DI SUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izinNya Kami dapat menyelesaikan tugas akhir stase ini dengan judul“Asuhan
Keperawatan Pada By.Ny S Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Ruang Melati Rsud Dr.
H Soewondo Kendal” ini merupakan salah satu pokok bahasan dalam praktek Stase Anak.
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan dan dan bisa
mengaplikasikannya.
Menyadari bahwa banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam penyusunan
KaryaTulis Ilmiah ini, maka penulis pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan
ketulusan hati ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Tri Sakti W, M.Kep,Sp.Kep.An selaku pembimbing akademik stase Keperawatan
Anak. Terima kasih atas bimbingan, pengarahan, saran, dan nasehatnya. Terima
kasih atas kebesaran hatinya yang sabar dalam membimbing penulis selama ini.
2. Aprillia Widiyastuti, S.Kep,Ns., sebagai pembimbing klinik terima kasih atas
masukan dan sarannya yang sangat mendukung penulis.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan moril yang
tidakdapat menyebutkan satu – persatu.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang sifatnya membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada Dosen Pembimbing.
Kendal, April 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Masalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka
kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015).
Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh
dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan
sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di
Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7%
(Kemenkes RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR
(Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko,
seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan.Faktor risiko tersebut menyebabkan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat
badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik.
Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai
faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah
mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014)
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi
BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan
pencegahan infeksi.Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang
meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang
dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR
lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo, 2014).
4
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui tindakan keperawatan yang tepatpada pasien dengan kejadian berat badan
lahir rendah.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui prevalensi kejadian berat badan lahir rendah di rumah sakit RSUD Dr.
H Soewondo Kendal.
b. Mengetahui intervensi keperawatan pada bayi dengan kejadian berat badan lahir
rendah pada bayi post partum.
c. Mengetahui implementai keperawatan pada bayi dengan kejadian berat badan lahir
rendah pada bayi post partum.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuba, 2009).
Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat Pedoman Pemamtauan
Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau
sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatur dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi
yang baru lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(BBLR) (Yushanata, 2008).
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan
kurang dari 2500 gram (Markum, 2009).Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni, yaitu bayi pada kehamilan <37 minggu dengan berat badan
sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan (Hardi Kusuma & Amin
Huda,2012:68).
B. Penyebab
Kelahiran premature disebababkan oleh beberapa faktor yang berhubungan,yaitu :
1. Faktor ibumeliputifaktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik), faktor usia
ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, riwayat kelahiran prematur sebelumnya,
perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi dan kehamilan multiple.
2. Aktivitas ibu meliputi :stress fisik yang lama berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan intra uterin dan maturitas.
6
3. Faktor janin meliputi : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah
dini.
4. Faktor Plasenta meliputi :Penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malformasi, tumor,
plasenta privea.
5. Keadaan sosial dan ekonomi yang rendah, diukur berdasarkan pendapatan
keluarga,tingkat pendidikan,status sosial dan pekerjaan/jabatan.
6. RAS, dari data penelitian menunjukkan angka kelahiran premature 2 kali lipat
banyak pada ibu-ibu kulit putih yang merupakan 1/3 dari seluruh BKB (bayi kurang
bulan) (Markum,2009).
7
D. Patofisiologi
BBLR menyebabkan bayi lahir premature. Prematuritas disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu faktor ibu, faktor plasenta dan faktor janin, akan menyebabkan
dinding otot rahim bagian bawah rahim lemah sehingga rahim terbuka sebelum usia
kehamilan dan bayi lahir premature dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BB
<2500 gram). Bayi yang lahir premature akan mengalami imatur fungsi mekanis
pencernaan seperti refleks menghisap dan menelan lemah, gangguan digestif dan absorbsi
yang mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Paru belum
matang akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif, asfiksia, kulit tipis, transparan dan
lemak subkutan sedikit sehingga dapat terjadi risiko gangguan integritas kulit,
thermoregulasi tidak efektif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur sehingga
system immunologi belum berkembang dengan baik dan dapat terjadi imatur system saraf
pusat (Hardi Kusuma & Amin Huda,2012:68).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada berat badan lahir rendah pada
bayi yaitu :
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,
tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskular.
F. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medik dari BBLR antara lain:
1. Pemberian O2 (oksigen)
2. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
3. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
8
4. Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
5. Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
6. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,pertahankan
suhu tetap hangat.
7. Tali pusat harus dalam keadaan bersih
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
9. Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10 % + bikarbonat natrikus 1,5 % = 4:1, hari 1
= 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan antibiotic (Sacharin, 2006).
G. Komplikasi
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri yaitu :
1. Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat
muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal sehingga akan muncul
komplikasi/penyakit sebagai berikut :
a. Asfiksia perinatal
b. Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane hialin, apnea
rekuren, sindroma kebocoran udara, bronkopulmonary dysplasia
c. Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
d. Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
e. Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas menyebabkan
terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
f. Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas.
2. BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat berhubungan
dengan adanya kelainan congenital,selama intrauterine tidak tumbuh optimal dan
lahir BBLR. Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan sebagai
berikut :
a. Depresi perinatal
b. Aspirasi mekonium
c. Perdarahan paru
d. Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
9
e. Hipoksemia,hiperglikemi,hipokalsemia,hiponatremia,polisitemia
(Erlina,2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada BBLR pada bayi adalah :
a) Resiko Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
b) Hipotermia berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh serta
berkurangnya lemak subcutan di dalam tubuh.
c) Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan kekebalan tubuh.
3. RencanaKeperawatan
No Diagnosa Tujuan & KH Rencana tindakan Rasional
Keperawatan
1. Resiko gangguan Setelah dilakukan Mandiri : Intake dan output
pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan Pertahankan yang adekuat
kurang dari kebutuhan selama 3x24jam intake dan sangat
tubuh berhubungan kebutuhan carian dan output yang mempengaruhi
dengan elektrolit dapat terpenuhi adekuat keseimbangan
ketidakmampuan Kriteria: Kolaborasi: cairan
mengabsorbsi nutrisi. Keseimbangan intake Monitor intake Untuk
dan output cairan dan output menentukan
Elektrolit dalam yang adekuat keseimbangan
batas normal cairan
Mukosa bibir lembab Monitor berat Untuk
Turgor kulit baik badan Bayi mengetahui
perkembangan
13
Edukasi: berat badan bayi
Beri ASI Nutrisi terpenuhi
2. Hipotermi Setelah dilakukan Mandiri : Mengetahui suhu
berhubungan dengan tindakan keperawatan Amati suhu tubuh
imaturitas control dan selama 3x24jam kriteria tubuh
pengatur suhu tubuh hasil:suhu tubuh dalam Kolaborasi :
serta berkurangnya batas normal Amati pengaruh Untuk
lemak subkutan di therapy yang di mempercepat
dalam tubuh berikan oleh proses
dokter penyembuhan
Edukasi :
Pertahankan Untuk menjaga
suhu lingkungan supaya suhu
tubuh stabil
Monitor status Mengetahui
suhu tubuh perubahan suhu
tubuh
Beri ASI
Untuk
mengetahui
perkembangan
berat badan bayi
dan nutrisi bayi
3. Resiko infeksi Setelah di lakukan- Mandiri : Pemeriksaan ttv
berhubungan dengan tindakan keperawatan Monitor sangat mendorong
ketidakadekuatan selama 3x24 jam di keadaan umum untuk untuk
sistem kekebalan harapkan kekebalan serta tanda- mengetui adanya
tubuh. tubuh yang adekuat tanda vital. infeksi.
dengan kriteria hasil :
tidak terjadi infeksi Kolaborasi :
Observasi tanda-
Salah satu cara
tanda infeksi.
untuk mengetahui
secara dini adanya
Amati Pengaruh infeksi adalah
14
Terapi Yang dengan mengkaji
Diberika adanya tanda-tanda
infeksi.
