Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

HERPES ZOSTER

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Moderator :

dr. Afaf Agil Al Munawar, SpKK

Disusun Oleh :

M.Abby Wicaksono 1420221155

Dipresentasikan pada Tanggal 4 September 2017

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Periode 7 Agustus 2017 – 8 September 2017


LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Laporan kasus dengan judul :

HERPES ZOSTER

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Disusun Oleh:

M.Abby Wicaksono 1420221155

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Afaf Agil Al Munawar, SpKK ....................... .............................

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................iv

BAB 1 STATUS PASIEN ............................................................................................ 5


A. IDENTITAS PASIEN....................................................................................... 5
B. ANAMNESIS .................................................................................................... 5
C. STATUS GENERALISATA ............................................................................ 6
D. STATUS DERMATOLOGIKUS .................................................................... 6
E. RESUME ........................................................................................................... 7
F. DIAGNOSA KERJA......................................................................................... 8
G. PENATALAKSANAAN .................................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 9


DEFINISI .................................................................................................................. 9
ETIOLOGI ............................................................................................................... 9
TRANSMISI ........................................................................................................... 10
PATOGENESIS ..................................................................................................... 10
GEJALA KLINIS .................................................................................................. 11
DIAGNOSIS ........................................................................................................... 12
DIAGNOSIS BANDING ....................................................................................... 12
PENTALAKSANAAN ........................................................................................... 12
KOMPLIKASI ....................................................................................................... 13
PENCEGAHAN ..................................................................................................... 14
PRGONOSIS .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

3
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus dengan
judul HERPES ZOSTER yang merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan
kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Afaf
Agil Al Munawar, SpKK selaku pembimbing dalam pembuatan laporan kasus ini dan
berbagai pihak yang telah membantu pembuatan laporan kasus ini. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan teman-teman sejawat dokter muda
yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga terselesaikannya presentasi kasus.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca.

Jakarta, Agustus 2017

Penulis

4
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas pasien


Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Alamat : Depok
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Tanggal Pemeriksaan : 23 Agustus 2017

1.2 Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 23 Agustus 2017
Keluhan Utama: Lenting lenting yang terasa nyeri di punggung dan pundak kiri

Keluhan Tambahan: Gatal, panas, dan perih pada daerah lenting. Badan terasa Pegal
Pegal

Riwayat Penyakit Sekarang:


Sejak 3 hari yang lalu, pasien mengeluhkan muncul kemerahan pada daerah
punggung sebelah kiri. Pasien juga merasa badan menjadi pegal-pegal, pusing dan badan
lemah. Lalu timbul lentingan berisi cairan pada punggung dan pundak sebelah kiri sekitar
2 hari yang lalu. Pasien mengatakan pada daerah lenting terasa nyeri, panas, dan gatal.
Nyeri semakin hebat ketika pada daerah lenting tersentuh ataupun tersenggol, sehingga
pasien sering sulit tidur .Nyeri juga menjalar sampai ke tangan kiri sehingga menggangu
aktivitas pasien.
Pasien mengatakan ini merupakan kejadian yang pertama kali. Pasien belum
berobat ke dokter, ia hanya meminum paracetamol untuk mengatasi gejala pegal pegal.

Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah menderita cacar air pada usia muda.

5
1.3 Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik.

Kesadaran : Compos mentis.

Tanda Vital

Suhu : Subfebris

Kepala : Normocephali.

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-.

Hidung : Simetris, deviasi septum (-), secret (-).

Telinga : Liang telinga lapang, tidak ada secret dan pus.

Mulut : Bibir tidak sianosis.

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

Thorak : Tidak dilakukan pemeriksaan

Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat, udem (-).

Status Dermatologikus

Gambar.1 Papul Vesikel Bula setinggi dermatom T1

6
Gambar.2 Tampak Papul Vesikel dan Bula dengan dasar bercak eritematosa.

Lokasi : Pundak dan Punggung Kiri

Efloresensi: Tampak papulo vesikel dan bula berkelompok, dengan distribusi lesi
setinggi dermatom T1 sinistra, dengan dasar bercak bercak Eritematosa.

1.4 Pemeriksaan penunjang


Tidak ada

1.5 Resume
Ny H, 58 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSPAD dengan keluhan Lenting
yang terasa nyeri di pundak dan punggung Kiri . Sejak 3 hari SMRS pasien merasakan
pegal pegal, pusing dan badan lemah. Sejak1 hari SMRS nyeri terasa semakin hebat dan
menjalar ke tangan kiri.
Status generalis dalam batas normal. Status dermatologikus pada pundak dan punggung
dengan dermatom setinggi T1. Efloresensi tampak papulo vesikel berkelompok, dengan
distribusi lesi setinggi dermatom T1 sinistra, dengan dasar bercak bercak Eritematosa

7
1.6 Diagnosis kerja
Herpes Zooster Torakalis Sinistra

1.7 Diagnosis banding


Tidak ada

1.8 Pemeriksaan anjuran


Tzank Smear Test

1.9 Penatalaksanaan
 Non Medikamentosa
 Istirahat cukup
 Menjaga kebersihan tubuh, terutama daerah lesi perlu dibersihkan dan jangan digaruk
agar vesikel tidak pecah.

 Medikamentosa
 Sistemik:
 Asiklovir 5 x 800 mg per hari diberikan selama 7 hari
 Asam Mefenamat tablet 3 x 500 mg per hari diberikan selama 5 hari.
 Mecobalamin tablet 3x500 mg per hari
 Topical:
 Bedak Salisilat 2%
 Gentamicyn krim 0,1% diberikan pada lenting yang pecah.

1.10 Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam.
 Quo ad functionam : ad bonam.
 Quo ad sanationam : ad bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HERPES ZOSTER

2.1 Definisi

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (VZV) yang

menyerang kulit dan mukosa. Herpes zoster merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

infeksi primer.1,2

2.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini merupakan reaktivasi dari virus

setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela. Terkadang varisela terjadi secara subklinis.1

Sekitar 4% penderita herpes zoster mengalami episode berulang setelahnya. Herpes

zoster yang berulang hampir khas terjadi pada penderita dengan sistem imun yang rendah.

Sekitar 25% penderita dengan HIV dan 7-9% penderita yang mendapatkan transplantasi

ginjal atau jantung mengalami episdoe berulang.2

Faktor resiko herpes zoster biasanya pada orang tua diatas 60 tahun dan pada orang-

orang yang mengalami penurunan sistem imun seperti pada individu dengan HIV, sedang

menajalani kemoterapi, mendapat transplantasi sumsum tulang, dengan menggunakan

kortikosteroid, penderita kanker 3,2, dengan terapi imunosupresif, dengan infeksi primer VSV

pada infant dimana respon imun normal masih rendah, penderita sindrom inflamasi

rekonstitusi imun (IRIS), dan penderita leukimia limpositis akut dan individu dengan

keganasan lain.2

2.3 Etiologi

VZV merupakan virus dengan DNA berantai ganda berselimut yang termasuk dalam

famili Herpesviridae. Pada manusia, infeksi primer terjadi saat virus kontak dengan mukosa

saluran pernapasan atau konjungtiva. Dari tempat-tempat kontak tersebur virus lalu menyebar

9
ke seluruh tubuh melalui serat saraf sensoris menuju sel akar ganglia dorsal dimana virus

akan menjadi dorman.2

Reaktivasi VZV yang telah menjadi dorman, sering dalam puluhan tahun setelah

infeksi primer dalam bentuk varisela, menjadi herpes zoster. Penyebab pasti timbulnya

reaktivasi tersebut masih belum diketahui, akan tetapi mungkin penyebabnya adalah salah

satu atau kombinasi dari beberpa faktor seperti eksposur eksternal dengan VZV, proses

penyakit akut atau kronis (Terutama infeksi dan keganasan), beberapa jenis pengobatan, dan

stres emosional.2

Alasan mengapa hanya satu akar ganglion dorsal saja yang mengalami reaktivasi virus

sementara tidak terjadi reaktivasi pada ganglia lain masih belum jelas. Menurunya imunitas

seluler diperkirakan meningkatkan resiko aktivasi kembali, dimana keadaan tersebut

meningkat sesuai dengan usia.2

2.4 Transmisi

Herpes zoster tidak dapat menular dari seseorang yang mengalami ke orang lain.

