematian bayi akibat BBLR 1 orang. Masih
tingginya kejadian anemia pada ibu hamil disebabkan beberapa faktor diantaranya masih
kurangnya pengetahuan ibu tentang Hemoglobin dan penting pemeriksaan Hemoglobin rutin
untuk mendiagnosa anemia. Untuk mengatasi hal tersebut saya membuat kartu kontrol
Hemoglobin yang dapat mempermudah ibu hamil mengetahui pengertian dan fungsi
pemeriksaan Hemoglobin dan bahaya anemia terhadap diri serta janin yang dikandungnya.
Penggunaan grafik dan perbandingan warna berbeda pada kartu Kontrol Hemoglobin
dapat memicu aktivitas mental otak kanan seperti kreativitas, daya berpikir konseptual dan
ingatan jangka panjang, sehingga ibu hamil lebih memperhatikan keadaan dirinya. Bekerja
sama dengan lintas sektor kami membuat “Komitmen bersama Kelurahan, Desa Peduli
Anemia Pada Ibu Hamil“. Sosialisasi tentang Anemia dan kartu kontrol Hemoglobin kepada
Perangkat Desa, Tim Penggerak PKK, unsur-unsur di Polsek, Koramil, para pendamping
Desa dan pemerhati kesehatan seperti UP3K serta ke Sekolah-sekolah, diharapkan dapat
mempercepat penurunan angka anemia pada ibu hamil dan remaja putri.
Metode pemberian kartu kontrol Hemoglobin cukup mudah dan tidak memerlukan
biaya mahal. Dari hasil pemberian kartu kontrol hemoglobin inisiatif ibu hamil untuk datang
kembali memeriksakan Hemoglobinnya meningkat 62,25% dan kadar Hemoglobin ibu
hamil yang mengalami kenaikan 76%.
Disimpulkan bahwa ada pengaruh peningkatan inisiatif untuk pemeriksaan
Hemoglobin dan peningkatan kadar Hemoglobin pada ibu hamil dengan pemberian kartu
kontrol Hemoglobin di wilayah kerja Puskesmas Jambu Hilir. Dan diharapkan metode ini
dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
12
ABSTRAK
Liya Rusmania
Puskesmas Putat Jaya berada di wilayah bekas lokalisasi Dolly dan Jarak , jumlah
wisma ±255 wisma dengan jumlah WPS (wanita pekerja seks) ± 1200 orang. Lokalisasi
tersebut berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Keberadaan lokalisasi tersebut
mempunyai dampak sangat luas bagi lingkungan sekitarnya. Komitmen Pemerintah Kota
Surabaya untuk mewujudkan “Surabaya Bebas Prostitusi” sudah diwujudkan dengan
penutupan komplek lokalisasi dolly dan jarak dipertengahan bulan juni tahun 2014. dengan
adanya penutupan operasional lokalisasi maka terjadi penurunan kunjungan pemeriksaan
IMS-HIV pada WPS di tahun 2015 dengan demikian dibutuhkan strategi baru untuk
mendekatkan akses layanan kepada WPS yang sudah “alih profesi” dengan cara one day
service Laboratorium puskesmas putat jaya dengan menggunakan tes cepat (rapid test) akan
sangat membantu karena hasil diperoleh pada hari yang sama.
One Day service Laboratorium yang diselenggarakan di Puskesmas Putat Jaya ini atas
dasar kesepakatan dengan LSM Peduli AIDS atau terkait operasi yustisi kecamatan Sawahan,
dan dilaksanakan secara berkala di tempat panti pijat, hiburan/bar/karaoke. Tim mobile klinik
ini terdiri dari tim konselor, dokter/perawat, laborat serta administrasi. Hasil pemeriksaan
dikomunikasikan pada hari yang sama dan diikuti dengan rujukan ke layanan Perawatan,
Dukungan dan Pengobatan (PDP). Dengan sasaran Populasi kunci yang ada yaitu Gay, Laki
sex laki, WPS tidak langsung dan Waria. Peran pihak terkait Antara lain : Dinas Kesehatan
Kota, Kesepakatan dengan FHI-AIDS , KPA Kecamatan Sawahan , Warga Peduli AIDS ,
Kesepakatan dengan GF , Sat.Pol PP ,MOU LSM (lembaga swadaya masyarakat), kader
LKB(layanan konprehensip HIV berkesinambungan), Pemilik tempat hiburan, Meneger
Kasus dan Rumah sakit.
Hasil yang diperoleh setelah melakukan one day service Laboratorium Puskesmas
Putat Jaya EKS.WPS ditempat tempat yang berpotensi masih dilakukan transaksi Seks oleh
wanita pekerja seks pada tahun 2014 terdapat 1463 WPS dengan HIV positif 86 orang dan
sifilis 16 orang, sedangkan ditahun 2015 terdapat tren penurunan angka kunjungan WPS 173
orang dengan hiv pos 17 orang sifilis 12 orang, kemudian terjadi tren kenaikan angka
kunjungan WPS 209 orang dengan HIV positif 10 orang dan Sifilis Positif 10 orang.
Kesimpulan dan saran Setelah penutupan Lokalisasi Dolly - Jarak di wilayah Puskesmas
Putat Jaya, beberapa WPS masih melakukan profesinya diberbagai tempat seperti Kafe-kafe,
Pitrat, Pub&karaoke, dikuburan maupun jalanan. Sehingga mempersulit petugas Kesehatan
dan Petugas Lapangan (PL) dalam menjangkau maupun memonitoring kesehatan mereka,
WPS yang alih profesi tidak mau datang kelayanan karena takut ditangkap oleh Petugas
SatPol.PP. lembaga swasta sampai lembaga internasional turut membantu dalam memerangi
angka kenaikan IMS-HIV tersebut, namun hal tersebut dirasakaan masih kurang karena dari
pihak penderita sendiri belum ada kesadaran untuk menghentikan perilaku mereka yang
13
menyebabkan resiko tinggi penularan. Untuk menurunkan angka morbiditas IMS dan HIV ,
dan meningkatkan kunjungan laboratorium Puskesmas Putat Jaya bersama dengan Tim
Reproduksi Puskesmas Putat Jaya melakukan strategi Mobile Klinik One Day Service, Dalam
pelaksanaannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak antara lain tenaga medis,
paramedis dan melibatkan berbagai multi sector dan multifactor, keperdulian dan keterlibatan
berbagai pihak sangat diperlukan agar program pengendalian IMS, HIV-AIDS berhasil,
Pelayanan yang komprehensif sangat diperlukan untuk menurunkan angka IMS dan HIV-
AIDS.
Kata Kunci : IMS-HIV Stop disini; Putus Rantai penularan dengan GERMAS
14
ABSTRAK
Alghazali Hasan
Kata Kunci: Anemia, Penyakit Infeksi, Ibu hamil, Pos laboratorium masyarakat
15
ABSTRAK
16
ABSTRAK
Layanan Laboratorium Mobile adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang petugas
laboratorium yaitu seorang ATLM (ahli teknologi laboratorium kesehatan) dalam layanan
laboratorium secara mobile dalam artian melakukan pemeriksaan laboratorium diluar gedung
Puskesmas.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan layanan laboratorium adalah hal yang
mendasari terbentuknya gagasan laboratorium mobile.
17
Layanan laboratorium mobile yang bisa dilakukan adalah :
1. Hemoglobin
2. Golongan darah
3. Glukosa Darah
4. Kolesterol Total
5. Asam Urat
6. Pembuatan Preparat BTA
7. Pembuatan Preparat Gram
8. RDT malaria
9. Skrining HIV
Grafik perbandingan capaian layanan laboratorium tahun 2014, 2015, dan 2016
1167
1200 1033
1000
802
799
765 813
800
600 424 461 493
356 387 414 357
339290
400 325 302 296
273
215 201 198 187 205
164
200 7188
79 55 78 92 64
13
0612 610 37
31 00 32 21
17
15 16 15 53
0 32 0139 013 34
0
Kesimpulan :
Saran :
18
1. Untuk Puskesmas Baamang II agar lebih meningkatkan dan melibatkan lebih banyak
peran layanan laboratorium mobile didalam kegiatan puskesmas serta terus mendukung
inovasi ini.
2. Untuk masyarakat agar lebih berperan serta aktif dalam mengikuti segala kegiatan
puskesmas dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Layanan
laboratorium mobile ini juga diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat
agar lebih peduli dengan kesehatan dirinya sendiri dengan cara rutin memeriksakan
kesehatan melalui pemeriksaan laboratorium.
19
ABSTRAK
Laboratorium Puskesmas Bukit Timah adalah bagian dari Puskesmas Bukit Timah
yang berada di daerah perbukitan, pertanian dengan tanah yang berawa. Puskesmas Bukit
Timah memberikan pelayanan salah satunya Laboratorium yang memiliki satu tenaga
Laboratorium Medik dengan pendidikan DIII Analis Kesehatan. Berdasarkan data kunjungan
Laboratorium Tahun 2015, kunjungan laboratorium rendah yaitu 693 kunjungan. Hal ini
dikarenakan belum adanya standart waktu yang ditetapkan untuk menunggu hasil
laboratorium, dan masih ada masyarkat yang belum mengetahui pentingnya pemeriksaan
laboratorium. Untuk meningkatkan jumlah kunjungan laboratorium mulai Januari tahun
2016 Laboratorium Puskesmas Bukit Timah berinovasi menjadi Laboratorium CERMAT
(Cepat, Empati, Ramah, Aman dan Tepat ).
Pelayanan laboratorium CEPAT ini dilakukan dengan membuat standat waktu
penerimaan hasil laboratorium yang dituangkan dalam Standart Operasional Prosedur (SOP).
EMPATI adalah sikap hormat kepada pasien/klien dengan memberikan pelayanan tanpa
membedakan suku , agama, ras, dan antar golongan. Pelayanan RAMAH dilakukan dengan
sikap yang membuat pasien/ klien nyaman berada di laboratorium. Pelayanan yang AMAN
adalah pelayanan laboratorium aman bagi petugas, bagi pasien maupun bagi lingkungan.
Pelayanan MUTU laboratorium adalah termasuk mutu internal dan mutu eksternal. Pelayanan
laboratorium TEPAT yaitu hasil laboratorium dapat dipertanggung jawabkan. Semua
pelayanan ini melibatkan semua tenaga medis maupun non medis, seperti dokter, bidan,
perawat, sanitarian, ahli gizi, tenaga farmasi, supir ambulance, petugas kebersihan dll.
Keterlibatan kerja sama lintas sektor dan lintas program juga dilakukan dalam pelayanan
Laboratrium CERMAT ini.
Hasil inovasi ini yang telah berjalan jumlah kunjungan meningkat 23 % dari tahun
2015 ke tahun 2016. Jumlah kunjungan Tahun 2015 ada 693 kunjungan, dan meningkat
menjadi 1082 kunjungan pada tahun 2016 dan kerjasama lintas sektoral dan lintas program
berjalan baik. Hal ini disebabkan pasein/ klien sudah mempunyai standart waktu menunggu
hasil pemeriksaan laboratorium, kerjasama lintas sektor dan lintas program berjalan dengan
baik.
Dari inovasi ini diharapkan mutu Laboratorium lebih meningkat dan kerjasama lintas
sektor dan lintas program juga meningkat.
20
ABSTRAK
Laini Susana,Amd Ak
Tahun 2016 penyakit BDB mulai popular di Kabupaten Bener Meriah sebab dengan
di temukannya kasus DBD sebanyak 3 kasus. Pertama kali ditemukan 1 kasus di desa
Babussalam,1 kasus di desa Bale Redelong,1 kasus di desa Gunung Teritit. Kemudian diawal
tahun 2017 di temukan lagi 1 kasus di desa Uring dan 2 Kasus Desa Godang.
Dengan di temukannya 2 kasus di desa Godang maka Penanggung jawab Program
DBD Puskesmas membentuk “PEMBERDAYAAN KADER JUMANTIK UNTUK
MENURUNKAN KASUS DBD” Dengan adanya kader Informasi diharapkan lebih cepat
mulai dari penemuan kasus sehingga Penyelidikan Epidemiologi (PE) cepat dilakukan .
Capaian Angka Bebas Jentik (PJB) di desa Godang pada bulan Januari Rumah yang
diperiksa 41 Rumah Positif 12 Rumah Persentase 71 % , Pada bulan April Rumah yang
diperiksa 53 Rumah Positif 7 Rumah Persentase 87% Bulan januari dan bulan April selisi
ABJ menjadi 16% dari capaian diatas terjadi penurunan kepadatan Angka Bebas Jentik dari
71% Menjadi 87% Akan tetapi target berdasarkan Indikator SPM ABJ adalah 95%
Maka dilakukan Tindak lanjut dengan melakukan Penyuluhan di desa Godang dan
Nonton Bareng Masyarakat tentang seputaran Nyamuk Aedes dan cara penularannya.
Petugas dan kader melakukan penempelan Stiker Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN)
sehingga masyarakat diharapkan melakukan PSN Setiap minggunya dan penempelan stiker
Rumah bebas jentik yang diisi 3 bulan sekali Pada setiker Hunian Bebas Jentik disertakan
No Hp petugas jadi masing- masing rumah ada kontak person petugas bila ada keluarga yang
dicurigai demam berdarah bisa segera melapor kepetugas DBD puskesmas atau kader
Jumantik desa. Petugas DBD puskesmas dan kader jumantik desa berkeliling dari rumah
kerumah melakukan wawancara menggunakan Kuesioner dan hasilnya sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan tentang DBD dan Penularannya.
21
BIDAN
22
ABSTRAK
Setangkai Padma merupakan kesatuan program yang terdiri dari strategi spesifik
yaitu pelayanan kesehatan secara menyeluruh dari ibu hamil, bayi balita, remaja, Pasangan
Usia Subur dan lansia. Strategi sensitif yaitu pemberdayaan masyarakat melalui berbagai unit
kegiatan masyarakat diantaranya : Forum Kesehatan Desa (FKD), Laskar Jumantik, Kader
Balita, Kader Lansia, Srikandi Sungai, Bank Sampah, Gerakan Peduli Remaja Sehat (GPRS),
Kelompok Tani, Pos PAUD. Strategi Promotif yaitu berbagai lomba yang dikemas dalam
kegiatan tahunan Gerakan Pandes Sehat (GPS). Keempat, Strategi Inovatif dengan
membentuk Baby Cafe Empat Bintang, merupakan cafe yang menyediakan bubur MP-ASI
yang berkualitas bagi bayi usia 6-12 Bulan. Semua kegiatan dilaksanakan di Desa Pandes
sejak 2015 kerjasama dengan berbagai sektor.
Hasil program Baby Cafe dan Setangkai Padma yaitu menurunnya angka stunting
dari 12 % menjadi 5% di tahun 2016, angka 2T turun dari rata-rata 35 per bulan menjadi 15
per bulan. Pemberdayaan masyarakat berjalan dengan banyaknya partisipasi masyarakat
dalam unit kegiatan Masyarakat (UKM). Kesehatan lingkungan dengan menjadi desa ODF
pada tahun 2016.
Program Baby Cafe dan Setangkai Padma dapat dijadikan contoh bagaimana suatu
pemberdayaan masyarakat memegang peranan penting terhadap pencegahan stunting. Bidan
desa sebagai pembina wilayah bukan hanya bekerja untuk ranah spesifik saja melainkan juga
memberdayakan masyarakat untuk berdaya dalam meningkat derajat kesehatan.
23
ABSTRAK
Penyebab utama ibu hamil tidak seht yaitu penanganan komplikasi, anemia, diabetes,
hipertensi dan empat terlalu. Sedangkan penyebab kematian bayi adanya infeksi, khususnya
pneumonia dan diare yang dipengaruhi perilaku hidup sehat ibu dan kondisi lingkungan.
Tujuan penelitian ini untuk menurunkan AKI dan AKB dengan melakukan persalinan di
Faskes, meningkatkan peran suami sebagai pendamping dan meningkatkan integrasi program
KIA. Puskesmas bunyu terletak dikepulauan yang berbatasan dengan kota tarakan dengan
mobiitas penduduk yang tinggi sehingga mudah terjadi penyebaran penyakit.
Berdasarkan masalah yang terjadi inovasi yang dilakukan adalah gerakan KISS ME
yang berupa Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, motivasi dan Edukasi agar semua
ibu hamil dapat melahirkan di Faskes. Inovasi ini akan dilaksanakan bersama lintas program
dan lintas sektoral.
Inovasi gerakan KISS ME maka didapatkan hasil yang berdampak terhadap cakupan
pelayanan Kesehatan Ibu dan anak. Dengan hasil yaitu semua persalinan sudah dilakukan di
fasilitas kesehatan dengan persentase 100% yang rata rata didampingi oleh suami ataupun
keluarga dengan persentase 89% dan sudah tidak ada lagi yang melakukan persalinan dengan
dukun. Serta dukungan dari Kepala Desa dalam pemberian dana pendampingan persalinan
oleh dukun ke fasilitas kesehatan dan terbentuknya kartu GESTURE yang berisi kesepakatan
antara suami atau keluarga dengan bidan yang ditanda tangani pada saat pemeriksaan
kehamilan pertama.
24
ABSTRAK
Siti Rahimah
Masyarakat mempunyai adat istiadat / kebiasaan yang masih kental terutama dibidang
kesehatan dengan pola fikir yang masih tertinggal, mereka jarang memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di desa dan kebanyakan takut periksa ke petugas kesehatan karena
berfikir tarif untuk berobat sangat mahal dan mereka justru sepenuhnya mempercayai
pengobatan tradisional, memeriksakan kehamilan dan melahirkan dengan dukun kampung,
kasus kematian Bayi masih tinggi, adanya kasus gizi buruk dan gizi kurang pada Bayi dan
Balita, tinggginya masalah resiko tinggi pada ibu hamil serta kebanyakan Bayi baru lahir
langsung di beri susu formula bahkan sudah ada yang diberi makanan. Maka perlu terobosan
untuk membantu ekonomi masyarakat maka dibentuk “Koperasi Bumil”. Koperasi yang
artinya berbentuk badan usaha dan sifatnya tolong menolong maka Koperasi Bumil ini juga
berbentuk usaha yang bersifat kekeluargaan untuk saling tolong menolong tanpa melihat
siapa yang paling banyak menabung. Jadi berdasarkan kesepakatan, koperasi ini
dikembangkan dengan menyediakan perlengkapan ibu dan bayi baik dari segi pakaian, bedak
, sabun, minyak telon bayi, dan lain-lain yang biasa di perlukan dan di cari ibu-ibu hamil
maupun ibu-ibu melahirkan yang ada di Desa Bangun Harja dan untuk mencukupi kebutuhan
itu mereka tidak lagi membeli kepasar besar di Kuala Pembuang karena jaraknya yang cukup
jauh, selain mengirit biaya harganya juga terjangkau. Kemudian bagi anggota yang
memerlukan perlengkapan tersebut harus belanja di Koperasi bumil dan pembayaran tinggal
dipotong dari tabungan mereka. Koperasi ini dijalankan di Poskesdes yang dibina langsung
oleh bidan dan dibantu kader Poskesdes. Setiap bulan ibu-ibu hamil ini kumpul di acara
posyandu bayi balita dan dalam kesempatan ini lah KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) melalui metode penyuluhan ataupun tanya jawab di lakukan. Sisa hasil Usaha
(SHU) di gunakan untuk penambahan modal dan pembelian paket bersalin. Koperasi Bumil
ini bertujuan sebagai sarana komunikasi antara bidan dengan ibu-ibu hamil sehingga mereka
mau terbuka dan percaya sepenuhnya dengan tenaga kesehatan yang bertugas di desa
tersebut, sebagai sarana/media penyuluhan bagi bidan tentang kesehatan sehingga
pengetahuan ibu-ibu hamil bertambah dan mereka merasa bahwa kesehatan sangat penting,
sebagai rangsangan atau semangat agar ibu-ibu hamil mau melahirkan di fasilitas kesehatan
karena mendapatkan reward berupa ‘Paket Bersalin’.
25
ABSTRAK
Masalah kesehatan terutama masalah gizi akan segera terselesaikan jika Linsek,
masyarakat, dan pihak swasta turut serta. TELOR BERAKZI merupakan bentuk
implementasi yang inovatif dalam menopang keberhasilan “GERMAS”. Perlu adanya
peningkatan koordinasi dan kolaborasi lintas program dalam kegiatan TELOR BERAKZI
sehingga mempunyai daya ungkit terhadap capaian program gizi di Puskesmas Tempeh.
Kata kunci : Tempeh Lor, gizi, gizi buruk, ibu hamil KEK, TELOR BERAKZI
26
ABSTRAK
Aan Herlina
Program inovasi Cau Panjang menjadi pilihan prioritas bagi bidan di Puskesmas
Naringgul dalam mendukung upaya penyelamatan ibu dan bayi di wilayah Puskesmas
Naringgul, dikarenakan program ini merupakan upaya penguatan dengan mengembangkan
potensi yang sudah ada di masyarakat yang berkaitan dengan sumber anggaran bagi biaya
persalinan. Program Cau Panjang ini diawai dengan sebuah inisiatif warga dalam pemenuhan
kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan dari Masyarakat yang kemudian dikembangkan meluas
menjadi program berjenjang bagi pemenuhan anggaran biaya persalinan. Cau Panjang yang
dapat dihasilkan sebanyak 2-3 kali panen dalam setahun memberikan keuntungan finansial
bagi masyarakat mencapai 37 s.d 50 kg perkali panen yang jika di rupiahkan sekitar
8.000.000 (Delapan Juta Rupiah) per tahun. Kondisi ini tidak hanya membantu dalam
kepatuhan kewajiban masyarakat dalam membayar pajak, iuran desa dan biaya jaminan
kesehatan saja tetapi juga bagi kesejahteraan keluarga.
Dari hasil evaluasi program inovasi Cau Panjang terhadap capaian akses kunjungan
K4 dan Persalinan di tenaga kesehatan dengan diberdayakannya program Cau Panjang dalam
mendukung biaya persalinan, terjadi peningkatan sebanyak 5 % pada kunjungan K4 dari
tahun sebelumnya dan 2 % persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dari tahun
sebelumnya pula. Meski belum menunjukkan perbedaan yang signifikan tetapi program ini
mampu memelihara keberlangsungan capaian program yaitu tidak terjadi penurunan capaian
program tetapi terjadi peningkatan pada indikator pemantauan program Kesehatan Ibu dan
27
Anak. Keberhasilan program tidak terlepas dari tingginya dukungan lintas sektor dalam
mengawal perjalanan program sehingga masyarakat dapat mematuhi pesan dan saran
program yang disampaikan Bidan karena memperoleh dukungan penuh dari pengambil
kebijakan di tingkat desa/ Kepala Desa.
28
ABSTRAK
Muslikah, A.Md.Keb.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, dengan Indikatornya adalah lingkungan sehat, perilaku
sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat kesehatan penduduk
kecamatan. Untuk tercapainya kecamatan sehat perlu adanya Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS) yang dilaksanakan dan didukung oleh semua lintas sektor terkait, melalui
pembinaan kesehatan dengan pendekatan siklus hidup yang dimulai sejak dari seorang ibu
mempersiapkan kehamilannya, sampai bayinya lahir dan berkembang menjadi anak, remaja,
dewasa, dan pra lanjut usia, akan sangat menentukan kualitas kehidupan dan kesehatan di
saat memasuki masa lanjut usia. Olehsebab itu perlu adanya kegiatan-kegiatan inovatif untuk
mendukung GERMAS, yaitu taman posyandu,
UPT Puskesmas Bunguran Tengah Kabupaten Natuna adalah salah satu puskesmas
terakreditasi dasar yang berada pulau besar Natuna di perbatasan utara Indonesia, berbatas
dengan negara Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Berunai Darussalam. Karakteristik
penduduk terbesar yaitu suku jawa, melayu dan batak.
Indikator puskesmas merupakan indikator yang terukur untuk melihat tingkat kinerja
puskesmas, diantaranya adalah indikator Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
(KIA-KB). Ini merupakan program yang melekat pada ilmu kebidanan, baik dilaksanakan
upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM). Indikator
ini bisa menjawab berapa persenkah capaian kinerja program yang diukur dengan target
capaian, dan selalu dievaluasi setiap bulan melalui lokmin bulanan dan juga dievaluasi setiap
triwulan bersama masyarakat melalui lokmin triwulan, lalu dilanjutkan dengan pemuktahiran
data setiap tahunnya.
29
ABSTRAK
Fitriani
Cuci tangan dan ruang bebas asap rokok di desa kebun baru adalah merupakan 10
indikator PHBS di dalam rumah tangga. Dari 10 indikator PHBS di desa kebun baru yang
belum tercapai maksimal adalah PHBS cuci tangan dan ruang asap rokok. Desa kebun baru
adalah desa yang terletak di kemukiman negeri antara kecamatan wih pesam kabupaten bener
meriah propinsi aceh yang berjarak 3 km dari pusat kecamatan yang terletak di kaki gunung
api aktif burni telong masuk ke kawasan rawan bencana gunung meletus, kebakaran hutan,
gempa bumi, tanah longsor dan banjir bandang. Desa kebun baru merupakan salah satu desa
dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Pante raya kecamatan wih pesam kabupaten
bener meriah provinsi aceh dengan jumlah penduduk 1296 jiwa dengan jenis kelamin laki-
laki 677 jiwa dan perempuan 619 jiwa, jumlah rumah 222 unit, jumlah kk 322. Rumah yang
telah memiliki sarana cuci tangan dengan air mengalir sebanyak 76 rumah dari 262 rumah.
Sasaran masyarakat kebun baru sebagai pengguna rokok di dominasi oleh kalangan remaja,
bapak-bapak dan lansia yaitu sebanyak 361 orang, perokok aktif 220 orang dan tidak
merokok 141 orang. Pelaksanaan kegiatan sarana cuci tangan dan ruang bebas asap rokok
dengan cara perekrutan aparatur desa dengan membuat Mou pada tanggal 19 oktober 2016,
mengadakan loka karya mini dengan petugas dari kesehatan, aparatur desa dan bidan desa di
aula puskesmas pante raya pada tanggal 31 maret 2016, pada tanggal 15 april 2016 dan pada
tanggal 09 februari 2017. Dengan cara membentuk arisan sarana cuci tangan dan kader bebas
asap rokok pada tanggal 17 oktober 2016 dan tanggal 18 februari 2017 bertempat di TPA
kebun baru. Dengan cara melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat pada tanggal 28
februari 2017 bertempat di acara wiritan dan sosialisasi kepada pelajar sekolah dasar pada
tanggal 17 april 2017 bertemat di SD N kebun baru. Pembuatan Mou bersama kepala desa
dan camat pada tanggal 10 februari 2017 di kantor camat. Faktor pencapaian indikoator
keberhasilan program PHBS cuci tangan dan bebas asap rokok adalah kesadaran masyarakat
desa kebun baru. Masyarakat kebun baru sudah memahami betapa pentingnya cuci tangan
dan ruang bebas asap rokok. Setelah dilakukan PHBS cuci tangan dan ruang bebas asap
rokok di desa kebun baru agar promkes melakukan pembinaan dan evaluasi.
Kata kunci: Kebun baru, cuci tangan, ruang bebas asap rokok.
30
ABSTRAK
Beatrix Poliyama,S.st.Keb
Masih tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) tak lepas dari tanggung jawab dan
peran serta bidan sehingga diperlukan strategi dan upaya dalam meningkatkan pengetahuan
dan peningkatan derajat kesehatan ibu hamil secara menyeluruh, merata terjangkau sesuai
kebutuhan dan masalah yang dialami ibu hamil.
Kematian ibu hamil di Puskesmas Pilohayanga pada tahun 2014 yakni 2 orang, 2015
yakni 1 orang dan penyebab yakni hipertensi dalam kehamilan. Pada Tahun 2016 dan 2017
tidak ada lagi kematian ibu hamil di wilayah Puskesmas.
Kelas Ibu Hamil dan Suami siaga merupakan pengembangan dari kelas ibu hamil.
Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta kewaspadaan suami siaga /
pendamping, kaeaktifan dan keikutsertaan suami di kelas ibu hamil dan suami siaga “ Kasih
Asi’ dapat menunjang dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah Puskesmas
Pilohayanga.
Hasil yang di dapatkan yakni peningkatan jumlah kelompok kelas ibu hamil dan
suami siaga agar meminimalisir masalah yang dihadapi ibu hamil, Keaktifan suami siaga
mengikuti “ Kasih Asi” , Meningkatnya c akupan K4 serta keikutsertaan dalam kepesertaan
Jaminan Kesehatan “BPJS”.
Peran suami siaga sangat penting dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
dengan cara lebih aktif ikut serta dalam kegiatan “Kasih Asi”.
31
ABSTRAK
Penularan HIV sendiri bermacam-macam salah satunya melalui ibu penderita HIV
yang mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya atau disebut transmisi HIV dari ibu ke
anak. Banyak ODHA menutupi kondisi mereka, untuk itu butuh kesadaran yang tinggi agar
penderita mau melakukan pengobatan (thejourneyfrida, 2016). Pendampingan ibu hamil
dengan HIV positif bertujuan untuk Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Puskesmas
Danowudu adalah salah satu dari 9 Puskesmas yang ada diKota Bitung terletak dibagian
paling Utara dengan 11 Kelurahan binaan. Data Dinas Kesehatan Kota Bitung, Tahun 2015
jumlah jumlah ibu hamil Positif HIV 1 orang, yang mendapat ARV 1 orang yaitu ibu hamil
puskesmas Danowudu Tahun 2016 ibu hamil Positif HIV 1 orang, belum mendapatkan ARV
Januari – Mei 2917 5 ibu hamil positif HIV dan semuanya belum bersedia untuk melakukan
terapi ARV. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil bisa melahirkan anak dengan hasil
pemeriksaan antibody terhadap virus HIV negatif.
Layanan PITC diPuskesmas Danowudu dimulai sejak bulan Juni 2015, awal
pelaksanaan dilakukan diPosyandu terpadu diKelurahan Karondoran kecamatan Ranowulu
pada tanggal 05 Juni 2015. Dari 6 ibu hamil yang diperiksa ada 1 ibu hamil dengan HIV
positif. Yang terlibat dalam pelayanan PITC Puskesmas Danowudu adalah Bidan, Dokter,
Perawat. Pendampingan Ibu Hamil Positif HIV dimulai sejak Ibu hamil tersebut dinyatakan
Reaktif.
Pendampingan dan dorongan dari petugas maka ibu tersebut bersedia melakukan
terapi ARV Tangal 22 Agustus 2015 lahir bayi laki-laki melalui proses Sectio Caesarea
diRSUP Malalayang. Pada Bulan Juli 2016 Bayi dites antibody dan hasilnya negatif.
Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi dengan antiretroviral viral load
menjadi rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV. Pemberian dukungan Psikologis dan pendampingan kepada ibu
hamil HIV positif sangat penting, karena stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
diMasyarakat.
Kata kunci: Pendampingan Ibu Hamil positif HIV, Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke
Janin.
32
ABSTRAK
Helminawati, S.Si.T
Tingkat keberhasilan posyandu dapat dilihat dari indikator pencapaian SKDN. Salah
satu permasalahan posyandu (menurut SKDN) yang paling mendasar adalah rendahnya
partisipasi masyarakat murni (D/S). dilihat dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2016 D/S 60,2%, data Puskesmas Perawatan Lasung Tahun 2016 D/S 78%
dan data Desa Karang Mulya Tahun 2015 D/S 88% (disertai kunjungan rumah). Dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu, sebagian besar orangtua balita masih menganggap posyandu
hanya untuk balita sampai umur 9 bulan (lulus imunisasi campak) dan hanya datang pada saat
pemberian Vitamin A (bulan februari dan agustus). Sedangkan tujuan utama diadakan
posyandu adalah untuk menjaring dan memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
melalui penimbangan yang dilaksanakan setiap bulan. Dari permasalahan tersebut, maka
penulis membuat Inovasi untuk meningkatkan Partisipasi Masyarakat murni datang ke
posyandu yaitu dengan ”Mengadakan Perayaan Ulang Tahun Di Posyandu Bagi Balita Yang
Lahir Di Bulan Tersebut”.
Pelaksanaan Inovasi terinspirasi dari kondisi masyarakat yang beberapa tahun ini
begitu antusias untuk merayakan hari kelahiran anak mereka. Kegiatan ini terlaksana karena
adanya kerjasama dari lintas sektor terkait, diantaranya PKK, Aparat Desa serta Guru
Paud/Tk. Sumber Dana yang digunakan dalam pelaksanan kegiatan ini didapat dengan
mengadakan jimpitan beras dimana ibu Balita membawa beras minimal satu gelas dan
menyediakan Kotak Amal Posyandu. Hasil jimpitan beras dan kotak amal Posyandu dikelola
oleh kader posyandu. Sebagian dana dipakai untuk perayan ulang tahun di posyandu,
sebagian lagi digunakan untuk dana rujukan bagi balita yang sakit.
Setelah inovasi berjalan selama 1 (satu) tahun, terlihat perubahan hasil pencapaian
partisipasi masyarakat dari 88% pada tahun 2015 (dengan intervensi kunjungan rumah)
menjadi 92% pada tahun 2016 (tanpa intervensi kunjungan rumah).
Dengan adanya perayaan ulang tahun di posyandu “Harapan Pertiwi” Desa Karang
Mulya membuat ibu-ibu termotivasi dan berpartisipasi untuk membawa bayi, balita ke
posyandu sehingga partisipasi masyarakat (D/S ) meningkat.
Kata kunci: Puskesmas Perawatan Lasung, Posyandu, Partisipasi Masyarakat, Ulang Tahun,
Jimpitan Beras.
33
DOKTER
34
ABSTRAK
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik negara miskin,
berkembang maupun negara maju. Khususnya di negara miskin kasus gizi kurang maupun
gizi buruk pada balita menjadi masalah utama. Di wilayah kerja Puskesmas Kunduran,
permasalahan gizi pada anak balita masih kita jumpai. Penyebabnya sangat komplek. Tidak
hanya masalah ekonomi atau kurang pengetahuan saja tetapi juga kultur social masyarakat,
penyakit infeksi dan sebab lainnya. Apalagi masa periode emas yaitu pada 1000 Hari Pertama
Kehidupannya, anak balita harus mempunyai status gizi dan kesehatan yang optimal.
Keberhasilan dalam mengatasi kasus gizi kurang dan gizi buruk pada balita sangat
dipengaruhi banyak faktor antara lain ketersediaan SDM, kondisi demografi dan
epidemiologi serta keterlibatan lintas sektoral. Puskesmas Kunduran mempunyai 2 tenaga
nutrisionis yang didukung komitmen semua unsur. Tanaman kelor dengan kandungan nutrisi
sangat tinggi banyak tumbuh di lingkungan penduduk sehingga perlu dimanfaatkan sebagai
inovasi perbaikan gizi. Pemberian serbuk kelor pada anak balita dengan masalah gizi
merupakan cara yang mudah dan murah. Kegiatan inovasi TEBAR PEZONA (Terapi Baru
Perbaikan Gizi dengan Kelorina) adalah terobosan dalam penanganan gizi kurang dan gizi
buruk pada balita. Inovasi ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 dalam bentuk
Suplementasi Kelorina. Dari anak balita dengan masalah gizi yang mendapat intervensi
serbuk kelor, setelah 3 bulan dievaluasi, mengalami perkembangan yang sangat berarti antara
lain : peningkatan nafsu makan anak (100 %), kejadian sakit pada anak menurun (20,00 %),
kenaikan BB (80,00 %), penambahan TB > 3 cm (80,00 % serta perubahan status gizi
menjadi lebih baik (100 %). Semoga TEBAR PEZONA menjadi solusi permasalahan gizi
bagi anak Indonesia. Anak Indonesia cerdas dan kuat.
