Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN UPAYA PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK


MENULAR PENYULUHAN “GOUT ARTRITIS ”

Oleh :

dr. Galih Suharno

Pendamping :

dr. H. Sartono, MM

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS PEMARON

2018

97
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


DAN TIDAK MENULAR (F5)

GOUT ARTRITIS

DI PUSKESMAS PEMARON

Brebes, 5 Juli 2018

Peserta Program Internsip Dokter Indonesia Pendamping Program


Internsip Dokter Indonesia

dr. Galih Suharno dr. H. Sartono, MM

98
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout atau dalam istilah awamnya “asam urat” adalah suatu kondisi dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat, sehingga kristal asam urat yang
berlebihan akan menumpuk di jaringan tubuh. Gout ditandai dengan
peningkatan kadar asam urat dalam tubuh dan menyebabkan inflamasi
(radang) pada persendian (artritis). Gout kronik (jangka panjang) dapat
menyebabkan penumpukan asam urat didalam dan sekitar persendian,
menurunkan fungsi ginjal dan membentuk batu ginjal.

Arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan


perempuan, puncaknya pada dekade ke-5. Di Indonesia, arthritis gout terjadi
pada usia yang lebih muda, sekitar 32% pada pria berusia kurang dari 34
tahun. Pada wanita, kadar asam urat umumnya rendah dan meningkat setelah
usia menopause. Prevalensi arthritis gout di Bandungan, Jawa Tengah,
prevalensi pada kelompok usia 15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7%
dan wanita 0,05%. Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout
sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50%
penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah keadaan
menjadi lebih parah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Gout Artritis
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gambaran klinis dan
komplikasi Gout Artritis

99
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
penanganan Gout Artritis
.
1.2.2 Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internship di Puskesmas
Pemaron

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai


penyakit gout artritis antara lain pengertian gout artritis, gambaran klinis,
serta komplikasi gout artritis sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penanganan terhadap penyakit gout artritis.

1.3.2 Bagi Tenaga Medis

Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran


masyarakat tentang gout artritis meliputi pengertian, tanda dan gambaran
klinis, komplikasi serta pencegahan dan penanganan gout artritis.

100
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat


agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya
dengan perilaku yang aman atau paling berisiko rendah. Program
Promosi Kesehatan tidak dirancang “di belakang meja”. Supaya
efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan

sehari-hari masyarakat sasaran setempat.7

Program promosi menekankan aspek “bersama masyarakat”.


Maksudnya adalah (i) bersama dengan masyarakat fasilitator
mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk
memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan, dan inginkan, (ii)
bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang
menarik untuk perilaku yang berisiko, serta (iii) bersama dengan
masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan

memantau dampaknya secara terus-menerus.7

2.2 Media Promosi Kesehatan

1. Definisi Media/ Alat Peraga8

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat


diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat
dilihat, didengar, diraba, atau dicium, untuk memperlancar komunikasi
dan penyebar-luasan informasi. Biasanya alat peraga digunakan secara

101
kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan
sebagainya.
2. Jenis Media/ Alat Peraga8
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

- Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya, baik hidup


maupun mati. Termasuk dalam macam alat peraga antara lain :
1. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas
tinja, dsb.
2. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan
seperti cacing dalam botol pengawet, dll.
3. Sampel, yaitu contoh benda sesungguhnya untuk
diperdagangkan seperti oralit, dll.

- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga
dalam promosi kesehatan. Hal ini karena menggunakan benda
asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, palstik, dan
lain-lain.
- Gambar, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan yang
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Gambar alat optic, seperti foto, slide, film, dll.

2.3 Penyerapan Materi dalam Promosi Kesehatan

Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera


ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Oleh
karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila
ia menggunakan lebih dari satu indera.

102
2.4 Metode Penyuluhan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan

penyuluhan kesehatan adalah :8

1) Metode Ceramah

Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu


ide, pengertian, atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2) Metode Diskusi Kelompok

Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan


tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran)
dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3) Metode Curah Pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di amna setiap


anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-
pendapat tadi dilakukan kemudian.

4) Metode Panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan


pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau
lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5) Metode Bermain Peran

103
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia
dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih
untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6) Metode Demonstrasi

Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan


prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7) Metode Simposium

Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5


orang dengan topic yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8) Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk


membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.

104
2.5 DEFENISI

Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium


urat monohidrat di jaringan akibat adanya supersaturasi asam urat. Gout ditandai
dengan peningkatan kadar urat dalam serum, serangan artritis gout akut,
terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat.
Tofus adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam
urat yang keras, tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan. Tofus
merupakan komplikasi kronis dari hiperurisemia akibat kemampuan eliminasi urat
tidak secepat produksinya. Tofus dapat muncul di banyak tempat, diantaranya
kartilago, membrana sinovial, tendon, jaringan lunak dan lain-lain.

