Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


BANDUNG KIWARI
Jl. K H. Wahid Hasyim Nomor. 311 Telp. (022) 86037777 Fax. (022) 5221531 Bandung 40234
Email : sekretariat@rsudbandungkiwari.or.id
Website : www.rsudbandungkiwari.or.id

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANDUNG KIWARI
NOMOR : 445/23/SK/RSUDBK/V/2022
TENTANG
PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANDUNG KIWARI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANDUNG KIWARI

Menimbang : a. bahwa Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan


pasien berkewajiban untuk mengidentifikasi dan mengendalikan
seluruh risiko strategis dan operasional yang penting.
b. bahwa Rumah Sakit mengidentifikasi dan mengendalikan
seluruh risiko strategis dan operasional sebagai acuan dalam
melayani pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b perlu penetapan program manajemen risiko di
Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25
tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi
Di Lingkungan Kementrian Kesehatan;
6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No 12 Tahun
2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah;
8. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 107 Tahun 2021
tentang Pendirian Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari;
9. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Bandung
Kiwari;
10. Surat Izin Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Jawa Barat Nomor 91202078727760001 Tanggal
5 Januari Tahun 2022 tentang Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko BLU Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari;
11. Surat Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat Nomor:
19920/KS.01/YK Tentang Pertimbangan Teknis Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bandung Kiwari dengan Klasifikasi Kelas
B.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
PERTAMA : Keputusan Direktur tentang Penetapan Program Manajemen
Risiko Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari.
KEDUA : Program Manajemen Risiko Tahun 2022 pada Rumah Sakit Umum
Daerah Bandung Kiwari tercantum dalam lampiran yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : BANDUNG
PADA TANGGAL : 23 MEI 2022

Plt. DIREKTUR RS. UMUM DAERAH


BANDUNG KIWARI

dr. TAAT TAGORE D. RANGKUTI, M.KKK


Pembina Tk I
NIP 19621010 199011 1 003
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR RS UMUM DAERAH
BANDUNG KIWARI
NOMOR : 445/23/SK/RSUDBK/V/2022
TANGGAL : 23 MEI 2022

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BANDUNG KIWARI

Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari


Jl. K H. Wahid Hasyim Nomor. 311
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan pada dasarnya untuk menyelamatkan


pasien sesuai dengan yang diucapkan oleh HIPOCRATES kira – kira
2400 tahun yang lalu yaitu Primum Non nocere (First, do no harm) yaitu
pertama tidak membahayakan dan tidak melakukan ham namun
dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari
semakin menjadi kompleks dan berpotensi terjadinya insiden. Rumah
sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis
dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area baik
manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya
sistem untuk mengendalikan dan mengurangi risiko.
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan
keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian
sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat dalam suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Untuk melakukan antisipasi terhadap kondisi ketidakpastian
dimasa yang akan datang, RSUD Bandung Kiwari dituntut untuk
dapat mengelola risiko yang ada secara teritegrasi dengan program
manajemen risiko dengan pendekatan yang tepat untuk
mengidentifikasi , menganalisis, mengevaluasi dan mengendalikan
risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran RSUD
bandung Kiwari. Manajemen risiko dapat diterapkan ke seluruh unit/
instalasi RSUD Bandung Kiwari.
BAB II
LATAR BELAKANG

Rumah Sakit Umum Daerah Bandung Kiwari sebagai institusi


pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat saat ini berupaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, sehingga RSUD Bandung Kiwari mulai
mengapresiasi pencapaian kualitasnya dengan mengikuti standar ISO
dan akreditasi kementrian kesehatan Republik Indonesia. Untuk itu
seluruh unit kerja RSUD Bandung Kiwari harus mengikuti standar
yang ditetapkan Rumah Sakit untuk mencapai kualitas yang
diharapkan. Untuk menjaga kualitas tersebut maka Komite Mutu
RSUD Bandung Kiwari diharapkan dapat bekerja dengan maksimal
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan RSUD Bandung Kiwari.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan
masyarakat dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka rumah
sakit perlu membuat suatu program manajemen risiko yang
berkelanjutan digunakan untuk melakukan identifikasi dan
mengurangi cedera serta mengurangi risiko lain terhadap keselamatan
pasien dan staf.
Ada beberapa kategori risiko yang dapat berdampak pada rumah
sakit. Kategori ini antara lain dan tidak terbatas pada risiko strategis
(terkait dengan tujuan organisasi), operasional (rencana
pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi, keuangan
(menjaga aset), kepatuhan terhadap hukum dan peraturan serta
reputasi (image yang dirasakan oleh masyarakat), risiko fraud
(kecurangan yang disengaja oleh pihak internal yang merugikan
keuangan Negara). Kategori - kategori risiko ini dapat menjadi salah
satu cara dalam mengidentifikasi risiko-risiko yang ada di RSUD
Bandung Kiwari.
BAB III

TUJUAN

A. Tujuan Umum :

Program Manajemen Risiko Rumah Sakit Umum Daerah Kota


Bandung) ini dibuat sebagai panduan dalam melaksanakan
kegiatan agar dapat memantau pelaksanaan program manajemen
risiko di RSUD Bandung Kiwari.

B. Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan mutu pelayanan klinis RSUD Bandung Kiwari
2. Meningkatkan mutu manajemen RSUD Bandung Kiwari
3. Meningkatkan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien
RSUD Bandung Kiwari
BAB IV

KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. Kegiatan Pokok
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah suatu proses dimana
berbagai resiko diidentifikasi, diukur dan dikendalikan di seluruh
bagian organisasi. Melalui pengelolaan resiko terintergrasi, setiap
keputusan strategik yang diambil selalu berdasarkan atas informasi
yang valid dan reliable. Dengan demikian keputusan itu diharapkan
mampu mengantisipasi secara efektif kejadian-kejadian dimasa
depan dan mengurangi ketidakpastian. Rumah sakit perlu memakai
pendekatan proaktif untuk manajeman risiko dengan melalui proses
sebagai berikut:

Gambar 1
Proses Manajemen Risiko

Bagan diatas menunjukkan dalam melaksanakan program


manajemen risiko ada beberapa kegiatan yaitu:
1. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi risiko secara umum dapat diartikan sebagai proses
interaktif dalam hal tukar menukar informasi dan pendapat yang
mencakup multi pesan mengenai risiko dan pengelolaannya.
Proses ini berjalan secara internal dalam organisasi, instalasi/
unit. Konsultasi dapat dijelaskan sebagai suatu proses
komunikasi antara manajemen dengan unit/ instalasi, mengenai
isu tertentu, terkait dengan pengambilan keputusan termasuk
penerapan manajemen risiko.
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa:
a. Rapat berkala
b. Rapat insidental
c. Sosialisasi/ in house training
d. Koordinasi melalui media elektronik
Pelaksanaan komunikasi dan konsultasi merupakan tanggung
jawab pemilik risiko.

2. Penetapan konteks
Penetapan konteks merupakan artikulasi tujuan dan
mendefinisikan parameter eksternal dan internal untuk
diperhitungkan ketika mengelola risiko, kemudian menetapkan
ruang lingkup dan kriteria risiko untuk prosedur selanjutnya.
Dalam menentukan konteks perlu diperhatikan beberapa hal,
sebagai berikut:
a. Konteks Eksternal
Konteks eksternal merupakan situasi dari luar yang dapat
mempengaruhi cara organisasi dalam mengelola risiko.
b. Konteks Internal
Konteks internal merupakan segala sesuatu dari dalam
organisasi yang dapat mempengaruhi cara organisasi dalam
mengelola risiko
c. Kriteria Risiko
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam mendefinisikan
kriteria risiko sebagai berikut:
1) Sifat dan jenis sebab dan akibat yang dapat terjadi dan
bagaimana akan diukur
2) Bagaimana kemungkinan akan di definisikan
3) Jangka waktu dari kemungkinan dan/atau
konsekuensi
4) Bagaimana tingkat risiko ditentukan
5) Pandangan dari pemangku kepentingan
6) Tingkatan atau bobot risiko yang dapat diterima atau
ditoleransi
7) Apakah kombinasi dari beberapa risiko harus
diperhitungkan, apabila demikian, bagaimana dan
kombinasi apa yang harus dipertimbangkan.

3. Penilaian Risiko
a. Identifikasi Risiko
Kategori risiko sangat penting dalam menjamin identifikasi
risiko yang komprehensif dan pelaporan risiko. Kategori risiko
disusun sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi.

KATEGORI DEFINISI
RISIKO

RISIKO
Terkait dengan tujuan organisasi
STRATEGIS

Disebabkan oleh segala sesuatu yang


RISIKO
menimbulkan tekanan terhadap
KEUANGAN
pendapatan dan belanja organisasi
Disebabkan oleh adanya penetapan
RISIKO kebijakan organisasi baik internal maupun
KEBIJAKAN eksternal yang berdampak langsung
terhadap organisasi
Disebabkan oleh organisasi atau pihak
RISIKO eksternal tidak mematuhi dan atau tidak
KEPATUHAN melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lain yang berlaku

Disebabkan oleh adanya tuntutan hukum


RISIKO LEGAL
kepada organisasi

Disebabkan oleh kecurangan yang


RISIKO FRAUD disengaja oleh pihak internal yang
merugikan keuangan Negara
KATEGORI DEFINISI
RISIKO
Disebabkan oleh menurunnya
RISIKO
kepercayaan publik / masyarakat yang
REPUTASI
bersumber dari persepsi negatif organisasi

A. Disebabkan oleh ketidakcukupan


dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia dan
RISIKO
kegagalan sistem
OPERASIONAL
B. Disebabkan adanya kejadian eksternal
yang mempengaruhi operasional
organisasi

Untuk melaksanakan identifikasi risiko di lingkungan kerja


masing-masing, dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Memahami dan mengidentifikasi kegiatan utama unit kerja
2) Mengidentifikasi tujuan dari masing-masing kegiatan
tersebut
3) Mengumpulkan data dan informasi tentang risiko yang
mungkin terjadi atas kegiatan tersebut, baik risiko yang
pernah terjadi maupun yang belum pernah terjadi
4) Mencari penyebab dari risiko-risiko yang telah
diidentifikasi untuk mendapatkan penyebab utamanya
5) Mengidentifikasikan apakah penyebab tersebut sifatnya
dapat dikendalakan (controllable) atau tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable) bagi unit kerja.
6) Mengidentifikasi dampak jika risiko tersebut terjadi
7) Mengisi hasil identifikasi pada formulir identifikasi risiko
yang disediakan kemenkes.
b. Analisis Risiko
Untuk melaksanakan analisis risiko dilingkungan kerja
masing-masing dengan urutan langkah-langkah:
1) Dapatkan data hasil identifikasi risiko
2) Lakukan evaluasi atas kecukupan desain dan
penyelenggaraan sistem pengendalian internal yang sudah
ada
3) Ukur tingkat probabilitas terjadinya risiko
ANALISIS LEVEL KEMUNGKINAN (PROBABILITAS)

4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi


ANALISIS DAMPAK
5) Hitung tingkat / level risiko yaitu perkalian probabilitas
dangan dampak
MATRIKS ANALISIS RISIKO

DAMPAK (severity)

MATRIK ANALISIS 1 2 3 4 5
RISIKO SANGAT SANGAT
RENDAH SEDANG TINGGI
RENDAH TINGGI
HAMPIR
5 PASTI 5 10 15 20 25
TERJADI
SERING
4 4 8 12 16 20
TERJADI
KEMUNGKINAN
MUNGKIN
(PROBABILITY / 3 3 6 9 12 15
LIKELIHOOD) TERJADI

JARANG
2 2 4 6 8 10
TERJADI
HAMPIR
1 TIDAK 1 2 3 4 5
TERJADI

6) Buat peringkat risiko untuk menentukan apakah risiko


tersebut termasuk risiko sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi atau sangat tinggi
7) Isikan hasil analis ke dalam formulir analisis risiko
8) Dari risiko-risiko tersebut selanjutnya dibuat peta risiko

c. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil
analisa risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan
apakah risiko dapat diterima atau ditoleransi.
Tujuan evaluasi risiko adalah untuk membantu dalam
membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko,
berkaitan dengan risiko yang memerlukan prioritas
penanganannya. Evaluasi risiko menggunakan perbandingan
tingkat risiko yang ditemukan selama prosedur analisis
dengan kriteria risiko yang dibuat ketika konteksnya
ditetapkan. Berdasarkan perbandingan ini, penanganan perlu
dipertimbangkan. Keputusan harus mempertimbangkan
konteks yang lebih luas dari risiko dan mencakup
pertimbangan toleransi risiko yang ditanggung oleh pihak lain
selain manfaat risiko bagi organisasi.

4. Penanganan/Pengelolaan risiko
Penanganan risiko menggunakan pemilihan satu atau lebih
pilihan untuk memodifikasi risiko, dan melaksanakan pilihan
tersebut. Setelah diimplementasikan penanganannya atau
modifikasi proses pengendalian risiko.
Penanganan risiko terdiri atas siklus prosedur sebagai berikut:
a. Menilai penanganan risiko;
b. Memutuskan apakah tingkat risiko residual yang ada;
c. Jika tidak ditoleransi, menghasilkan penanganan, risiko baru,
dan
d. Menilai efektifitas penanganan itu
Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau
tepat dalam segala situasi. Pilihan yang dapat dilakukan
mencakup hal berikut:
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai
atau melanjutkan dengan kegiatan yang menimbulkan risiko;
b. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan
peluang;
c. Menghilangkan sumber risiko;
d. Mengubah kemungkinan;
e. Mengubah konsekuensi;
f. Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu termasuk
kontrak dan pembiayaan risiko),dan
g. Mempertahankan risiko dengan keputusan.
Kegiatan pengendalian adalah langkah lanjutan dari hasil
penilaian risiko. Setelah risiko diidentifikasi dalam register risiko,
maka perlu diidentifikasi pula pengendalian yang telah ada serta
pengendalian yang perlu dirancang dalam rangka mengelola
risiko sesuai dengan risk appetite pemilik risiko. Identifikasi
pengendalian yang sudah ada dimaksudkan untuk menilai
apakah pengendalian tersebut sudah efektif atau belum untuk
mengatasi risiko yang mungkin terjai. Jika tidak efektif atau
kurang efektif, maka perlu dibangun/dirancang pengendalian
yang baru. Alat/sarana pengendalian dapat berupa kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur yang diharapkan dapat
meminimal terjadinya risiko sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
Langkah-langkah dalam merancang kegiatan pengendalian
adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penilaian risiko, pemilik risiko
mengidentifikasi apakah kegiatan pengendalian yang ada telah
efektif untuk meminimalisasi risiko.
b. Kegiatan pengendalian yang telah ada tersebut perlu dinilai
efektivitasnya dalam rangka mengurangi probabilitas
terjadinya risiko (abatisasi) maupun mengurangi dampak
risiko (mitigasi).
c. Selain itu, juga perlu diperhatikan ada/ tidaknya pengendalian
alternatif (compensasing control) yang dapat mengurangi
terjadinya risiko.
d. Terhadap risiko yang belum ada kegiatan pengendaliannya
maupun yang telah ada, namun dinilai kurang atau tidak
efektif, perlu dirancang kegiatan pengendalian yang baru/
merevisi kegiatan pengendalian yang sudah ada.
e. Menerapkan kegiatan pengendalian yang telah dirancang
dalam mengelola risiko.
f. Identifikasi kecukupan dan efektifitas pengendalian yang
sudah ada dan rencana kegiatan pengendalian yang
baru/revisi didokumentasikan dalam formulir analisis
kecukupan dan rencana kegiatan pengendalian.

5. Monitoring dan reviu


Monitoring dan reviu adalah bagian dari proses manajemen risiko
yang memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan fungsi
manajemen risiko memang berjalan dengan baik. Monitoring
adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses
manajemen risiko dibandingkan dengan rencana yang akan
dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau pengkajian berkala
atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
Monitoring dan reviu merupakan bagian yang mendasar dan
sangat penting dalam proses manajemen risiko, terutama dalam
proses manajemen risiko bagi keseluruhan organisasi.
Pelaksanaan monitoring dan reviu secara berkelanjutan
bertujuan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap
pencapaian sasaran penerapan system manajemen risiko secara
keseluruhan.
Pelaksanaan monitoring dilaksanakan oleh komite mutu rumah
sakit, komite K3RS dan komite PPI, hasil monitoring dilaporkan
kepada jajaran direksi RSUD Bandung Kiwari untuk ditindak
lanjuti oleh unit/instalasi.

B. Jenis Kegiatan
a. Sosialisasi kepada unit/instalasi tentang manajemen risiko
b. Membuat daftar risiko tiap unit/Instalasi
c. Membuat risk register korporat Tahunan RSUD Bandung
Kiwari
d. Melakukan Rapat koordinasi Tahunan manajemen risiko
e. Melakukan pengawasan manajemen risiko rumah sakit
f. Membuat laporan kegiatan pengawasan setiap 6 bulan
g. Membuat FMEA (Failure Methode Effect Analysis)
h. Membuat Kebijakan Strategi Manajemen Risiko
BAB V

CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Sosialisasi kepada unit/instalasi tentang manajemen risiko.


2. Membuat daftar risiko tiap unit/Instalasi.
3. Melakukan pendampingan unit/ instalasi dalam
penyusunan manajemen risiko unit.
4. Membuat risk register tahunan RSUD Bandung Kiwari.
5. Membuat peta risiko RSUD Bandung Kiwari.
6. Melakukan koordinasi dengan unit/instalasi dalam
pelaksanaan pengendalian risiko unit/instalasi.
7. Melakukan koordinasi dengan komite PPI dan komite K3RS.
8. Melakukan pengawasan manajemen risiko bersama komite
PPI dan komite K3RS.
9. Membuat laporan pengawasan manajemen risiko terintegrasi
bersama komite PPI dan komite K3RS.
10. Melakukan pendampingan dalam pemantauan manajemen
risiko unit melalui supervisi rutin komite mutu rumah sakit.
11. Membuat kebijakan strategis manajemen rumah sakit dan
menganalisa semua risiko yang ada untuk menentukan Risk
Priority Number (RPN).
12. Koordinasi dengan jajaran direksi untuk menentukan topik
FMEA sesuai dengan nilai risk priority number (RPN).
13. Melaksanakan rapat koordinasi dengan pihak terkait dalam
pembuatan FMEA.
14. Melaksanakan hasil FMEA.
BAB VI

SASARAN

1. Manajemen Risiko terlaksana pada semua Unit / Instalasi di


RSUD Bandung Kiwari.
2. Kejadian insiden dapat ditekan seminimalisir mungkin
BAB VII

JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

NO KEGIATAN JAN FEB M AR APR M EI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES
1 Sosialisasi kepada unit/instalasi
tentang manajemen risiko.

2 Membuat daftar risiko tiap


unit/Instalasi.

3 Melakukan pendampingan unit/


instalasi dalam penyusunan
manajemen risiko unit.

4 Membuat risk register tahunan


RSUD Bandung Kiwari.
5 Membuat peta risiko RSUD Bandung
Kiwari.
6 Melakukan koordinasi dengan
unit/instalasi dalam pelaksanaan
pengendalian risiko unit/instalasi.

7 Melakukan pemantauan risiko unit


dan pelaksanaan pengendalian
risiko unit melalui supervisi komite
mutu
8 Membuat laporan pemantauan
manajemen risiko setiap 6 bulan
diserahkan kepada direktur
NO KEGIATAN JAN FEB M AR APR M EI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES

9 Melakukan koordinasi dengan


komite PPI dan komite K3RS.

10 Melakukan pengawasan
manajemen risiko bersama komite
PPI dan komite K3RS.

11 Membuat laporan pengawasan


manajemen risiko terintegrasi
bersama komite PPI dan komite
K3RS.
12 Membuat kebijakan strategis
manajemen rumah sakit dan
menganalisa semua risiko yang ada
untuk menentukan Risk Priority
Number (RPN).

13 Koordinasi dengan jajaran direksi


untuk menentukan topic FMEA
sesuai dengan nilai risk priority
number (RPN).

14 Melaksanakan rapat koordinasi


dengan pihak terkait dalam
pembuatan FMEA.

15 Melaksanakan hasil FMEA


BAB VIII

EVALUASI PELAKSANAN KEGIATAN

Evaluasi adalah bagian dari proses manajemen risiko yang


memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan fungsi
manajemen risiko memang berjalan dengan baik. Monitoring
adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual proses
manajemen risiko dibandingkan dengan rencana yang akan
dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau pengkajian berkala
atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian yang mendasar dan
sangat penting dalam proses manajemen risiko, terutama dalam
proses manajemen risiko bagi keseluruhan organisasi.
Pelaksanaan monitoring dan reviu secara berkelanjutan
bertujuan untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap
pencapaian sasaran penerapan system manajemen risiko secara
keseluruhan.
Pelaksanaan monitoring dilaksanakan oleh komite mutu rumah
sakit, komite K3RS dan komite PPI, hasil monitoring dilaporkan
kepada jajaran direksi RSUD Bandung Kiwari untuk ditindak
lanjuti oleh unit/instalasi.
Evaluasi Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berkala dalam
waktu satu tahun.
BAB IX

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pelaksanaan manajemen risiko di setiap unit/ Instalasi Rumah Sakit


Umum Daerah Bandung Kiwari, terdiri dari:
a. Pengisian tabel identifikasi risiko tiap unit/Instalasi
b. Pengisian tabel analisis risiko tiap unit/Instalasi
c. Pengisian analisis kecukupan pengendalian yang ada dan
rencana kegiatan pengendalian tiap unit/Instalasi
d. Pengisian profil risiko tiap unit/Instalasi
e. Pengisian tabel pemantauan pengendalian risiko tiap
unit/Instalasi
f. Pelaporan pelaksanaan Failure Mode and effect Analysis
(FMEA).
g. Pembuatan risk register RSUD Bandung Kiwari
h. Pembuatan Peta risiko RSUD Bandung Kiwari

Anda mungkin juga menyukai