Pemberian obat
secara baik akan
mengurangi rasa
nyeri dan infeksi.
15
BAB III
LAPORAN KASUS
b. Terapi
Infus D10% 6 tpm
Injeksi Dexametasone 0,3mg
Obat oral Amocillin 0,2cc
Obat oral campur di susu Similac 1x1 dicampur dengan ASI 25 cc
7. Analisa Data
No. Data Fokus Problem Etiologi
1. Ds: Ny. S mengatakan dalam Resiko gangguan Ketidakmampuan
menghisap ASI bayinya lemah pemenuhan nutrisi mengabsorbsi nutrisi ASI
Do: kurang dari kebutuhan
By. Ny S di beri ASI 30cc tubuh
By. Ny S kadang berhenti saat
menghisap puting
BBL: 2000 gram BBS: 1800
19
gram
Imt: 2000gram + (0 x 600gram)
= 2000gram = 2kg (normal 2,4
kg - 4,2 kg)
2. Ds: - Hipotermi Imaturitas control dan
Do: pengatur suhu tubuh serta
Bayi dirawat dalam box lampu berkurangnya lemak
Menangis saat dibuka lama subkutan di dalam tubuh
bedongya
S: 35,9 OC
N: 125x/menit
RR: 45x/menit
BBS: 1800 gram
3. Ds: - Resiko infeksi Ketidakadekuatan sistem
Do: kekebalan tubuh.
Terdapat pemasangan infus
melalui umbilikal
Umbilikal berwarna kekuningan
Perban pada umbilikan berwarna
kecoklatan dan kotor
20
C. Rencana Tindakan Keperawatan
21
tubuh
Beri ASI
Untuk
mengetahui
perkembangan
berat badan bayi
dan nutrisi bayi
3. Resiko infeksi Setelah di lakukan- Mandiri : Pemeriksaan ttv
berhubungan dengan tindakan keperawatan Monitor sangat mendorong
ketidakadekuatan selama 3x24 jam di keadaan umum untuk untuk
sistem kekebalan harapkan kekebalan serta tanda- mengetui adanya
tubuh. tubuh yang adekuat tanda vital. infeksi.
dengan kriteria hasil :
tidak terjadi infeksi Kolaborasi :
Observasi tanda-
tanda infeksi.
22
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No Tgl/jam No Dx Tindakan Respon TTD
1. 26 Maret 1,2,3 1. Melakukan pemeriksaan Ds: -
2019 tanda-tanda vital pada By Do:
08.00 Ny. S S: 35,9 OC
N: 125x/menit
RR: 45x/menit
08.15 1,2,3 2. Memberikan injeksi melalui Ds: -
infus pada umbilikal Do:
- Injeksi Dexametason
3x0,3 mg
08.30 1 3. Memonitor berat badan bayi Ds: -
Do:
- BB awal bayi: 2000gram
- Pukul 05.00 wib: 1800
gram
08.45 1 4. Mengedukasi pada ibu Ds: Ny. S mengatakan ASInya
pentingnya pemberian ASI keluar tetapi jika dipompa
keluarnya sedikit
Do:
- Pasien mengerti tentang
manfaat dan
keuntungannya ASI
09.00 1 5. Memberikan pengetahuan Ds: Ny. S mengatakan
tentang KMC atau Kanguru memahami apa yang telah
Mother Care disampaikan
Do:
- Ny. S kooperatif
- Ny. S mengerti tentang
metode KMC
09.20 2 1. Memonitor status suhu Ds: -
bayi Do:
- S: 36 oC
23
09.50 2 2. Membedong atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do:
kedinginan - By Ny. S lebih tenang saat
dibedong
- Bayi dalam keadaan
dibedong
3. Mempertahankan suhu
10.15 2 Ds: -
normal pada bayi
Do:
- Meletakan box bayi tidak
dibawah ac
- Lampu pada box bayi
selalu menyala
1. Memonitor tanda-tanda
10.30 3
infeksi pada area infus
Ds: -
Do:
- Balutan kotor dan
berwarna kecoklatan
- Tali pusat sedikit terlihat
10.45 3
2. Mengganti balutan yang
Ds: -
Do:
bersih pada area umbilikal
- Balutan diganti dengan
yang bersih
- Tali pusat tertutup semua
11.00 3 Ds: -
3. Mengindari terkena BAB
Do:
dan BAK saat menganti
- Sebelum mengganti popok
popok
tali pusat dinaikkan
2. 27 Maret 1,2,3 1. Melakukan pemeriksaan Ds: -
2019 tanda-tanda vital pada By Do:
08.00 Ny. S S: 36OC
N: 130x/menit
RR: 40x/menit
08.20 1,2,3 2. Memberikan injeksi melalui Ds: -
infus pada umbilikal dan Do:
24
memberikan obat oral - Injeksi Dexametason
3x0,3 mg
- Amocilin 3x0,2 cc
- Similac 1x1 dicampur
susu
09.00 1 3. Memonitor berat badan bayi Ds: -
Do:
- BB: 1750 gram
09.10 1 4. Memberikan ASI terhadap Ds: Ny. S mengatakan ASInya
bayi keluar dan bayinya menghisap
tidak kuat
Do: -
09.20 1 5. Mengajarkan cara Ds: -
melakukan KMC atau Do:
Kanguru Mother Care - Ny. S
mengdemonstrasikan cara
melakukan KMC
09.50 2 1. Memonitor status suhu Ds: -
bayi Do:
- S: 36,5oC
10.15 2 2. Membedong atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do:
kedinginan - By Ny. S lebih tenang saat
dibedong
- Bayi dalam keadaan
dibedong
10.30 2
3. Mempertahankan suhu
Ds: -
normal pada bayi
Do:
- Meletakan box bayi tidak
dibawah ac
- Lampu pada box bayi
selalu menyala
1. Memonitor tanda-tanda
10.45 3 Ds: -
infeksi pada area infus
25
Do:
- Balutan sedikit kotor dan
berwarna kekuningan
2. Mengganti balutan yang - Tali pusat tertutup
11.00 3 bersih pada area umbilikal Ds: -
Do:
- Balutan diganti dengan
3. Mengindari terkena BAB yang bersih
11.10 3 dan BAK saat menganti Ds: -
popok Do:
- Sebelum mengganti popok
tali pusat dinaikkan
3. 28 Maret 1,2,3 1. Melakukan pemeriksaan Ds: -
2019 tanda-tanda vital pada By Do:
08.10 Ny. S S: 36,8OC
N: 120x/menit
RR: 35x/menit
08.30 1,2,3 2. Memberikan injeksi melalui Ds: -
infus pada umbilikal dan Do:
memberikan obat oral - Injeksi Dexametason
3x0,3 mg
- Amocilin 3x0,2 cc
- Similac 1x1 dicampur
susu
08.50 1 3. Memonitor berat badan bayi Ds: -
Do:
- BB: 1820 gram
09.10 1 4. Memberikan ASI terhadap Ds: Ny. S mengatakan bayinya
bayi saat minum ASI menghisapnya
tidak seperti kemarin, hari ini
lumayan kuat
Do:
- By Ny. S minum ASI
26
09.20 2 1. Memonitor status suhu Ds: -
bayi Do:
- S: 36,8oC
09.40 2 2. Membedong atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do:
kedinginan - By Ny. S lebih tenang saat
dibedong
- Bayi dalam keadaan
dibedong
10.00 2
3. Mempertahankan suhu
Ds: -
normal pada bayi
Do:
- Meletakan box bayi tidak
dibawah ac
- Lampu pada box bayi
selalu menyala
10.15 3 Ds: -
1. Memonitor tanda-tanda
Do:
infeksi pada area infus
- Balutan tidak kotor
- Tali pusat tertutup
Ds: -
10.30 3 Do:
2. Mengganti balutan yang
- Balutan diganti dengan
bersih pada area umbilikal
yang bersih
- Tali pusat tertutup semua
Ds: -
10.45 3 Do:
3. Mengindari terkena BAB
Sebelum mengganti popok tali
dan BAK saat menganti
pusat dinaikkan
popok
27
E. Catatan Perkembangan
No Tgl/jam No DX Evaluasi TTD
1. 26 Maret 1 S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI tidak menghisap
2019 dengan kuat
12.30 Ny. S mengerti cara menggunakan metode KMC
O:
S: 35,9 OC
N: 125x/menit
RR: 45x/menit
BB: 1800 gram
A : Masalah belum teratasi
- By Ny. S masih lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor berat badan
- Memberikan ASI
12.45 2 S:-
O:
- S: 35,9OC
- Bayi menangis jika bedong terbuka terlalu lama
A : Masalah belum teratasi
- Memonitor status suhu bayi
P : Lanjutkan intervensi
- Bayi dibedong
- Box bayi tidak diletakan di bawah ac
- Lampu pada box selalu menyala
13.00 3 S:-
O:
- Balutan kotor dan kecoklatan
A : Masalah belum teratasi
- Balutan kotor dan warna kecoklatan
- Tali pusat tidak tertutup semua
P : Lanjutkan intervensi
- Mengganti balutan dengan yang bersih
28
- Menutup tali pusat
- Menghindari terkena BAB/BAK bayi
- Edukasi ibu untuk selalu cuci tangan sebelum dan setelah
mengganti popok
2. 27 Maret 1 S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI tidak menghisap
2019 dengan kuat
12.30 Ny. S sudah bisa menggunakan cara metode KMC
O:
S: 36OC
N: 130x/menit
RR: 40x/menit
BB: 1750 gram
A : Masalah belum teratasi
- By Ny. S masih lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor berat badan
- Memberikan ASI
- Kolaborasi dalam peemberian obat similac 1x1
12.45 2 S:-
O:
- S: 36,5 OC
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Membedong bayi
- Meletakkan box bayi tidak dibawah ac
- Lampu box bayi selalu dinyalakan
13.00 3 S:-
O:
- Balutan sedikit kotor
A : Masalah belum teratasi
- Balutan masih kotor
P : Lanjutkan intervensi
- Mengganti balutan dengan yang bersih
29
- Menghindari terkena BAB/BAK bayi
3. 28 Maret 1 S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI agak kuat dalam
2019 menghisap dan terdapat kenaikan berat badan
12.30 O:
S: 35,9 OC
N: 120x/menit
RR: 35x/menit
BB: 1820 gram
A : Masalah belum teratasi
- By Ny. S masih agak lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor berat badan
- Memberikan ASI
- Mengkolaborasi dalam pemberian obat similac 1x1
12.45 2 S:-
O:
- S: 36 ,5OC
- Bayi dibedong
- Box bayi tidak diletakan di bawah ac
- Lampu pada box selalu menyala
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
13.00 3 S:-
O:
- Balutan bersih dan tidak kotor
- Mengganti popok dengan memposisikan tali pusat keatas
A : Masalah teratasi
P : Panjutkan intervensi
30
DAFTAR PUSTAKA
Erlina. 2008. Buku Aajar Neonatus Bayi dan Balita. DKI Jakarta: CV. Trans Intro Media.
Hardi Kusuma & Amin Huda. 2012. Resiko Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah Menurut
Determinan Sosial, Ekonomi dan Demografi di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehtan.
Juaria & Henry. 2014. Hubungan Usia, Paritas dan Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Bayi Berat
Badan Lahir Rendah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Kemenkes RI. 2015. Data Balita BBLR Per Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2013-
2015.
Manuban. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Jakarta: EGC
Markum. 2009. Faktor Maternal Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Indonesia (Analisa Data Riskesdas).
Putra. 2012. Determinan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan.
Sacharin. 2008. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakartaa: Nuha Medika.
WHO. WHA Global Nutrition Target 2025: Low Birth Weight Policy Brief Geneva. In:
WHO editor 2012.
31