2.6 EPIDEMIOLOGI

Arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan,


puncaknya pada dekade ke-5. Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang
lebih muda, sekitar 32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita,
kadar asam urat umumnya rendah dan meningkat setelah usia menopause.
Prevalensi arthritis gout di Bandungan, Jawa Tengah, prevalensi pada kelompok
usia 15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%. Di
Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik
tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5
tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.

2.7. ETIOLOGI

Gejala arthritis gout akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan


terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat
dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolic.
Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat
regenerasi sel. Beberapa orang dengan gout membentuk lebih banyak asam urat
dalam tubuh nya (10%). Sisanya (90%), tubuh anda tidak efektif membuang asam
urat melalui air seni. Genetik, jenis kelamin dan nutrisi (peminum alkohol,
obesitas) memegang peranan penting dalam pembentukan penyakit gout.

105
2.8.PATOGENESIS

Gout Primer (90% dari semua kasus): Mayoritas bersifat idiopatik (>95%),
memiliki pewarisan yang multifaktorial dan berkaitan dengan produksi berlebih
asam urat dengan ekskresi asam urat yang normal atau meningkat atau produksi
asam urat yang normal dengan ekskresi yang kurang; penggunaan alkohol dan
obesitas merupakan faktor predisposisi. Kasus primer dengan persentase yang
kecil berkaitan dengan defek enzim tertentu (misalnya defisiensi parsial enzim
HGPRT [hypoxanthine-guanine phosphoribosyltransferase] yang berkaitan
dengan kromosom X).
Gout Sekunder (10% dari semua hasus): Sebagian besar berkaitan dengan
peningkatan pergantian asam nukleat yang terjadi pada hemolisis kronik,
polisitemia, leukemia dan limfoma. Yang lebih jarang ditemukan adalah
pemakaian obat-obatan (khususnya diuretik, aspirin, asam nikotinat dan etanol)
atau gagal ginjal kronik yang menimbulkan hiperurisemia simtomatik. Intoksikasi
timbal (timah hitam) dapat menyebabkan penyakit saturnine gout. Kadang-kadang
defek enzim tertentu yang menyebabkan penyakit von Gierke (penyakit simpanan
glikogenlglycogen storage disease tipe I) dan sindrom Lesch-Nyhan (dengan
defisiensi total HGPRT yang hanya terlihat pada laki-laki serta disertai defisit
neurologis) menimbulkan keluhan dan gejala penyakit gout.

2.9. GAMBARAN KLINIS

1. Hiperurisemia asimptomatik
 Pada stadium ini kadar asam urat tinggi.
 Tidak ada gejala arthritis, tofi, urolitiasis.

2. Arthritis gout akut


 Perjalanannya eksplosif, diduga ada faktor presipitasi.
 Serangan bersifat monoartikuler.

106
 50% lokasi pada MTP 1.
 Serangannya biasanya pada malam hari.
 Self-limiting dalam 10 hari -> jika diobati sembuh dalam 3 hari.
 Kadar asam urat tidak selalu tinggi dalam darah.
 Pada pria timbul pada usia 30-45tahun, wanita pada saat pasca
menopause.

3. Interkritikal gout
 Fase tenang setelah serangan pertama.
 Berlangsung 6 bulan-2 tahun, bahkan sampai 5 atau 10 tahun.
 Pada fase ini dapat terjadi kerusakan sendi.

4. Arthritis pirai kronik dengan tofus


 Mulai dari serangan pertama sampai kronisitas memerlukan
waktu 11 tahun.
 Serangan bersifat poliartikuler.
 Tofus terbentuk bila kadar asam urat >9mg%, terdiri dari
monosodium urat yang dikelilingi oleh sel inflamasi.
 Lokasi tofus: tulang rawan, tendon, sinovial, lemak, katup
mitral, miokard, mata dan laring.
 Tofus subkutan bisa ditemukan pada jari, pergelangan tangan,
telinga, prepatella dan olekranon.

2.10. DIAGNOSIS

Menurut criteria ACR ( American Collage of Rheumatology ) diagnosis dapat


ditegakkan jika:
1. menemukan monosodium urat dalam cairan sinovial atau
2. ditemukan tofus yang mengandung kristal MSU atau
3. ditemukan 6 dari 12 kriteria dibawah ini:

107
a. inflamasi maksimal hari pertama
b. arthritis monoartikuler
c. kulit diatas sendi kemerahan
d. bengkak + nyeri pada MTP1
e. dicurigai tofi
f. hiperurisemia
g. pembengkakan sebuah sendi asimetrik pada foto roentgen
h. kista subkortikal tanpa erosi pada foto roentgen
i. kultur cairan sendi selama serangan inflamasi negative

2.11. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Radiologi

1. Foto Polos

Foto polos dapat digunakan untuk mengevaluasi gout, namun, temuan


umumnya baru muncul setelah minimal 1 tahun penyakit yang tidak terkontrol.
Bone scanning juga dapat digunakan untuk memeriksa gout, temuan kunci pada
scan tulang adalah konsentrasi radionuklida meningkat di lokasi yang terkena
dampak.

Pada fase awal temuan yang khas


pada gout adalah asimetris
pembengkakan di sekitar sendi
yang terkena dan edema jaringan
lunak sekitar sendi.
Pada pasien yang memiliki
beberapa episode yang
menyebabkan arthritis gout pada
sendi yang sama, daerah berawan
dari opacity meningkat dapat

108
dilihat pada plain foto.

Pada tahap berikutny, perubahan tulang yang


paling awal muncul. Perubahan tulang awalnya
muncul pada daerah sendi pertama
metatarsophalangeal (MTP). Perubahan ini awal
umumnya terlihat di luar sendi atau di daerah
juxta-artikularis. Temuan ini antara-fase sering
digambarkan sebagai lesi menekan-out, yang
dapat berkembang menjadi sklerotik karena
peningkatan ukuran.

Pada gout kronis, temuan tanda yang tophi


interoseus banyak.
Perubahan lain terlihat pada radiografi polos-film
pada penyakit stadium akhir adalah ruang yang
menyempit serta deposit kalsifikasi pada jaringan
lunak.

109
2. USG

Ultrasonography patterns indicating


the presence of gout. (a) Double
contour sign: transversal ultrasound
imaging of the knee joint in the anterior
intercondile area. The double contour
image is shown as an anechoic line
paralleling bony contour femoral
cartilage. B-mode, linear transducers
with a frequency of 9 MHz. C, knee
condyles. (b) Hyperechoic images:
longitudinal ultrasound imaging of the
dorsal aspect of the first metatarsal
phalangeal joint. The hyperechoic
cloudy area represents monosodium
urate deposits within the thickened
synovial membrane (arrows). B-mode,
linear transducers with a frequency of 9
MHz. MH, metatarsal head. (c) Power-
Doppler signal: longitudinal view, dorsal
aspect of an asymptomatic first
metatarsal phalangeal joints. The
Doppler signal may be seen even seen
in hyperechoic synovial areas.
Transducer with a frequency of 14 MHz
in grey scale and colour Doppler with a
frequency of 7.5 MHz.

4. Computed Tomografi
Figure 2.

Computed tomography images demonstrating extensive tophaceous deposits.


Three-dimensional volume-rendered computed tomography images of the right foot

110
from a patient with chronic gout, demonstrating extensive tophaceous deposits
(visualized as red) – particularly at the first metatarsal phalangeal joint, midfoot and
Achilles tendon. (a) Dorsal view and (b) lateral view.
Perez-Ruiz et al. Arthritis Research & Therapy 2009 11:232 doi:10.1186/ar2687

4. MRI

Figure 3. T2-weighted magnetic resonance imaging scans. (a) Coronal gradient echo
T2-weighted magnetic resonance imaging (MRI): two nodular images with an intermediate
signal (tophi) under the external collateral ligament and inside the posterior cruciate
ligament of the knee. An external meniscus tear may be seen close to urate deposition. (b)
Axial T2-weighted MRI: low signal intensity of both tophi, and marked hypointensity of
synovium in a Baker cyst. (c) Axial post-contrast (gadolinium) T1-weighted MRI: thickening
and nodular enhancement of the synovium in the suprapatelar recess.

2.12. DIAGNOSA BANDING


Gout kronis mungkin keliru untuk rheumatoid arthritis sebagai ruang
bersama yang sempit. Namun, pada rheumatoid arthritis, keterlibatan bersama
adalah simetris, erosi tidak memiliki margin sklerotik, dan osteoporosis juxta-
artikular mungkin ada.
Osteoarthritis mungkin juga keliru untuk gout dan juga dapat terjadi secara
bersamaan.

2.13. KOMPLIKASI

1. Nefrolitiasis urat : insiden terbentuknya kembali batu. Insiden meningkat


dengan peningkatan eksresi asam urat. PH urine menurun, riwayat keluarga atau
diri sendiri pernah memiliki batu asam urat.

111
2. Gagal ginjal akut : dapat terjadi setelah pelepasan massif asam urat yang
berlansung pada pasien yang telah mengalami pengobatan karena kelainan mielo-
atau limfoproliferatif.

2.14. PENATALAKSANAAN

Secara umum penanganan artritis gout adalah pemberian edukasi,


pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi atau komplikasi lain, seperti pada ginjal.
Pengobatan atritis gout akut bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri dan
peradangan dengan kolkisin, OAINS, kortikosteroid, atau hormon ACTH. Obat
penurun asam urat seperti allopurinol atau obat urikosurik tidak boleh diberikan
pada stadium akut, namun pada pasien yang telah rutin mendapat obat penurun
asam urat sebaiknya tetap diberikan.
Dosis standar kolkisin untuk atritis gout secara oral 3-4 kali, 0,5-0,6 mg
per hari dengan dosis maksimal 6 mg. Sedangkan OAINS yang serig dipakai
adalah indometasin dengan dosis 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan 75-100
mg/hari untuk minggu berikutnya atau sampai nyeri dan peradangan berkurang.
Kortikosteroid dan hormon ACTH diberikan apabila pemberian kolkisin dan
OAINS tidak efektif atau kontraindikasi.
Pada stadium interkritik dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk
menurunkan kadar asam urat hingga normal, guna mencegah kekambuhan.
Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan
pemakaian obat allopurinol bersama obat urikosurik lain.

112
BAB III

KEGIATAN

3.1 Intervensi

Bentuk : penyuluhan dengan menggunakan leaflet dan

1) kegiatan :Tanya jawab

2) Sasaran : Lansia dan ibu-ibu kader Desa Terlangu

3) Materi :

- Definisi Gout Artritis

- Klasifikasi Gout Artritis

- Faktor Risiko Gout Artritis

- Patofisiologis Gout Artritis

- Gambaran Klinis Gout Artritis

- Komplikasi Gout Artritis

- Penanganan Gout Artritis

4) Pelaksanaan :

113
Hari/

- Tanggal :Sabtu, 11 Agustus 2018

- Tempat : rumah kader Desa Padasugih

- Waktu : 09.00 s.d. selesai

2.5 Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran

kemajuan atas objektif program. Dalam hal ini dilakukan penilaian terhadap

tercapainya tujuan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan

bekerjasama dengan tenaga kesehatan.

Monitoring kuantitatif dapat dilakukan dengan pendataan terhadap jumlah

kasus hipertensi yang terjadi di fasilitas kesehatan Puskesmas Pemaron.

Sedangkan secara kualitatif, monitoring dapat dilakukan dengan pernyataan

acak maupun diskusi kelompok terarah mengenai peningatan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat terhadap materi penyuluhan yang telah

disampaikan. Monitoring juga dapat dilakukan dengan memperhatikan

perubahan perilaku masyarakat.

2.6 Evaluasi

Evaluasi adalah secara sistematis menginvestigasi program dengan cara

menilai konstribusi program terhadap perubahan. Dalam hal ini dapat digali

lebih lanjut masalah-masalah yang belum teratasi melalui pertanyaan acak

114
maupun diskusi kelompok serta dilakukan analisis penyelesaian masalaha

sehingga tujuan kegiatan tercapai dengan sempurna.

Secara umum kegiatan berlangsung lancer, sasaran dapat menerima

dengan baik materi yang disampaikan. Penyuluhan dengan menggunakan

pamphlet dengan tulisan sederhana dan gambar yang mendukung dapat

memudahkan sasaran memahami materi yang disampaikan. Adapun Tanya

jawab sangat membantu dalam memberikan pemahaman yang lebih baik bagi

sasaran. Dalam hal ini antusiasme sasaran sangat baik, sasaran aktif

mendengarkan materi yang disampaikan. Adapun evaluasi dalam hal ini

adalah waktu yang sempit sehingga mengurangi kesempatan untuk berdiskusi

dan bertanya. Dengan memberikan jeda dalam setiap materi, dengan selingan

canda atau informasi ringan yang terkait topik, akan menciptakan suasana

santai yang kondusif sehingga sasaran siap menerima materi berikutnya.

115
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Pemeriksaan radiologi pada atritis gout tidak spesifik pada stadium akut.
Pada stadium kronik gambaran umumnya adalah inflamasi asimetris, artritis erosif
yang kadang-kadang disertai nodul jaringan lunak.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Masyarakat

Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,


sehingga manfaat langsung akan dicapai apabila masyarakat tergerak untuk
mengenali faktor risiko hipertensi, gambaran klinis, dan komplikasi hipertensi
sehingga masyarakat mau dan mampu meningkatkan pola hidup sehat untuk
mencegah penyakit hipertensi.

116
DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC :

Jakarta.

2. Armilawati, dkk. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian

Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS : Makassar.

3. Astawan M, Wahyuni M. 2002. Gizi dan Kesehatan Manula. Mediyatama

Sarana Perkasa : Jakarta.

4. Berg, Allan and Robert. 2007. Faktor Gizi. Terjemahan oleh Sediaoetama,

Bharat, Jakarta.

5. So, Alex . Imaging of Gout : Finding and Utility. The Arthritis Reseach
and Therapy journals. Available at:
http://arthritis-research.com/series/gout

117
LAMPIRAN

118

Anda mungkin juga menyukai