Kata kunci : TEBAR PEZONA, perbaikan gizi, Gizi Kurang, Gizi Buruk
35
ABSTRAK
Kata kunci : PTM, Penyakit Jantung Koroner, Inovasi, Promotif dan Preventif, Penyuluhan,
Monitoring, Senam Jantung Sehat
36
ABSTRAK
Kalimantan Selatan memiliki 30,5 % perokok aktif dari jumlah penduduknya. Jumlah
perokok aktif di wilayah kerja Puskesmas Kurau adalah 17,8%. Mayoritas pria dewasa
bekerja sebagai petani, nelayan dan buruh. Jumlah perokok aktif terus meningkat setiap
tahun. Angka ISPA dan Hipertensi sebagai akibat merokok terus meningkat dan termasuk
lima besar penyakit terbanyak di Puskesmas Kurau. Dengan banyaknya pasien yang berhasil
berhenti merokok, komitmen pemilik warung untuk tidak menjual rokok kepada anak dan
remaja, komitmen kader HITAM untuk memantau aktivitas warung dan pasien perokok,
maka inovasi Ayam Berkokok pada tahun 2016 telah berhasil.
Ayam Berkokok (Ayo Mari Berhenti Merokok) mencakup promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Kegiatan dimulai awal januari sampai akhir desember tahun 2016,
berlangsung di dalam dan luar puskesmas Kurau. Promotif berupa penyuluhan, membentuk
dan memberdayakan KARAU (komunitas anti rokok kurau), mengadvokasi pemilik warung
yang menjual rokok, membentuk dan memberdayakan kader HITAM (hidup indah tanpa
merokok) serta membuat media sosial ayam berkokok. Preventif dengan membagi masker
pada perokok pasif. Kuratif dengan membuka poli berhenti merokok dengan metode totok
rokok. Rehabilitatif dengan membagi permen dan majalah pada pasien perokok.
Telah terjadi penurunan jumlah perokok aktif, meningkatnya peran serta, pengetahuan
dan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok. Pada tahun 2022 nanti, akan tercipta
desa bebas perokok aktif dan sebanyak 3,6 milyar rupiah belanja rokok masyarakat setiap
tahunnya akan terselamatkan. Faktor individu yang tidak mau berhenti merokok
mempengaruhi pencapaian indikator keberhasilan.
Kegiatan ayam berkokok terbukti menurunkan jumlah perokok aktif dan menekan
jumlah perokok baru. Perlunya pihak sponsor untuk mendukung pendanaan kegiatan.
Kata kunci : Ayam berkokok, poli berhenti merokok, puskesmas Kurau, terapi totok rokok
37
ABSTRAK
dr. Akbar
Pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini dan pencegahan komplikasi penyakit
tidak menular dengan menerapkan pola hidup sehat perlu ditingkatkan. Program Para –
Para Sehat, merupakan sarana penyampaian informasi kesehatan yang kami kembangkan
secara terstruktur dan sistematis dalam bentuk penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di
para – para/gazebo bekerjasama dengan ibu – ibu dasawisma dan PKK. Penyampaian
Informasi tentang masalah kesehatan menjadi tugas penting bagi kami yang bekerja di
Puskesmas Popalia, Kecamatan Togo Binongko. Hal ini dikarenakan terbatasnya akses dan
informasi yang dapat diperoleh masyarakat secara langsung melalui internet, majalah dan
media elektronik lainnya, berbeda dengan masyarakat di perkotaan dimana akses untuk
mencari informasi sangat mudah. Tetapi dilain pihak menjadi keuntungan bagi kami, untuk
bisa memberikan informasi kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di para – para sehat dimulai saat rapat lokakarya
mini bulan berjalan untuk menyusun jadwal dan materi penyuluhan untuk bulan berikutnya.
Kemudian menghubungi ketua dasawisma bahwa penyuluhan akan dilaksanakan. Selanjutnya
ketua dasawisma melakukan “Rondaa” kepada keluarga di dasawisma masing – masing.
Saat ini para – para sehat lebih dioptimalkan sehingga nantinya tersedia papan informasi yang
berisi informasi tenatng kesehatan, sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi
kesehatan setiap saat tanpa harus menunggu penyuluhan berikutnya.
38
ABSTRAK
Inovasi yang dilakukan dalam mendeteksi secara dini penyakit tidak menular dengan
melakukan posbindu yang terintegrasi dengan program-program lainnya, dalam posbindu
tersebut dilaksanakan kegiatan senam dan pemberian edukasi, juga dilaksanakan pungutan
tanpa paksaan yang dananya digunakan untuk kepentingan bersama. Pihat kecamatan beserta
jajarannya serta instansi yang terkait membuat suatu komitmen kawasan bebas rokok di
lingkungan perkantoran melihat dari hasil wawancara tentang tingginya faktor resiko
merokok di masyarakat. Deteksi dini Ca Servik dengan pemeriksaan IVA membutuhkan
peran lintas sektor dalam kegiatan sosialisasi di berbagai instansi serta membuat jadwal
pemeriksaan IVA untuk setiap instansi yang terkait. Padang Pariaman Sehat merupakan
program unggulan Bupati yang meminta peran aktif dari tenaga kesehatan untuk jemput bola
ke lapangan.
Hasil kegiatan pengendalian penyakit tidak menular dengan program terintegrasi ini
berupa angka kunjungan masyarakat untuk ikut serta dalam posbindu meningkat dilihat dari
tahun sebelumnya, pencapaian target pemeriksaan IVA, serta ditemukan kasus-kasus baru
dilapangan seperti kanker stadium lanjut, pasien gangguan jiwa yang dipasung, pasien TB
paru yang putus obat, pasien gizi buruk.
Suksesnya kegiatan inovasi ini tidak terlepas dari peranan lintas sektor, adanya kerja
sama yang baik dan satu persepsi antar sektor yang terkait dalam satu kecamatan untuk
penanganan masalah kesehatan membuat kecamatan tersebut menjadi kecamatan sehat.
Kata kunci : Penyakit Tidak Menular, Posbindu Terintegrasi, IVA, Padang Pariman Sehat,
Lintas Sektor
39
ABSTRAK
Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan terkecil dari masyarakat.
Karena merupakan satuan dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang cukup signifikan
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan
keluarga akan sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Pendekatan
keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang menggabungkan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama secara berkesinambungan
dengan didasarkan kepada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.
Pada tahun 2016 jumlah baduta yang BGM sebanyak 21 Anak dari 510 anak,
sedangkan pada 2017 dijumpai 4 Anak baduta yang BGM dari 510 Anak, sehingga terjadi
penurunan angka baduta yang BGM sebesar 3,34%. Sedangkan pada balita yang BGM pada
tahun 2016 sebanyak 27 balita dari 1359 balita dan pada tahun 2017 jumlah balita yang BGM
sebanyak 27 Balita dari 1570 balita dengan demikian terjadi penurunan angka balita yang
BGM sebesar 1,1%.
Periode tersebut amat penting karena pada masa ini otak mengalami tumbuh kembang
dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal, semua kebutuhan dasarnya
harus dipenuhi. Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang, stimulasi, imunisasi, serta
kebersihan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam periode 1.000 hari pertama kehidupan
akan menimbulkan dampak bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Kita sebagai dokter
perlu mengingatkan dan memberitahukan kepada pasien/ ibu seberapa penting arti dari 1000
pertama kehidupan bagi bayinya agar terciptanya generasi yang sehat dan cerdas
40
ABSTRAK
Tahun 2016 capaian IVA & SADANIS Puskesmas Tanah Abang masih sangat rendah
yaitu 602 orang (2,5% dari target 2016), dari hasil tersebut ditemukan IVA positif sejumlah 6
orang, suspek kanker payudara sejumlah 4 orang. Untuk meningkatkan capaian tersebut maka
dilakukanlah pemeriksaan IVA dan SADANIS melalui KISTA (Kader IVA & SADANIS
Puskesmas Tanah Abang). Pelaksanaan inovasi KISTA dilakukan dengan cara 1 kader
mengumpulkan minimal 20 WUS yang sudah menikah yang berdomisili diwilayah
Kecamatan Tanah Abang untuk dilakukan pemeriksaan IVA & SADANIS, kader tersebut
nantinya akan mendapatkan “reward” berupa piagam penghargaan, kegiatan ini telah
berlangsung sejak Februari 2017.
Capaian IVA & SADANIS Puskesmas Tanah Abang per Juli 2017 mengalami
peningkatan yaitu 1083 orang dimana ditemukan IVA positif sejumlah 1 orang, suspek kanker
leher rahim sejumlah 2 orang. Dari hasil capaian tersebut disimpulkan bahwa pemberian
“reward” berdampak positif untuk meningkatkan cakupan deteksi dini kanker leher rahim
dan kanker payudara.
41
ABSTRAK
Latar belakang
Inovasi/ terobosan
Hasil
Dari data Poli KIA dan Poli Gizi Puskesmas Nunukan, bila dibandingkan selama 7
bulan pertama dari Januari hingga Juli dalam tahun 2015 dan 2016, bayi ASI eksklusif
sebanyak 14 anak di tahun 2015 dari 178 kelahiran, atau sekitar 7,86 %, dan 21 anak di
tahun 2016 dari 176 kelahiran, atau sekitar 11, 93 %. Sedangkan bayi yang masih diberi ASI
Eksklusif hingga Juli 2017 adalah sebanyak 62 anak dari 186 kelahiran, atau sekitar 33,33 %.
Program GEMAS ASIX dan GEMAS ASIX Online terbukti dapat meningkatkan
capaian cakupan ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Nunukan Timur pada bulan Januari-
Juli 2017. Peningkatan ini diharapkan akan terus berlangsung hingga sepanjang tahun 2017,
untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Nunukan,
Kabupaten Nunukan. Peran lintas sektor dan pemangku kebijakan lebih peka dan tanggap
dalam menciptakan lingkungan dan sarana yang mendukung pemberian ASI Eksklusif.
Kata kunci : Informasi, dukungan, ASI eksklusif, layanan pesan singkat (SMS),online.
42
ABSTRAK
Pada akhir tahun 2015 dilakukan survey masalah kesehatan remaja dengan
menyebarkan kuisioner ke 488 siswa/i di tiga sekolah di Kecamatan Pulau Merbau. Dari
survey masalah kesehatan remaja tersebut didapatkan permasalahan yang sangat
memprihatinkan yaitu 40% remaja pernah merokok dan 2% remaja pernah melakukan
hubungan seksual. Selain itu di awal tahun 2016 ditemukan 2 kasus infeksi menular seksual
pada remaja dan 1 kasus diantaranya ditemukan pada anak sekolah yang melakukan
hubungan seksual dengan pekerja seks komersil di Selatpanjang ( Ibukota Kab Kepulauan
Meranti ).
Pada awal tahun 2016, disusunlah program Inovasi dalam pembinaan remaja yang
terdiri dari Posyandu Remaja, Kader Anti-Rokok Remaja dan Muatan Lokal Ilmu Kesehatan
Remaja. Posyandu Remaja menjadi UKBM aktif dan didanai oleh kepala desa. Bekerja sama
dengan Camat Pulau merbau, UPT Puskesmas Pulau Merbau melaksanakan Kompetisi
Pembuatan Video promosi bahaya rokok dan Kampanye Bahaya Rokok bagi remaja di
seluruh sekolah. Sedangkan Muatan lokal Ilmu kesehatan Remaja merupakan satu-satunya
Muatan lokal yang berbasis kesehatan di Kabupaten kepulauan Meranti bahkan di Provinsi
Riau, resmi masuk kedalam kurikulum tahun 2016/2017 atas persetujuan Kepala UPTD
Pendidikan Kecamatan Pulau Merbau.
Program Inovasi diatas berhasil membina 77,2 % Remaja yang ada di Kecamatan
Pulau Merbau. Pada akhir tahun 2016, dilakukan evaluasi dan didapatkan hasil yang sangat
memuaskan, 0% remaja yang melakukan hubungan seksual dan 4 % remaja yang masih
merokok. Muatan lokal Ilmu Kesehatan Remaja juga tidak kalah dalam menyumbang
peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan remaja di Sekolah.
43
ABSTRAK
44
DOKTER GIGI
45
ABSTRAK
drg. Sriwidiastuti
Latar Belakang
Kegiatan Dongeng Kesehatan Gigi merupakan media/pola pendidikan yang sangat
efektif dalam menumbuhkan kecintaan dan kebiasaan anak-anak dalam memelihara
kesehatan Gigi dan Mulut. Dongeng Kesehatan Gigi dan Mulut akan sangat mudah untuk
dingat dan menyenangkan untuk usia dini (anak-anak). Kesehatan gigi usia dini berperan
dalam masa tumbuh kembang anak. Klinik Gigi Puskesmas Prabumulih Timur mempunyai
tenaga 1 orang dokter gigi dan 2 orang perawat gigi dengan wilayah kerja mencakup luas +/-
5906 km2 (3 wilayah kelurahan). Setiap Tahunnya Klinik Gigi Puskesmas Prabumulih Timur
melakukan penyuluhan dan penjaringan Kesehatan Gigi di tingkat TK/PAUD (17 Tk/PAUD
+/- 977 siswa )dan SD (19 SD +/- 1159 siswa). Tingkat prevelansi temuan masalah kesehatan
gigi dan mulut pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Kegiatan mendongeng kesehatan gigi ini dilakukan pada 2014 s.d 2016 sehingga
didapatkan menurunnya tingkat permasalahan kesehatan gigi pada usia anak-anak. Kegiatan
Dongeng Kesehatan Gigi inipun disampaikan kepada guru, orangtua siswa dan kader-kader
kesehatan di PKK sehingga diharapkan akan berkelanjutan dan berperan aktif dalam menjaga
kesehatan gigi anak-anak usia dini.
Inovasi/terobosan
Dalam melaksanakan kegiatan Mendongeng Kesehatan Gigi ini diperlukan kesiapan
tenaga pendongeng, asisten pendongeng (jika diperlukan), narasi (cerita) dongeng, alat bantu
(boneka) disesuaikan dengan usia anak PAUD, TK, atau SD. Sebelum melakukan kegiatan
dilakukan koordinasi internal Klinik Puskesmas Prabumulih Timur membahas persiapan,
tempat dan waktu pelaksanaannya. Kegiatan mendongeng kesehatan gigi ini dilaksanakan
oleh Klinik Gigi Puskesmas Prabumulih Timur pada saat kegiatan penyuluhan dan
penjaringan kesehatan gigi pada tiap tahun di TK/PAUD, SD wilayah Prabumulih Timur,
juga di Posyandu wilayah Prabumulih Timur, namun ada juga undangan khusus dari pihak
sekolah secara langsung ke bagian Klinik Gigi Puskesmas Prabumulih Timur secara
langsung. Pada pelaksanaan kegiatan ini langsung dilakukan oleh tim Klinik Gigi Puskesmas
Prabumulih Timur dibantu oleh guru-guru setempat atau kader kesehatan Posyandu setempat.
Kegiatan ini dilaksanan langsung kepada Anak-Anak Usia Dini dan secara tidak langsung
kepada guru, orantua siswa, kader posyandu agar kebiasaan kesehatan gigi anak-anak
kesehatan gigi anak-anak dapat terjaga dengan lebih baik.
46
Hasil
Setelah dilakukan kegiatan dari tahun 2014 – 2016 didapatkan naiknya angka gigi sehat
(normal) dan penurunan angka permasalahan kesehatan gigi anak TK/PAUD dan SD saat
dilakukan kegiatan penjaringan kesehatan gigi :
Selain itu minat dari pihak-pihak sekolah untuk melakukan kegiatan Dongeng
Kesehatan Gigipun meningkat dengan adanya undangan khusus diluar waktu pelaksanaan
penyuluhan tahunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan
ini. Faktor pertama adalah pendataan anak yang tidak sama pada setiap tahunnya hal ini akan
diperbaiki dengan pembuatan raport kesehatan gigi anak bekerjasama dengan lembaga
pendidikan yang terkait. Faktor kedua adalah kurangnya tenaga penyuluhan (dongeng)
sehingga akan dilakukan pendidikan tenaga kader penyuluhan kesehatan gigi melalui
mendongeng lebih terencana dan intensif sehingga kegiatan ini akan lebih merata dan
berkelanjutan.
47
ABSTRAK
Hasil skrining gigi lansia menunjukkan bahwa 74% lansia kehilangan giginya (jumlah
gigi <20). Rasio tambal gigi:cabut gigi mengalami kenaikan yaitu dari rasio 0,51:1 Tahun
2015 menjadi 1,26:1 Tahun 2016 s/d April 2017. Hasil kegiatan senam AIUEO menunjukkan
adanya perkembangan dari 5 posyandu lansia yang melaksanakan senam di Tahun 2015
menjadi 11 Posyandu lansia Tahun 2017. Hasil kegiatan konsultasi gizi lansia didapatkan
rata-rata 90% lansia yang berkunjung telah mendapat konsultasi gizi. Keberhasilan kegiatan
ini dipengaruhi oleh kerjasama antar program Puskesmas, dukungan lintas sektor dan peran
serta masyarakat.
48
ABSTRAK
Masih tingginya prevalensi karies gigi pada siswa sekolah, maka timbulah rangkaian
program yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi karies gigi di wilayah kerja Puskesmas
Pimping seperti : Sekolah Kesehatan Gigi, Sikat Gigi Rame-rame, Peri Gigi, Kereta dan
Sehati Catin. Rangkaian program ini merupakan kerjasama dari berbagai pihak baik dari
Pihak Puskesmas, Pihak Sekolah dan Masyarakat.
49
ABSTRAK
Oleh karena itu Penulis yang juga pelaksana kegiatan tergerak untuk merangkum
semua keadaan tersebut dalam suatu bentuk makalah tentang kondisi kesehatan gigi dan
mulut masyarakat serta upaya-upaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan Gigi yang ada di Puskesmas Nipah Panjang.
Hal ini tentu sejalan dengan harapan Pemerintah Indonesia yang tercamtum dalam
NAWACITA Presiden Joko Widodo dalam upaya menjalankan program yaitu Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat ( GERMAS ), sejalan dengan Visi Misi Kemenkes RI, wajib
dilaksanakan di seluruh Indonesia sebab definsi Sehat mencakup juga kesehatan gigi dan
mulut seutuhnya dengan salah satu strateginya melalui upaya Promotif dan Preventif.
Tidak bisa dipungkiri pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal sangat
dipengaruhi oleh Jumlah Tenaga Medis Gigi yang tersedia, Sarana serta Prasarana
Pendukung dan adanya Kebijakan yang menjadi tulang punggung keberlanjutan upaya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tanpa itu semua niscaya derajat kesehatan masyarakat
bisa paripurna. Peran semua pihak baik Pusat, Daerah, Lintas Sektrol, Lintas Program serta
Stake holder terkait menjadi unsur terpenting menuju Masyarakat yang Sehat dan Mandiri,
dan sudah saatnya Upaya Gerakan Masyarakat Sadar Gigi Sehat ( GEMASAGIHAT ) yang
50
merupakan refleksi dari Program GERMAS dilaksanakan dengan masif, terstruktur, kontinu
dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Saran dari penulis kepada Pemerintah melalui Kemenkes, Dinas Kesehatan serta Instansi
terkait dapat segera membuat Regulasi, pedoman ataupun kebijakan yang menjamin bahwa
kesehatan gigi dan mulut terintegrasi ke dalam upaya-upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit tidak menular, penyakit menular dan kesehatan ibu dan anak, karena merupakan
bagian dari pembangunan kesehatan secara utuh dan menyeluruh ( continuum of care ). Ada
Upaya agar kesehatan gigi dan mulut terintegrasi kedalam kerangka primary health care
Puskesmas melalui Koordinasi, Bimbingan teknis, Fasilitasi serta Pola Pembiayaan yang
optimal.
Kemudian adanya kepatuhan dari Stake holder dan Lintas sektoral terkait terhadap
Komitmen Kesepakatan demi kemitraan berdaya guna tinggi untuk memperkuat program
Promotif, Preventif, Kuratif serta Rehabilitatif sehingga pelayanan kesehatan gigi dan mulut
tetap terjaga mutu dan kualitasnya antara lain melalui peningkatan UKGS, UKGM melalui
UKBM terpadu dan bersinergi.
51
ABSTRAK
Perencanaan program ini diawali dengan kerjasama antara sekolah dan puskesmas.
Kemudian Anak-anak diajak berwisata kepuskesmas menggunakan mobil puskesmas.
Puskesmas didesain sesuai dengan kesenangan anak-anak. Ruangan ramah anak disiapkan,
didalam ruangan dilengkapi alat permainan. Taman bermain kami buatkan dengan fasilitas
alat permainan seperti disekolah mereka. Kemudian ruangan poliklinik gigi juga didesain
dengan suasana yang sangat menyenangkan bagi anak.
Adapun hasil yang didapat dari wisata anak sehat (WAS) Yaitu hilangnya kecemasan
anak untuk melakukan perawatan gigi yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
kunjungan perawatan gigi anak yang bertambah sehingga tingkat karies pada gigi anak dapat
diatasi secara dini.
Puskesmas Ganra melalui inovasi ini berkomitmen menjadi leading sektor kota layak
anak, sehingga puskesmas Ganra akan menjadi pusat wisata anak sehat (WAS) sekabupaten
Soppeng.
52
ABSTRAK
Puji Nurcahyani
Amanat dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat antara lain adalah peningkatan perilaku hidup sehat,
peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit serta peningkatan edukasi hidup sehat.
Salah satu upaya peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan dan deteksi dini penyakit
serta peningkatan edukasi hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah dengan
mengoptimalkan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Undang Undang No 36
tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 menyatakan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi,
dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, dan atau masyarakat yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.
Berdasakan indikator Global Goals for Oral Health 2020, Indonesia menentukan
target derajat kesehatan gigi dan mulut tahun 2020 antara lain adalah:
1. Angka bebas karies (gigi bercampur) pada usia 6 tahun sebanyak ≥ 50%.
2. Angka bebas karies anak kelas 6 ≥ 70%
3. DMF-T pada usia 12 tahun sebanyak ≤ 1, dengan perhatian khusus pada kelompok berisiko
tinggi.
4. Angka dentally fit anak kelas 6 ≥ 85%
Germas Hebat Gigiku Sehat dengan Model UKGS Simulatif di SDN Sambirejo 4
betujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah di wilayah
Puskesmas Sambirejo Kabupaten Sragen. Selain itu juga untuk meningkatnya pengetahuan,
sikap dan kemampuan anak sekolah untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi
dan mulut
53
“Model UKGS Simulatif” relatif murah & sederhana yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi wilayah Puskesmas Sambirejo. Langkah kegiatan Model UKGS Simulatif
yang berbeda dengan kegiatan UKGS yang sebelumnya adalah :
1. Penyuluhan dengan metode simulasi kesehatan gigi dan mulut dimana murid kelas 1 yang
tanpa karies gigi dan OHIS nya baik dijadikan foto model cover kartu simulasi. Dipilih
murid kelas 1 sebagai model cover kartu simulasi dengan harapan akan menimbulkan rasa
bangga & percaya diri dan bisa memotivasi murid untuk menjaga kesehatan giginya
sehingga sampai yang bersangkutan kelas 6 tidak mengalami karies.
2. Kartu simulasi terdiri dari 2 sisi, satu sisi berisi foto model dan sisi kedua pertanyaan &
jawaban tentang kesehatan gigi & mulut yang akan dipakai untuk kegiatan simulasi
kesehatan gigi & mulut.
3. Simulasi dilakukan dengan membagi murid menjadi 10 kelompok sesuai dengan jumlah
kartu pertanyaan, masing2 kelompok membacakan pertanyaan yang ditujukan kepada
kelompok lain untuk menjawabnya. Apabila kelompok yang ditunjuk tidak bisa
menjawab maka pertanyaan ditawarkan ke kelompok lain yang bersedia menjawab.
Begitu secara bergantian. Kelompok yang bisa menjawab akan diberi hadiah oleh petugas
kesehatan gigi. Sehingga memungkinkan adanya kelompok yang banyak mendapatkan
hadiah.
4. Evaluasi keberhasilan kegiatan akan dilakukan setiap tribulan dengan indikator
keberhasilan sebagai berikut :
a. OHIS murid semakin baik
b. Tidak ditemukan kasus karies baru pada murid
c. Guru/orang tua murid menindaklanjuti saran yang diberikan oleh petugas kesehatan
gigi.
5. Mengadakan lomba kesehatan gigi & mulut untuk murid kelas 1 sampai dengan kelas 6
pada acara peringatan Hari Kesehatan Nasional bulan Nopember 2017.
Hasil kegiatan UKGS Simulatif adalah terjadinya peningkatan status OHIS Baik
dari 67,44% menjadi 87,40% dan tidak ditemukannya kasus karies baru pada murid SD
Sambirejo 4, Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Hasil ini bisa dipengaruhi oleh
ketaatan murid dan guru dalam menerapkan cara menyikat gigi yang benar dan teratur baik
yang dilakukan setiap hari di rumah maupun setiap hari Jum’at di Sekolah.
Kata kunci : Prevalensi karies anak SD tinggi, UKGS Simultaif, OHIS meningkat, Zero kasus
karies baru.
54
ABSTRAK
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan,
karena selain jumlahnya besar, mereka juga sasaran yang mudah dijangkau karena
terorganisir dengan baik. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kebiasaan menyikat gigi
dengan benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam ditemukan hanya 2.3%.
Karies gigi merupakan salah satu Dari 10 besar penyakit di Kecamatan Adiluwih. Karies gigi
dapat dicegah dengan kebiasaan menyikat gigi dengan benar. Salah satu upaya promotif dan
preventif Yankesgilut adalah UKGS. Namun UKGS tidak semuanya berjalan dengan efektif
karena keterbatasan sumber daya dan sumber dana, sehingga diperlukan inovasi untuk hasil
yang optimal.
Waktu murid banyak dihabiskan bersama keluarga,dan waktu yang tepat untuk
menyikat gigi juga ada pada saat murid dirumah yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur.
Untuk itu perlu kerjasama antara murid, pihak sekolah dan orang tua untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk berperilaku hidup sehat. UKGS inovatif di Puskesmas
Adiluwih dilakukan melalui kegiatan yang terencana, terarah dan berkesinambungan dengan
intervensi perilaku dan intervensi lingkungan yang meliputi tiga tahap yaitu : Tahap Inisiasi,
Tahap Integrasi, dan Tahap Monitoring.
Kerjasama yang baik antara murid, guru dan keluarga untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi murid untuk berperilaku hidup sehat khususnya kesehatan gigi dan mulut
sangat diperlukan. Ditambah kegiatan ini dilakukan secara berkala dan berkesinambungan
untuk memonitor kebiasaan menyikat gigi secara berkelanjutan sehingga diharapkan terjadi
perubahan kebiasaan kearah yang lebih baik melalui intervensi perilaku dan intervensi
lingkungan.
55
ABSTRAK
Hasil dari inovasi memperlihatkan bahwa semakin terasa keterlibatan, kesadaran dan
kemandirian masyarakat (pihak sekolah, guru, siswa dan orang tua) untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat dengan menjaga kesehatan gigi dan kemauan untuk segera menindak lanjuti
masalah kesehatan giginya.
Kata kunci: Sagiri Apras, pemberdayaan masyarakat, poli gigi Puskesmas Cempaka
Banjarmasin
56
ABSTRAK
Langkah-langkah penulis melakukan program dokter gigi kecil adalah 1). Melakukan
sosialisasi koordinasi dengan pimpinan, lintas program, pihak sekolah, dan melibatkan pihak
swasta, 2). Penerbitan SK Puskesmas Siak Hulu I tentang pengangkatan DOKGICIL, 3).
Pembinaan DOKGICIL, 4). Kuesioner perilaku, 5). Pelaksanaan kegiatan, diawali dengan
penyerahan peralatan sikat gigi dan pasta gigi dari pihak swasta, 6). Pemantauan dan
Evaluasi.
Hasil dari program ini adalah data kuesioner setelah 6 (enam) bulan kegiatan DOKGICIL
pada siswa/I kelas 1 yaitu, sikat gigi setiap hari dari (95,4 %) menjadi (97,5%), sesudah
makan pagi dari (28,9%) menjadi (74,6 %), sebelum tidur malam dari (41,0 %) menjadi
(80,7%), menyikat gigi yang benar dari (21,0 %) menjadi (74,0%).
Kesimpulan dan saran dari kegiatan ini adalah, karies merupakan penyakit tertinggi dari
data pasien rawat jalan poli gigi UPTD Puskesmas Siak Hulu I tahun 2015, yaitu sebanyak
53,2 %, dan perilaku dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
faktor penyebab karies gigi, program DOKGICIL merupakan karya inovatif yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal sejak usia dini, sehingga
diperlukan sinergitas yang berkesinambungan antara pihak UPTD Puskesmas Siak Hulu I
dengan pihak sekolah, dan diharapkan menjadi salah satu bentuk program pengabdian
masyarakat bagi sektor swasta.
57
ABSTRAK
Kata kunci: “Kartu Badanku Sehat Gigiku Oke”, Kartu Menuju Sehat Gigi Balita
(KMS GB)
58
FARMASI
59
ABSTRAK
PoLi-CP ini dilakukan dengan membuat buku saku interaksi obat yang disesuaikan
dengan jenis obat yang tersedia di Puskesmas. Labelling dibuat dengan memberikan
penandaan yang jelas pada setiap penyimpanan obat dan Pelayanan farmasi klinis berupa
Pelayanan informasi obat, konseling dan visit pasien rawat inap. Semua Penerapan PoLi-CP
ini melibatkan semua tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya Medication
Errors.
Hasil penerapan PoLi CP ini dapat dirasakan dalam jangka panjang dan dapat
meningkatkan Mutu Pelayanan kefarmasian di Puskesmas, disamping itu penerapan PoLi-CP
ini dapat mengurangi biaya tambahan terkait cedera yang didapat setelah ME. Tersedianya
buku interaksi obat sebagai media edukasi dan informasi mampu mencegah terjadinya ME.
Penandaan yang jelas pada penyimpanan mampu mencegah terjadinya ME, dengan
penerapan Clinical Pharmacist tahun 2015, Drug Related Problem yang dapat dicegah yang
berpotensi timbulnya Medication Errrors berjumlah 41 kasus dan 24 kasus pada tahun 2016.
Kata kunci : Medication Errors, Pocket Drug Interaction, Labelling, Clinical Pharmacist
60
ABSTRAK
Inovasi “KECE SYSTEM” dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 hingga Desember
2016 oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam 18 kegiatan perbaikan yang di
dalamnya terdapat 6 produk inovatif dengan unsur Kind = baik/ bermanfaat, Empowering =
pemberdayaan, Collaborative = kolaborasi dan Educative = edukasi. Inovasi tersebut adalah
Flipchart konseling, Aplikasi/software obat, Komik Devila-Angela (4 judul), Video
“Tanya Apoteker” (3300 peninjau), website www.informasi-obat.com (1.116.171
pengunjung) dan TAS OBAT (diproduksi 575 buah). Inovasi ini digunakan untuk program
GEMA CERMAT (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) yang telah
disosialisasikan se-DKI Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia.
Peran apoteker yang optimal dalam pengendalian mutu farmasi dapat meningkatkan
standar pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional. Apoteker dapat menjadi
inovator atau Agent of Change terhadap setiap permasalahan farmasi.
61
ABSTRAK
Bagi daerah rawa dan sungai perlu cara tersendiri agar informasi sampai ke
masyarakat, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan inovasi melalui “Model Pelayanan
Informasi Obat (PIO) Dengan Apotek Terapung Di Wilayah Perairan Danau Panggang”.
Inovasi menggunakan alat transportasi kelotok (perahu), dan pemberian informasi dengan
bantuan alat pengeras suara (Toa) serta pamflet.
Hasil dari kegiatan inovasi menunjukkan bahwa masyarakat terutama yang berada
diwilayah sungai dan rawa mendapatkan informasi yang benar mengenai obat, melalui hasil
kuesioner kepuasan masyarakat pada Tahun 2015 diperoleh persentase 88,9% dan Tahun
2016 diperoleh persentase 91,3 % kepuasan masyarakat dengan adanya inovasi tersebut.
Dari hasil kuesioner kepuasan masyarakat akan inovasi di ketahui masih adanya
ketidakpuasan masyarakat sehingga dapat dijadikan pembelajaran sebagai perbaikan kinerja
dengan terus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar terwujud pelayanan kesehatan
yang bermutu dan berkeadilan menuju masyarakat sehat dan mandiri dalam Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Kata kunci : Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Apotek Terapung,
GERMAS, Danau Panggang.
62
ABSTRAK
Vivin Oktarina
Puskesmas Pakuan Baru adalah salah satu Puskesmas yang berada di Kota Jambi
Propinsi Jambi, yang terdiri tiga wilayah kerja yaitu Kelurahan Pakuan Baru, Kelurahan
Wijaya Pura, dan Kelurahan Tambak Sari dan memiliki 80 orang sumber daya manusia
kesehatan dan non kesehatan yang terdiri dari tenaga PNS, honorer dan sukarela. Sarana
prasaran secara umum sudah memenuhi standar yang ditetapkan untuk Puskesmas, meskipun
dalam jumlah terbatas, dan kondisi sebagian rusak ringan. Jenis-jenis pelayanan yang
dilaksanakan di Puskesmas Pakuan Baru meliputi upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan pengembangan. Adapun sasaran dari program tersebut adalah kelompok penjual
jamu. Salah satu dari produk jamu yang dijual oleh kelompok penjual jamu adalah jamu sari
rapet yang terbuat dari buah manjakani. Selama ini pil tersebut tidak dibuat sendiri oleh
penjual jamu.
Upaya Pemecahan masalah penjual jamu gendong di Puskesmas Pakuan Baru yang
belum memproduksi sendiri jamu dari buah manjakani adalah dengan melatih kelompok
penjual jamu untuk membuat sendiri jamu dari buah manjakani.
Kelompok Jamu Gendong Melati Mandiri yang jumlah kelompoknya sebelum adanya
pembinaan berjumlah 20 orang dan setelah dilakukan pembinaan jumlah kelompok
bertambah menjadi 70 orang
Upaya pengobatan tradisional dapat dibina dengan cara yang benar sesuai ilmu
kefarmasian oleh petugas farmasi Puskesmas dalam bentuk pemberian informasi mengenai
pemanfaatani, cara pembuatan. Pelaku usaha jamu di Rt.11 tambak Sari dapat memproduksi
dan memasarkan produk pil biji buah manjakani untuk masa yang akan datang. Usaha ini
memerlukan pembinaan dari Dinas Kesehatan dan dukungan lintas sektor untuk
meningkatkan kualitas hasil produksi. Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan
mendukung kegiatan inovasi Puskesmas dalam bentuk sarana dan prasarana serta reward
untuk petugas Puskesmas. Petugas diharapkan selalu mengawasi, pembina dan melatih
supaya program tercapai. Puskesmas dan lintas sektor bersama-sama membina Hatra dalam
wilayah kerja Puskesmas.
Kata Kunci : Pil manjakani, Kelompok jamu, Puskesmas Pakuan baru, Tenaga Farmasi.
63
ABSTRAK
Puskesmas Maniangpajo adalah salah satu Puskesmas yang berada di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kab. Wajo yang seringkali mengalami masalah dalam hal pencatatan
pemakaian obat dalam kegiatan pelayanan kefarmasian. Sistem Informasi Manajemen
Pengelolaan Obat (SIMPO) Puskesmas adalah suatu langkah inovasi yang dilakukan guna
untuk mempermudah prosedur pemprosesan data-data baik data obat di Puskesmas Induk
maupun data di Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan Desa sehingga dapat mendukung
proses pengambilan keputusan manajemen.
Perancangan Aplikasi SIMPO mulai terpikirkan sejak akhir Desember 2016 setelah
adanya pemeriksaan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan hasil aplikasi baru selesai
pada bulan April 2017, sehingga penggunaanya akan dilaksanakan mulai bulan Mei 2017
dengan menginput data mulai Januari 2017 sebagai simulasi. Aplikasi ini dapat diakses oleh
semua sub unit dan ruangan pemberi pelayanan obat dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai).
Adapun hasil dari aplikasi SIMPO ini dapat dirasakan dalam waktu jangka panjang.
Dimana hasil yang dapat dilihat yaitu rekapan sisa stok, rekapan LPLPO (Lembar Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat), rekapan pengendalian, laporan harian, daftar kategori obat,
jumlah pemakaian obat per kategori dari semua sub unit yang ada di Puskesmas
Maniangpajo.
