Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA NY. S DENGAN


PENYAKIT BRONKITIS DI RUANG FLAMBOYAN BAWAH
RS. Dr H SOEWONDO KENDAL

Disusun oleh :

Nama : Fajar Kurnia Shandy (117039)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO
SEMARANG
2019

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 1


I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau
bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok,
atau polusi udara.
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak
tidak lebih dari tiga minggu.
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama
setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-
turut.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis
berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit
dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat
penyebab lain.

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan


sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit
menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada
usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. (Mutaqin, Arif. 2012. Hlm 46).

B. ETIOLOGI
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir
berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi
infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan
fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah
O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder
bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus
influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti
Mycoplasma pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi
pada sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis
neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan
penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase.
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan
lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia,

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 2


klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi
akibat kerja.

Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian


atas pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru
bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. (Mutaqin,
Arif. 2012. Hlm 49)

C. KLASIFIKASI
Menurut Bunner & Suddarth 2009. Hlm 72 Bronchitis terbagi menjadi 2
jenis sebagai berikut :
· Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh
hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita
bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
· Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok.
Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan disertai
dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 3


D. PATHWAY

Sumber : (Bunner & Suddarth 2009. Hlm 75)

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 4


E. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal
atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis
kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis
akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi
sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen
infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang
menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi
yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi
jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan
bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami
hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami :
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada
bronkhus besar sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c Kerusakan fungsi siliari yang dapat menun
jukkan mekanisme pembersihan mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang
disebut mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang
dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut,
sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga
lebih mudah terserang infeksi.
Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi
dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga
produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding
bronkhial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan
normal), dan mengeluarkan mukus kental.
Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar,
namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan
mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas
selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal
dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 5


ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien
terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi
polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).

Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi


sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama
infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada
RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia
akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF
(Congestive Heart Failure). (Andra, dan Yessie. 2013. Hlm 23)

F. MANIFESTASI KLINIK
Gejalanya berupa :
· Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk
makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu
tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang
apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan
bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman
anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya
banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak
terpisah menjadi 3 bagian.
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas
saliva ( ludah ). Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan
nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
· Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi
purulen atau mukopuruen dan kental.
· Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang –
kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan
timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan
sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa
luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap
paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 6


berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan
emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara
mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat
local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
- Bengek
- Lelah
- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
- Pipi tampak kemerahan
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti
pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot,
demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda
dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning.
Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya


membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa
menetap selama beberapa minggu. Sesak nafas terjadi jika saluran udara
tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.
Bisa terjadi pneumonia. (Andra, dan Yessie. 2013. Hlm 28)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru,
mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil
normal selama periode remisi.
- Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
- TLC : Meningkat.
- Volume residu : Meningkat.
- FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
- GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
- Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat
inspirasi, pembesaran duktus mukosa.
- Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen.

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 7


- EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P
pada lead II, III, AVF
(Manurung, Nixson. 2016. Hlm 8)

H. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain:
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada
saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase
sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena
(arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau
anastomosis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan bedah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada
saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomosis
cabang- cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus
akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah,
timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan
lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat dan luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea. (Manurung, Nixson. 2016. Hlm 12)

I. PENATALAKSANAAN
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada
anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk
beristirahat dan minum banyak cairan.

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 8


Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya
menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya
berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita
yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa
diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin.
Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan
amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya
sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk
membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.
a). Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis, meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
· Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
· Mencegah / menghentikan rokok
· Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk
dikerjakan adalah sebagai berikut :
Ø Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai drainase sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan
drainase postural dilakukan selama 10 – 20 menit, tiap hari dilakukan 2
sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan
sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh
saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan
bronchitisnya, dan dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan
padapada punggung pasien dengan punggung jari.
Ø Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan obat-obat mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi
tepat tidur pasien. Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk
memudahkan drainase sputum.
Ø Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil
dengan jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi
perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan.
c). Pengelolaan khusus.
· Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol
infeksi bronkus ( ISPA ) untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 9


bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan Kemotherapi menggunakan
obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya
harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara
empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan
bronchitis, tidak pada setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik
diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan
selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa
antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna
kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih ).
Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama
pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya
bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara ini penting
dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien.
Keperluannya antara lain :
o Menentukan dari mana asal secret
o Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
o Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah
obstruksi.
· Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu
atau mebahayakan pasien.
· Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji
faal paru (%FEV 1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
· Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
· Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan
perdarahan. Dari berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik
dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja
obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
· Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat
demam, lebih-lebih kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain
diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.
· Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang
terkena.
o Indikasi pembedahan :

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 10


Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak
berespon yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif
yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk operasi.
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi
berulang atau haemaptoe dari daerakh tersebut. Pasien dengan
haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.
o Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien
bronchitis dengan koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
o Syarat-ayarat operasi.
- Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
- Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
- Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis
atau bronchitis kronik.
o Cara operasi.
- Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak
terdapat kontra indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif
dipersiapkan secara baik utuk operasi. Umumnya operasi berhasil baik
apabila syarat dan persiapan operasinya baik.
- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami
keadaan gawat darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif
(perdarahan arterial) yang memenuhi syarat-syarat dan tidak terdapat
kontra indikasi operasi.
o Persiapan operasi :
- Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah,
pemeriksaan broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
- Scanning dan USG
- Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
- Memperbaiki keadaan umum pasien.
(Manurung, Nixson. 2016. Hlm 17)

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identifikasi Diri Pasien
2. Penanggung Jawab
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dulu

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 11


d. Riwayat Penyakit Keluarga
4. Genogram (3 Generasi)
5. Pemeriksaan Fisik
6. Pola Gordon (11 Pola Kesehatan)
(Amin, dan Hardhi. 2015. Hlm 82)

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Bakteriologik / Sputum
2. Pemeriksaan Radiologik
3. Pemeriksaan Khusus
4. Pemeriksaan Penunjang lain
(Amin, dan Hardhi. 2015. Hlm 86)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
- Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dispnoe, anoreksia, mual muntah.
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya
sekret, proses penyakit kronis.

(Mutaqin, Arif. 2012. Hlm 63)

D. INTERVENSI
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan :
- Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

- Kaji/pantau frekuensi pernafasan.


Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 12


- Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe
dan menurunkan jebakan udara.

 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas


oleh sekresi, spasme bronchus.

Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Rencana Tindakan:
- Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit
- Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas,
dispenea dan kerja nafas.
- Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara
atau area konsolidasi
- Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi,


mukus.
Tujuan :
Perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:
- Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir.
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
- Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat.
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa
distres berlebihan.
- Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika
diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot
pernafasan.

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,


anoreksia, mual muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 13


- Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena
dispnea, produksi sputum.
- Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster.
- Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang
dapat membuat mual dan muntah.
- Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
- Konsul ahli gizi.
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan
individu memberikan nutrisi maksimal.

 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,


proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
- Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
- Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan
adanya infeksi.
- Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
- Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
(Mutaqin, Arif. 2012. Hlm 67)

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 14


DAFTAR PUSTAKA

Mutaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Bunner & Suddarth 2009, Buku ajar keperawatan medical bedah, EGC, Jakarta :
Salemba Medika
Amin, dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Andra, dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:


Trans Info Media.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.

STIKES TELOGOREJO SEMARANG Page 15

Anda mungkin juga menyukai