Namun VZV dapat menular ke orang lain yang belum pernah mengalami varisela atau cacar

air karena jika orang tersebut tertular VSV maka manifestasinya berupa varisela.2,4

VSV pada orang yang mengalami herpes zoster berada pada vesikel herpes, dan orang

dapat tertular VSV jika menyentuh atau kontak dengan ruam maupun cairan pada vesikel

yang melepuh, namun pada saat vesikel belum terbentuk atau saat telah mengering menjadi

krusta merupakan saat dimana VSV tidak dapat menular lagi.3,4

2.5 Patogenesis

Infeksi VZV menyebabkan 2 sindrom yang berbeda. Infeksi primer, varisela, adalah

penyakit demam yang menular biasanya ringan. Setelah infeksi primer selesai, partikel virus

menetap di ganglia saraf perifer dimana virus menjadi dorman untuk beberapa tahun hingga

puluhan tahun. Pada periode tersebut, mekanisme pertahanan tubuh induk menekan replikasi

virus, akan tetapi VZV teraktivasi kembali saat mekanisme pertahanan tubuh induk gagal
10
menekan replikasi virus. Kegagalan tersebut dapat disebabkan oleh banyak keadaan, mulai

dari stres hingga imunosupresif berat, terkadang juga diikuti dengan trauma langsung. Virema

VZV terjadi saat infeksi primer, namun dapat juga muncul pada fase reaktivasi dengan

jumlah virus yang lebih sedikit. 1,5

Setelah VZV teraktivasi kembali, terjadi respon inflamasi di akar ganglion dorsal

yang dapat diikuti dengan nekrosis hemoragik dari sel saraf menyebabkan kehilangan

neuronal atau fibrosis. Frekuensi efek pada kulit berkorelasi dengan distribusi sentripetal dari

lesi varisela. Pola ini menunjukkan latensi mungkin terjadi akibat penyebaran penularan virus

saat varisela dari kulit yang terinfeksi dari darah saat fase viremik dari varisela, dan frekuensi

dermatom yang terkena efek herpes zoster mungkin merupakan ganglia yang paling sering

terkena stimuli reaktivasi. 2,4

2.6 Gejala Klinis

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah toraks. Gejala prodromal dapat

berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik seperti demam atau pusing. Gejala

lokal berupa gatal dan nyeri atau neuralgia pada daerah dermatom yang terkena. Nyeri yang

terjadi merupakan salah satu ciri khas dari herpes yang dapat dibedakan menjadi preherpetic

neuralgia dan post herpetic neuralgia karena nyeri dapat menetap setelah penyakit sembul

dapat berlangsung berbulan-bulan hingga menahun.1

Kemudian eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel herpetiformis dengan

dasar eritematus dan edema terbatas pada kulit yang terinervasi saraf sensoris yang terasa

nyeri. Vesikel tersebut berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi

pustul dan krusta. Terkadang vesikel mengandung darah yang disebut sebagai herpes zoster

hemoragik. Dapat pula menimbulkan infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan

penyembuhan berupa sikatrik. 1,4

Perlu diingat bahwa herpes zoster dapat terjadi pada lebih dari satu dermatom dan

11
mungkin saja bilateral (zoster multiplex). Frekuensi terjadinya zoster pada lebih dari satu

dermatom meningkat pada populasi yang imunokompromis. Terkadang pasien mengeluh

nyeri pada distribusi dermatom tanpa adanya lesi (zoster sine herpete). ,2,4

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis

didapatkan keluhan berupa ruam atau vesikel berkelompok yang kemudian pecah disertai

nyeri. Selain itu dapat pula kronologis ruam seperti gejala prodromal yang dirasakan.

Pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami sedikit demam namun bisa berbeda pada tiap

individu kemudian dapat dilihat pada inspeksi kulit kelainan berupa vesikel bergerombol

diatas kulit eritema yang sebagian dapat mengalami eksoriasi dan tertutup krusta. 1,2

2.8 Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding dari herpes zoster adalah herpes simpleks dimana pada

herpes simpleks terdapat perbedaan pada tempat predileksinya yaitu pada herpes simplek

berulang di tempat yang sama terutama pada regio sacrum sedangkan herpes zoster tidak,

angina pektoris bila dermatom yang terserang setinggi jantung sehingga menimbulkan nyeri

pada daerah yang mirip dengan angina pektoris2. Diagnosis banding lainnya adalah dermatitis

kontak iritan dimana pada dermatitis kontak iritan tidak terdapat gejala prodormal, dan lesi

tidak sesuai dengan dermatom3, dermatitis kontak alergika, varisela, folikulitis, gigitan

serangga, liken striatus, kontak stomatitis, infeksi cowpox, ektima, erisipelas, erisipeloid, dan

sengatan ubur-ubur2.

