Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BY. NY S DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG MELATI RSUD Dr. H SOEWONDO KENDAL

DI SUSUN OLEH:

1. Oktaviana Putri (1808031)


2. Ririn Eka Saputri (1808036)
3. Riyan Yogi Abdillah (1808038)
4. Siska` (1808041)
5. Wariq Aufa (1808045)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA
KOTA SEMARANG
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izinNya Kami dapat menyelesaikan tugas akhir stase ini dengan judul“Asuhan
Keperawatan Pada By.Ny S Dengan Bayi Berat Lahir RendahDi Ruang Melati Rsud Dr. H
Soewondo Kendal” ini merupakan salah satu pokok bahasan dalam praktek Stase Anak.
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan dan dan bisa
mengaplikasikannya.
Menyadari bahwa banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam penyusunan
KaryaTulis Ilmiah ini, maka penulis pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan
ketulusan hati ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Tri Sakti W, M.Kep,Sp.Kep.An selaku pembimbing akademik stase Keperawatan
Anak. Terima kasih atas bimbingan, pengarahan, saran, dan nasehatnya. Terima
kasih atas kebesaran hatinya yang sabar dalam membimbing penulis selama ini.
2. Aprillia Widiyastuti, S.Kep,Ns., sebagai pembimbing klinik terima kasih atas
masukan dan sarannya yang sangat mendukung penulis.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan moril yang
tidakdapat menyebutkan satu – persatu.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang sifatnya membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada Dosen Pembimbing.
Kendal, April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian ................................................................................................. 6
B. Penyebab.................................................................................................... 6
C. Tanda dan Gejala ...................................................................................... 7
D. Patofisiologi ............................................................................................... 8
E. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................... 8
F. Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 8
G. Komplikasi ............................................................................................... 9
H. Konsep Dasar Askep ................................................................................ 10

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian ................................................................................................ 16
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 20
C. Rencana Tindakan Keperawatan .............................................................. 21
D. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 23
E. Evalusai Keperawatan .............................................................................. 28

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................................ 34
B. Diagnosa ................................................................................................... 34

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 36
B. Saran ......................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Masalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka
kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015).
Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh
dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan
sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di
Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7%
(Kemenkes RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR
(Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko,
seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan.Faktor risiko tersebut menyebabkan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat
badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik.
Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai
faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah
mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014).
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi
BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan
pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang
meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang
dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR
lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014).

4
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui tindakan keperawatan yang tepatpada pasien dengan kejadian berat badan
lahir rendah.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui prevalensi kejadian berat badan lahir rendah di rumah sakit RSUD Dr.
H Soewondo Kendal.
b. Mengetahui intervensi keperawatan pada bayi dengan kejadian berat badan lahir
rendah pada bayi post partum.
c. Mengetahui implementai keperawatan pada bayi dengan kejadian berat badan lahir
rendah pada bayi post partum.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuba, 2009).
Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat Pedoman Pemamtauan
Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau
sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatur dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi
yang baru lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(BBLR) (Yushanata, 2008).
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan
kurang dari 2500 gram (Markum, 2009).Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni, yaitu bayi pada kehamilan <37 minggu dengan berat badan
sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan (Hardi Kusuma & Amin
Huda,2012:68).

B. Penyebab
Kelahiran premature disebababkan oleh beberapa faktor yang berhubungan,yaitu :
1. Faktor ibumeliputifaktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik), faktor usia
ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, riwayat kelahiran prematur sebelumnya,
perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi dan kehamilan multiple.
2. Aktivitas ibu meliputi :stress fisik yang lama berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan intra uterin dan maturitas.

6
3. Faktor janin meliputi : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah
dini.
4. Faktor Plasenta meliputi :Penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malformasi, tumor,
plasenta privea.
5. Keadaan sosial dan ekonomi yang rendah, diukur berdasarkan pendapatan
keluarga,tingkat pendidikan,status sosial dan pekerjaan/jabatan.
6. RAS, dari data penelitian menunjukkan angka kelahiran premature 2 kali lipat
banyak pada ibu-ibu kulit putih yang merupakan 1/3 dari seluruh BKB (bayi kurang
bulan) (Markum,2009).

C. Tanda dan Gejala


1. Sebelum bayi lahir
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus,partus prematurus dan
lahir mati
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya dan sering dijumpai kehamilan dengan oligolidramnion
gravidarum atau perdarahan antepartum.
2. Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
d) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30
cm
e) Rambut lanugo masih banyak
f) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
g) Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
h) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
(Sacharin, 2006).

