Disusun oleh :
B. ETIOLOGI
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir
berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi
infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan
fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah
O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder
bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus
influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti
Mycoplasma pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi
pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis
neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan
penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase.
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan
lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia,
C. KLASIFIKASI
Menurut Bunner & Suddarth 2009. Hlm 72 Bronchitis terbagi menjadi 2
jenis sebagai berikut :
· Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh
hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita
bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
· Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok.
Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan disertai
dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.
F. MANIFESTASI KLINIK
Gejalanya berupa :
· Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk
makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu
tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang
apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan
bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman
anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya
banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak
terpisah menjadi 3 bagian.
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas
saliva ( ludah ). Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan
nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
· Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi
purulen atau mukopuruen dan kental.
· Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang –
kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan
timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan
sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa
luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap
paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru,
mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil
normal selama periode remisi.
- Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
- TLC : Meningkat.
- Volume residu : Meningkat.
- FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
- GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
- Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat
inspirasi, pembesaran duktus mukosa.
- Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.
H. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain:
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada
saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase
sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena
(arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau
anastomosis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan bedah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomosis
cabang- cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus
akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah,
timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan
lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat dan luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea. (Manurung, Nixson. 2016. Hlm 12)
I. PENATALAKSANAAN
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada
anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk
beristirahat dan minum banyak cairan.
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Bakteriologik / Sputum
2. Pemeriksaan Radiologik
3. Pemeriksaan Khusus
4. Pemeriksaan Penunjang lain
(Amin, dan Hardhi. 2015. Hlm 86)
D. INTERVENSI
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan :
- Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
- Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit
- Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas,
dispenea dan kerja nafas.
- Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara
atau area konsolidasi
- Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
Rencana Tindakan:
- Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir.
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
- Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat.
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa
distres berlebihan.
- Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika
diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot
pernafasan.
Rencana Tindakan: