Anda di halaman 1dari 7

1.

Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah merupakan bakteri yang


berbentuk kokus dengan diameter sekitar 1μm. Bakteri ini termasuk
pada golongan gram positif. Meskipun termasuk bakteri yang soliter,
nakteir ini tampak seringkali bergerombol membentuik seperti
anggur. Staphilococcus bersifat catalase-positif, oxsidase-negatif dan
fakultatif anaerob. Kemampuannya dalam memfermentasi glukosa
dapat digunakan untuk membedakannya dengan genus Micrococcus.
Staphylococcus aureus adalah bakteri tipe mesofil dengan rentang
suhu pertumbuhan 7° sampai 48 C dan tumbuh optimal pada suhu
35° sampai 37° C. Staphylococcus juga menghasilkan enterotoksin.
Enterotoksin Staphylococcus dihasilkan pada suhu 10° sampai 45° C
dan optimal dihasilkan pada suhu 35 °sampai 40° C. Secara optimal,
bakteri ini dapat tumbuh pada pH 6-7. Meskipun demikian, rentang
pH pertumbuhannya sangat besar, yaitu antara 4,0 sampai 9,8-10,0
(Adams dan Moss, 2000).

Staphylococcus aureus tahan garam dan dapat tumbuh baik


pada medium yang mengandung 7,5% NaCl minimal 0,86
dibutuhkan untuk pertumbuhannya dengan Aw 0,9990 – 0,995.
bakteri ini sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit,
kelenjat kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus serta dapat
menyebabkan intosikasi dan infeksi seperti bisuk, pneumonia,
mastitis pada hewan dan manusia (Fardiaz, 1983).

Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat


memproduksi berbagai toksin, diantaranya (Supardi dan Sukamto,
1999):
1. Eksotoksin-a yang sangat beracun
2. Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen
yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.

3. Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat


leukistik.

4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam


hyaluronat di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran
bakteri ke seluruh tubuh.

5. Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.

Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-


saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan
seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada
waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-
pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain
dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan
bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis,
osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.
(Supardi dan Sukamto, 1999).

Kategori: stapilococcus aureus


Tagged: stapilococcus aureus

http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/category/stapilococcus-aureus/

DUNIA MIKROBIOLOGI…
Blog ini kubuat untuk mahasiswa atau rekan2 yang menganggap bekerja di laboratorium
mikrobiologi itu sulit. Memang benar, bekerja di bidang mikrobiologi itu sangat sulit, dan
membosankan, terutama bila terjadi kontaminasi. Tapi, kalau kita bekerja dengan sepenuh
hati dan benar2 aseptik, semua pasti berjalan dengan lancar. Mungkin masih banyak
kekurangan dalam informasi berikut, karena semua ini berdasarkan pengalamanku bekerja 2
bulan di laboratorium dan mengamati rekan2 mahasiswa yang sedang praktikum, penelitian
skripsi atau membantu dosen dan laboran. Jadi, semoga bermanfaat…
1.Keanekaragaman Mikroorganisme dalam Media Pemeliharaan
Mikroorganisme merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut organisme berukuran
mikroskopis, seperti bakteri, sianobakter, kapang mikroskopis, protozoa dan lain sebagainya.
Bakteri merupakan salah satu organisme uniseluler berukuran kecil yang termasuk golongan
prokariotik. Sel-sel bakteri sangat khas dengan berbagai bentuk, seperti bulat, batang, oval
dan spiral. Bakteri memiliki diameter 0,5-1,0 μm dan panjang 1,5-2,5 μm, sehingga tidak bisa
diamati tanpa bantuan mikroskop. Alongi dalam Feliatra (2001) menyatakan bahwa bakteri
terdapat hampir di seluruh ekosistem dan bertanggung jawab untuk mendegradasi dan
mendaur ulang unsur atau elemen esensial, sehingga bakteri menjadi salah satu organisme
utama dalam suatu ekosistem.
Bakteri mudah ditemukan di air, udara dan tanah. Mereka hidup dalam suatu koloni, baik
bersimbiose, bebas ataupun parasit pada makhluk hidup. Jumlah bakteri di alam sangat
melimpah dengan keragaman yang sangat tinggi (Pelczar dan Chan, 2005). Untuk
mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk
mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan ini dilakukan
dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara, sisa makanan, dll,
dalam media yang mengandung nutrisi.
Media pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media penyubur,
media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi berbeda dan digunakan
tergantung tujuan dari praktikan. Berikut adalah syarat yang harus dipenuhi media :
a.mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang sedang dikembangkan.
b.memiliki kelembaban optimum bagi pertumbuhan mikroorganisme
c.mengandung oksigen (kultur bakteri aerob) dan pH yang sesuai
d.harus bebas dari mikroba lain dan steril
Ada 3 jenis media pengembangbiakan berdasarkan konsistensinya, antara lain :
a.media padat, yaitu media berbentuk padat yang mengandung agar 1-1.5%, misalnya nutrien
agar
b.media cair, yaitu media berbentuk cair yang tidak mengandung agar, misalnya nutrien
broth.
c.media semi padat, yaitu media yang berbentuk padat pada suhu dingin, dan berbentuk cir
bila suhu panas, misalnya media SIM (media yang digunakan untuk uji produksi sulfur, indol,
motilitas)
Berdasarkan komposisi penyusunnya, media dibedakan menjadi 2, yaitu media sintetis dan
media non-sintetis. Media sintetis adalah media yang telah diketahui susunan kimia
nutrisinya, seperti media pepton agar yang terbuat dari pepton, agar dan NaCl, sedangkan
media non-sintetis, yaitu media yang belum diketahui susunan kimia nutrisinya, seperti
kentang, wortel, kaldu, dll.
2.Pembiakkan Mikroorganisme (Bakteri)
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan isolasi.
Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu sumber ke media
pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah biakan murni
dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan isolasi adalah usaha
untuk mendapatkan isolat.
Sumber isolasi → Inokulasi → Kultur/biakan → Isolasi → Isolat

Tahapan sederhana dalam mengidentifikasi bakteri, yaitu :


1.menumbuhkan mikroorganisme dalam media sintetik cawan petri
2.koloni yang tumbuh pada tahap 1 merupakan koloni campuran, sehingga perlu tahap lanjut.
3.koloni yang benar-benar terpisah dari suatu kultur campuran dikarakterisasi tipe
pertumbuhan (karakterisasi makroskopis) kemudian diisolasi murni pada media miring (slant
agar) dalam tabung reaksi.
4.identifikasi dilanjutkan hingga tingkat mikroskopis berdasarkan sifat-sifat tertentu yang
tercantum dalam Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology (9th ed.).
Dalam mengembangbiakkan mikroorganisme, khususnya bakteri, alat-alat yang digunakan
harus steril. Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan seluruh alat, seperti cawan petri, ose,
tabung reaksi, dll di dalam autoclave. Sebenarnya, sterilisasi adalah masalah teknis yang
terkdang tidak ditemukan dalam literatur. bahkan, informasi mengenai cara sterilisasi saya
dapatkan dari kakak angkatan, laboran dan rekan sekerja di lab. Oleh karena itu, sebaiknya
mahasiswa memiliki koneksi dengan salah satu dari mereka, sehingga mendapatkan
informasi yang sangat penting apabila ingin bekerja di laboratorium, khususnya mikrobiologi.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 121oC, tekanan 1 atm dan dilakukan selama 15 menit. Ini
dilakukan gar sel-sel vegetatif bakteri mati, sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi.
Sterilisasi juga menjadi syarat utama untuk bekerja di laboratorium.

oclave di laboratorium mikrobiologi UNY

Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, salah satunya pengembangbiakan
dalam media cawan petri. Pengembangbiakan dalam cawan ini ada beberapa metode, yaitu :
1.Metode cawan gores (streak plate)
Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, terutama mahasiswa semester awal yang baru
mengambil mata praktikum mikrobiologi. Kesulitan dari metode ini, yaitu proses
penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan terjadinya kontaminasi dan
kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari
koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi.
Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4 bagian. Ose steril yang telah
disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan
berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi
cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakAn untuk
menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga
keempat sisi cawan tergores.
Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan,
sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya,
sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni lain. Seluruh tahap
hendaknya dilakukan secara aseptik agar tak terjadi kontaminasi.

2.Metode cawan tuang (pour plate)


Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan
khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan
sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl 0.85%)
atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak
rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar
biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhu cawan (biakan terlalu padat akan
mengganggu pengamatan).
Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan
media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan
dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari.

Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjdi kontaminasi
atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan (di laboratorium, kontaminasi
biasanya terjadi akibat tumbuhnya kapang, seperti Penicilium dalam biakan). Media yang
dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan (media
panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang akan
menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan. pada metode ini,
koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam
plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam inkubator

3.Metode cawan sebar (spread plate)


Pada metode cawan sebar, 0.1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan (metode 3) disebar
pada media penyubur steril yang telah disiapkan. Selanjutnya, suspensi dalam cawan
diratakan dengan batang drygalski agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan
tersebut, kemudian diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari. Metode ini cukup
sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang drygalski. Alih-alih koloni tumbuh
merata, biakan justru terkontaminasi. Oleh karena itu, batang drygalski harus benar-benar
steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan
dengan api bunsen. Perlu diingat, batang drygalski, yang masih panas akibat pemanasan
dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu
dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (±15 cm). (jangan ditiup yaaaa….).
Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi satu koloni
bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe
pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk
koloni, warna koloni dan permukaan koloni.

Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolasi
murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang
benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat agar miring
dalam tabung reaksi.

Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari satu
jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakerisasi berdasarkan tipe pertumbuhannya
pada media agar miring.

Seluruh kultivasi atau penanaman sebaiknya dilakukan di dalam laminar air flow yang
tertutup, untuk mengurangi resiko kontaminasi. LAF dilengkapi dengan lampu fluorescent,
sinar UV dan kipas angin. Lampu fluorescent digunakan apabila kondisi cahaya di dalam
LAF dan kamar isolasi kurang memadai. Sinar UV bersifat germisida yang dapat membunuh
bakteri yang tidak diinginkan, sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi. Sebelum
penanaman (kultivasi), alat2 yang digunakan sebaiknya dikenai sinar UV selama 5 menit
(ingat, hanya alat2, seperti lampu bunsen, ose, pipet, dll). kipas angin untuk apa y ???
(kadng2 kipas ini kunyalain klo aku lagi kepanasan doang !?!?!?)

laminar air flow di laboratorium mikrobiologi UNY

3.Karakterisasi Mikroskopis dan Identifikasi


Karakterisasi merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi bakteri. Karakterisasi
dilakukan untuk mendapatkan ciri khas dari isolat, sehingga dapat diketahui jenisnya.
Karakterisasi bakteri dilakukan melalui dua tahap, yaitu karakterisasi makroskopis, meliputi
tipe pertumbuhan pada berbagai media dan karakterisasi mikroskopis, yaitu karakterisasi
bentuk sel, ukuran, dsb.
Karakterisasi untuk bakteri dilakukan pula terhadap aktivitas metabolisme, seperti kebutuhan
akan sumber energi, kebutuhan oksigen, sifat fermentasi, produksi senyawa tertentu, dsb.
Hasil karakterisasi kemudian disesuaikan dengan bakteri acuan dalam Bergey`s Manual of
Determinative Bacteriology (9th ed.). Metode ini disebut dengan matching profile atau
metode kesamaan profil (sifat) antara isolat dengan bakteri acuan. Tentu saja bakteri yang
ditemukan belum pasti bakteri yang sama dengan acuan. Maksudnya, isolat yang didapatkan
hanya diduga sebagai bakteri yang dijadikan acuan. Dalam skripsipun harus dituliskan `isolat
yang didapatkan diduga merupakan bakteri A berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh
bakteri A berdasarkan Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology (9th ed.)`.

Buku Bergey`s harus dimiliki oleh mikrobiolog. Di dalamnya tersimpan karakter khas yang
dimiliki organisme prokariot untuk menduga genus bahkan jenis bakteri. Untuk menentukan
jenis bakteri secara pasti, harus menggunakan analisis atau sekuensi DNA yang rumit dan
sangat mahal. Universitas di Yogyakarta yang memiliki teknik sekuensi DNA untuk
identifikasi bakteri hanya UGM, namun (cerita dosenku) hasilnya belum diakui oleh dunia
(denger2 loh, klo salah, ya maaph). Dan dosenku bercerita kalau kita bisa mengirimkan
sampel isolat keluar negeri, seperti Australia, untuk sekuensi DNA, tetapi hak penemuan
menjadi milik Australia. Kita yang melakukan penelitian cuma bisa bengong dan tidak bisa
mengklaim karena kita harus menandatangi kontrak terlebih dahulu tentunya. Mungkin,
inilah yang menyebabkan perkembangan penelitian mikrobiologi di Indonesia terhambat.
Selain, biaya yang sangat mahal, bahan dan alat-alat (sarana-prasarana) pun masih impor,
atau minimal bantuan pihak asing, seperti JICA.

http://riesama.blog.friendster.com/dunia-mikrobiologi/

Bacillus cereus

Karakteristik umum
Bacillus cereus merupakan bakteri Gram-positif, aerob fakultatif, dan dapat membentuk
spora. Selnya berbentuk batang besar dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya.
Sifat-sifat ini dan karakteristik-karakteristik lainnya, termasuk sifat-sifat biokimia, digunakan
untuk membedakan dan menentukan keberadaan B. cereus , walaupun sifat-sifat ini juga
dimiliki oleh B. cereus var. mycoides , B. thuringiensis dan B. anthracis . Organisme-
organisme ini dibedakan berdasarkan pada motilitas/gerakan (kebanyakan B. cereus
motil/dapat bergerak), keberadaan kristal racun (pada B. thuringiensis ), kemampuan untuk
menghancurkan sel darah merah (aktivitas hemolytic ) ( B. cereus dan lainnya bersifat beta
haemolytic sementara B. anthracis tidak bersifat hemolytic ), dan pertumbuhan rhizoid
(struktur seperti akar), yang merupakan sifat khas dari B. cereus var. mycoides .

http://www.food-info.net/id/bact/bacer.htm

Rhizopusoryzae
Microskopicmorphology
Hifa bersepta dan berhialin. Tidak selalu bercabang. Mempunyai stolon dan rhizoid
yang berwarna gelap jika sudah tua. Sporangiospora tumbuh pada noda dimana
terbentuk juga rhizoid. Sporangium besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat,
tidak mempunyai sporangiola. Pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti
kapas. Pertumbuhan seksual dengan membentuk zigospora. Bersifat heterotalik dimana
reproduksi seksual membutuhkan dua talus yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai