Aljabar Abstrak I Bab PDF
Aljabar Abstrak I Bab PDF
PENGANTAR
ALJABAR ABSTRAK I
(Pengantar Struktur Aljabar I: Pendahuluan Teori Grup)
Disusun oleh:
M. Zaki Riyanto, S.Si., M.Sc.
Editor:
Dwi Lestari, S.Si., M.Sc.
BAB I
GRUP
Pada bab ini dibahas mengenai grup yang meliputi motivasi pendefinisian grup,
sifat-sifat sederhana grup dan dua contoh grup yang menarik untuk dibahas yaitu grup
bilangan bulat modulo dan grup permutasi (grup simetri).
Selanjutnya, pandang himpunan semua bilangan real tidak nol ℝ∗ = ℝ − {0} dan
operasi perkalian “.”. Dapat dengan mudah diketahui bahwa ℝ∗ terhadap operasi perkalian
berlaku empat sifat berikut ini:
1. ( ∀a, b ∈ ℝ ) a ⋅ b ∈ ℝ
∗ ∗
2. ( ∀a, b, c ∈ ℝ ) ( a ⋅ b ) ⋅ c = a ⋅ ( b ⋅ c )
∗
3. ( ∃1∈ ℝ )( ∀a ∈ ℝ ) a ⋅1 = 1⋅ a = a
∗ ∗
4. ( ∀a ∈ ℝ ) ∃ 1a ∈ ℝ
∗ ∗ 1 1
a⋅ = ⋅a =1
a a
Dari kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa himpunan ℤ terhadap opearsi
penjumlahan dan himpunan ℝ∗ terhadap operasi perkalian mempunyai empat sifat yang
sama. Sebagai latihan, diberikan himpunan semua matriks 2x2 atas himpunan semua
a b
bilangan real, yaitu M 2 ( ℝ ) = a , b , c , d ∈ ℝ . Selidikilah apakah himpunan
c d
M 2 ( ℝ ) terhadap operasi penjumlahan matriks juga memenuhi keempat sifat yang sama
seperti pada kedua contoh di atas.
Pandang himpunan semua bilangan bulat ℤ terhadap operasi perkalian. Dapat
dilihat bahwa himpunan ℤ terhadap operasi perkalian hanya memenuhi tiga sifat yang
pertama, yaitu:
1. ( ∀a, b ∈ ℤ ) a ⋅ b ∈ ℤ
2. ( ∀a, b, c ∈ ℤ )( a ⋅ b ) ⋅ c = a ⋅ ( b ⋅ c )
3. ( ∃1 ∈ ℤ )( ∀a ∈ ℤ ) a ⋅1 = 1 ⋅ a = a
1 1 1
Tetapi untuk sifat yang ke-4, yaitu ( ∀a ∈ ℤ ) ∃ ∈ ℤ a ⋅ = ⋅ a = 1 tidak dipenuhi, sebab
a a a
1
terdapat 2 ∈ ℤ sedemikian hingga ( ∀a ∈ ℤ ) 2 ⋅ a ≠ 1 , dapat dilihat juga bahwa ∉ ℤ .
2
Selanjutnya, pandang himpunan semua bilangan asli ℕ = {1, 2,3,...} . Dapat dilihat
bahwa himpunan ℕ terhadap penjumlahan hanya memenuhi sifat ke-1 dan ke-2 saja.
Sedangkan himpunan ℕ terhadap operasi perkalian memenuhi sifat ke-1, ke-2 dan ke-3.
Dari contoh-contoh di atas, dapat didefinisikan konsep mengenai suatu himpunan
tidak kosong yang dilengkapi dengan suatu operasi dan memenuhi sifat-sifat yang telah
diberikan di atas. Diberikan suatu himpunan tidak kosong G.
Contoh 1.1.2. Contoh struktur aljabar ada banyak sekali, seperti himpunan semua bilangan
bulat terhadap operasi penjumlahan, yaitu ( ℤ, + ) , dapat juga dengan operasi perkalian,
yaitu ( ℤ, ⋅) , atau kedua operasi digunakan semua, yaitu ( ℤ, +, ⋅) .
Pada mata kuliah Aljabar Abstrak I, pembahasan difokuskan pada struktur aljabar
dengan satu operasi. Untuk struktur aljabar dengan dua operasi akan diberikan pada mata
kuliah Aljabar Abstrak II.
Definisi 1.1.2. (Operasi Biner & Grupoid) Suatu operasi “ ∗ ” pada G disebut operasi
biner jika operasi tersebut bersifat tertutup, yaitu ( ∀a, b ∈ G ) a ∗ b ∈ G . Struktur aljabar
( G , ∗) yang dilengkapi dengan suatu operasi biner disebut dengan grupoid.
Latihan 1.1.3.
1. Diberikan himpunan G = {a ∈ ℤ a genap} . Buktikan bahwa operasi penjumlahan
pada G bersifat tertutup, yaitu ( G, + ) merupakan grupoid.
2. Diberikan himpunan H = {a ∈ ℤ a ganjil} . Tunjukkan bahwa operasi penjumlahan
pada H tidak bersifat tertutup.
3. Diberikan S = {a ∈ ℝ a > 0} . Buktikan bahwa operasi perkalian pada S bersifat
tertutup.
4. Diberikan T = {a ∈ ℝ a > − 5} . Tunjukkan bahwa T tidak bersifat tertutup terhadap
operasi perkalian.
x
5. Diberikan K = x, y ∈ ℝ, x + y = 0 . Buktikan bahwa operasi penjumlahan
y
vektor pada K bersifat tertutup.
Kembali pada bagian motivasi pada awal bab, diberikan grupoid ( ℤ, + ) . Telah
diketahui bahwa pada ( ℤ, + ) berlaku:
1. ( ∀a, b ∈ ℤ ) a + b ∈ ℤ (Tertutup terhadap “+” )
2. ( ∀a, b, c ∈ ℤ )( a + b ) + c = a + ( b + c ) (Assosiatif terhadap “+” )
3. ( ∃0 ∈ ℤ )( ∀a ∈ ℤ ) a + 0 = 0 + a = a (Memuat elemen identitas terhadap “+” )
4. ( ∀a ∈ ℤ )( ∃− a ∈ ℤ ) a + ( −a ) = −a + a = 0 (Setiap elemen mempunyai invers
terhadap “+” )
Diberikan grupoid ( ℝ ∗ , ⋅ ) , telah dikeahui bahwa pada ( ℝ ∗ , ⋅ ) berlaku sifat-sifat yang sama
seperti pada grupoid ( ℤ, + ) , yaitu:
1. ( ∀a, b ∈ ℝ ) a ⋅ b ∈ ℝ (Tertutup terhadap operasi perkalian)
∗ ∗
4. ( ∀a ∈ ℝ ) ∃ 1a ∈ ℝ
∗ ∗ 1 1
a ⋅ = ⋅ a = 1 (Setiap elemen mempunyai invers terhadap
a a
operasi perkalian)
Demikian juga pada himpunan semua matriks 2x2 atas ℝ terhadap operasi penjumlahan
matriks yaitu ( M 2 ( ℝ ) , + ) , ternyata mempunyai empat sifat yang sama seperti pada ( ℤ, + )
dan ( ℝ ∗ , ⋅ ) , yaitu
1. ( ∀A, B ∈ M ( ℝ ) ) A + B ∈ M ( ℝ )
2 2
2. ( ∀A, B, C ∈ M ( ℝ ) ) ( A + B ) + C = A + ( B + C )
2
0 0
3. ∃O = ∈ M 2 ( ℝ ) ( ∀A ∈ M 2 ( ℝ ) ) A + O = O + A = A
0 0
a b − a −b
4. ∀A = ∈ M 2 ( ℝ ) ∃ − A = ∈ M 2 ( ℝ ) A + ( − A) = − A + A = O
c d −c − d
Akan tetapi ada grupoid yang tidak memenuhi empat sifat tersebut, seperti
diberikan berikut ini. Grupoid ( ℤ, ⋅) memenuhi sifat-sifat berikut:
1. ( ∀a, b ∈ ℤ ) a ⋅ b ∈ ℤ
2. ( ∀a, b, c ∈ ℤ )( a ⋅ b ) ⋅ c = a ⋅ ( b ⋅ c )
3. ( ∃1 ∈ ℤ )( ∀a ∈ ℤ ) a ⋅1 = 1 ⋅ a = a
4. Akan tetapi sifat setiap elemen mempunyai invers terhadap “.” tidak dipenuhi,
sebab terdapat 2 ∈ ℤ yang tidak mempunyai invers terhadap “.” dalam ℤ .