64
ABSTRAK
Teknik pelaksanaan Asman Toga ini, diawali dengan sosialisasi kepada kepala desa dan
perangkatnya, anggota PKK, Kader posyandu, tokoh masyarakat, tokoh agama yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Sungai Nyamuk, yang selanjutnya dilakukan penggalangan
komitmen bersama dengan lintas sektor, penyuluhan kelompok, pembinaan anggota saka
bakti husada dan adanya taman obat keluarga percontohan di puskesmas.
Setelah dilakukan pembinaan, capaian jumlah rumah yang sudah melakukan pemanfaatan
TOGA di tahun 2016 di desa Tanjung Harapan RT 04 sebanyak 62,68%. Hasil ini diharapkan
makin meningkat sehingga akan terbentuk “KAMPUNG TOGA”, yang mana hal ini akan
tercapai dengan adanya dukungan dan kerjasama secara intensif dari berbagai pihak.
Tingkat pegetahuan warga yang masih rendah tentang jenis tanaman obat dan manfaatnya,
hal ini dapat dilihat dari masih banyak warga yang menanam tanaman hanya untuk estetika
(keindahan) dan tidak dimanfaatkan lebih lanjut, Sehingga diperlukan adanya
edukasi/penyuluhan terkait jenis tanaman yang berkhasiat obat, termasuk cara pembuatan dan
penggunaannya.
65
ABSTRAK
66
ABSTRAK
Setelah kami melakukan “Home Care/ Pemantauan Terapi Obat” pada orang
dengan gangguan jiwa dan Penunjukan Kader PTO Orang Dengan Gangguan Jiwa, maka
dapat kita lihat bahwa jumlah pasien yang tidak patuh berobat terjadi penurunan yang
signifikan yaitu dari 10 pasien yang tidak patuh berobat pada tahun 2015 menjadi tinggal 4
pasien yang tidak patuh berobat pada tahun 2016. Secara langsung farmasis juga berperan
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien, ketidakpatuhan pasien dalam minum obat,
menimbulkan tidak tercapainya tujuan terapi.
Kepatuhan minum obat pasien khususnya pasien gangguan jiwa sangat penting
dalam keberhasilan terapinya, sehingga peran farmasis dalam melakukan “Home Care/
Pemantauan Terapi Obat” sangat diperlukan, selain itu dukungan keluarga dan peran serta
masyarakat melalui Kader Pemantau Terapi Obat Orang Dengan Gangguan Jiwa diharapkan
turut membantu keberhasilan terapi bagi pasien gangguan jiwa agar kualitas hidup pasien
juga dapat meningkat. Agar keberhasilan terapi dan kegiatan “Home Care/ Pemantauan
Terapi Obat” dapat terlaksana dengan baik, dibutuhkan dukungan dari sektor terkait dalam
hal ini pemerintah setempat.
Kata kunci: Home Care, Kepatuhan minum obat ODGJ, Kader PTO.
67
ABSTRAK
Penulisan Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta tenaga kefarmasian
dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat melalui Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan
Obat terutama bagi lansia agar terwujudnya lansia yang sehat, aktif, mandiri dan produktif di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Buntok sesuai dengan Permenkes Nomor 25 Tahun 2016
tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016 – 2019. UPTD
Puskesmas Buntok memiliki 3 kelurahan dan 2 desa dengan jumlah penduduk 33.895
jiwa.yang memiliki luas wilayah kerja 28.500 Ha yang merupakan dataran rendah dan
gambut serta dilalui sungai barito terdiri dari tanah sawah, tanah kering dan hutan
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016 – 2019 berdasarkan
Permenkes Nomor 25 Tahun 2016 merupakan acuan dalam inovasi yang dilakukan oleh
tenaga kefarmasian, melalui Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat terutama bagi
lansia dengan menerapkan pelayanan kesehatan ramah dan santun lansia di Apotek UPTD
Puskesmas Buntok, memberikan penyuluhan bagi kelompok lansia maupun melakukan
pendekatan keluarga. Kegiatan tersebut melibatkan kepala puskesmas, seluruh tenaga
kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Buntok serta melibatkan Lintas
Sektor untuk membantu mewujudkan inovasi yang telah dilakukan.
Dari kegiatan yang telah dilakukan dalam jangka panjangnya diharapkan, masyarakat
khususnya lansia bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang mudah dan nyaman, serta
mengerti tentang penggunaan obat yang benar sehingga para lansia dapat melakukan
pengobatan yang benar dan semangat menjalankan pengobatan untuk terwujudnya lansia
yang sehat, aktif, mandiri dan produktif.
Kata Kunci : Pelayanan Kesehatan Ramah Lansia, Cerdas Menggunakan Obat, Lansia
Sehat, Aktif, Mandiri dan Produktif
68
ABSTRAK
Hasil kegiatan ini dari delapan pasien TBC dengan DM yang diamati selama masa
pengobatan ( enam bulan ) terdapat lima pasien yang sembuh sesuai dengan waktu standart,
satu pasien lebih dari waktu standart, satu pasien meninggal dunia, satu pasien dalam proses
pengobatan. Keberhasilan pengobatan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dan keaktifan dari
PMO dalam pengawasan.
Penderita TBC-DM bisa menyelesaikan pengobatan TBC sesuai dengan waktu standar bila
patuh dalam minum obat TBC dan DM secara rutin dan diperlukan keterlibatan PMO dan
keluarga dalam pengawasan kepatuhan minum obat. Program ini sebaiknya dikembangkan
pada semua pasien TBC.
69
KESEHATAN
LINGKUNGAN
70
ABSTRAK
Rusmila, AMKL
Untuk mengatasi masalah krisis air bersih, maka perlu dibuat sebuah Kebutuhan air
bersih yang baik, dan sehat dengan membuat yang mudah dan murah serta terjangkau bahan
yang ada di pedesaan, Penyaringan sederhana semua kalangan masyarakat dengan muda
dapat membuat saringan ini. Air sumur yang dipergunakan oleh masyarakat di Kecematan
Lariang belum memenuhi syarat kesehatan, kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila
diproses untuk air bersih. begitu juga apabila dipergunakan untuk mencuci akan memberi
noda kekuning-kuningan pada pakaian putih, bahkan dapat menyebabkan iritasi kulit.
Saringan sederhana yang ini akan lebih mempermudah dalam proses pencucian pasir
atau pembersihan bahan-bahan dalam penyaringan yang mampat tidak lagi di lakukang
pembokaran atau pengangkatan pasir untuk menghilangkan endapan. Dengan demikian
pencucian pasir yang terdapat endapan dapat dengan mudah dan mengefesienkan waktu.
Sumber daya yang di butuhkan adalah masyarakat serta dukungan pemerintah.
Hasil implementasi penyaringan air sederhana tersebut bahwa, hal yang pertama
adalah pemasaran di masyarakat, dan masyarakat banyak mau membuat saringan air
sederhana tersebut. Penyaringan air sederhana ini dalam proses pengembangan ke masyarakat
dan banyak masyarakat berkonsultasi dalam pembuatan penyaringan air sederahana.
Dukungan pemerintah dalam pengembangan penyaringan air sangat besar.
71
ABSTRAK
Pengelolaan limbah medis saat ini belum menjadi perhatian yang seksama bagi
para pimpinan sarana pelayanan kesehatan, hal ini dibuktikan bahwa di Indonesia baru sekitar
34-59% yang menggunakan insinerator begitupun halnya dengan di Kabupaten Pangkep dari
23 Puskesmas yang ada, tidak ada satupun yang menggunakan incinerator, sehingga volume
limbah medis yang dihasilkan kian hari semakin bertambah dan dapat membahayakan bagi
masyarakat dan lingkungan hidup.
Untuk itu pengolahan limbah medis non-insinerasi secara sederhana yang efektif dan
efisien pada fasilitas pelayanan kesehatan perlu diperkenalkan. Pengolahan Limbah Medis
Non-Insinerasi ini mulai dilaksanakan pada awal bulan April 2017 setelah mendapat
Pelatihan Orientasi Terpadu bagi Petugas Kesehatan Lingkungan Fasyankes. Tahap
Pengolahan Limbah Medis Non-Insinerasi sebagai berikut : 1. Perencanaan Kegiatan yang
dilakukan dengan Kepala Puskesmas Labakkang beserta seluruh petugas Puskesmas
Labakkang. 2. Pelaksanaan Kegiatan dilakukan dengan 3 tahap, yaitu tahap persiapan baik
alat dan bahan maupun Alat Pelindung Diri (APD), tahap pengolahan dengan menggunakan
larutan kaporit sebagai desinfektan dan tahap penyelesaian yang semuanya dilakukan di
dalam lingkungan Puskesmas serta melibatkan semua petugas.
Adapun hasil dari Pengolahan Limbah Medis Non-Insinerasi dapat dirasakan dalam
jangka panjang karena dapat mengurangi jumlah/volume penumpukan/timbulan
sampah/limbah medis, meningkatkan pengetahuan petugas dalam pengolahan limbah medis
secara sederhana (non-insenerasi) dan dapat mengurangi biaya pengolahan limbah medis
dengan pihak ketiga serta beberapa limbah medis yang sudah diolah dapat digunakan/didaur
ulang kembali menjadi barang yang dapat dimanfaatkan menjadi gantungan kunci.
ABSTRAK
72
DARI BABS MENUJU KAMPUNG STBM YANG SEHAT DAN
MANDIRI
Untuk mebentuk Kampung STBM bukan hal mudah,perlu pendekatan, motivasi secara
menyeluruh terhadap seluruh elemen lintas sektor , program, masyarakat baik RT, RW, kader
dan aparat desa/kelurahan sehingga muncul visi secara bersama untuk merubah perilaku
tersebut yang akhirnya timbul perubahan yang kita inginkan dan akhirnya manfaatnya untuk
lingkungan masyarakat itu sendiri.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kampung STBM adalah selain didukung dengan kondisi
lingkungan yang MANDIRI, masyarakat juga dibina untuk menerapakan 5 Pilar STBM
dengan pilar 1 masyarakat sudah tidak ada yang BAB sembarangan, pilar ke 2 masyarakat
membiasakan cuci tangan pakai sabun ,sehingga disediakan sarana cuci tangan dari daur
ulang sampah di setiap sudut kampung STBM, ke 3 masyarakat mengolah makanan dan
minuman dengan aman,ke 4 pengolah sampah rumah tangga diasana ada bank sampah dan
TPST ,masyarakat juga dibina membikin kerajinan daridaur ulang sampah, pilar 5
masyarakat mengolah limbah cair rumah tangga yang aman dan sehat.
Membangun Germas menuju kampung STBM bukan hal yang mudah penuh
hambatan dan tantangan , tidak akan terwujud tanpa dukungan berbagai lintas sektor. STBM
pilar 1 merupakan kunci terwujudnya Kampung STBM. Terus lakukan pembinaan dan
pemantauan sehingga Kampung STBM tidak hanya tinggalsebuah nama.
73
ABSTRAK
“JALIN ASMARA” adalah upaya untuk lebih menggerakkan peran lintas sektor
dalam pembangunan kesehatan. Peran masing – masing lintas sektor sudah disepakati dalam
loka karya mini lintas sektor. “JALIN ASMARA “ dimulai dengan advokasi kepada Camat
tentang hasil evaluasi peran lintas sektor. Kegiatan lintas sektor dilaksanakan melalui
Sambang warga, Anjang Sana, Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan kelompok potensial
di masyarakat serta kunjungan ke rumah dan melaporkan semua kegiatan secara riil kepada
Petugas Puskesmas.
Hasil kegiatan “JALIN ASMARA “ Pada tahun 2016 di Desa Bojong masih ada
4,83 % masyarakat yang melakukan buang air besar sembarangan dan kegiatan “JALIN
ASMARA” tetap dilanjutkan. Kepala Desa lebih intensif dalam pemberdayaan masyarakat
melalui kearifan lokal dengan budaya gotong royong. Anggaran APBDes Desa Bojong tahun
2017 mengalokasikan biaya jambanisasi sebanyak 11 lokasi dan dilakukan pengembangan
oleh masyarakat menjadi 56 jamban. Monitoring perubahan perilaku dilaksanakan melalui
buku SEHAT ku dengan sasaran anak sekolah.
“JALIN ASMARA” tahun 2017 dapat meningkatkan akses jamban sehat 100% di
wilayah Desa Bojong sehingga dapat Deklarasi Stop Buang Air Besar sembarangan dan
menurunkan angka kejadian penyakit diare sebesar 45,28%. Umpan balik kegiatan buku
SEHATku digunakan sebagai cara untuk melakukan evaluasi proses stop buang air besar
sembarangan dan juga program upaya kesehatan masyarakat lainnya.
74
ABSTRAK
Suad
A. Latar Belakang
Alasan
1. Untuk mempercepat pembangunan Jamban dan mencapai Desa ODF di Desa Selebung dan Untuk
mendorong percepatan ODF terhadap Desa-desa yang lain.
1. Untuk merubah pola pikir masyarakat tentang membangun jamban tidak harus mahal
2. Untuk mendorong masyarkat berpartisipasi dalam membangun sarana Sanitasi nya sendiri
(Jamban) dengan incash (Rp. 300.000)
3. Untuk menjalin kerjasama Lintas Sektor ( Desa, TNI, Polisi, Satpol PP, PKK Kecamatan, LSM )
yang berkesinambungan
4. Untuk pemberdayaan masyarkat dalam pengolahan sampah rumah tangga dengan (Recycle)
mendaur ulang sampah menjadi bahan berguna.
75
TAHUN 2014 2015 2016
No Kode Nama Penyakit Jml Jml Jml
1 1302 Infk. akut lain pd saluran pernafasan 2,430 2,048 2,874
bag.atas
2 0102 Diare(termasuk tersangka kolera) 1,049 928 902
3 2221 Gastritis 860 - 886
4 21 Penyakit Pd Sistim Otot&Jaringan 834 549 856
Pengikat
5 12 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 762 954 -
6 2001 Penyakit kulit infeksi 592 602 555
7 2225 Penyakit Lainnya 578 3182 -
8 2002 Penyakit kulit alergi 527 897 585
9 1403 A s m a 484 588 510
10 1005 Penyakit mata lainnya 421 - 346
Indikator keberhasilan percepatan Program STBM ini dapat dilihat dari pencapaian
program STBM sebelum adanya Inovasi sampai dengan terlaksananya program ini yaitu:
1. Kerjasama lintas sektor
2. Kontribusi masyarakat berbentuk incash
3. Desa ODF
4. Kemampuan Masyarakat mendaur ulang sampah
What : Kerjasama Lintas Sektor untuk Percepatan Perubahan Prilaku Masyarkat dalam
membangunan Jamban Sehat dan pengolahan sampah rumah tangga yaitu Pilar 1 dan 4
(STBM)
Why :
1. Karena masih minimnya keberpihakan lintas Sektor dalam Program Sanitasi.
2. Masyarkat masih berpikir pembuatan jamban masih Mahal
3. Karena Belum terkelola dengan baik sampah-sampah dari rumah tangga
76
ABSTRAK
Nurjana, AMKL
Kata kunci : Pemuja Secentong di Tapal Batas Negeriku (Pembuatan Jamban Secara Gotong
Royong), jamban keluarga.
77
ABSTRAK
Program pembangunan jamban yang selama ini kurang optimal khususnya dalam
membangun perubahan masyarakat. pendekatan yang dilakukan mempunyai karaktristik yang
berorientasi kepada konstruksi atau bangunan fisik jamban saja, tanpa ada upaya pendidikan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang memadai, selain itu desain jamban yang
dianjurkan seringkali mahal bagi keluarga miskin. Dari data kepemilikan jamban di
Puskesmas Singandaru ada 5047 sedangkan data di Kelurahan Kagungan BAB Sembarangan
95 KK. Demi terwujudnya Desa Stop BAB Sembarangan, melalui kegiatan STBM berupaya
bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mendorong masyarakat memiliki jamban yang
terjangkau, sehingga terbentuklah KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dibidang
wirausaha sanitasi dengan sistim angsuran/kredit jamban .
Sejak dicanangkan program STBM peran kader dan lintas sektoral, melakukan
sosialisasi dan Pemicuan di kelurahan Kagungan Kota Serang, sehingga ada 25 orang yang
terpicu untuk memiliki jamban. Pada bulan Oktober tahun 2016 terbentuklah KSM
(kelompok Swadya Masyarakat) yang bergerak dalam bidang wirausaha sanitasi kredit/
angsuran jamban yang beranggotakan kader dan masyarakat di kelurahan Kagungan, hal ini
dilakukan sebagai salah satu cara melakukan stimulant dan mendorongan kepada masyarakat
yang masih Buang Air Besar Sembarangan untuk mempermudah memiliki jamban keluarga
yang murah.
Pada bulan November 2016 di kampung Baru RW. 04 Kelurahan Kagungan terdapat
6 orang yang berkeinginan memiliki jamban dengan cara diangsur / kredit, keberhasilan
tergantung dari proses pembayaran masyarakat rutin tidaknya dalam 1 (satu ) bulan dan
permodalannya. Wirusaha sanitasi dapat membuka peluang usaha serta meningkatkan
perubahan perilaku masyarakat untuk tidak BAB Sembarangan dalam meningkatkan akses
jamban sehat.
Pemberdayaan secara terus menerus serta kerjasama lintas sektoral, dengan cara
memberikan motivasi dan mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi lingkungan
sekitarnya ternyata masyarakat mampu untuk berubah tanpa bantuan dan pembanguan fisik
dari Pemerintah.
Kata kunci : jamban, BAB (Buang Air Besar Sembarangan), Masyarakat, wirausaha
sanitasi, kader
78
ABSTRAK
Novita Sarianti
79
ABSTRAK
Kenni Manurung
80
ABSTRAK
“ Kaderjatin adalah seorang siswa yang dikaderisasi dan cukup ilmu dan
mempunyai potensi dan kemauan untuk memantau kesehatan lingkungan dan jajanan
kantin sekolah dan telah mendapatkan pelatihan KADERJATIN.”
Langkah langkah yang dilakukan : a) Melakukan koordinasi lintas sektor serta advokasi
kepada pemegang pemangku kebijakan melalui forum kecamatan/tim pembina UKS tingkat
kecamatan b) Bersama dengan lintas sektor melakukan komitmen bersama dalam penyehatan
jajanan kantin sekolah c) Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga pengelola oleh lintas
program d) Meakukan pelatihan terhadap tenaga pengelola jajanan kantin sekolah e)
Menyampaikan keadaan terkini kondisi kantin sekolah dan ancaman terhadap penyakit f)
Melakukan kordisasi lintas program bersama penanggung jawab UKS, Gizi, promkes dan
kesling g) Melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap siswa-siswi yang akan menjadi
kaderjatin.
81
KESEHATAN
MASYARAKAT
82
ABSTRAK
Inovasi : Membentuk tim Puskesmas bulan Juni 2016, identifikasi stakeholder baik
internal (Bidan, dokter) maupun ekternal (Dinkes, Kecamatan, BKBPP, kades, FKD, kader,
dukun bayi). Merancang strategi, koordinasi dengan stakeholders.Tim melaksanakan kegiatan
dari membuat Buku Pedoman, SOP, Desain Stiker, desain alrm HP Bidan desa, Leaflet,
desain kunjungan rumah ibu hamil, dan Aplikasi Save Bunda merupakan bantuan dari CV
Allammedikajaya. Tim melakukan sosialisasi ditingkat Kabupaten, internal, Linsek.
Selanjutnya inovasi Save Bunda diimplementasikan di Puskesmas Banjarmangu 1.
Kesimpulan dan Saran: Semua ibu hamil di Puskesmas Banjarmangu 1 menjadi lebih
terpantau, Tersosialisasinya serta praktek GERMAS yang dilaksanakan oleh ibu hamil dan
keluarga. Saran dibutuhkan dukungan dari pemangku kebijakan tingkat kabupaten agar
inovasi ini bisa diimplementasikan di semua Puskesmas.
83
ABSTRAK
Ely Nofiyanti
Dewasa ini kepedulian masyarakat terhadap kesehatan semakin tinggi, salah satunya
dalam memilih makanan yang aman, bermutu, dan bergizi. Pada kenyataannya, belum semua
orang bisa mendapatkan akses terhadap makanan yang aman. Maraknya penggunaan bahan
berbahaya pada makanan seperti formalin dan boraks sudah sangat memprihatinkan. Anak
usia sekolah yang paling beresiko kontak dengan makanan yang mengandung Bahan
Tambahan Pangan . Berdasarkan data hasil pemeriksaan makanan Puskesams Kecamatan
Cempaka Putih belum semua sekolah dilakukan pemeriksaan makanan, kurangnya petugas
pemeriksa makanan jajanan, sekolah tidak memiliki alat pemeriksa makanan, harga alat
periksa makanan relatif mahal, pemeriksaan makanan hanya dapat dilakukan oleh petugas
yang telah dilatih.
Inovasi yang di buat yaitu Detektif Cilik SIBORLIN. Detektif Cilik SIBORLIN adalah
siswa siswi yang melakukan pengawasan serta pemeriksaan terhadap makanan jajanan &
makanan yang ada disekitarnya dengan menggunakan SIBORLIN-KIT. SIBORLIN-KIT
terdiri dari : kunyit, PK, tusuk gigi, pot, alu dan lumpang, hand glove, plastik, tisu, label,
kartu indikator, pipet dan buku saku. Dengan dibentuknya Detektif Cilik SIBORLIN
diharapkan semua siswa-siswi sekolah dasar di Cempaka Putih dapat melakukan pemeriksaan
terhadap makanan yang dicurigai disekolah minimal seminggu sekali.
Diwilayah Kecamatan Cempaka Putih dari 13 sekolah dasar negeri yang telah
dibentuk Detektif Cilik SIBORLIN dua diantaranya sudah mandiri yaitu SDN CPT 03 dan
SDN Rawasari 01. Sedangkan ada satu sekolah dasar negeri yang masuk dalam klasifikasi
strata Purnama yaitu SDN CPB 05.
Dengan adanya Detektif Cilik Keamanan Pangan “SIBORLIN” siswa dapat secara
mandiri menjaga makanan jajanan yag dikonsumsi setiap hari serta dapat mengajak orang tua
dan teman yang lain untuk menjaga keamanan pangan disekolah serta dirumah.
84
ABSTRAK
Mahdina Permatasari
Puskesmas Sungai Karias adalah Puskesmas dengan wilayah kerja meliputi 3
kelurahan dan 5 desa, terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Mata
pencaharian penduduk sebagian besar PNS, TNI, Polri, pedagang dan karyawan swasta.
Berdasarkan evaluasi dan analisis, hasil kegiatan promosi kesehatan tahun 2015 di Kelurahan
Murung Sari masih rendah,jumlah penyuluhan 58,33%, kehadiran pada penyuluhan 51,94%,
rumah tangga ber PHBS 62,58%, akses penduduk pada jamban keluarga masih
97,10%,melihat banyaknya lansia yang aktif, sehingga perlu dibuat inovasi Laskar Kasturi
dengan memberdayakan figur tokoh Lansia. Pada akhir 2016 terjadi peningkatan capaian
hasil kegiatan serta adanya perubahan perilaku masyarakat dalam menangani masalah
kesehatannya serta penerapan GERMAS dalam kehidupan sehari-hari
Laskar Kasturi ( Lansia Sungai Karias Kader Sehat untuk Hidup Mandiri ),
merupakan model promosi kesehatan dengan 3 orang figur tokoh, yaitu tokoh pemimpin,
pendidik dan pengayom. Para tokoh ini diibaratkan prajurit yang akan menjadi agent of
change bagi lansia lain dan role model bagi masyarakat, Karena sasarannya bukan hanya
merubah perilaku lansia tapi juga seluruh masyarakat.Sedangkan Kasturi adalah buah khas
Kalimantan yang semakin tua semakin harum dan manis. Laskar Kasturi pertama kali
dilaksanakan di Kelurahan Murung Sari, berdasar SK Lurah Murung Sari.
Kata Kunci : Laskar Kasturi, Germas, Murung Sari, Puskesmas Sungai Karias
85
ABSTRAK
Fitrianis
Hasil dari inovasi ini adalah telah terlaksannya semua kegiatan dalam menurunkannya
angka remaja perokok di wilayah kerja Puskesmas Kampung Bali serta untuk jangka panjang
dapat menurunkan angka resiko PTM akhibat rokok
Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa Strategi menurunkan angka perokok remaja
melalui Tim Terintergrasi telah berhasil menurunkan angka perokok remaja sejak tahun 2013,
Mou dengan lintas sector telah berjalan, Disarankan kepada Puskesmas agar lebih
meningkatkan pelayanan promotive/ preventif, kepada remaja dengan bekal tentang bahya
rokok dapat terhindar dari bahaya rokok dan bagi orang tua/guru agar lebih meningkatkan
pengawasan kepada remaja.
86
ABSTRAK
Musriani
Puskesmas Karang Rejo teletak di jantung kota Tarakan daerah Provinsi Kalimantan
Utara tepatnya di Jalan RA Kartini No 40 RT 12, Kelurahan Karang Balik, Kecamatan
Tarakan Barat. Berada di jantung kota Tarakan merupakan tantangan untuk selalu menjadi
contoh bagi puskesmas yang lain dalam upaya menyehatkan masyarakat. Oleh karena itu
melalui program “Gerak Tangan Emas Karjo dengan 3G Puskesmas karang rejo berharap
dikemudian hari bukan lagi tempat berkunjungnya orang sakit tetapi tempat berkunjungnya
orang sehat atau orang yang ingin memelihara bahkan meningkatkan derajat kesehatannya.
Ini sekaligus yang mendasari penulisan Emas Karjoberwarna emas dengan makna
Puskesmas yang berkilau di tengah masyarakat dan jauh dari gambaran yang pengunjungnya
dipenuhi oleh orang orang yang sakit.
Potret masalah kesehatan yang yang dihadapi oleh Puskesmas Karang Rejo Tahun
2015 dan 2016 antara lain : Masih banyak sekolah dasar yang siswa didiknya jajan
sembarangan di luar lingkungan sekolah; Masih banyak sekolah dasar yang belum
menerapkan budaya hidup bersih dan sehat di sekolah serta penerapan kawasan tanpa asap
rokok
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dikembangkan program dengan menggunakan
strategi dasar promosi kesehatan melalui pemberdayaan warga sekolah melalui “Gerak
Tangan Emas Karjo dengan 3G ” yaitu G-Sehati (Gerakan cerdas memilih jajanan sehat di
kantin), G-Rehat (Gerakan ruang kelas sehat), dan G-Taro (Gerakan Kawasan Tanpa asap
rokok).
Keberhasilan dan keberlangsungan dari program ini dilakukan melalui pengawasan
atau monitoring setiap minggu dari pihak sekolah dan pertriwulan dari pihak puskesmas.
Monitoring ini dilaksankan melalui pengamatan langsung dan dibantu dengan pengisian
cheklist oleh petugas promosi kesehatan dan kader kesehatan dan guru berdasrakan SK
Kepala Sekolah
Gerak Tangan Emas Karjo dengan 3G” disusun berdasarkan
a. Data Permasalahan Kesehatan di Sekolah Tahun 2015 dan 2016
b. Masukan dan harapan dari masyarakat khususnya masalah kesehatan yang ada di sekolah
Tahun 2016
c. Terintegrasi dengan program kesling dan PTM.
Kegiatan ini juga melibatkan Lintas Sektor melalui upaya koordinasi dan advokasi
dengan Dinas Pendidikan Kota Tarakan, Kecamatan Tarakan Barat dan perangkatnya serta
Satpol PP. Lokasi fokus kegiatan ini adalah SD Negeri 003 Tarakan.
Dampak Jangka pendek dari “Gerak Tangan Emas Karjo dengan 3G”adalah
pelaksanaan budaya sehat sejak dini, jangka menengah melahirkan generasi sehat, sedangkan
jangka panjangnya mewujudkan gerakan menuju masyarakat sehat. Keberhasilan ini
didukung oleh Pemerintah Kota Tarakan, khususnya SD Neg 003 Tarakan yang
mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2016. Diharapkan program ini
diadopsi oleh seluruh sekolah di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara, bahkan yang ada
di Nusantara kita tercinta.
Ria Mardani
Masalahan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Bawan yaitu tahun 2010 di jorong
pudung dusun kampung talang terjadi kasus KLB diare pada bulan mei, juni 2010 .Dima
jumlah kasus diare sebanyak 118 org terkena diare. Hal ini disebab kan kebiasaan masyarakat
membuang jamban sembarangan yaitu ke kebun. Puskesmas Bawan berada pada Kecamatan
Ampek Nagari. Dimana, pada Kecamatan ini terdapat 2 (dua) unit Puskesmas, yaitu
Puskesmas Batukambing dan Puskesmas Bawan dengan ibu kota Kecamatan berada di
Jorong Bawan, Nagari Bawan. Wilayah kerja Puskesmas Bawan terdiri dari 1(satu ) nagari,
yaitu : Nagari Bawan dengan luas wilayah kerja Puskesmas Bawan lebih kurang 5060 ha
dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil pendataan statistik 2016 dengan 17895 jiwa dan
3.730 KK terdiri dari 8140 jiwa laki-laki dan 9755 jiwa perempuan.Sebagian besar mata
pencarian masyarakat yaitu bertani dan berkebun.
Dari pemasalahan lingkungan yang timbul, petugas kesling membentukan arisan jamban
sehat di wilayah kerja puskesmas Bawan. Inovasi yang kita lalakukan bertujuan untuk
meningkatkan akses kepemilikikan jaban sehat dan mengurangi kasus diare di wilayah kerja
puskesmas bawan. Kegiatan arisan jamban melibatkan perangkat kecamtan, Perangkat
Walinagari,Petugas sanitasi, petugas promkes, Bedan desa dan Kader.
Arisan Jamban menuju pola hidup yang lebih sehat masyarat nagari Bawan Kecamatan
Ampek Nagari. Uraikan pelaksanaan Kegiatan arisan jamban sehat di Pukesmas Bawan tahun
2015-2016 terdiri dari : Mengumpulkan Data Masyarakat yang tidak Mempunyai Jamban
sehat, Melakukan Pembentukan tim arisan jamban Sehat,Sosialisasi pada masyarakat tentang
kegiatan jamban sehat,Pembentukan komitmen bersama lintas sektor Pembentukan kelompok
arisan jamban sehat, Penyusunan RAB dan gambar yang dibangun,Pelaksanaa pembuatan
jamban sehat, Monitoring kegiatan
Dari kegiatan arisan jamban sehat yang telah dilakukan dapat kita simpulkan sebagai
berikut : Meningkatkannya akses kemilikan jamban sehat di nagari Bawan Melalui arisan
jamban sehat,Tidak adanya terjadi KLB diare di nagari bawan,Meningkatkan kemampuan
masyarakat dan keterampilan masyarakat dalam pembuatan jamban sehat.
88
ABSTRAK
Berdasarkan data survey tahun 2015-2016 yang diperoleh dimana menujukan masih
banyaknya individu yang merokok didalam rumah serta perilaku hidup bersih sehat yang
rendah. Indikator yang tepat dalam mengukur keberasilan inovasi yang dibuat penulis adalah
tidak adanya anggota keluarga yang merokok.
Untuk hasil dalam jangka pendek terlihat antusiasme warga dalam ikut serta dalam
pembentukan kader pemantauan tersebut. Inovasi ini akan terus berjalan melihat dari grafik
angka yang dihasikan kartu pemantau merokok. Faktor yang mempengaruhi pencapaian
indikator ialah sumber daya manusia, dana, pendidikan,dan sosialisasi dari petugas
puskesmas.
Kata Kunci: Kader Pemantau Merokok, Kartu Pemantau Merokok, Perilaku Hidup Bersih
Sehat.
89
ABSTRAK
Silvia Mandasari
Puskesmas Kota Kualasimpang terletak di pesisir timur pulau Sumatera dengan luas
wilayah 4,48 KM persegi,terdiri dari 5 desa, 36 sekolah dan 20.249 jiwa penduduk.Dari 36
sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota Kualasimpang ,tidak ada yang memenuhi
kriteria indikator PHBS sekolah.Tahun 2016,capaian PHBS sekolah hanya sebesar 26,14%.
Permasalahan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah sangat beraneka ragam diantaranya
prevalensi karies gigi yang terus meningkat, kurangnya pemahaman siswa tentang PHBS,
kurangnya pengawasan jajanan kantin sekolah,tidak adanya data kesehatan siswa di sekolah,
kurang pedulinya orang tua terhadap kesehatan siswa,dan kurang aktifnya kegiatan UKS di
sekolah. Minimnya pengetahuan yang dimiliki siswa serta kesadaran maupun pemikirannya
yang masih belum matang, membuat siswa mudah tergoda terhadap ajakan yang negatif.
Untuk itu perlu adanya panutan yang diharapkan dapat membimbing, mengawasi,
mengarahkan serta memberikan contoh yang baik bagi siswa. POLMUD merupakan salah
satu program sederhana namun memiliki manfaat yang luar biasa.Program ini dikembangkan
untuk menurunkan angka kesakitan yang sering terjadi pada siswa seperti infeksi,lubang gigi,
kurang gizi,dan cacingan.
Dalam kegiatan POLMUD ini, Puskesmas Kota Kualasimpang membentuk “Tim Efektif”
yang terdiri dari Kapus, Pengelola Program UKS, Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan ,dan Gizi.Tim Efektif bertugas untuk memberikan bimbingan dan pembinaan
kepada polisi murid dalam menjalankan tugasnya dan mengawasi jalannya kegiatan Polisi
Murid di setiap sekolah dan untuk memastikan bahwa PHBS sudah menjadi rutinitas sehari-
hari di sekolah.UKS juga berinovasi dengan menciptakan kartu KMS (Kartu Menuju Sehat )
dan KMGS(Kartu Menuju Gigi Sehat),yang berasal dari swadaya siswa .KMS dan KMGS
digunakan untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang kesehatan siswa agar orang
tua lebih perduli terhadap kesehatan anaknya.Dari hasil pemeriksaan KMS dan KMGS
,petugas melakukan konseling mengenai masalah kesehatan terhadap orangtua siswa
Dari program Polisi Murid ini didapatkan penurunan angka kesakitan pada siswa dan
adanya perubahan perilaku dimana perilaku kesehatan menjadi rutinitas sehari-hari oleh
setiap siswa,dan adanya peningkatan kepedulian orang tua siswa terhadap kesehatan anaknya
.Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya angka kesakitan pada siswa dan meningkatnya
PHBS sekolah menjadi 52,14 %.
Dengan adanya perubahan perilaku siswa menjadi perilaku hidup bersih dan
sehatdiharapkan siswa dapat menerapkan PHBS ini tidak hanya di sekolah tapi juga di
lingkungan rumah. Polisi murid juga dapat menjadi “Pelopor Kesehatan “ bagi diri sendiri,
orang lain dan lingkungan sekitarnya.
90
ABSTRAK
Tujuan : Memberdayakan murid sekolah dasar sebagai salah satu sasaran yang sangat
strategis dalam menurunkan angka morbiditas DBD di wilayah kerja Puskesmas Kota Tengah
Kota Gorontalo.
Pelaksanaan : Intervensi dari bulan Oktober 2015 sampai dengan Tahun 2016 hasil
pengamatan sudah tidak di dapati jentik nyamuk lagi di empat sekolah yang di Intervensi
tersebut. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan dimana kegiatan jumantik cilik telah
berjalan secara rutin di tiap-tiap sekolah dasar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota
Tengah Kota Gorontalo. Murid-murid sekolah dasar/sederajat dengan sangat antusias
melaksanakan kegiatan jumantik cilik tersebut. Pelaporan juga dilaksanakan secara rutin.
Hasil yang didapatkan juga ternyata sangat memuaskan, dimana sampai dengan triwulan I
tahun 2017 tidak ditemukan lagi angka kesakitan DBD di wilayah kerja Puskesmas Kota
Tengah Kota Gorontalo. Dengan demikian ternyata Pemberdayaan Jumantik Cilik pada anak
sekolah dasar sangat efektif dalam menurunkan kasus DBD.
91
ABSTRAK
Dari keempat desa, penduduk terbanyak ada di Desa banyumulek meliputi 10 dusun
memiliki Pustu, Poskesdes yang jaraknya ± 150 meter dari kantor desa. Jumlah
Penduduk7.879 Orang , 2.385 KK, dan jumlah warga miskin 1.438 KK. Mata pencaharian
masyarakat Banyumulek 28 % (833) wanita produktif adalah sebagai pengrajin gerabah. Hal
ini juga yang menuntut Puskesmas untuk membentuk UKBM POS UKK.
Dalam waktu 4 tahun terlihat hasil menonjol dengan meningkatnya cakupan PHBS,
meningkatnya hasil kesehatan pekerja, terbentuknya kelompok pendonor pada pekerja dan
ada dukungan germas dari desa dengan regulasi PERATURAN DESA tentang GERMAS.
Dengan demikian POS UKK terus dikembangkan dan disarankan agar POS UKK
dapat memberikan sinergi bagi semua program dengan melakukan kolaburasi dengan team,
sehingga yang diharapkan bisa tercapai dalam mendukung Germas untuk Hidup sehat, Bugar
dan Produktif.
92
GIZI
93
ABSTRAK
INOVASI “GEMA ASIEK CANDA” (GERAKAN MEMBERI ASI
EKSKLUSIF CANDITUNGGAL) DI PUSKESMAS KALITENGAH
KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR.
Siswanto
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi mulai usia 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun kecuali ASI, karena ASI makanan bayi yang paling sempurna,
bersih dan sehat. Keluarga memberikan ASI eksklusif merupakan salah satu dari 5 (lima)
indikator Kadarzi yang sangat sulit tercapai dari target yang telah ditetapkan yaitu 80%,
cakupan bayi 0-6 bulan dengan ASI eksklusif di Kecamatan Kalitengah tiga tahun terakhir
dari tahun 2013-2015 hanya rata-rata 18,8%. Wilker Puskesmas Kalitengah terletak ± 45 km
disebelah utara kota Lamongan, dengan jumlah desa sebanyak 20, letak geografinya rendah
sehingga pada musim penghujan rawan banjir, wilayah Puskesmas Kec. Kalitengah
berbatasan sebelah utara Kec. Dukun Kab. Gresik, sebelah selatan Kec. Turi, sebelah barat
Kec. Karanggeneng dan sebelah timur Kec. Karangbinangun. Jumlah penduduk tahun 2016
sebanyak 36.141 jiwa, dengan mata pencaharian mayoritas petani petambak ikan, sedang
sumberdaya yang ada di Puskesmas Kalitengah berjumlah 63 orang.
Hasil inovasi tahap pertama hasil cakupan ASI eksklusif tahun 2016 yaitu 62,5% dari
target 80%, sedangkan pada tahap kedua hasil cakupan ASI eksklusif tahun 2017 harapan
inovator yaitu lebih dari 70%. Sasaran inovasi yaitu calon pengantin, ibu hamil dan ibu
meneteki. Faktor yang mempengaruhi pencapaian pemberian ASI eksklusif yaitu pengaruh
sebagian orang tua yang memberikan makanan bayi baru lahir bilamana mendengar bayi
menangis.
Inovasi merupakan terobosan kegiatan yang dilakukan yang berdasar dari keinginan
dan harapan masyarakat yang didukung oleh lintas program dan lintas sektor terkait agar
tujuan program pemerintah yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hasil inovasi tidak seperti
94
membalik telapak tangan, karena keterbatasan kemampuan pelaksana tentunya perlu
berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu karena merubah perilaku negatif masyarakat butuh
waktu, namun kami optimis target pencapaian bayi dengan ASI eksklusif akan dapat
terlampaui.
95
ABSTRAK
Mohamad Rosihan
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan gizi masyarakat adalah
melalui upaya peningkatan gizi keluarga (UPGK) dimana salah satu kegiatannya adalah
pemantauan pertumbuhan balita di posyandu. Puskesmas Ceper mempunyai 50 posyandu
yang tersebar di 9 desa. Untuk itu perlu pemantauan yang terus menerus pada bayi dan balita
yang terdapat di setiap posyandu tersebut. Namun, pemantauan dilakukan oleh kader belum
begitu maksimal, di sisi lain petugas gizi diminta membuat laporan gizi yang begitu rumit,
seperti umur harus dibagi dalam beberapa kategori umur, setiap kategori dipilah gender serta
harus melaporkan status gizi setiap bayi dan balita. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah
di atas diperlukan inovasi program gizi berupa Aplikasi PosyanduQu. Keberhasilan
penggunaan Aplikasi posyanduQu dapat dilihat dari cepatnya deteksi dini masalah
pertumbuhan bayi dan balita serta laporan gizi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penerapan Aplikasi PosyanduQu ini melibatkan lintas program dan lintas sektor.
Lintas program bekerjasama dengan bidan desa untuk lintas sektor melibatkan kader yang
ada di posyandu. Untuk menghasilkan data yang baik dilakukan pendampingan dengan kader
oleh petugas gizi tentang cara penimbangan yang baik dalam pertemuan rutin desa.
Hasil yang diperoleh dari penggunaan Aplikasi PosyanduQu ini dapat digunakan
sebagai deteksi dini masalah gizi di masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan segera,
dapat digunakan bahan perencanaan program serta perumusan kebijakan di Puskesmas Ceper
khususnya dan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten pada umumnya. Untuk itu perlu peran
lintas program dan lintas sektor agar lebih maksimal hasilnya.
Aplikasi PosyanduQu dapat digunakan sebagai upaya untuk deteksi dini masalah gizi
pada bayi dan balita dan mempercepat pelaporan gizi dengan hasil yang cepat dan valid
serta dapat dipertanggungjawabkan per by name. Sebaiknya setiap Petugas Gizi Puskesmas
mempunyai database bayi balita dan balita di wilayah kerja puskesmas untuk selanjutnya
dapat diolah menggunakan Aplikasi PosyanduQu.
Kata kunci : Aplikasi PosyanduQu, bayi dan balita, posyandu, pemantauan pertumbuhan
96
ABSTRAK
Jumiatul Aini
Permasalahan kesehatan di Indonesia, khususnya dalam bidang gizi kesehatan
masyarakat semakin komplek. Selain menghadapi masalah kekurangan gizi, prevalensi gizi
lebih juga menjadi double burden yang harus ditangani. Riskesdas tahun 2007 dan 2013
mencatat terjadi angka peningkatan angka underweight dan stunting di Indonesia. Di wilayah
kerja Puskesmas Sawah Lega, khususnya desa Babakan Peuteuy dan Dampit secara umum
permasalahan gizi berada dibawah ambang batas masalah gizi kesmas, dan dilihat dari angka
partisipasi masyarakat, dua desa tersebut memiliki angka partisipasi masyarakat yang
mendekati 100%. Dalam hal ini menunjukkan adanya ketimpangan ketika angka partisipasi
masyarakat di posyandu mendekati 100%, permasalahan gizi masih ada, upaya apakah yang
harus dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut.
MSTe merupakan singkatan dari Makanan Sehat Terpadu, yaitu suatu kegiatan yang
dilaksanakan di posyandu dengan tujuan memberikan pendidikan gizi secara lengkap dan
terpadu kepada masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan posyandu, dengan harapan
kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang makanan sehat, bergizi,
ekonomis, menarik, dan disukai anak-anak sehingga terjadi perubahan perilaku sehat pada
masyarakat terutama ibu balita, diantaranya dalam mengelola dan menyajikan makanan sehat
dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Yang menjadi strength poin dalam MSTe ini
adalah keterlibatan lintas sektor secara langsung, dan pendanaan yang didanai dari anggaran
ADD dan dunia usaha.
MSTe adalah program yang hasil secara nyatanya dapat terlihat dalam jangka waktu
menengah sampai jangka panjang. Monitoring program dilakukan setiap pelaksanaan bulan
penimbangan balita (BPB) dan diharapkan keberadaan program ini dapat berkelanjutan dan
memiliki cakupan yang lebih besar seiring dengan proses advokasi yang akan terus dilakukan
TPG kedepannya untuk desa lainnya.
MSTe merupakan suatu program inovasi yang harus dilanjutkan. Pelaksanaan MSTe
melibatkan lintas program dan lintas sektor dapat menjadi upaya bersama dalam mewujudkan
keluarga sehat.
97
ABSTRAK
Indah Sulistyorini
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Permasalahan yang dimaksud antara lain kegagalan
pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk.Wilayah kerja Puskesmas
Prapatan berada di perkotaan dan mempunyai warga yang beragam latar belakang social
budaya.Puskesmas Prapatan mempunyai sumber daya manuasia yang lengkap dan
kompak.Di wilayah kerja Puskesmas Prapatan masih ditemukan balita stunting, yaitu > 4%
ditahun 2014.Begitu juga dengan ibu hamil KEK, bayi BBLR, bayi yang tidak diberi ASI dan
pemberian bubur bayi instant masih banyak ditemukan.
Pada tahun 2014 Puskesmas Prapatan bersama lintas sektoral membentuk KP Ibu
Menyusui dan melatih 12 orang kader sebagai motivator PMBA.Pada tahun 2017 seluruh
kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas Prapatan dalam rangka peningkatan kualitas
sumber daya manusia dikenal dengan nama “GENTING” (Gerakan Mencegah
Stunting).Melatih 11 orang kader sebagai motivator PMBA.Kegiatan ini berkolaborasi
dengan kegiatan KIA (Kesehatan Ibu Anak) di Puskesmas Prapatan, yaitu ANC terpadu,
kelas ibu hamil, kelas ibu balita, kunjungan rumah ibu hamil dan nifas.Selain itu, juga
berkolaborasi dengan kegiatan sanitasi, yaitu PHBS.Kegiatan ini dilaksanakan di Puskesmas,
posyandu balita, pos KP Menyusui, dan kunjungan rumah dengan dukungan konselor ASI,
kader, tokoh masyarakat dan warga.
Hasil yang didapat dari kegiatan GENTING memang membutuhkan waktu yang
panjang.Tetapi diharapkan dengan adanya GENTING angka stunting di wilayah kerja
Puskesmas Prapatan dapat ditekan.Social budaya yang beragam dan banyaknya ibu yang
bekerja merupakan factor yang paling besar mempengaruhi keberhasilan GENTING.
Melalui GENTING data-data yang diperlukan untuk mencegah stunting lebih mudah
didapat dan menjangkau lebih banyak balita.Sehingga penanganan dapat segera dilakukan
dengan tepat di 1000 hari pertama kehidupan (HPK).Perlu adanya edukasi dan motivasi yang
berkesinambungan oleh petugas kesehatan, kader, dan tokoh masyarakat, serta dukungan
pembuat kebijakan.Karena perubahan perilaku tidak mudah dilakukan.
98
ABSTRAK
99
ABSTRAK
Lodovikus Noba
Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan
Z-score< -3 dan atau dengan tanda - tanda klinis (marasmus, Kwashiorkor, dan marasmus
kwashiorkor). Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk
adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang
ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tatalaksana gizi
buruk menunjukan bahwa kasus ini dapat di tangani dengan dua pendekatan. Gizi buruk
dengan komplikasi ( anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi
dan penurunan kesadaran ) harus dirawat di Rumah Sakit, Puskesmas Perawatan, Pusat
Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa
komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.
Di Kabupaten Lembata pada tahun 2015 tercatat 29 kasus gizi burukdari 9.303 balita
yang ditimbang (0,31 %)dan tahun 2016 meningkat menjadi 35 dari 9.185 balita (0,38%)
sedangkan di puskesmas Wairiang pada tahun 2015 dari 1673 balita yang ditimbang terdapat
4 balita gizi buruk atau (0,2%) dan pada tahun 2016 terdapat 1 penderita gizi buruk dari
1726 balita atau (0,05%).
Berdasarkan data balita gizi buruk tersebut maka saya melakukan inovasi dengan
Tema : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Sub Tema Perawatan Penderita Gizi Buruk
di Puskesmas Non TFC (Therapeutic Feeding Center) di Puskesmas Wairiang Kabupaten
Lembata. Balita gizi buruk yang saya intervensi adalah balita gizi buruk dengan kelainan
klinis ( marasmus ) ada di desa Umaleu atas nama anak AM. Anak AM lahir pada tanggal 20
April 2013 BB awal saat dirawat di Puskesmas Wairiang 5,7 kg, Panjang Badan 76 cm
dengan status gizi Sangat Kurus (BB Menurut PB dibawah -3 SD). Anak AM dirawat sejak
tanggal 12 April 2016 sampai tanggal 04 Juni 2016 (selama 54 hari). Selama dirawat anak
AM mendapat Formula 100 (F 100) dengan komposisi susu dancow 140/1000 x 85 = 11
gram, gula pasir 140/1000 x 50 = 7 gram, minyak bimoli 140/1000 x 60 = 8,4 gram, dan
mineral mix 140/1000 x 20 = 2,8 cc. Semua bahan dilarutkan dan ditambahkan air sampai
140 cc. Pemberian 140 cc tiap 4 jam sekali diselingi pemberian bubur susu, formula ikan,
formula tempe dan formula sayuran setiap 2 jam.Setelah mendapat perawatan yang intensif
selama 54 hari, Berat badan anak AM meningkat dari 5,7 kg menjadi 10,4 kg Panjang Badan
76 cm dengan status gizi Normal ( BB menurut PB ).
100
ABSTRAK
Siti Kodiyah
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,
diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Wanita mempunyai resiko paling tinggi
untuk menderita anemia terutama remaja putri (rematri) karena rematri mengalami
menstruasi setiap bulannya, dalam masa pertumbuhan dan ketidakseimbangan asupan zat
gizi. Puskesmas Tigaraksa merupakan salah satu puskesmas yang letaknya dekat dengan
pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang dengan jumlah rematri tingkat SMA sebanyak
1868. MAN 1 Tangerang adalah salah satu sekolah yang berada di wilayah Puskesmas
Tigaraksa dengan jumlah siswi sebanyak 563 dan 83% diantaranya mengalami anemia.
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri dilaksanakan sejak tahun 2015,
diketahui tingkat kepatuhan siswi MAN 1 Tangerang dalam mengonsumsi TTD sebesar
8,1%. Maka, dibentuklah Kader Remaja Anti Anemia (KARTINI) untuk membantu
mengatasi masalah anemia dan ketidakpatuhan minum TTD di MAN 1 Tangerang.
KARTINI dibentuk pada bulan Oktober tahun 2016 di MAN 1 Tangerang. KARTINI
yang terpilih dilatih dan dibekali ilmu tentang anemia, gizi, dan komunikasi. Tugas
KARTINI adalah mendistribusikan TTD, memantau pemberian TTD dan memberikan
edukasi dan motivasi kepada teman sebayanya. Selain KARTINI, peranan guru dan petugas
kesehatan juga diperlukan dalam upaya mencapai keberhasilan program pemberian TTD pada
rematri.
Hasil kegiatan pemberian TTD di MAN 1 Tangerang selama lima bulan menunjukkan bahwa
angka anemia menurun menjadi 63% dan tingkat kepatuhan minum TTD meningkat menjadi
28%. Hal tersebut dapat disebabkan karena pemantauan pemberian TTD berjalan cukup baik
dan edukasi yang dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan pengetahuan rematri,
sehingga mendorong untuk patuh minum TTD dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Kesimpulan : angka anemia di MAN 1 Tangerang menurun dan terjadi peningkatan
kepatuhan minum TTD pada rematri, sehingga KARTINI perlu dibentuk juga di sekolah lain.
101
ABSTRAK
Ponisih
Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pola asuh
ibu. Pola asuh merupakan salah satu factor penting dalam terjadinya gangguan status gizi,
Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu
balita/pengasuh untuk bertanggung jawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan
menggunakan pengetahuan dan sumberdaya lokal. Setelah diberikan makanan tambahan
berkalori tinggi selama 10 hari, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu makan
merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode
“belajar sambil bekerja”, akan meningkatkan kepercayaan diri dan ketrampilan ibu
balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan,
dan pelayanan kesehatan.
Puskesmas Kelurahan Lagoa merupakan salah satu Puskesmas yang berada di wilayah
Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara, merupakan salah satu puskesmas non
perawatan..Kelurahan Lagoa mempunyai binaan 25, posyandu dengan kader 205 orang ,luas
wilayah15.799 Ha. Terdiri dari 18 Rukun Warga (RW) dan 222 RukunTetangga (RT),
jumlah balita 3167 dan balita bawah garis merah 56 balita ( pada bulan Juni 2016) dengan
mobilitas penduduk yang tinggi.
Kegiatan Pos Gizi di Kelurahan Lagoa menunjukkan peningkatan berat badan balita
bawah garis merah (BGM)tahap 1 dari 24 balita (52%), menjadi 37 balita(82%) pada tahap 2
dan ada penurunan di tahap ke 3 menjadi 29 balita (64%), karena ada balita yang sakit.
Sumber daya masyarakat yang terampil dan terlatih akan mempermudah setiap
kegiatan pos gizi yang dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan. Kerjasama lintas
sektor dan lintas program serta masyarakat di Kelurahan Lagoa sudah cukup sinergi sehingga
pelaksanaan pos gizi dapat berjalan sebagaimana mestinya.
102
ABSTRAK
Puskesmas Buleleng III terletak di Jl. Pulau Seribu Lingkungan Penarukan Kelurahan
penaarukan Kecamatan Buleleng kabupaten Bulelen. Wilayah kerja Puskesmas Buleleng III
meliputi Desa Penarukan, Desa Banyuning, Desa Jinengdalem, Desa Poh Bergong, Desa
Alasangker, Desa Penglatan, Desa Petandakan, dan Desa Naga Sepaha. Untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat desa dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang aman
maka dengan bekerja sama dengan Badan POM RI mengembangkan Program Gertak Paman
(Gerakan Serentak Pangan Aman). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
masyarakat desa dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang aman sampai pada
tingkat perseorangan sekaligus memperkuat ekonomi desa melalui program Gertak Paman.
Subyek dalam kegiatan ini adalah Desa Penglatan dan Kelurahan Banyuning yang
merupakan desa terpilih dan mau berkomitmen menjadi Desa Paman (Pangan Aman). Objek
kegiatan ini adalah Program Gertak Paman dan hasil Desa Pangan Aman. Program Gertak
Paman ini bekerja sama dengan Badan BPOM, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, dan
Badan PMD. Hasil Kegiatan Gerakan Serentak Paman Aman di Kelurahan Banyuning dan
Desa Penglatan yaitu Pembentukan Tim Keamanan Pangan, pertemuan reorientasi,
bimbingan teknis kader keamanan pangan, Gap assessment, dan bimtek komunitas.. Faktor
yang mempengaruhi kegiatan dapat berjalan dengan lancar yaitu partisipasi aparat desa dan
tokoh masyarakat serta antusias warga untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan Gertak
Paman Desa.
Dari analisis kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa Keamanan Pangan Desa
merupakan program kemandirian masyarakat desa dalam menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan yang aman sampai pada tingkat perseorangan. Kelurahan Banyuning dan Desa
Penglatan telah melaksanakan program Gertak Paman Desa berkat dukungan dari Badan
POM. Saran kepada masyarakat diharapkan untuk selalu memperhatikan dan menerapkan
keamanan pangan dan kepada Badan POM agar tetap meberikan bimtek kepada kader dan
masyarakat untuk mencapai Desa Pangan Aman.
Kata kunci : Pangan, Program Gertak Paman, hasil Desa Pangan Aman
103
ABSTRAK
Kegiatan ini merupakan karya inovasi di bidang gizi yang bertujuan untuk
memberikan gambaran dan informasi dalam meningkatkan kesadaran, kemauan, pengetahuan
dan keterampilan masyarakat terutama dalam pemberian makan pada bayi dan anak 0 – 24
bulan dan keluarga agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta gerakan
masyarakat hidup sehat (GERMAS).
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi ceramah, diskusi, dan praktik.
Dari hasil kegiatan ini diperoleh pemantauan berat badan anak umur 0-24 bulan yang telah
mengikuti kelas/kelompok dalam pemberian makan pada bayi dan anak ada 109 baduta dari
gizi kurang menjadi gizi baik, dan 3 baduta gizi buruk menjadi gizi kurang, dan 7 baduta
yang gizinya masih tetap di status gizi kurang dan 1 baduta gizi buruk akibat penyakit
penyerta cerebral palsy.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kelas PMBA “KABUN LIMAU DUO”
Praktik Pemberian ASI Ekskluif dan Makanan Pendamping ASI Umur 0-24 Bulan Di
Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi, Propinsi Sumatera Barat Tahun 2016 dapat
meningkatkan kesadaran, kemauan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat.
104
PERAWAT
105
ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi SEFT (Spiritual Emitional
Freedom Technique) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi Utara. SEFT adalah terapi yang menggabungkan
system energi tubuh dan spiritualitas dengan metode tapping pada 18 titik kunci di sepanjang
12 jalur energi tubuh. PKM Cimahi Utara berada di wilayah Kelurahan Cibabat dengan 25
RW dan jumlah penduduk sebanyak 57.576 jiwa, merupakan wilayah perkotaan yang mana
penduduknya memiliki tingkatan stress yang cukup tinggi. Angka kejadian Hipertensi di Kota
Cimahi terjadi peningkatan 2 kali lipat pada tahun 2016, penurunan angka hipertensi
merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh inovasi SEFT ini.
Hasil kegiatan SEFT antara lain : Di Posbindu sebanyak hampir 30%-50% pasien
mengalami penurunan tekanan darah sebesar 10-15 mmHg setelah dilakukan tapping. Di Poli
SEFT pasien dengan keluhan seperti nyeri, pusing, mual, perut kembung dan stress di tapping
oleh petugas, hasil yang didapatkan setelah kurang lebih 10-15 menit semua pasien
merasakan perubahan dalam tubuhnya menjadi kearah yang lebih baik seperti skala nyeri
berkurang, pusing berkurang, bersendawa serta beban emosi berkurang. Hasilnya dapat
disimpulkan terapi SEFT dapat membantu menurunkan hipertensi serta mengurangi keluhan
fisik dan psikis pasien.
106
ABSTRAK
burisma (buku harian sehat bersama) merupakan suatu media untuk edukasi, deteksi
dini, kontrol diri dan kognisi. burisma berbentuk manual dan digital, karena sasaran Posbindu
PTM dari usia 15-59 tahun. Saat ini 2 kelompok posbindu desa dan 1 posbindu remaja telah
menggunakan aplikasi burisma. Pelaksanaannya melibatkan kepala puskesmas sebagai
pembuat kebijakan, pengelola dan pelaksana program, kader, lintas sektor dan perusahaan
setempat.
Aplikasi burisma merupakan media yang sangat efektif diterapkan dalam kegiatan
posbindu PTM. Hendaknya burisma segera disosialisasikan secara lebih luas, baik ke
kelompok-kelompok masyarakat maupun individu agar dapat dimanfaatkan untuk
mendukung terwujudnya Germas.
107
ABSTRAK
Karya inovasi yang berupa kalender Jadwal Menelan Obat (JAMO) yang berfungsi
sebagai alat pemantau keteraturan klien TB menelan OAT bertujuan untuk meningkatkan
angka kesembuhan yang dilaksanakan oleh PMO dan diterapkan kepada klien TB BTA
positif yang menjalani masa pengobatan di Puskesmas Terminal Banjarmasin tahun 2016
(periode pengobatan 2016 -2017), sebanyak 30 klien. Penerapannya diawali dengan
sosialisasi kepada lintas program, kader TB dan PMO, lintas sektor, pelatihan kepada PMO
dan kader TB serta pembentukan komunitas PMO. Proses pemantauan dilakukan dengan
memeriksa klinis klien TB, memantau hasil sputum di laboratorium, memantau laporan
pencatatan pengambilan obat, kunjungan ke rumah klien TB serta melalui group WA dan
SMS. Klien yang sembuh diberi Sertifikat dan PMOnya diberi PIN PMO.
Hasil karya inovasi menunjukkan peningkatkan angka kesembuhan sebesar 76,7% (23
klien TB yang selesai pengobatan sampai bulan April 2017). Faktor yang mempengaruhi
pencapaian indikator keberhasilan adalah komitmen dan keaktifan PMO.
108
ABSTRAK
Faktor sanitasi sekolah, keamanan pangan, serta perilaku adalah penyebab banyak
terjangkitnya penyakit pada anak pra sekolah. Data di UPT Puskesmas Wlingi tahun 2015
menunjukkan jumlah TK/RA di Kecamatan Wlingi 44 lembaga, dengan 1.823 murid. Data
kunjungan anak TK/RA tahun 2014 menunjukkan kasus caries gigi 126 (19.6%), serumen 46
(7,24%), ISPA 83 (12,9%). Capaian pelayanan anak pra sekolah 63,6%. Hal ini mendorong
Perawat melakukan inovasi program Bestari (Bersama Sehat Sedari Dini) untuk
menggerakkan hidup sehat sejak usia dini, karena pendidikan kesehatan lebih efektif apabila
dimulai sejak usia dini (golden age). Keberhasilan program diukur dari jumlah kepesertaan
dan indikator perilaku.
Hasil yang dicapai secara kuantitatif adalah kepesertaan program Bestari 68,15% di
tahun 2015. Capaian pelayanan anak pra sekolah 80,7% di tahun 2015 dan 89,15% di tahun
2016. Secara kualitatif, capaian indikator perilaku di tahun 2017 SIGI Hii Haa 79,19%,
Happy Meal 82,89%, Serbu Sampah 74,05%, Gebas Jemuk 75,45%.
Program Bestari merupakan inovasi dalam menggerakkan hidup sehat sejak usia dini
sebagai upaya mendukung GERMAS, ditinjau dari goal yang ingin dicapai, kegiatan utama
dan prinsip kerjasama multisektor. Replikasi program ini dapat dilakukan dan disesuaikan
dengan kondisi setempat.
109
ABSTRAK
Suhendar
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan
limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur
yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang
mampu memutus mata rantai penularan penyakit. Penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan di daerah terpencil termasuk perbatasan seringkali mengalami hambatan karena
sulitnya medan, tidak ada / kurangnya sarana transportasi, komunikasi, serta ketergantungan
pada musim menjadikan biaya operasional pelayanan kesehatan menjadi sangat mahal. Dilain
pihak terbatasnya jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas membuat pelayanan kesehatan
menjadi kurang optimal sehingga seringkali pembangunan kesehatan di daerah terpencil
relatif tertinggal dibanding daerah lainnya.
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk
menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis
lingkungan. Terutama untuk Desa sungai Lisai yang mayoritas rumah penduduk berbentuk
panggung diperlukan teknologi Alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan yang tepat guna, sederhana, dengan biaya murah serta ramah
lingkungan yaitu seperti membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga sederhana.
Dalam hal ini segala bentuk dukungan baik dari lintas sektor maupun lintas program dan
sumber daya yang ada diperlukan guna untuk membangun dan menciptakan kondisi
lingkungan yang aman, bersih dan sehat.
110
ABSTRAK
Yulianae, A.Md.Kep
Menurut kesehatan dunia (WHO) defenisi sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang
meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Kesehatan dan kesejahteraan jiwa merupakan hal penting untuk diperhatikan dan diupayakan
oleh berbagai pihak, terutama oleh tenaga kesehatan, lintas sektor, dan masyarakat.
Puskesmas Balai Riam terletak di salah satu kecamatan di Kabupaten Sukamara Provinsi
Kalimantan Tengah yang sebagian besar daratan adalah perkebunan sawit dan karet dengan
hutan tropis yang membawahi 8 Desa. Masalah kesehatan jiwa di masyarakat khususnya di
Kecamatan Balai Riam belum mendapat perhatian penuh dilingkungan masyarakat karena
stigma negatif tentang gangguan jiwa masih tinggi dan dianggap suatu penyakit yang
disebabkan oleh guna-guna/santet sehingga peran serta masyarakat dan keluarga sebagai
sistem pendukung juga sangat kurang, jika hal ini bisa diatasi dengan program inovasi yang
sudah dikembangkan maka proses kesembuhan dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
mendapat dukungan dari masyarakat maupun keluarga.
Program kesehatan yang menjadi inovasi yaitu Pos Kesehatan Jiwa yang merupakan
salah satu pemberdayaan masyarakat dan desa sebagai wadah koordinasi dan deteksi secara
dini tentang masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Pembentukan melalui proses pemaparan
masalah kesehatan yang ada di desa dilanjutkan dengan rapat koordinasi dan advokasi ke
tingkat desa dan masyarakat sehingga dibentuklah pengurus Pos Kesehatan Jiwa dan kader
untuk mendukung program upaya kesehatan jiwa menuju Gerakan Masyarkat Hidup Sehat.
Pos Kesehatan Jiwa telah berjalan dengan baik dengan hasil ODGJ mendapat
penanganan yang berkelanjutan dan keluarga, masyarakat, lintas sektor dapat menjalankan
perannya masing-masing untuk mendukung program kesehatan jiwa. Dukungan lintas sektor
berperan dalam evaluasi program yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
111
ABSTRAK
Temy Ermawati
Untuk mendukung kegiatan Surveilans Campak Berbasis kasus Individu (Case Based
Measles Surveilance) dalam hal pengumpulan data diperlukan penguatan sistim, untuk
mengurangi angka kejadian Campak dan penanggulangan KLB penyakit Campak dengan
Sistim Jejaring yang melibatkan anggota masyarakat / posyandu maupun petugas desa siaga
sebagai perpanjangan tangan petugas. Puskesmas Perawatan Klandasan Ilir secara
administrative berada di wilayah perkotaan dengan luas wilayah kerja 17,5 km2 dengan dua
kelurahan. Dengan tinggi tempat dari permukaan laut 40 – 50 mdl. Dari monitoring evaluasi
cakupan imunisasi Campak pada tahun 2014-2016 masih terdapat 4 RT yang memiliki
cakupan rendah. Factor risiko KLB Campak lainnya selain imunisasi yaitu adanya daerah
kumuh serta daerah rawan gizi. Tingkat keberhasilan dari pembentukan Sisitim jejaring dapat
diukur bila kader memahami dan dapat mengidentifikasi penyakit Campak secara dini,
mencatat dan melaporkan setiap temuan dan mampu memberikan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat.
Kader Campak Peduli (KECAPI) salah satu bentuk inovasi dari kegiatan CBMS di
Puskesmas Perawatan Klandasan Ilir dengan bersinergi pada Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang diselenggarakan dari Puskesmas. Kegiatan ini
dilatarbelakangi dari data kasus Campak 3 tahun terakhir. Dalam pelaksanaannya dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas pada setiap kasus terduga Campak dengan melibatkan kader .
112
ABSTRAK
Hingga saat ini, salah satu penyakit menular yang masih menjadi perhatian utama
masyarakat dunia termasuk Indonesia adalah Tuberkulosis (TB). Menurut survey prevalensi
TB yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kemenkes tahun 2013–2014, angka insiden TB
adalah 399 per 100.000 penduduk, angka prevalensi TB sebesar 647 per 100.000 penduduk
(WHO, 2015). Jika penduduk Indonesia berkisar 250 juta orang, maka diperkirakan ada
sekitar 1 juta pasien TB baru dan ada sekitar 1.6 juta pasien TB setiap tahunnya. Situasi
tersebut menyebabkan Indonesia menempati peringkat ke 2 negara yang memiliki beban TB
tinggi di dunia. Pesanggrahan memiliki luas wilayah 13,46 Km2 dan jumlah penderita TB
biasa di Kecamatan Pesanggrahan dari tahun 2015 – 2017 (Februari’17) mencapai 622 orang
dan TB MDR 15 orang. Sedangkan angka mangkir pasien TB tahun 2015 sebanyak 23
%,default 6 %, dan Succes Rate 81%.
Untuk Itu, saya berinisiasi melakukan upaya inovasi untuk mengatasi permasalahan,
khususnya yang ditemukan saat proses pengobatan TB berlangsung. Inovasi tersebut
diantaranya melakukan peningkatan fungsi aplikasi E-Control Patient (ECP) jilid 3,
pelatihan dan pembentukan kader jumantik menjadi duta TB, penerbitan media
komunikasi antar pasien dan nakes, pemangkasan alur registrasi pasien, serta melakukan
upaya kolaborasi dengan pihak lain, Inovasi ini direncanakan sejak Bulan Juni 2015 yang
melibatkan pimpinan, rekan kerja, programer, dan beberapa tokoh masyarakat.
Dari inovasi PELITA ini, alhamdulillah dapat memberikan hasil yang positif
diantaranya: tingkat Success Rate TB menjadi 91% (Akhir triwulan 3 2017), angka pasien
mangkir turun menjadi 2%, dan angka pasien default menjadi 2%, meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang TB, meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya
penderita TB dan keluarga dalam menjalani dan mengawasi proses pengobatan,
berkurangnya stigma negative di masyarakat, serta meningkatnya kepedulian masyarakat
terutama para duta TB dan tokoh masyarakat terhadap penderita TB. ECP ini, telah
mendapatkan persetujuan dari atasan berupa surat keterangan persetujuan No.1605/1.772.5
tanggal 08 Agustus 2015 Tentang persetujuan penerbitan sistem software e-controling
patient.
Inovasi PELITA ini diharapkan bisa memberikan banyak manfaat terutama bagi kita
yang bertugas memerangi kasus TB Di Indonesia, dan kita sebagai petugas tentunya harus
selalu Semangat, Peduli, Inovatif, dan Kerjasama dalam mengatasi masalah TB ini, karna
dengan Kerja Bersama semua permasalahan akan mudah diatasi.
113
ABSTRAK
Awaluddin, AMK
PIRI adalah pemijatan pada titik-titik tertentu atau bagian otot yang terasa nyeri di
semua permukaan tubuh yang dilakukan sendiri. PIRI diawali dengan mengoleskan lotion
atau minyak gosok, dilajutkan mengurut, kemudian memijat dengan menekan dan memutar
jari atau alat pijat pada titik tertentu atau permukaan tubuh yang sakit sebanyak 30-40 kali
putaran dan diulang sebanyak 4 kali. Tujuan inovasi adalah untuk mengurangi nyeri otot
pada anggota kelompok DM “Adhiyuswo Sukoreno” Kecamatan Gondomanan.
Inovasi mendapatkan hasil yang signifikan, dalam jangka waktu 3 bulan 40 orang
anggota kelompok DM “Adhiyuswo Sukoreno” dapat mengatasi nyeri otot, dan tidak
tergantung lagi terhadap obat-obatan anti nyeri.
114
ABSTRAK
Heriyadi, Amd.Kep
Bambu rokok merupakan salah satu program inovatif dalam upaya pengendalian
penyakit tidak menular dengan konsep pendekatan keluarga. Pada bambu rokok tersebut
dipasang stiker dengan tulisan “Sayangi keluarga anda, stop merokok dalam rumah“.
Kegiatan inovasi ini mengacu juga dengan salah satu program unggulan Puskesmas Sanur
yaitu Kartu Tulin Onsoi Sehat (KTS). Puskesmas Sanur terletak di Wilayah Kecamatan Tulin
Onsoi dan berada di tepi jalan Utama Trans Kaltim. Wilayah kerja Puskesmas Sanur meliputi
12 desa yaitu desa Sanur, Makmur, Semunad, Sekikilan, Kalunsayan, Salang, Naputi,
Tinampak 1, Tinampak 2, Tau Baru dan Balatikon dimana desa-desa tersebut termasuk jenis
kualifikasi desa terpencil.
Pada tahap awal pemasangan bambu rokok dilakukan di Desa Balatikon yang
merupakan desa terjauh di wilayah kerja Puskesmas Sanur yang diharapkan dapat menjadi
pemicu bagi desa-desa lainnya apabila program ini berhasil. Pertama dilakukan adalah
berkoordinasi diinternal puskesmas serta petugas pustu diwilayah Balatikon dan memberikan
penyuluhan terkait bahaya rokok khususnya bahaya yang bisa terjadi didalam keluarga serta
rencana pemasangan bambu rokok sebagai salah satu solusi untuk mengatasi bahaya tersebut.
Kemudian dilakukan sosialisasi dan advokasi kepihak kecamatan dan desa terkait
pemasangan bambu rokok yang dilanjutkan dengan pemasangan disetiap rumah warga.
115