2.9 Penatalaksanaan

Kejadian herpes zoster biasanya dapat sembuh tanpa intervensi, dan cendrung lebih

jinak pada anak-anak ketimbang orang dewasa. Pengobatan herpes zoster dilakukan untuk

mempercepat penyembuhan dan mengurangi resiko komplikasi.4

Penatalaksanaan herpes zoster ada dua yaitu penatalaksanaan tanpa obat dan dengan

12
obat4. Penatalaksanaan tanpa obat adalah dengan melakukan beberapa hal berikut yaitu

menjaga agar lesi tetap bersih dengan membersihkan dengan air dan sabun untuk

menghindari infeksi sekunder, lindungi lesi dengan memakai pakaian bersih dan tidak ketat.4

Penatalaksanaan dengan obat bersifat simtomatik, untuk mengobati nyeri diberikan

analgetik sedangkan untuk infeksi sekunder diberikan antibiotik. Terapi dengan antiviral

bertujuan untuk mempersingkat waktu penyakit serta menurunkan keparahan dari penyakit4.

Obat antiviral yang biasa digunakan adalah acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir. Dosis

acyclovir adalah 800mg yang diberikan 5 kali sehari dalam 7 hari. Sedangkan dosis

famsciclovir diberikan 3x250 mg sehari dan valacyclovir diberikan 3x1000mg sehari1.

Penatalaksanaan dengan obat topikal bergantung pada stadium. Jika masih stadium

vesikel, vesikel dapat diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya

vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Jika terdapat ulserasi dapat diberikan salep

antibiotik1.

2.10 Komplikasi

Postherpetic neuralgia (PHN) merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering

terjadi, ditemukan pada 50% penderita berusia 60 tahun keatas. PNH dapat terjadi akibat

nyeri pada herpes zoster yang berkelanjutan, atau dapat terjadi setelah resolusi dari reaktivasi

herpes zoster sebelumnya. Nyeri dapat berlangsung berbulan-bulan hingga menahun.

Patofisiologi dari PNH mungkin melibatkan keruskan saraf perifer atau aktivitas virus yang

berkelanjutan.1

Herpes zoster yang melibatkan CN V1 (contohnya HZO) dapat menyebabkan

konjungtivitis, keratitis, ulserasi kornea, iridosiklitis, glukoma, dan penurunan akuitas

pengelihatan bahkan kebutaan. Dengan terlibatnya organ okuler, maka diperlukan pemberian

anti-viral jangka panjang.2

13
2.11 Pencegahan

Pada anak dengan imunokompeten yang pernah menderita varisela maka tidak

diperlukan tindakan pencegahan. Pencegahan diberikan kepada mereka yang memiliki resiko

tinggi menderita varisela yang fatal seperti pada neonatus, pubertas, dan dewasa dengan

tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala varisela. Biasanya pencegahan diberikan melalui

vaksin.3

2.12 Prognosis

Lesi umumnya sembuh dalam 10-15 hari. Prognosis pada orang yang lebih muda dan

lebih sehat sangat baik, sementara pada lansia memiliki resiko komplikasi yang lebih tinggi 2.

Pada orang dengan imunokompeten pada umumnya baik dan sembuh tanpa komplikasi

namun pada orang dengan imunokompromisangka mortalitas dan morbiditasnya signifikan.1,3

Herpes zoster jarang menimbulkan kematian pada pasien yang imunokompeten,

namun dapat mengancam nyawa pada penderita dengan sistim imun yang sangat rendah.

Herpes zoster pada pasien dengan sistim imun yang rendah dapat menyebabkan kematian

karena ensepalitis, hepatitis, atau pneumoitis. Resiko kematian pada penderita dengan sistim

imun yang sangat rendah berkisar antara 5-15%.2

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko R.P.. “Penyakit Virus”. dalam Djuanda A., Kosasih A., Wiryadi B.E.,
Nathasuda E.C., Sjamsoe-Daili E., Effendi E.H., dkk. “Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin”. edisi ke 7. Jakarta: Penerbit FK UI;2015. Hal. 121-254.
2. Janniger C.K.. “Herpes Zoster”. WebMD LLC; [diperbaharui pada 26 Februari
2013; dikutip pada 23 Agustus 2017]. Dikutip dari:
(http://emedicine.medscape.com/article/1132465-overview).
3. Kenneth E. Schmader; Michael N. Oxman. Varicella and Herpes Zoster. In : Wolff
K, Goldsmith L, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine : 8th ed.
New York : McGraw-Hill, 2012 : 1885-1898.

4. “Observer Extra : Herpes Zoster”. (Dikutip pada 23 Agustus


2017) Available from
(http://www.acpinternist.org/archives/2007/03/herpes.pdf).

5. Melton CD. Herpes Zoster. Emedicine World Medical Library:


http//www.emedicine.com/herpeszoster (diunduh pada 4 September 2017)

Anda mungkin juga menyukai