Diberikan grupoid ( ℕ, + ) , dapat dilihat bahwa pada ( ℕ, + ) tidak memenuhi empat sifat
tersebut, yaitu:
1. ( ∀a, b ∈ ℕ ) a + b ∈ ℕ (Tertutup terhadap “+” )
2. ( ∀a, b, c ∈ ℕ )( a + b ) + c = a + ( b + c ) (Assosiatif terhadap “+” )
3. Himpunan ℕ tidak memuat elemen identitas terhadap “+” yaitu 0.
4. Karena sifat ke-3 tidak dipenuhi, maka sifat ke-4 jelas tidak dipenuhi.
Diberikan himpunan ℤ dan operasi pengurangan "− " pada ℤ . Dapat dilihat bahwa pada
( ℤ, − ) berlaku:
1. ( ∀a, b ∈ ℤ ) a − b ∈ ℤ
2. Tidak bersifat assosiatif, sebagai counter example-nya, diambil 2, 3, 4 ∈ ℤ , maka
diperoleh:
( 2 − 3) − 4 = −1 − 4 = −5
2 − ( 3 − 4 ) = 2 − ( −1) = 2 + 1 = 3
Sehingga ( 2 − 3) − 4 ≠ 2 − ( 3 − 4 ) .
Untuk sifat ke-3 dan ke-4, silahkan diselidiki sebagai latihan.
Dari beberapa contoh dan uraian di atas, dapat dilihat bahwa suatu grupoid dapat
memenuhi sifat tertutup, assosiatif, memuat elemen identitas dan setiap elemen
mempunyai invers. Akan tetapi ada juga yang hanya memenuhi sifat tertutup, assosiatif
dan memuat elemen identitas, atau hanya memenuhi sifat tertutup dan assosiatif saja,
bahkan ada juga yang hanya memenuhi sifat tertutup saja.
Dari motivasi tersebut, dapat dibuat suatu definisi mengenai struktur aljabar yang
memenuhi sifat-sifat tersebut, seperti diberikan pada definisi berikut ini.
Definisi 1.1.4. (Grup) Diberikan himpunan tidak kosong G yang dilengkapi dengan
operasi “ ∗ ”. Himpunan G disebut grup terhadap operasi “ ∗ ” jika memenuhi empat
aksioma berikut ini:
1. Operasi biner (G1) :
( ∀a, b ∈ G ) a ∗ b ∈ G
2. Assosiatif (G2) :
( ∀a, b, c ∈ G )( a ∗ b ) ∗ c = a ∗ ( b ∗ c )
3. Memuat elemen identitas (G3) :
( ∃e ∈ G )( ∀a ∈ G ) a ∗ e = e ∗ a = a
4. Setiap elemen dari G mempunyai invers di G (G4) :
( ∀a ∈ G ) ( ∃a −1 ∈ G ) a ∗ a −1 = a −1 ∗ a = e
Lebih lanjut, ( G, ∗) disebut semigrup jika memenuhi aksioma (G1) dan (G2), ( G , ∗)
disebut monoid jika memenuhi aksioma (G1), (G2) dan (G3).
Untuk selanjutnya, grup ( G, ∗) dapat cukup ditulis dengan G saja apabila operasi
binernya sudah diketahui. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa setiap grup merupakan
semigrup dan monoid, dan setiap monoid merupakan semigrup. Akan tetapi belum tentu
berlaku sebaliknya.
Contoh 1.1.5.
1. Contoh grup yaitu ( ℤ, + ) , ( ℝ, + ) , ( ℝ ∗ , ⋅ ) dan ( M 2 ( ℝ ) , + )
2. Grup ( ℤ, + ) mempunyai elemen identitas e = 0 , grup ( ℝ, + ) mempunyai elemen
identitas e = 0 , grup ( ℝ , ⋅)
∗
mempunyai elemen identitas e = 1 , dan grup
0 0
( M ( ℝ ) , + ) mempunyai elemen identitas e = 0
2 .
0
3. Invers a ∈ ℤ pada grup ( ℤ, + ) adalah a −1 = − a ∈ ℤ , invers a ∈ ℝ pada grup
Lathihan 1.1.6.
{
1. Diberikan himpunan semua bilangan kompleks ℂ = x + yi x, y ∈ ℝ , i = −1 . }
Diberikan operasi penjumlahan “+” untuk a, b ∈ ℂ dengan a = x1 + y1i dan
b = x2 + y2i , a + b = ( x1 + y1 ) + ( x2 + y2 ) i . Buktikan bahwa ( ℂ, + ) merupakan grup.
2. Diberikan himpunan A = {1, 2,3} . Dibentuk himpunan kuasa dari A, yaitu
himpunan semua himpunan bagian dari A, yaitu P ( A ) = {S S ⊆ A} , apabila ditulis
semua elemen-elemennya yaitu
P ( A) = {∅, {1} , {2} , {3} , {1, 2} , {1,3} , {2,3} , A} .
Diberikan operasi irisan himpunan “ ∩ ” dan gabungan himpunan “ ∪ ” pada P ( A) .
Apakah ( P ( A ) , ∩ ) dan ( P ( A ) , ∪ ) merupakan grup, monoid atau semigrup?
Latihan 1.1.7. Pada titik-titik dalam tabel di bawah ini, berilah tanda centang (v) jika
memenuhi atau tanda minus (-) jika tidak memenuhi.
Latihan 1.1.8. Diberikan GL2 ( ℝ ) adalah himpunan semua matriks berukuran 2x2 atas ℝ
yang invertibel atau yang mempunyai determinan tidak nol, yaitu
a b
GL2 ( ℝ ) = a, b, c, d ∈ ℝ, ad − bc ≠ 0 . Buktikan bahwa GL2 ( ℝ ) merupakan grup
c d
terhadap operasi perkalian matriks.
Definisi 1.1.9. (Grup Abelian) Suatu grup ( G , ∗) disebut grup Abelian atau grup
komutatif jika operasi biner “ ∗ ” bersifat komutatif, yaitu ( ∀a, b ∈ G ) a ∗ b = b ∗ a . Grup
( G , ∗) disebut grup non-Abelian atau grup non-komutatif jika operasi biner “ ∗ ” tidak
bersifat komutatif, yaitu ( ∃a, b ∈ G ) a ∗ b ≠ b ∗ a .
Contoh 1.1.10.
1. Contoh grup Abelian adalah ( ℤ, + ) , ( ℝ ∗ , ⋅ ) dan ( M 2 ( ℝ ) , + ) .
2. Contoh grup non-komutatif adalah ( GL2 ( ℝ ) , ⋅) .
Tugas Kelompok
1. Buatlah contoh grup Abelian dan contoh bukan grup Abelian (berbeda dengan grup
yang telah diberikan). Jelaskan proses pembuktiannya.
2. Buatlah 4 contoh bukan grup (yang berbeda) yang memenuhi:
a. Tidak tertutup
b. Tidak assosiatif
c. Tidak memuat elemen identitas
d. Ada anggota yang tidak mempunyai invers
Dapat diperhatikan bahwa suatu grup memiliki tepat satu elemen identitas, seperti
grup ( ℤ, + ) hanya memuat satu elemen identitas yaitu 0. Teorema berikut ini merupakan
jaminan bahwa setiap grup memuat tepat satu elemen identitas atau bersifat tunggal.
a ∗ a −1 = a ∗ a ′ ,
Menggunakan sifat kanselasi kiri, diperoleh bahwa a −1 = a′ . Jadi, terbukti bahwa invers
dari setiap elemen grup G bersifat tunggal. █
Notasi:
Untuk selanjutnya, karena pada grup berlaku sifat assosiatif, yaitu a ∗ (b ∗ c) = ( a ∗ b ) ∗ c ,
untuk setiap a, b, c ∈ G , penulisan a ∗ (b ∗ c) dan ( a ∗ b ) ∗ c dapat cukup ditulis dengan
a ∗b∗c .
( ∀a, b ∈ G )( a ∗ b )
−1
1. = b −1 ∗ a −1 .
( ∀a ∈ G ) ( a −1 )
−1
2. =a.
Bukti:
1. Diambil sebarang a, b ∈ G , berdasarkan aksioma G1 diperoleh bahwa a ∗ b ∈ G ,
selanjutnya berdasarkan aksioma G4, terdapat ( a ∗ b ) ∈ G sedemikian hingga
−1
a ∗ b ∗ (a ∗b) = e .
−1 (1.5)
bahwa ( a −1 ) = a , ∀a ∈ G . █
−1
jika ( a ∗ b ) = a −1 ∗ b −1 , ∀a, b ∈ G .
−1
Untuk n = 5 , maka sisa pembagian yang mungkin apabila suatu bilangan bulat dibagi
dengan 5 adalah 0, 1, 2, 3 atau 4. Dapat ditunjukkan bahwa untuk bilangan bulat positif
n ∈ ℤ , maka sisa pembagian yang mungkin apabila suatu bilangan bulat dibagi dengan n
adalah 0, 1, 2,..., atau n − 1 .
{
0 = x ∈ ℤ x ≡ 0 ( mod 5 ) } {
1 = x ∈ ℤ x ≡ 1( mod 5 ) }
= { x ∈ ℤ 5 x} = { x ∈ ℤ 5 x − 1}
= { x ∈ ℤ x = 5n, n ∈ ℤ} = { x ∈ ℤ x − 1 = 5n, n ∈ ℤ}
= {..., −10, −5, 0,5,10,...} = { x ∈ ℤ x = 5n + 1, n ∈ ℤ}
= {..., −9, −4,1, 6,11,...}
Menggunakan cara yang sama, diperoleh tiga kelas berikutnya, yaitu
{ }
2 = x ∈ ℤ x ≡ 2 ( mod 5 ) = { x ∈ ℤ x = 5n + 2, n ∈ ℤ} = {..., −8, −3, 2, 7,12,...}
Kelas 0 berisi semua bilangan bulat yang kongruen dengan 0 modulo 5, yaitu himpunan
semua bilangan bulat yang apabila dibagi dengan 5 mempunyai sisa 0 atau habis dibagi 5.
Kelas 1 berisi semua bilangan bulat yang kongruen dengan 1 modulo 5, yaitu himpunan
semua bilangan bulat yang apabila dibagi dengan 5 mempunyai sisa 1. Demikian juga
untuk kelas 2 , 3 dan 4 . Dapat ditunjukkan bahwa:
Secara umum, jika diberikan bilangan bulat positif n ∈ ℤ , maka relasi ekuivalensi
kongruen modulo n mempunyai n partisi yang saling asing pada ℤ , yaitu 0 , 1 , 2 , ...,
dan n − 1 . Dibentuk ℤ n adalah himpunan semua kelas yang didapatkan dari relasi
ekuivalensi kongruen modulo n, yaitu
{ }
ℤ n = 0, 1, 2,..., n − 1 .
Latihan 1.3.2. Diberikan grup ℤ 6 = {0,1, 2,3, 4,5} terhadap operasi penjumlahan modulo
6, yaitu “+”. Hitunglah:
1. 0 + 2 = …
2. 1 + 3 = …
3. 2 + 4 = …
4. 4 + 5 = …
5. 5 + 5 = …
Dapat dilihat bahwa invers dari 0 ∈ ℤ 6 adalah 0, invers dari 1∈ ℤ 6 adalah 5, dan invers
dari 3∈ ℤ 6 adalah 3.
Grup ( ℤ n , + ) merupakan grup yang mempunyai elemen sebanyak berhingga,
sedangkan grup ( ℤ, + ) dan ( ℝ, + ) merupakan grup yang mempunyai elemen sebanyak tak
berhingga. Oleh karena itu, dapat didefinisikan suatu grup yang mempunyai elemen
sebanyak berhingga.
Definisi 1.3.3. (Grup Hingga) Suatu grup yang mempunyai elemen sebanyak berhingga
disebut dengan grup hingga (finite group). Suatu grup yang mempunyai elemen sebanyak
tak hingga disebut dengan grup tak hingga (infinite group).
Definisi 1.3.4. (Order Grup) Banyaknya elemen dalam suatu grup G disebut dengan
order grup, dinotasikan dengan G .
a1 a1 ∗ a1 a1 ∗ a2 ... a1 ∗ an
a2 a2 ∗ a1 a2 ∗ a2 ... a2 ∗ an
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
an an ∗ a1 an ∗ a2 ... an ∗ an
Contoh 1.4.1. Diberikan grup ( ℤ 4 , + ) , maka tabel Cayley dari grup ℤ 4 adalah
+ 0 1 2 3
0 0 1 2 3
1 1 2 3 0
2 2 3 0 1
3 3 0 1 2
Dari tabel Cayley di atas dapat dilihat bahwa invers dari 0 adalah 0, invers dari 1 adalah 3,
invers dari 2 adalah 2, dan invers dari 3 adalah 1, yaitu
0−1 = −0 = 0
1−1 = −1 = 3
2−1 = −2 = 2
3−1 = −3 = 1
Grup ℤ 4 merupakan grup Abelian, hal ini dapat dilihat dari tabel Cayley, yaitu dengan
melihat diagonal-nya yang simetris.
Latihan 1.4.2. Diberikan grup ( ℤ 6 , + ) . Lengkapi tabel Cayley untuk grup ℤ 6 berikut.
+ 0 1 2 3 4 5
0
1
2
3
4
5
3−1 = −3 = ...
4−1 = −4 = ...
5−1 = −5 = ...
Latihan 1.4.3. Diberikan grup ℤ∗7 = {1, 2,3, 4,5, 6} terhadap operasi perkalian modulo 7.
Buatlah tabel Cayley dari ( ℤ∗7 , ⋅) , tentukan invers dari masing-masing elemen grup ℤ∗7 .
Jawab:
. 1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
1−1 = ... , 2 −1 = ... , 3−1 = ... , 4 −1 = ... , 5−1 = ... dan 6−1 = ... .
Himpunan ℤ 6 terhadap operasi perkalian modulo 6 bukan grup. Hal ini dapat
dilihat dari tabel Cayley-nya, yaitu
. 0 1 2 3 4 5
0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 2 3 4 5
2 0 2 4 0 2 4
3 0 3 0 3 0 3
4 0 4 2 0 4 2
5 0 5 4 3 2 1
Dapat dilihat bahwa elemen identitas dari ( ℤ 6 ,⋅) adalah 1. Diambil 2 ∈ ℤ 6 , dari tabel
Cayley terlihat bahwa semua elemen dari ℤ 6 apabila dikalikan dengan 2 tidak
menghasilkan elemen identitas yaitu 1. Oleh karena itu, 2 tidak mempunyai invers terhadap
operasi perkalian modulo 6. Dengan demikian, ( ℤ 6 ,⋅) bukan merupakan grup, hanya
merupakan monoid.
Dari tabel Cayley, dapat dilihat beberapa sifat dari grup, yaitu sifat tertutup (operasi
biner), elemen identitas, invers dan komutatif. Sifat komutatif dapat dilihat menggunakan
diagonal tabel dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah yang terlihat simetris. Hal ini
disebabkan karena ai ∗ a j = a j ∗ ai , 1 ≤ i, j ≤ n .
∗ a1 a2 ... an
a1 a1 ∗ a1 a1 ∗ a2 ... a1 ∗ an
a2 a2 ∗ a1 a2 ∗ a2 ... a2 ∗ an
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
an an ∗ a1 an ∗ a2 ... an ∗ an
1● ●1 1● ●1 1● ●1
2● ●2 2● ●2 2● ●2
3● ●3 3● ●3 3● ●3
α1 α2 α3
1● ●1 1● ●1 1● ●1
2● ●2 2● ●2 2● ●2
3● ●3 3● ●3 3● ●3
α4 α5 α6
1 2 3 1 2 3 1 2 3
α4 = α5 = α6 =
3 2 1 2 3 1 3 1 2
1 2 3 1 2 3
α β =
α (1) α ( 2 ) f ( 3) β (1) β ( 2 ) β ( 3)
1 2 3
=
(α β )(1) (α β )( 2 ) (α β )( 3 )
1 2 3
=
α ( β (1) ) α ( β ( 2 ) ) α ( β ( 3) )
1 2 3 1 2 3
Sebagai contoh, diketahui α 2 = dan α 6 = , maka operasi komposisi
1 3 2 3 1 2
1 2 3 1 2 3 1 2 3
α2 α6 = = = α 3 . Apabila dilihat dalam diagram panah
1 3 2 3 1 2 2 1 3
akan nampak sebagai berikut:
1● ●1 1● ●1
2● ●2 2● ●2
3● ●3 3● ●3
α2 α6
1● ●1● ●1
2● ●2● ●2
3● ●3● ●3
α6 α2
1● ●1
2● ●2
3● ●3
α 2 α6
Himpunan Sn dapat juga dipandang sebagai himpunan semua permutasi dari A. Banyaknya
anggota dari Sn adalah banyaknya permutasi pada A, yaitu sebanyak n ! .
Pada himpunan Sn didefinisikan operasi komposisi fungsi “ ”, maka dapat
1 2 ⋯ n
ditunjukkan bahwa ( Sn , ) merupakan grup dengan elemen identitas i = ,
1 2 ⋯ n
grup Sn seperti ini disebut dengan grup permutasi (Permutation Group), anggota dari Sn
disebut dengan permutasi. Grup permutasi sering juga disebut dengan grup simetri
(Symmetric Group).
Jelas bahwa operasi komposisi pada Sn bersifat tertutup, sebab komposisi dari dua
fungsi bijektif juga merupakan fungsi bijektif (buktikan!). Diberikan tiga fungsi bijektif
α , β , γ : A → A . Dapat dilihat bahwa operasi komposisi bersifat assosiatif, yaitu
(α β ) γ = α ( β γ ) . Untuk x ∈ A , diperoleh bahwa:
( ( α β ) γ ) ( x ) = (α β ) ( γ ( x ) )
= α ( β (γ ( x )))
= α ( ( β γ )( x ) )
= (α ( β γ ) ) ( x )
yaitu (α β ) γ = α ( β γ ) . Selanjutnya, permutasi i ∈ S n dengan definisi
i ( x ) = x, ∀x ∈ A merupakan elemen identitas dari Sn , sebab untuk sebarang α ∈ S n dan
setiap x ∈ A berlaku (α i )( x ) = α ( i ( x ) ) = α ( x ) dan ( i α )( x ) = i (α ( x ) ) = α ( x ) , yaitu
α i = α dan i α = α .
1 2 3 4 1 2 3 4
Misalkan diberikan α ∈ S 4 dengan α = dan β = .
2 4 3 1 3 4 1 2
Permutasi α dapat merupakan permutasi yang memetakan 1 ֏ 2 , 2 ֏ 4 , 3 ֏ 3 dan
4 ֏ 1 . Sedangkan permutasi β memetakan 1 ֏ 3 , 2 ֏ 4 , 3 ֏ 1 dan 4 ֏ 2 . Apabila
digambar dapat diperoleh bentuk cycle sebagai berikut:
α 1
4 2
1 3 2 4
Permutasi α dan β dapat ditulis dalam bentuk cycle sebagai produk permutasi-
permutasi, yaitu α = (124 ) ( 3) dan β = (13) ( 24 ) . Pada permutasi α = (124 ) ( 3) ,
karena permutasi ( 3) membawa 3 ֏ 3 atau tetap (tidak berubah), maka cukup ditulis
1 2 ⋯ n
dengan α = (124 ) . Khusus untuk permutasi ditulis dengan (1) . Sebagai
1 2 ⋯ n
1 2 3 4
contoh yang lain, permutasi = (1234 ) dan permutasi
2 3 4 1
1 2 3 4
= (14 ) ( 2 ) ( 3) = (14 ) .
4 2 3 1
Latihan 1.5.1. Diberikan grup permutasi S3 . Apabila ditulis dalam bentuk cycle, maka
diperoleh S3 = {(1) , (12 ) , (13) , ( 23) , (132 ) , (123)} , yaitu
1 2 3 1 2 3 1 2 3
(1) = (12 ) = (13) =
1 2 3 2 1 3 3 2 1
1 2 3 1 2 3 1 2 3
( 23) = (132 ) = (123) =
1 3 2 3 1 2 2 3 1
1. Buatlah tabel Cayley dari grup permutasi S3 .
2. Tentukan invers dari masing-masing elemen dari S3 .
3. Selidiki apakah S3 merupakan grup non-Abelian (tidak komutatif)? Gunakan
bantuan tabel Cayley untuk menentukan counter example-nya.
Jawab:
(1) (12 ) (13) ( 23) (123) (132 )
(1)
(12 )
(13)
( 23)
(123)
(132 )
Jawab:
1 2 3 4 5 6
α = = (... ... ...)( ... ...)
3 2 5 6 1 4
1 2 3 4 5 6
α −1 = = ...........................
... ... ... ... ... ...
1 2 3 4 5 6
β = = (... ...)(... ... ...)
5 3 4 2 1 6
1 2 3 4 5 6
β −1 = = ...........................
... ... ... ... ... ...
1 2 3 4 5 61 2 3 4 5 6
αβ =
3 2 5 6 1 45 3 4 2 1 6
1 2 3 4 5 6
= = ..............................
... ... ... ... ... ...
1 2 3 4 5 6
(αβ )
−1
= = ...........................
... ... ... ... ... ...
1 2 3 4 5 61 2 3 4 5 6
βα =
5 3 4 2 1 63 2 5 6 1 4
1 2 3 4 5 6
= = ..............................
... ... ... ... ... ...
1 2 3 4 5 6
( βα ) =
−1
= ...........................
... ... ... ... ... ...
2. a − n = ( a −1 ) = a
n
−1
∗ a −1 ∗⋯ ∗ a −1
n faktor
3. a = e 0
= a
∗ a ∗⋯ ∗ a
m + n faktor
m+ n
=a
n
(a ) m n
= a
∗ a ∗⋯ ∗ a
m faktor
= a
∗ a ∗⋯ ∗ a a
∗ a ∗⋯ ∗ a ∗⋯ ∗ a
∗ a ∗⋯ ∗ a
m faktor m faktor m faktor
n faktor
= a
∗ a ∗⋯ ∗ a
m n faktor
=a mn
Untuk pembuktian pada kasus-kasus selanjutnya diberikan sebagai latihan bagi mahasiswa.
█
Contoh 1.6.4.
1. Order dari 2 dalam grup ( ℤ 6 , + ) adalah 3, yaitu o ( 2 ) = 3 .
2. Order dari 2 dalam grup ( ℤ 5 , + ) adalah 5, yaitu o ( 2 ) = 5 .
3. Order dari (12 ) dalam grup S3 adalah 2, yaitu o ( (12 ) ) = 2 , sebab (12 ) = (12 ) dan
1
Bukti:
(1) Menggunakan algoritma pembagian, maka terdapat q, r ∈ ℤ sedemikian hingga
m = nq + r , dengan 0 ≤ r < n . Selanjutnya, dapat dilihat bahwa
a r = a m − nq = a m ∗ ( a n )
−q
= e ∗ (e)
−q
= e,
yaitu o ( a ) = n . Oleh karena itu, n merupakan bilangan bulat positif terkecil
sedemikian hingga a n = e . Di lain pihak, diketahui bahwa a r = e dan 0 ≤ r < n , oleh
karena itu haruslah r = 0 . Hal ini berakibat bahwa m = nq , dengan demikian terbukti
bahwa n membagi habis m.
(2) Misalkan o ( a t ) = k , maka a kt = e . Berdasarkan pernyataan (1) di atas diperoleh bahwa
n membagi habis kt. Oleh karena itu, terdapat l ∈ ℤ sedemikian hingga kt = nl .
Misalkan fpb ( t , n ) = d , maka terdapat u , v ∈ ℤ sedemikian hingga t = du dan n = dv
dengan fpb ( u , v ) = 1 . Oleh karena itu, diperoleh bahwa kdu = dvl , sehingga ku = lv ,
yaitu v membagi habis ku. Diketahui fpb ( u , v ) = 1 dan v membagi habis ku, maka v
n n
membagi habis k. Karena = v , diperoleh bahwa membagi habis k. Selanjutnya,
d d
n nt ndu
(a ) = a nu = ( a n ) = eu = e .
u
t d =a =a
d d
n
Diperoleh bahwa o ( a ) = k dan ( a
t t
) d = e . Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan (1)
n n
diperoleh bahwa k membagi habis . Oleh karena k dan merupakan bilangan bulat
d d
n n
positif sedemikian hingga k membagi habis , dan membagi habis k, maka
d d
n
berakibat bahwa k = . Sehingga diperoleh bahwa
d
o ( at ) = k = =
n n
.
d fpb ( t , n )
Dengan demikian, teorema terbukti. █
(a ∗b ∗ a )
−1 n
= a ∗ b n ∗ a −1
5. Tentukan order dari semua elemen grup ( ℤ 5 , + ) .
6. Tentukan order dari semua elemen grup ( ℤ*5 ,⋅) .
7. Tentukan order dari semua elemen grup ( S3 , ) .
8. Diberikan grup permutasi S6 . Diberikan permutasi α , β ∈ S6 dengan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
α = dan β = .
3 2 5 6 1 4 3 2 5 4 1 6
a. Tentukan o (α ) dan o ( β )
b. Tentukan o (α −1 ) dan o ( β −1 )
b. o ( a ) = o ( b ∗ a ∗ b −1 )
c. o ( a ∗ b ) = o ( b ∗ a )
10. Diberikan grup ( G , ∗) dan a, b ∈ G . Misalkan o ( a ) = m , o ( b ) = n dengan
fpb ( m, n ) = 1 dan a ∗ b = b ∗ a . Buktikan bahwa o ( a ∗ b ) = mn .
sama juga dapat ditemukan dalam grup ( ℤ∗7 , ⋅) . Kejadian khusus seperti ini memotivasi
pendefinisian suatu grup yang mempunyai sifat seperti pada kasus-kasus di atas yang
disebut dengan grup siklik, seperti diberikan dalam definisi berikut.
Definisi 1.7.1. (Grup Siklik) Suatu grup ( G, ∗) disebut grup siklik jika terdapat g ∈ G
sedemikian hingga untuk setiap a ∈ G dapat dinyatakan sebagai a = g n , untuk suatu
n ∈ ℤ . Elemen g ∈ G tersebut dinamakan dengan elemen pembangun atau generator
dari G, dan G dikatakan grup siklik yang dibangun oleh g, dinotasikan dengan G = g .
Dari definisi grup siklik di atas, dapat dilihat bahwa grup siklik G yang dibangun
oleh g ∈ G , yaitu G = g dapat dinyatakan sebagai g = g n n ∈ ℤ . { }
Contoh 1.7.2.
1. Grup ( ℤ 6 , + ) merupakan grup siklik yang dibangun oleh 1∈ ℤ 6 , yaitu ℤ 6 = 1 .
2. Grup ( ℤ 5 , + ) merupakan grup siklik yang dibangun oleh 1∈ ℤ 5 , yaitu ℤ 5 = 1 .
Lebih lanjut, grup ( ℤ 5 , + ) ternyata juga dibangun oleh 2 ∈ ℤ 5 , yaitu ℤ 5 = 2 ,
apabila dituliskan untuk semua elemen ℤ 5 = {0,1, 2,3, 4} , dapat ditunjukkan bahwa:
0 = 20 3 = 2 + 2 + 2 + 2 = 24
1 = 2 + 2 + 2 = 23 4 = 2 + 2 = 22
2 = 21
{
G = g = gn n∈ℤ . }
Diambil sebarang a, b ∈ G , akan ditunjukkan bahwa a ∗ b = b ∗ a . Diketahui a, b ∈ g ,
akibatnya a = g m dan b = g n , untuk suatu m, n ∈ ℤ . Sehingga diperoleh
a ∗ b = g m ∗ g n = g m+ n = g n+ m = g n ∗ g m = b ∗ a .
Dengan demikian, terbukti bahwa G merupakan grup Abelian. █
Sebagai latihan, apakah kebalikan dari Teorema 1.7.3 tersebut berlaku? yaitu
apakah setiap grup Abelian selalu merupakan grup siklik? Jika iya buktikanlah, jika tidak,
berikan contoh grup Abelian yang tidak siklik sebagai counter example.
BAB II
SUBGRUP
Definisi 2.1.1. (Subgrup) Diberikan grup ( G , ∗) dan himpunan bagian tidak kosong
H ⊆ G . Himpunan H disebut subgrup dari G jika H juga merupakan grup terhadap
operasi biner “ ∗ ” yang sama pada grup G, dinotasikan dengan H ≤ G .
Dari sini jelas bahwa setiap subgrup H ≤ G selalu memuat elemen identitas, yaitu
e ∈ G dan e ∈ H .
Contoh 2.1.2.
1. Grup ( ℤ, + ) merupakan subgrup dari ( ℝ, + )
2. Grup ( ℚ, + ) merupakan subgrup dari ( ℝ, + )
3. Grup ( ℤ, + ) merupakan subgrup dari ( ℚ, + )
4. Setiap grup G ≠ {e} paling tidak mempunyai dua subgrup, yaitu H = {e} dan
H = G sendiri. Subgrup H = {e} disebut subgrup trivial, sedangkan subgrup
H = G disebut subgrup tidak sejati. Jika H subgrup dari G dan bukan sama dengan
G, maka H disebut dengan subgrup sejati.
3. ( ∃e ∈ H )( ∀a ∈ H ) a ∗ e = e ∗ a = a
4. ( ∀a ∈ H ) ( ∃a −1 ∈ H ) a ∗ a −1 = a −1 ∗ a = e
a b
Latihan 2.1.3. Diberikan M 2 ( ℝ ) = a , b, c , d ∈ ℝ grup terhadap operasi
c d
penjumlahan matriks.
a b
1. Buktikan bahwa H = a, b ∈ ℝ subgrup dari M 2 ( ℝ ) .
0 0
a b
2. Buktikan bahwa N = a, b, c, d ∈ ℝ, a + b = c + d subgrup dari M 2 ( ℝ ) .
c d
Bukti:
( ⇒ ) Diketahui H ≤ G , maka ( H , ∗) merupakan grup. Oleh karena itu, jelas bahwa
kondisi 1, 2 dan 3 dipenuhi.
( ⇐) Diketahui ( H , ∗) memenuhi kondisi 1, 2 dan 3. Untuk membuktikan bahwa H ≤ G ,
haruslah dibuktikan bahwa ( H , ∗) merupakan grup. Karena H telah memenuhi kondisi 1, 2
dan 3, maka cukup dibuktikan berlaku assosiatif. Diambil sebarang a, b, c ∈ H . Diketahui
H ⊆ G , akibatnya a, b, c ∈ G . Karena G grup, maka pada G berlaku assosiatif, sehingga
diperoleh bahwa a ∗ ( b ∗ c ) = ( a ∗ b ) ∗ c . Jadi, terbukti bahwa ( H , ∗) merupakan grup, atau
dengan kata lain, H ≤ G . █
Teorema 2.1.5. (Teorema Subgrup II) Diberikan grup ( G, ∗) dan H suatu himpunan
bagian tidak kosong dari G, maka H subgrup dari G jika dan hanya jika memenuhi:
1. ( ∀a, b ∈ H ) a ∗ b ∈ H
2. ( ∀a ∈ H ) ( ∃a −1 ∈ H ) a ∗ a −1 = a −1 ∗ a = e .
Bukti:
( ⇒ ) Diketahui H ≤ G , maka ( H , ∗) merupakan grup. Oleh karena itu, jelas bahwa
kondisi 1 dan 2 dipenuhi.
( ⇐ ) Diketahui ( H , ∗) memenuhi kondisi 1 dan 2. Untuk membuktikan bahwa H ≤ G ,
haruslah dibuktikan bahwa ( H , ∗) merupakan grup. Dari pembuktian Teorema 2.1.4.
diperoleh bahwa pada H berlaku assosiatif. Karena H telah memenuhi kondisi 1 dan 2,
maka cukup dibuktikan bahwa H memuat elemen identitas. Diambil sebarang a ∈ H , dari
kondisi 2 diperoleh bahwa ∃a −1 ∈ H sedemikian hingga a ∗ a −1 = e . Diketahui a, a −1 ∈ H ,
menggunakan kondisi 1 diperoleh bahwa a ∗ a −1 = e ∈ H , yaitu H memuat elemen
identitas. Dengan demikian, diperoleh bahwa ( H , ∗) merupakan grup. Jadi, terbukti bahwa
H ≤G.█
Teorema 2.1.4. (Teorema Subgrup III) Diberikan grup ( G, ∗) dan H suatu himpunan
bagian tidak kosong dari G, maka H subgrup dari G jika dan hanya jika
( ∀a, b ∈ H ) a ∗ b −1 ∈ H .
Bukti:
( ⇒ ) Diketahui H ≤ G , maka ( H , ∗) merupakan grup. Diambil sebarang a, b ∈ H ,
menggunakan aksioma G4, maka b −1 ∈ H . Menggunakan aksioma G1, diperoleh bahwa
a ∗ b −1 ∈ H .
( ⇐) Diketahui ( ∀a, b ∈ H ) a ∗ b −1 ∈ H . Jelas bahwa pada H berlaku assosiatif. Akan
ditunjukkan bahwa pada H berlaku sifat tertutup, memuat elemen identitas dan setiap
elemen dari H mempunyai invers di H. Diambil sebarang a, b ∈ H . Menggunakan
b = ( b −1 ) ,
−1
Teorema 1.2.4. diperoleh bahwa oleh karena itu diperoleh
•a
•b
• a ∗ b −1
Dari ketiga teorema subgrup di atas, yang umum digunakan untuk membuktikan
suatu himpunan bagian tidak kosong dari suatu grup itu merupakan subgrup adalah
dengan menggunakan Teorema Subgrup III.
a b
Contoh 2.1.5. Diberikan M 2 ( ℝ ) = a , b, c , d ∈ ℝ grup terhadap operasi
c d
a b
penjumlahan matriks. Buktikan bahwa H = a, b ∈ ℝ subgrup dari M 2 ( ℝ ) .
0 0
0 0
Jawab: Jelas bahwa H ⊆ M 2 ( ℝ ) dan H bukan himpunan kosong, sebab ∈ H .
0 0
Diambil sebarang A, B ∈ H , akan dibuktikan bahwa A + ( −B ) ∈ H . Misalkan
a b a b2 − a2 −b2
A = 1 1 dan B = 2 , diperoleh bahwa − B = , sehingga
0 0 0 0 0 0
a b − a −b2 a1 − a2 b1 − b2
A + ( −B) = 1 1 + 2 = ∈ H .
0 0 0 0 0 0
Menggunakan Teorema Subgrup III, terbukti bahwa H subgrup dari M 2 ( ℝ ) .
Contoh 2.1.6. Diberikan grup ℤ 6 = {0,1, 2,3, 4,5} terhadap operasi penjumlahan modulo 6.
Tunjukkan bahwa S = {0,1, 2,3} bukan subgrup dari ℤ 6 .
Jawab: Untuk menunjukkan bahwa S = {1, 2,3} bukan subgrup dari G, dapat cukup
dengan mencari contoh atau counter example, yaitu salah satu aksioma dari definisi
subgrup yang tidak dipenuhi. Ada beberapa counter example yang dapat digunakan, yaitu:
1. Tidak memuat elemen identitas, yaitu 0 ∉ S .
2. Tidak bersifat tertutup, yaitu ∃2,3 ∈ S sedemikian hingga 2 + 3 = 5 ∉ S .
3. Ada elemen dari S yang tidak mempunyai invers di S, contohnya 2 tidak
mempunyai invers di S, sebab ∀a ∈ S , 2 + a ≠ 0 , yaitu −2 = 4 ∉ S .
Apabila ada satu saja aksioma yang tidak dipenuhi, itu sudah cukup untuk membuktikan
bahwa S bukan subgrup.
Contoh 2.1.7. Diberikan grup ℤ 6 = {0,1, 2,3, 4,5} terhadap operasi penjumlahan modulo 6.
Buktikan bahwa S = {0, 2, 4} subgrup dari ℤ 6 , tetapi T = {0, 2,3, 4} bukan subgrup dari
ℤ6 .
Dapat dilihat bahwa operasi “+” pada S bersifat tertutup dan setiap elemen dari S
mempunyai invers di S, yaitu −0 = 0 , −2 = 4 dan −4 = 2 . Sehingga diperoleh bahwa S
subgrup dari ℤ 6 . Selanjutnya, dibuat tabel Cayley dari T, yaitu:
+ 0 2 3 4
0 0 2 3 4
2 2 4 5 0
3 3 5 0 1
4 4 0 1 2
Dapat dilihat bahwa operasi “+” pada T tidak bersifat tertutup, yaitu 3 + 2 = 5 ∉ T ,
sehingga T bukan subgrup dari ℤ 6 .
a b
6. Diberikan GL2 ( ℝ ) = a, b, c, d ∈ ℝ, ad − bc ≠ 0 grup terhadap operasi
c d
a b
perkalian matriks. Diberikan SL2 ( ℝ ) = a , b , c , d ∈ ℝ , ad − bc = 1 .
c d
Buktikan bahwa SL2 ( ℝ ) subgrup dari GL2 ( ℝ ) .
7. Diberikan grup G dan H himpunan bagian tidak kosong dari G. Buktikan bahwa H
subgrup dari G jika dan hanya jika ( ∀a, b ∈ H ) a −1 ∗ b ∈ H .
Teorema 2.2.1. Diberikan grup G. Jika H dan K subgrup dari G, maka H ∩ K subgrup
dari G.
Bukti: Diketahui H dan K subgrup dari G. Jelas bahwa H ∩ K himpunan bagian tidak
kosong dari G, sebab e ∈ H dan e ∈ K , sehingga e ∈ H ∩ K . Diambil sebarang
a, b ∈ H ∩ K , maka a, b ∈ H dan a, b ∈ K . Berdasarkan Teorema Subgrup III, diperoleh
bahwa ab −1 ∈ H dan ab −1 ∈ K , yang berakibat bahwa ab −1 ∈ H ∩ K . Jadi, terbukti bahwa
H ∩ K subgrup dari G. █
Jika H dan K subgrup dari G, maka H ∪ K belum tentu subgrup dari G. Sebagai
counter example-nya telah diberikan di atas. Sebagai counter example yang lain, diberikan
2ℤ , 3ℤ dan 4ℤ adalah subgrup dari ℤ . Diketahui
n
Akibat 2.2.2. Diberikan grup G. Jika H1 , H 2 ,..., H n adalah subgrup dari G, maka ∩H i
i =1
subgrup dari G.
Teorema 2.2.3. Diberikan grup G. Diberikan H dan K subgrup dari G. Jika G grup
Abelian, maka HK subgrup dari G.
Bukti: Diketahui G grup Abelian. Jelas bahwa HK himpunan bagian tidak kosong dari G,
sebab e ∈ HK . Diambil sebarang a, b ∈ HK , maka a = h1k1 dan b = h2 k2 , untuk suatu
h1 , h2 ∈ H dan k1 , k2 ∈ K . Karena G grup Abelian, diperoleh bahwa
ab −1 = h1k1 ( h2 k2 ) = h1k1k2−1h2−1 = ( h1h2−1 )( k1k2−1 ) ∈ HK
−1
Contoh 2.2.5. Diberikan grup ( ℤ10 , + ) . Subgrup siklik yang dibangun oleh 2 ∈ ℤ10 adalah
{ }
2 = 2n n ∈ ℤ = {0, 2, 4, 6,8} . Subgrup siklik yang dibangun oleh 3 ∈ ℤ10 adalah sebagai
berikut:
{
3 = 3n n ∈ ℤ }
= {30 = 0,31 = 3, 32 = 6,33 = 9, 34 = 2, 35 = 5, 36 = 8, 37 = 1,38 = 4,39 = 7}
= {0, 3, 6, 9, 2,5,8,1, 4, 7}
= {0,1, 2, 3, 4,5, 6, 7,8, 9}
= ℤ10
Dapat dilihat bahwa 3 = ℤ10 , yaitu 3∈ ℤ10 merupakan elemen pembangun dari grup
siklik ℤ10 .
Contoh 2.3.2.
1. Diberikan H = {(1) , (123) , (132 )} subgrup dari S3 . Untuk ( 23) ∈ S3 diperoleh
koset kiri, yaitu ( 23) H = {( 23)(1) , ( 23)(123) , ( 23)(132 )} = {( 23) , (13) , (12 )} dan
koset kanan H ( 23) = {(1)( 23) , (123)( 23) , (132 )( 23)} = {( 23) , (12 ) , (13)} .
2. Diberikan K = {(1) , (12 )} subgrup dari S3 . Untuk ( 23) ∈ S3 diperoleh koset kiri,
yaitu ( 23) K = {( 23)(1) , ( 23)(12 )} = {( 23) , (132 )} dan koset kanan yaitu
K ( 23) = {(1)( 23) , (12 )( 23)} = {( 23) , (123)} .
3. Diberikan H = {0, 2, 4, 6,8,10} subgrup dari ℤ12 , untuk 3∈ ℤ12 diperoleh koset kiri
3H = {3 + 0,3 + 2,3 + 4,3 + 6,3 + 8,3 + 10} = {1,3,5, 7,9,11} = 3 + H dan koset kanan
H 3 = {0 + 3, 2 + 3, 4 + 3, 6 + 3,8 + 3,10 + 3} = {1,3,5, 7,9,11} = H + 3 .
Bukti:
1. Diketahui G Abelian, diambil sebarang a ∈ G , maka diperoleh bahwa
aH = {ah h ∈ H } = {ha h ∈ H } = Ha .
2. Diketahui e adalah elemen identitas dari G, akibatnya diperoleh bahwa
eH = {eh h ∈ H } = {h h ∈ H } = H
He = {he h ∈ H } = {h h ∈ H } = H
Dengan demikian teorema terbukti. █
Bukti:
1. ( ⇒ ) Diketahui aH = bH , akan ditunjukkan bahwa b −1a ∈ H . Diketahui
aH = bH , maka ah = bk , untuk suatu h, k ∈ H . Dari sini dapat diperoleh bahwa
b −1a = kh −1 . Diketahui H subgrup dari G, akibatnya kh −1 ∈ H , sehingga diperoleh
bahwa b −1a ∈ H .
( ⇐) Diketahui b −1a ∈ H , akan ditunjukkan bahwa aH = bH , yaitu aH ⊆ bH dan
bH ⊆ aH . Diambil sebarang x ∈ aH , maka x = ah , untuk suatu h ∈ H . Diperoleh
bahwa x = ah = bb −1ah . Diketahui b −1a ∈ H dan h ∈ H , maka b −1ah ∈ H ,
akibatnya x ∈ bH , diperoleh bahwa aH ⊆ bH . Selanjutnya, diambil sebarang
y ∈ bH , maka y = bk , untuk suatu k ∈ H . Dapat dilihat bahwa
y = bk = aa −1bk = a ( b −1a ) k . Diketahui b −1a ∈ H , maka ( b −1a ) ∈ H , diperoleh
−1 −1
(b a )
−1 −1
k ∈ H . Akibatnya, y ∈ aH , sehingga bH ⊆ aH . Dari sini, diperoleh
aH ⊆ bH dan bH ⊆ aH , sehingga terbukti bahwa aH = bH .
2. Bukti 2 diberikan sebagai latihan untuk mahasiswa. █
Akibat 2.3.6. Diberikan H subgrup dari G, maka himpunan semua koset kiri yaitu
{aH a ∈ G} membentuk partisi pada G.
Bukti: Dari Teorema 2.3.5. di atas diperoleh bahwa koset-koset kiri dari G yang berbeda
mempunyai sifat saling asing, yaitu jika aH ≠ bH , maka aH ∩ bH = ∅ . Akan
ditunjukkan bahwa G = ∪ aH . Jelas bahwa ∪ aH ⊆ G . Diambil sebarang x ∈ G , maka
a∈G a∈G
Teorema 2.3.8. Diberikan H subgrup dari G, maka terdapat suatu korespondensi 1-1
antara himpunan semua koset kiri dari H di G dengan himpunan semua koset kanan dari
H di G. Lebih lanjut, banyaknya koset kiri dari H di G sama dengan banyaknya koset
kanan dari H di G.
Definisi 2.3.9. (Indeks Subgrup) Diberikan H subgrup dari G. Banyaknya koset kiri
(kanan) dari H di G dinamakan dengan indeks dari H di G, dinotasikan dengan [G : H ] .
Contoh 2.3.10.
1. Diberikan H = {0,3} subgrup dari ℤ 6 .
Untuk 0 ∈ ℤ 6 diperoleh 0 + H = {0 + 0, 0 + 3} = {0,3} = H .
Untuk 1∈ ℤ 6 diperoleh 1 + H = {1 + 0,1 + 3} = {1, 4} .
Untuk 2 ∈ ℤ 6 diperoleh 2 + H = {2 + 0, 2 + 3} = {2,5} .
Untuk 3∈ ℤ 6 diperoleh 3 + H = {3 + 0,3 + 3} = {3, 0} = H .
Untuk 4 ∈ ℤ 6 diperoleh 4 + H = {4 + 0, 4 + 3} = {4,1} = 1 + H .
Untuk 5∈ ℤ 6 diperoleh 5 + H = {5 + 0,5 + 3} = {5, 2} = 2 + H .
Diperoleh bahwa koset kiri dari H di ℤ 6 ada tiga, yaitu H, 1+H dan 2+H. Dengan
demikian, indeks dari H di ℤ 6 adalah [ H : ℤ 6 ] = 3 .
2. Diberikan S = {(1) , ( 23)} subgrup dari S3 . Koset-koset dari S di S3 yaitu:
Setelah diberikan konsep mengenai koset dan indeks, berikut ini diberikan
mengenai teorema Lagrange.
Teorema 2.3.11. (Toerema Lagrange) Diberikan grup hingga G dan H subgrup dari G,
maka order dari H membagi habis order dari G. Secara khusus, G = [G : H ][ H ] .
Bukti: Diketahui G grup hingga, maka ada sebanyak berhingga koset kiri dari H di G.
Misalkan {a1 H , a2 H ,..., an H } adalah himpunan semua koset kiri yang berbeda dari H di G.
Dari Akibat 2.3.6. diketahui bahwa {a1 H , a2 H ,..., an H } merupakan partisi dari G dengan
n
aH ∩ bH = ∅ , G = ∪ ai H dan a1 H = a2 H = ... = an H , sehingga [G : H ] = n . Diketahui
i =1
ai H = H , 1 ≤ i ≤ n . Akibatnya diperoleh
G = a1 H + a2 H + ... + an H
= H + H + ... + H
.
=n H
= [G : H ] H
Oleh karena itu, order dari H membagi habis order dari G. █
Akibat 2.3.12. Diberikan grup hingga G dan a ∈ G , maka order dari a membagi habis
order dari G.
Akibat 2.3.13. Jika order dari G adalah suatu bilangan prima, maka G siklik.
BAB III
SUBGRUP NORMAL DAN GRUP FAKTOR
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa (1) H = H (1) dan (12 ) H = H (12 ) , yaitu koset kiri
sama dengan koset kanan. Akan tetapi ternyata ada koset kiri yang tidak sama dengan
koset kanan, yaitu (13) H ≠ H (13) , ( 23) H ≠ H ( 23) , (123) H ≠ H (123) dan
(132 ) H ≠ H (132 ) .
Selanjutnnya, ternyata dapat dilihat bahwa semua koset kiri dari N sama dengan
koset kanan dari N, yaitu:
Definisi 3.1.1. (Subgrup Normal) Diberikan grup G dan N subgrup dari G, maka N
disebut subgrup normal dari G jika setiap koset kiri dari N di G sama dengan koset kanan
dari N di G, yaitu ( ∀g ∈ G ) gN = Ng , dinotasikan dengan N ⊲ G .
Contoh 3.1.2.
1. N = {(1) , (123) , (132 )} merupakan subgrup normal dari S3 .
2. H = {(1) , (12 )} bukan subgrup normal dari S3 , sebab terdapat (13) ∈ S3 sedemikian
hingga (13) H ≠ H (13) .
Teorema 3.1.3. Setiap subgrup dari grup Abelian merupakan subgrup normal.
Bukti: Diberikan grup Abelian G dan H subgrup dari G. Diambil sebarang g ∈ G , akan
dibuktikan bahwa gH = Hg . Diketahui G grup Abelian, maka untuk sebarang h ∈ H
diperoleh bahwa gh = hg , sehingga berakibat bahwa
gH = { gh h ∈ H } = {hg h ∈ H } = Hg .
Jadi, terbukti bahwa H subgrup normal dari G. █
Dari Teorema 3.1.3. di atas dapat diketahui bahwa setiap subgrup dari grup ℤ dan
ℤ n merupakan subgrup normal. Akan tetapi untuk grup yang tidak Abelian, maka setiap
subgrupnya belum tentu merupakan subgrup normal, seperti yang telah diberikan pada
Contoh 3.1.2. di atas. Berikut ini diberikan sebuah teorema yang dapat digunakan untuk
membuktikan bahwa suatu subgrup merupakan subgrup normal.
Teorema 3.1.4. (Teorema Subgrup Normal) Diberikan grup G dan N subgrup dari G,
maka N subgrup normal dari G jika dan hanya jika ( ∀g ∈ G )( ∀n ∈ N ) gng −1 ∈ N .
Bukti:
(
y = gg −1n1 g = g g −1n1 ( g −1 )
−1
) , dengan g −1n1 ( g −1 ) ∈ N . Akibatnya diperoleh bahwa
−1
Berikut ini diberikan sebuah teorema yang juga ekuivalen dengan definisi subgrup
normal, perhatikan bahwa untuk N subgrup dari G dan g ∈ G , dinotasikan
{
gNg −1 = gng −1 n ∈ N . }
Teorema 3.2.1. Diberikan N subgrup dari G, maka N subgrup normal dari G jika dan
hanya jika ( ∀g ∈ G ) gNg −1 ⊆ N .
Bukti:
( ⇒ ) Diketahui N subgrup normal dari G. Diambil sebarang g ∈ G , dibentuk himpunan
{
gNg −1 = gng −1 n ∈ N . } Akan dibuktikan bahwa gNg −1 ⊆ N . Diambil sebarang
Berikut ini diberikan beberapa sifat dari subgrup normal yang berkaitan dengan
operasi antara dua subgrup normal.