7
D. Patofisiologi
BBLR menyebabkan bayi lahir premature. Prematuritas disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu faktor ibu, faktor plasenta dan faktor janin, akan menyebabkan
dinding otot rahim bagian bawah rahim lemah sehingga rahim terbuka sebelum usia
kehamilan dan bayi lahir premature dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BB
<2500 gram). Bayi yang lahir premature akan mengalami imatur fungsi mekanis
pencernaan seperti refleks menghisap dan menelan lemah, gangguan digestif dan absorbsi
yang mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Paru belum
matang akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif, asfiksia, kulit tipis, transparan dan
lemak subkutan sedikit sehingga dapat terjadi risiko gangguan integritas kulit,
thermoregulasi tidak efektif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur sehingga
system immunologi belum berkembang dengan baik dan dapat terjadi imatur system saraf
pusat (Hardi Kusuma & Amin Huda,2012:68).

E. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada berat badan lahir rendah pada
bayi yaitu :
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,
tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskular.

F. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medik dari BBLR antara lain:
1. Pemberian O2 (oksigen)
2. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
3. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.

8
4. Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
5. Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
6. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,pertahankan
suhu tetap hangat.
7. Tali pusat harus dalam keadaan bersih
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
9. Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10 % + bikarbonat natrikus 1,5 % = 4:1, hari 1
= 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan antibiotic (Sacharin, 2006).

G. Komplikasi
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri yaitu :
1. Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat
muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal sehingga akan muncul
komplikasi/penyakit sebagai berikut :
a. Asfiksia perinatal
b. Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane hialin, apnea
rekuren, sindroma kebocoran udara, bronkopulmonary dysplasia
c. Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
d. Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
e. Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas menyebabkan
terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
f. Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas.
2. BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat berhubungan
dengan adanya kelainan congenital,selama intrauterine tidak tumbuh optimal dan
lahir BBLR. Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan sebagai
berikut :
a. Depresi perinatal
b. Aspirasi mekonium
c. Perdarahan paru
d. Hipertensi paru-paru persisten (HPP)

9
e. Hipoksemia,hiperglikemi,hipokalsemia,hiponatremia,polisitemia
(Erlina,2008).

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi :
1. Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan diagnosa medis BBLR adalah
sebagai berikut :
a. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, dan anak ke berapa.
b. Identitas penanggung jawab meliputi nama orang tua, pekerjaan orang tua,
alamat, jenis kelamin, pendidikan, dan usia orang tua.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh
klien sehingga dibawa ketempat pelayanan kesehatan.
2) Keluhan saat ini : keluhan yang dirasakan oleh klien disaat melakukan
pengkajian.
3) Riwayat kesehatan dahulu :Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa
dahulu.
4) Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian tentang riwayat kesehatan
keluarga, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit.
d. Riwayat Kehamilan / persalinan.
1) Prenatal
a) Menanyakan riwayat sebelum melahirkan yang berkaitan dengan
kebutuhan pemenuhan nutrisi, vitamin penambah darah, dan kalisium
laktat.
b) Menanyakan kondisi kehamilan pada saat sebelum persalinan.
c) Perubahan berat badan sebelum melahirkan.
d) Riwayat imunisasi TT.
e) Keluhan ibu pada saat ANC.
f) Riwayat antenatal care.
2) Natal
a) Menanyakan riwayat persalinan yang meliputi dimana tempat
melahirkan, dibantu oleh siapa.
10
b) Berat bayi, cacat apa tidak, anus ada/tidak, panjang badan bayi saat
baru lahir.
c) Apakah bayi langsung menangis atau tidak. Nilai APGAR skor
d) Umur kehamilan, lahir secara normal, VE atau SC, ada atau tidaknya
lubang anus, dan ada atau tidaknya cacat aat lahir.
e) Lingkar lengan atas dan lingkar kepala, lingkar dada.
3) Post Natal
Menanyakan kondisi ibu setelah melahirkan, apakah ada masalah kesehatan
atau tidak.
e. Riwayat Imunisasi
Pengkajian tentang imunisasi apakah klien sudah mendapatkan imunisasi
lengkap atau tidak.
f. Data BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL.
1) Pernapasan
Bagaimana pernapasan sebelum dan sesudah sakit, apakah ada kontraksi
dinding dada dan cuping hidung, Respirasi dalam batas normal (40-60x/m)
atau tidak.
2) Nutrisi dan cairan
Pemasukan intake makanan dan minuman, terdiri dari frekuensi, dan
proporsi dalam waktu sehari.
3) Eliminasi
BAB : warna, frekuensi, konsistensi, dan bau. BAK : warna, frekuensi,
konsistensi, dan bau.
4) Aktifitas
Gejala : kegiatan yang dapat dilakukan, apakah mandiri atau dibantu orang
lain.
5) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat tidur, lama tidur, frekuensi tidur dalam waktu sehari.
6) Personal hygene
Mengkaji kebersihan meliputi, kuku kaki, kuku tangan, kebersihan mulut,
dan badan.
g. Lakukan pengkajian fisik
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : - (baik, lemah)
11
b) Kesadaran : compos mentis, apatis, delirium, Somnolen, stupor,
atau coma.
c) Vital sign : Suhu:37,5 Nadi:120 sampai 160 RR: 40-60
kali/menit.
2) Pemeriksaan Head to toe:
a) Kepala
Inspeksi: bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.
Palpasi: apakah ada lesi dan benjolan.
b) Mata
Inspeksi:bentuk simetris, cornea jernih, iris simetris, conjungtiva pucat,
sclera jernih, koordinasi gerak bola mata simetris dan mampu
mengikuti pergerakan benda.
Palpasi: apakah ada nyeri.
c) Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, adanya pernafasan menggunakan cuping
hidung, apakah ada tanpak secret, apakah kotor atau bersih.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
d) Telinga
Inspeksi: bentuk simetris, apakah bersih atau kotor.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan, pemeriksaan tes wibber dan winer.
e) Mulut
Inspeksi: simetris, bersih, tidak sumbing, gigi, mukosa bibir, laring dan
faring.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
f) Leher
Inspeksi: bentuk normal, apakah ada pembesaran kelenjar tyroid,
apakah terdapat pembesaran vena jagularis, apakah ada benjolan.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
g) Dada/thorax
Inspeksi: bentuk simetris, apakah ada tanpak pernapasan abdomen dan
retraksi dinding dada, frekwensi pernafasan.
Palpasi: apakah ada teraba masa dan nyeri tekan.
h) Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris, jaringan perut.
12
Palpasi: masa dan nyeri tekan.
i) Integument / kulit
Inspeksi: warna kulit, kelembaban kulit, turgor munurun.
Palpasi: turgor kulit kembali dalam 2 detik.
j) Genetalia
labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol, testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin
banyak atau tidak pada skrotum.

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada BBLR pada bayi adalah :
a) Resiko Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
b) Hipotermia berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh serta
berkurangnya lemak subcutan di dalam tubuh.
c) Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan kekebalan tubuh.

3. RencanaKeperawatan
No Diagnosa Tujuan & KH Rencana tindakan Rasional
Keperawatan
1. Resiko gangguan Setelah dilakukan Mandiri :  Intake dan output
pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan  Pertahankan yang adekuat
kurang dari kebutuhan selama 3x24jam intake dan sangat
tubuh berhubungan kebutuhan carian dan output yang mempengaruhi
dengan elektrolit dapat terpenuhi adekuat keseimbangan
ketidakmampuan Kriteria:  Ajarkan dalam cairan
mengabsorbsi nutrisi.  Keseimbangan intake menggunakan  Untuk
dan output cairan KMC menentukan
 Elektrolit dalam Kolaborasi: keseimbangan
batas normal  Monitor intake cairan
 Mukosa bibir lembab dan output  Untuk
 Turgor kulit baik yang adekuat mengetahui
perkembangan

13
 Monitor berat berat badan bayi
badan Bayi  Nutrisi terpenuhi

Edukasi:
 Beri ASI
2. Hipotermi Setelah dilakukan Mandiri :  Mengetahui suhu
berhubungan dengan tindakan keperawatan  Amati suhu tubuh
imaturitas control dan selama 3x24jam kriteria tubuh
pengatur suhu tubuh hasil:suhu tubuh dalam  Ajarkan dalam
serta berkurangnya batas normal menggunakan  Untuk
lemak subkutan di KMC mempercepat
dalam tubuh Kolaborasi : proses
 Amati pengaruh penyembuhan
therapy yang di
berikan oleh  Untuk menjaga
dokter supaya suhu
Edukasi : tubuh stabil
 Pertahankan  Mengetahui
suhu lingkungan perubahan suhu
tubuh
 Monitor status  Untuk
suhu tubuh mengetahui
perkembangan
 Beri ASI
berat badan bayi
dan nutrisi bayi
3. Resiko infeksi Setelah di lakukan- Mandiri :  Pemeriksaan ttv
berhubungan dengan tindakan keperawatan  Monitor sangat mendorong
ketidakadekuatan selama 3x24 jam di keadaan umum untuk untuk
sistem kekebalan harapkan kekebalan serta tanda- mengetui adanya
tubuh. tubuh yang adekuat tanda vital. infeksi.
dengan kriteria hasil :
tidak terjadi infeksi Kolaborasi :
 Observasi tanda-
 Salah satu cara

14
tanda infeksi. untuk mengetahui
secara dini adanya
 Amati Pengaruh infeksi adalah
Terapi Yang dengan mengkaji
Diberika adanya tanda-tanda
infeksi.
 Pemberian obat
secara baik akan
mengurangi rasa
nyeri dan infeksi.

15
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal lahir : 21 Maret 2019


Tanggal pengkajian : 26 Maret 2019/10.30 wib
Tempat pengkajian : Ruang Melati
A. Pengkajian
1. Identitas data
a. Identitas pasien
Nama : By Ny. S
Tempat/tanggal lahir : Kendal/21 Maret 2019
Umur : 6 Hari
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Sendang Dawung
Agama : Islam
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Sendang Dawung
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Hubungan dengan klien : Ibu
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Ny. S mengatakan anaknya memiliki berat badan 2000gram.
b. Riwayat penyakit sekarang
Ny. S mengatakan melahirkan secara sesar di RSUD dr H. Soewondo Kendal,
karena kandungannya merupakan kehamilan gemelli, maka disarankan untuk
operasi sesar pada tanggal 21 Maret 2019 pukul 22.10 setelah dioperasi kedua
bayinya di bawa ke ruang Melati diberi perawatan yang lebih intensif yaitu

16
pemasangan infus D10% 6 tpm, Oksigen nasal kanul 2 liter, diberi injeksi
dexametasone2x0,3 mg, dan obat oral amoxcilin 3x0,2 cc.
c. Riwayat masa lalu
Prenatal
Ny. S mengatakan selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin
Natal
Ny. S memiliki riwayat persalinan G3P2A0 anak ketiga saat ini adalah kehamilan
kembar atau gemelli yang rencananya akan dilahirkan secara sesar pada tanggal
21 Maret 2019 di RSUD dr H Soewondo Kendal.
Post natal
By Ny. S dirawat di Ruang Melati dengan diagnosa Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR).
TAMPILAN 0 1 2 NILAI
A AppearanceMenit 1 5 10
Badan merah
Seluruh tubuh
Warna kulit Pucat ekstremitas 2 2 2
kemerahan
kebiruan
P Pulse
Denyut jantung Tidak ada < 100 > 100 2 2 2
G Grimace
Reaksi terhadap
Tidak ada Menyeringai Bersin / batuk 2 2 2
rangsangan
A Activity
Ekstremitas
Kontraksi otot Tidak ada Gerakan aktif 1 1 2
sedikit fleksi
R Respiration
Lemah /
Pernafasan Tidak ada Menangis kuat 1 2 2
tidak teratur
Jumlah Nilai APGAR :
Pada menit 1 total skor 8
Pada menit 5 total skor 9
Pada menit 10 total skor 10
Kerangan :
0 – 3 : Asfiksia berat
4 – 6 : Asfiksia sedang
7 – 10 : Asfiksia ringan / Normal

17
d. Riwayat sosial
Ny. S mengatakan selalu mendapat dukungan dan motivasi untuk kesembuhan
anaknya dan berharap cepat pulang.
e. Keadaan kesehatan saat ini
Anak Ny. S mengalami kekurangan dalam berat badan saat ini adalah 2000gram,
telah dilakukan tindakan atau terapi pemasangan infus D10%, diberi injeksi
dexametason2x0,3 mg, obat oral amoxilin 3x0,2 cc, obat similac 1x1.
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Ny. S selama hamil selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin
b. Nutrisi – pola metabolik
Nutrisi Bayi Ny. S
Selama dirawat di ruang Melati Ny. S selalu memberikan ASI selama 2 jam
sekali, namun reflek pada saat menghisap tidak kuat.
c. Pola eliminasi
Eliminasi Bayi Ny. S
Bayi Ny. S biasanya BAB 4x dalam sehari, berwarna kekuningan lembek dan bau
khas, tidak terdapat lendir ataupun perdarahan.
d. Aktivitas – pola latihan
Aktivitas Bayi Ny. S
Bayi Ny. S lebih banyak tidur jika haus atau merasa tidak nyaman dengan
popoknya dan biasanya menangis. Menangis tidak kuat, ada reflek moro saat
diberi rangsangan gerakan, reflek babinski saat telapak kaki di sentuh.
e. Pola istirahat/tidur
Istirahat/tidur Bayi Ny. S
Bayi Ny. S lebih banyak tidur, kadang malam hari terbangun dan jika haus atau
popoknya penuh Bayi Ny. S menangis
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Cukup aktif
b. Tanda vital : S: 35,9 OC N: 125x/menit RR: 45x/menit Spo2: 98%
c. PB/BB : 50 cm / 1800 gram
d. Lingkar kepala : 32 cm lingkar dada: 29 cm
e. LILA : 7 cm
18
f. Mata : Mata simetris, belum dapat merasakan rangsangan cahaya, pupil
menngecil saat diberi rangsang cahaya
g. Hidung : Tidak terdapat sekret, tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
h. Mulut : Bibir lembab, terdapat sisa susu, menghisap lemah
i. Telinga : Simetris, tidak ada kekurangan
j. Leher :-
k. Dada
Jantung :
I : Tidak terdapat pembesaran pada jantung
P : Bayi berespon, jantung teraba kuat dan cepat
P : Pekak
A : Bunyi jantung I lup jantung II dup
Pari-paru :
I : Simetris, saat inspirasi dan ekpirasi kedua dada sama
P : Tidak terdapat nyeri tekan, tulang rusuk teraba
P : Sonor
A :Vesikuler
l. Perut : Perut rata, tidak terdapat nyeri tekan
m. Punggung : Rata tidak ada kelainan pada tulang belakang
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, bersih
o. Ekstremitas : Gerak aktif jika diberi rangsangan
p. Kulit: Berwarna merah
5. Pemeriksaan Perkembangan
a. Refleks moro (terkejut) : Bayi terkejut jika diberi rangsangan sentuhan
b. Refleks grasping (menggengam) : Saat diberi sentuhan pada tangan bayi otomatis
menggengam
c. Refleks babinski : Saat membelai telapak kaki bayi akan merespon
d. Refleks rooting : Saat bayi dibelai pipinya dia tidak merespon datangnya
rangsangan
e. Refleks sucking (menghisap) : Bayi lemah dalam menghisap ASI
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 19.05

19
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Metode
HEMATOLOGI
Darah Rutin:
Hemoglobin 16,7 gr/dl 17-21 Cyanmet
Lekosit 6,85 10^3/uL 4-10 Elek impedance
Trombosit 182 10^3/uL 150-500 Elek impedance
Hematokrit 47,5 10^3/uL 45-65 Kalkulasi
KIMIA KLINIK
Bilirubin Total 7,51 mg/dl <1 DCA
Bilirubin Direk 0,27 mg/dl 0,4-1 DCA
Bilirubin Indirek 7,25 mg/dl 0-0,75 Kalkulasi

b. Terapi
Infus D10% 6 tpm
Injeksi Dexametasone 2x0,3mg
Obat oral Amocillin 3x0,2cc
Obat oral campur di susu Similac 1x1 dicampur dengan ASI 25 cc
7. Analisa Data
No. Data Fokus Problem Etiologi
1. Ds: - Hipotermi Imaturitas control dan
Do: pengatur suhu tubuh serta
 Bayi dirawat dalam box lampu berkurangnya lemak
 Menangis saat bedongya dibuka subkutan di dalam tubuh
lama dibuka
 S: 35,9 OC
 N: 125x/menit
 RR: 45x/menit
BBS: 1800 gram
2. Ds: Ny. S mengatakan dalam Resiko gangguan Ketidakmampuan
menghisap ASI bayinya lemah pemenuhan nutrisi mengabsorbsi nutrisi ASI
Do: kurang dari kebutuhan
 By. Ny S di beri ASI 30cc/2 jam tubuh
 By. Ny S kadang berhenti saat

20
menghisap puting
 BBL: 2000 gram BBS: 1800
gram
IMT: 2000gram + (0 x 600gram) =
2000gram = 2kg (normal 2,4 kg - 4,2
kg)
3. Ds: - Resiko infeksi Ketidakadekuatan sistem
Do: kekebalan tubuh.
 Terdapat pemasangan infus
melalui umbilikal
 Umbilikal berwarna kekuningan
 Perban pada umbilikan berwarna
kecoklatan dan kotor

B. Daftar Masalah Berdasrkan Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh serta
berkurangnya lemak subkutan di dalam tubuh
2. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi ASI
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & KH Rencana tindakan Rasional


Keperawatan
1. Hipotermi Setelah dilakukan Mandiri :  Mengetahui suhu
berhubungan dengan tindakan keperawatan  Amati suhu tubuh
imaturitas control dan selama 3x24jam kriteria tubuh
pengatur suhu tubuh hasil:suhu tubuh dalam  Ajarkan dalam
serta berkurangnya batas normal pembelajaran  Untuk
lemak subkutan di KMC mempercepat
dalam tubuh Kolaborasi : proses
 Amati pengaruh penyembuhan

21
therapy yang di
berikan oleh  Untuk menjaga
dokter supaya suhu
Edukasi : tubuh stabil
 Pertahankan  Mengetahui
suhu lingkungan perubahan suhu
tubuh
 Monitor status  Untuk
suhu tubuh mengetahui
perkembangan
 Beri ASI
berat badan bayi
dan nutrisi bayi
2. Resiko gangguan Setelah dilakukan Mandiri :  Intake dan output
pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan  Pertahankan yang adekuat
kurang dari kebutuhan selama 3x24jam intake dan output sangat
tubuh berhubungan kebutuhan carian dan yang adekuat mempengaruhi
dengan elektrolit dapat terpenuhi  Ajarkan dalam keseimbangan
ketidakmampuan Kriteria: menggunakan cairan
mengabsorbsi nutrisi  Keseimbangan intake KMC  Untuk
ASI dan output cairan Kolaborasi: menentukan
 Elektrolit dalam  Monitor intake keseimbangan
batas normal dan output cairan
 Mukosa bibir lembab yang adekuat  Untuk
 Turgor kulit baik mengetahui
 Monitor berat perkembangan
badan Bayi berat badan bayi
 Nutrisi terpenuhi
Edukasi:
 Beri ASI
3. Resiko infeksi Setelah di lakukan- Mandiri :  Pemeriksaan ttv
berhubungan dengan tindakan keperawatan  Monitor sangat mendorong
ketidakadekuatan selama 3x24 jam di keadaan umum untuk untuk
sistem kekebalan harapkan kekebalan serta tanda- mengetui adanya

22
tubuh. tubuh yang adekuat tanda vital. infeksi.
dengan kriteria hasil :
Kolaborasi :
tidak terjadi infeksi
 Observasi tanda-
tanda infeksi.
 Salah satu cara
untuk mengetahui
 Amati Pengaruh secara dini adanya
Terapi Yang infeksi adalah
Diberika dengan mengkaji
adanya tanda-tanda
infeksi.
 Pemberian obat
secara baik akan
mengurangi rasa
nyeri dan infeksi.

D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


No Tgl/jam No Dx Tindakan Respon TTD
1. 26 Maret 1,2,3 1. Melakukan pemeriksaan Ds: - Riyan
2019 tanda-tanda vital pada By Do: Wariq
10.00 Ny. S  S: 35,9 OC Ririn
 N: 125x/menit
 RR: 45x/menit
10.30 1,2,3 2. Memberikan injeksi melalui Ds: -
infus pada umbilikal Do: Siska
- Injeksi Dexametason Wariq
3x0,3 mg
11.00 1 3. Memonitor berat badan bayi Ds: -
Do: Wariq
- BB awal bayi: 2000gram Ririn
- Pukul 05.00 wib: 1800
gram
11.30 1 4. Mengedukasi pada ibu Ds: Ny. S mengatakan ASInya
Siska

23
pentingnya pemberian ASI keluar tetapi jika dipompa Wariq
keluarnya sedikit Ririn
Do:
- Pasien mengerti tentang
manfaat dan
keuntungannya ASI
12.00 1 5. Memberikan pengetahuan Ds: Ny. S mengatakan
Wariq
tentang KMC atau Kanguru memahami apa yang telah
Riyan
Mother Care disampaikan
Do:
- Ny. S kooperatif
- Ny. S mengerti tentang
metode KMC
12.30 2 1. Memonitor status suhu Ds: -
Wariq
bayi Do:
Putri
- S: 36 oC
13.00 2 2. Membedong atau Ds: -
Putri
menyelimuti bayi agar tidak Do:
Ririn
kedinginan - By Ny. S lebih tenang saat
dibedong
- Bayi dalam keadaan
dibedong
3. Mempertahankan suhu
13.30 2 Ds: - Siska
normal pada bayi
Do: Wariq
- Meletakan box bayi tidak Putri
dibawah ac
- Lampu pada box bayi
selalu menyala
1. Memonitor tanda-tanda
14.00 3 Ds: -
Putri
infeksi pada area infus
Do:
Riyan
- Balutan kotor dan
berwarna kecoklatan
- Tali pusat sedikit terlihat

24
14.30 3 2. Mengganti balutan yang Ds: - Riyan
bersih pada area umbilikal Do: Putri
- Balutan diganti dengan
yang bersih
- Tali pusat tertutup semua
15.00 3 3. Mengindari terkena BAB Ds: - Wariq
dan BAK saat menganti Do: Ririn
popok - Sebelum mengganti popok
tali pusat dinaikkan
2. 27 Maret 1,2,3 1. Melakukan pemeriksaan Ds: - Riyan
2019 tanda-tanda vital pada By Do: Wariq
16.00 Ny. S  S: 36OC Ririn
 N: 130x/menit
 RR: 40x/menit
16.30 1,2,3 2. Memberikan injeksi melalui Ds: -
infus pada umbilikal dan Do:
Siska
memberikan obat oral - Injeksi Dexametason Wariq
3x0,3 mg
- Amocilin 3x0,2 cc
- Similac 1x1 dicampur
susu
17.00 1 3. Memonitor berat badan bayi Ds: -
Wariq
Do: Ririn
- BB: 1750 gram
17.30 1 4. Memberikan ASI terhadap Ds: Ny. S mengatakan ASInya
Siska
bayi keluar dan bayinya menghisap Wariq
tidak kuat Ririn
Do: -
18.00 1 5. Mengajarkan cara Ds: -
melakukan KMC atau Do: Wariq
Kanguru Mother Care - Ny. S Riyan
mengdemonstrasikan cara
melakukan KMC

25
18.30 2 1. Memonitor status suhu Ds: - Wariq
bayi Do: Putri
- S: 36,5oC
19.00 2 2. Membedong atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do: Putri
kedinginan - By Ny. S lebih tenang saat Ririn
dibedong
- Bayi dalam keadaan
dibedong
3. Mempertahankan suhu
20.00 2 Ds: -
normal pada bayi Siska
Do:
Wariq
- Meletakan box bayi tidak
Putri
dibawah ac
- Lampu pada box bayi
selalu menyala
1. Memonitor tanda-tanda
20.30 3 Ds: -
infeksi pada area infus
Do: Putri
- Balutan sedikit kotor dan Riyan
berwarna kekuningan
- Tali pusat tertutup
2. Mengganti balutan yang
21.00 3 Ds: -
bersih pada area umbilikal Riyan
Do:
Putri
- Balutan diganti dengan
yang bersih
3. Mengindari terkena BAB
21.30 3 Ds: -
dan BAK saat menganti Wariq
Do:
popok Ririn
- Sebelum mengganti popok
tali pusat dinaikkan
3. 28 Maret 1,2,3 1. Melakukan pemeriksaan Ds: - Riyan
2019 tanda-tanda vital pada By Do: Wariq
08.10 Ny. S  S: 36,8OC Ririn
 N: 120x/menit
 RR: 35x/menit

26
08.30 1,2,3 2. Memberikan injeksi melalui Ds: - Siska
infus pada umbilikal dan Do: Wariq
memberikan obat oral - Injeksi Dexametason
3x0,3 mg
- Amocilin 3x0,2 cc
- Similac 1x1 dicampur
susu
08.50 1 3. Memonitor berat badan bayi Ds: - Wariq
Do: Ririn
- BB: 1820 gram
09.10 1 4. Memberikan ASI terhadap Ds: Ny. S mengatakan bayinya Siska
bayi saat minum ASI menghisapnya Wariq
tidak seperti kemarin, hari ini Ririn
lumayan kuat
Do:
- By Ny. S minum ASI
09.20 2 1. Memonitor status suhu Ds: -
Wariq
bayi Do:
Riyan
o
- S: 36,8 C
09.40 2 2. Membedong atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do:
Wariq
kedinginan - By Ny. S lebih tenang saat
Putri
dibedong
- Bayi dalam keadaan
dibedong
3. Mempertahankan suhu
10.00 2 Ds: -
Putri
normal pada bayi
Do:
Ririn
- Meletakan box bayi tidak
dibawah ac
- Lampu pada box bayi
selalu menyala
10.15 3 Ds: - Siska
1. Memonitor tanda-tanda
Do: Wariq
infeksi pada area infus

27
- Balutan tidak kotor Putri
- Tali pusat tertutup
10.30 3 2. Mengganti balutan yang Ds: -
Putri
bersih pada area umbilikal Do:
Riyan
- Balutan diganti dengan
yang bersih
- Tali pusat tertutup semua
10.45 3 3. Mengindari terkena BAB Ds: -
Riyan
dan BAK saat menganti Do:
Putri
popok Sebelum mengganti popok tali
Wariq
pusat dinaikkan
Ririn

E. Catatan Perkembangan
No Tgl/jam No DX Evaluasi TTD
1. 26 Maret 1 S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI tidak menghisap Putri
2019 dengan kuat Ririn
14.00 Ny. S mengerti cara menggunakan metode KMC
O:
 S: 35,9 OC
 N: 125x/menit
 RR: 45x/menit
 BB: 1800 gram
A : Masalah belum teratasi
- By Ny. S masih lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor berat badan
- Memberikan ASI
Siska
14.30 2 S:-
Wariq
O:
Putri
- S: 35,9OC
- Bayi menangis jika bedong terbuka terlalu lama
A : Masalah belum teratasi

28
- Memonitor status suhu bayi
P : Lanjutkan intervensi
- Bayi dibedong
- Box bayi tidak diletakan di bawah ac
- Lampu pada box selalu menyala
15.00 3 S:- Putri
O: Riyan
- Balutan kotor dan kecoklatan
A : Masalah belum teratasi
- Balutan kotor dan warna kecoklatan
- Tali pusat tidak tertutup semua
P : Lanjutkan intervensi
- Mengganti balutan dengan yang bersih
- Menutup tali pusat
- Menghindari terkena BAB/BAK bayi
- Edukasi ibu untuk selalu cuci tangan sebelum dan setelah
mengganti popok
2. 27 Maret 1 S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI tidak menghisap Putri
2019 dengan kuat Ririn
22.30 Ny. S sudah bisa menggunakan cara metode KMC
O:
 S: 36OC
 N: 130x/menit
 RR: 40x/menit
 BB: 1750 gram
A : Masalah belum teratasi
- By Ny. S masih lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor berat badan
- Memberikan ASI
- Kolaborasi dalam peemberian obat similac 1x1
Siska
23.00 2 S:-
Wariq
O:

29
- S: 36,5 OC Putri
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Membedong bayi
- Meletakkan box bayi tidak dibawah ac
- Lampu box bayi selalu dinyalakan
23.30 3 S:-
Putri
O:
Riyan
- Balutan sedikit kotor
A : Masalah belum teratasi
- Balutan masih kotor
P : Lanjutkan intervensi
- Mengganti balutan dengan yang bersih
- Menghindari terkena BAB/BAK bayi
3. 28 Maret 1 S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI agak kuat dalam Putri
2019 menghisapdan terdapat kenaikan berat badan Ririn
12.30 O:
 S: 35,9 OC
 N: 120x/menit
 RR: 35x/menit
 BB: 1820 gram
A : Masalah belum teratasi
- By Ny. S masih agak lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor berat badan
- Memberikan ASI
- Mengkolaborasi dalam pemberian obat similac 1x1
12.45 2 S:-
Siska
O:
Wariq
- S: 36 ,5OC
Putri
- Bayi dibedong
- Box bayi tidak diletakan di bawah ac
- Lampu pada box selalu menyala

30
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
13.00 3 S:- Putri
O: Riyan
- Balutan bersih dan tidak kotor
- Mengganti popok dengan memposisikan tali pusat keatas
A : Masalah teratasi
P : Panjutkan intervensi

31
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada tahapan ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan asuhan keperawatan pada By
Ny. S dengan gangguan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) diruang Melati. Pengkajian ini
dilakukan pada tanggal 26 April 2019 pukul 10.30 WIB.
Pemeriksaan fisik dan pengkajian pola fungsi dengan menggunakan Pola Fungsional Gordon
ditemukan data, By Ny. S mengalami berat lahir 2000 gram dan diukur kembali pada saat
pengkajian menjadi 1800.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh serta
berkurangnya lemak subkutan di dalam tubuh
Penurunan suhu tubuh bayi yang tidak normal pada pengukuran suhu melalui aksila,
dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5 – 37,5, hipotermi sering terjadi
pada neonates terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang
belum sempurna (Yunanto, 2008).
Untuk mengatasi diagnosa pertama ini penulis merencanakan tindakan keperawatan
tersebut berdasarkan rasionalisasi. Adapun rencana tindakan kepearwatan tersebut
adalah sebagai berikut :
- Selalu memonitor suhu tubuh
- Meletakan dalam box lampu
- Selalu membedong bayi agar selalu hangat
- Hindari ditempatkan dibawah AC
2. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi ASI
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana individu
yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan
yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat (Carpenito, 2009).
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana individu
yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan
yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat (Carpenito, 2009).

32
Untuk mengatasi diagnosa kedua ini penulis merencanakan tindakan keperawatan
tersebut berdasarkan rasionalisasi. Adapun rencana tindakan kepearwatan tersebut
adalah sebagai berikut :
- Memberikan ASI esklusif secara 2 jam sekali
- Memberikan pembelajaran tentang KMC
- Mengajarkan tentang pentingnya ASI untuk bayi baru lahir
- Mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian similac penambah berat badan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh.

C.

33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh
dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan
sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi. Angka terendah tercatat di
Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%), sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar
7% (Kemenkes RI,2015).
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi
BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan
pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang
meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang
dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR
lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo, 2014).

B. Saran
1. Ibu bayi
Banyak ibu muda yang masih takut saat mengendong bayinya karena beragam alasan,
maka disini ibu harus lebih berani lagi dalam merawat bayinya karena adalah
kewajiban seorang ibu. Memberi ASI esklusif juga dapat membantu menambah berat
badan bayi.
2. Perawat/bidan
Petugas medis yang diberi tanggung jawab dalam merawat bayi jika ibu bayi sedang
dalam perawatan di ruang melahirkan juga berperan dalam memberi pengobatan dan
nutrisi untuk bayi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Erlina. 2008. Buku Aajar Neonatus Bayi dan Balita. DKI Jakarta: CV. Trans Intro Media.
Hardi Kusuma & Amin Huda. 2012. Resiko Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah Menurut
Determinan Sosial, Ekonomi dan Demografi di Indonesia.Buletin Penelitian Sistem
Kesehtan.
Juaria & Henry. 2014. Hubungan Usia, Paritas dan Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Bayi Berat
Badan Lahir Rendah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Kemenkes RI. 2015. Data Balita BBLR Per Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2013-
2015.
Manuban. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Jakarta: EGC
Markum. 2009. Faktor Maternal Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Indonesia (Analisa Data Riskesdas).
Putra. 2012. Determinan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan.
Sacharin. 2008.Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakartaa: Nuha Medika.
WHO. WHA Global Nutrition Target 2025: Low Birth Weight Policy Brief Geneva. In:
WHO editor 2012.

35

Anda mungkin juga menyukai