Bukti:
1. Jelas bahwa M ∩ N subgrup dari G. Diambil sebarang g ∈ G dan k ∈ N ∩ M ,
akan ditunjukkan bahwa gkg −1 ∈ M ∩ N . Diketahui k ∈ N ∩ M , maka k ∈ N dan
k ∈ M . Diketahui M dan N subgrup normal dari G, maka gkg −1 ∈ N dan
gkg −1 ∈ M . Akibatnya diperoleh gkg −1 ∈ M ∩ N . Jadi, terbukti bahwa M ∩ N
subgrup normal dari G.
2. Diketahui M dan N subgrup normal dari G. Dibentuk
MN = {mn m ∈ M , n ∈ N } dan NM = {nm n ∈ N , m ∈ M } .
Pertama, akan ditunjukkan bahwa MN = NM . Diambil sebarang x ∈ MN , maka
x = m0 n0 , untuk suatu m0 ∈ M dan n0 ∈ N . Karena M ⊆ G , maka m0 ∈ G ,
sehingga m0 N = Nm0 . Diketahui x = m0 n0 ∈ m0 N , maka x ∈ Nm0 , yaitu x = n1m0 ,
untuk suatu n1 ∈ N . Diperoleh bahwa x ∈ NM , yaitu MN ⊆ NM . Dengan cara
yang sama diperoleh bahwa NM ⊆ MN . Diperoleh bahwa MN = NM .
Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa MN subgrup normal dari G. Diambil
sebarang g ∈ G dan k ∈ MN , akan dibuktikan bahwa gkg −1 ∈ MN . Diketahui
k ∈ MN , maka k = mn , untuk suatu m ∈ M dan n ∈ N . Diketahui M dan N
subgrup normal dari G, maka gmg −1 ∈ M dan gng −1 ∈ N . Diperoleh bahwa
gkg −1 = gmng −1 = ( gmg −1 )( gng −1 ) ∈ MN . Jadi, terbukti bahwa MN = NM
subgrup normal dari G. █
Gabungan dari dua subgrup normal belum tentu merupakan subgrup normal,
sebagai contohnya diberikan H = {0,3} dan K = {0, 2, 4} subgrup normal dari ℤ 6 , akan
tetapi H ∪ K = {0, 2,3, 4} bukan subgrup dari ℤ 6 , sebab tidak berlaku sifat tertutup yaitu
2 + 3 = 5 ∉ H ∪ K , sehingga H ∪ K bukan subgrup dari ℤ 6 . Oleh karena itu, H ∪ K
bukan subgrup normal dari ℤ 6 .
Diberikan grup permutasi S3 = {(1) , (12 ) , (13) , ( 23) , (123) , (132 )} . Pada contoh di
atas, telah diketahui bahwa H = {(1) , (12 )} bukan subgrup normal dari S3 . Dibentuk
S3 H adalah himpunan semua koset kiri dari H pada S3 , yaitu
S3 H = {α H α ∈ S3 } = { H , (13) H , ( 23) H } .
Selanjutnya, pada S3 H didefinisikan operasi biner “ ∗ ” yaitu untuk α H , β ∈ H ∈ S3 H ,
(α H ) ∗ ( β H ) := (αβ ) H . Akan diselidiki apakah operasi “ ∗ ” tersebut terdefinisi dengan
baik (well defined)? Diketahui (13) H = (123) H dan ( 23) H = (132 ) H . Menggunakan
definisi di atas, diperoleh bahwa
( (13) H ) ∗ ( ( 23) H ) = ( (13)( 23) ) H = (132 ) H
( (123) H ) ∗ ( (132 ) H ) = ( (123)(132 ) ) H = (1) H
Dari sini diperoleh bahwa (13) H = (123) H dan ( 23) H = (132 ) H , tetapi
( (13) H ) ∗ ( ( 23) H ) ≠ ( (123) H ) ∗ ( (132 ) H ) . Oleh karena itu, operasi “ ∗ ” tersebut tidak
terdefinisi dengan baik. Hal ini terjadi karena H bukan subgrup normal.
Contoh 3.3.2.
1. Dari Contoh 2.3.10, diketahui H = {0,3} subgrup dari ℤ 6 dan ada tiga koset kiri
dari H di ℤ 6 , yaitu H = {0,3} , 1 + H = {1, 4} dan 2 + H = {2,5} . Oleh karena itu,
ℤ 6 H = { H ,1 + H , 2 + H } .
2. Diketahui H = {(1) , (12 )} dan S = {(1) , ( 23)} merupakan subgrup dari S3 , maka
diperoleh S3 H = { H , (13) H , ( 23) H } dan S3 S = {S , (12 ) S , (13) S } .
3. Diketahui 6ℤ subgrup dari ℤ , diperoleh:
ℤ 6ℤ = {6ℤ,1 + 6ℤ, 2 + 6ℤ,3 + 6ℤ, 4 + 6ℤ,5 + 6ℤ} .
Latihan 3.3.3.
1. Diberikan H = {0, 4} subgrup dari ℤ 8 . Tentukan ℤ 8 H .
2. Diberikan K = {(1) , (13)} subgrup dari S3 . Tentukan S3 K .
3. Diberikan 6 subgrup siklik dari ℤ . Tentukan ℤ 6 .
( aN ) ∗ ( a −1 N ) = ( aa −1 ) N = eN = N
( a N ) ∗ ( aN ) = ( a a ) N = eN = N
−1 −1
Diperoleh bahwa ( aN ) = a −1 N ∈ G N .
−1
Jadi, dari (1), (2), (3) dan (4), terbukti bahwa ( G N , ∗) merupakan grup. █
Contoh 3.3.5.
1. Diketahui 6ℤ subgrup normal dari ℤ , dari contoh sebelumnya dapat diperoleh
bahwa ℤ 6ℤ = {6ℤ,1 + 6ℤ, 2 + 6ℤ,3 + 6ℤ, 4 + 6ℤ,5 + 6ℤ} . Didefinisikan operasi
biner penjumlahan di ℤ 6ℤ seperti pada Teorema 3.3.4 di atas, yaitu
a + 6ℤ, b + 6ℤ ∈ ℤ 6ℤ , ( a + 6ℤ ) + ( b + 6ℤ ) = ( a + b ) + 6ℤ , maka ( ℤ 6ℤ, + )
merupakan grup faktor. Perhatikan Tabel Cayley di bawah ini.
+ 6ℤ 1 + 6ℤ 2 + 6ℤ 3 + 6ℤ 4 + 6ℤ 5 + 6ℤ
6ℤ 6ℤ 1 + 6ℤ 2 + 6ℤ 3 + 6ℤ 4 + 6ℤ 5 + 6ℤ
1 + 6ℤ 1 + 6ℤ 2 + 6ℤ 3 + 6ℤ 4 + 6ℤ 5 + 6ℤ 6ℤ
2 + 6ℤ 2 + 6ℤ 3 + 6ℤ 4 + 6ℤ 5 + 6ℤ 6ℤ 1 + 6ℤ
3 + 6ℤ 3 + 6ℤ 4 + 6ℤ 5 + 6ℤ 6ℤ 1 + 6ℤ 2 + 6ℤ
4 + 6ℤ 4 + 6ℤ 5 + 6ℤ 6ℤ 1 + 6ℤ 2 + 6ℤ 3 + 6ℤ
5 + 6ℤ 5 + 6ℤ 6ℤ 1 + 6ℤ 2 + 6ℤ 3 + 6ℤ 4 + 6ℤ
2. Diketahui H = {0,3} subgrup normal dari ℤ 6 dan ada tiga koset kiri dari H di ℤ 6 ,
yaitu H = {0,3} , 1 + H = {1, 4} dan 2 + H = {2,5} . Oleh karena itu diperoleh grup
faktor ℤ 6 H = { H ,1 + H , 2 + H } dengan tabel Cayley sebagai berikut:
+ H 1+ H 2+ H
H H 1+ H 2+ H
1+ H 1+ H 2+ H H
2+ H 2+ H H 1+ H
Teorema 3.3.6. Diberikan grup G dan N subgrup normal dari G. Jika G grup Abelian,
maka grup faktor G N Abelian.
Akan tetapi kebalikan dari teorema di atas tidak berlaku, yaitu jika G N grup
Abelian maka grup G belum tentu Abelian. Sebagai contoh, diberikan grup permutasi S3
dan N = {(1) , (123) , (132 )} subgrup normal dari S3 . Berdasarkan Tabel 3.2. diperoleh
bahwa S3 N = { N , (12 ) N } merupakan grup faktor. Karena S3 N hanya memuat dua
elemen, maka S3 N merupakan grup Abelian, walaupun S3 bukan grup Abelian.