43
1. Terciptanya suasana kerja yang kondusif, sehingga pegawai baru dapat bekerja dengan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Meningkatkan pemahaman perawat dan bidan dalam menganalisa kebutuhan akan
pentingnya pelatihan dalam jabatan.
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dan bidan dalam mengelola suatu pelatihan.
4. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan dalam menyusun suatu proposal pelatihan
Materi
A. Orientasi Pegawai Baru
1. Lingkup organisasi dan struktur
2. Kebijakan, prosedur dan regulasi
3. Tanggung jawab kerja Perawat dan Bidan
4. Teknik dan orientasi
B. In-Service Training
1. Definisi Pelatihan dalam pekerjaan
2. Prinsip-prinsip pengembangan pelatihan dalam pekerjaan
3. Langkah-langkah dalam merancang program pelatihan.
4. Beberapa metoda dalam menegembangkan pelatihan.
5. Evaluasi pelatihan.
6. Tugas keperluan pelatihan
Metoda
1. Kuliah singkat
2. Penugasan
3. Kerja Kelompok
4. Diskusi Pleno
RENCANA PENGAJARAN
SESI I
BAGIAN A
Topik : Orientasi Pegawai Baru
Metoda : Kuliah Singkat
Waktu : 20 menit
BAGIAN B
Topik : In- Service Training
Metoda : Kuliah Singkat
Waktu : 30 menit
BAGIAN C
Topik : Penyusunan Proposal
Metoda : Kerja Kelompok - Presentasi
Waktu : 40 menit
MATERI
Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK –
WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2.
Januari 2003
Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training
46
Pengertian
Orientasi adalah memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan kerja baru
dalam suatu organisasi, meliputi organisasi tata laksana, kebijakan, tugas, fungsi, tanggung
jawab dan wewenang bagi pegawai baru.
Lingkungan kerja merupakan hal penting bagi pegawai baru untuk diketahui serta
dipahami dengan jelas, sehingga mempermudah penyesuaian dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dibebankan kepadanya baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Melalui
orientasi pada awal penugasan diharapkan perawat atau bidan baru akan merasa lebih siap
dalam menerima tanggung jawab, serta dapat bekerja dengan penuh percaya diri karena
telah dengan jelas mengetahui situasi, kondisi,peraturan, hak dan kewajibannya. Dengan
demikian pelaksanaan tugas akan tetap mengarah pada pelayanan yang professional.
Program orientasi bagi pegawai baru termasuk pegawai lama yang dipindahkan keruangan
atau unit baru, bila dirancang dengan baik diharapkan dapat mengatasi berbagai issue yang
muncul dan membantu pegawai bersangkutan lebih cepat menyesuaikan diri dalam
memenuhi tanggung jawab dan akontabilitas mereka terhadap tugas yang dibebankan
kepada mereka.
Sasaran program orientasi adalah setiap perawat dan bidan baru dan perawat atau bidan
yang akan pindah ke unit lain di rumah sakit dan puskesmas.
A. Orientasi Organisasi
1. Struktur organisasi dan tata laksana dalam pelayanan di rumah sakit/puskesmas.
2. Misi, visi, prinsip dan tujuan organisasi dan pelayanan di rumah sakit/puskesmas.
3. Jenis-jenis pelayanan atau program yang tersedia atau dilaksanakan.
4. Fasilitas-fasilitas yang ada di rumah sakit/puskesmas.
5. Prosedur yang digunakan untuk pemeliharaan fasilitas-fasilitas rumah sakit
/puskesmas.
6. Sistem pengamanan dan ketertiban termasuk peraturan di rumah sakit/puskesmas.
D. Orientasi Lapangan
Pegawai baru tersebut diberikan orientasi langsung ke lapangan di semua ruangan
rawat inap dan rawat jalan serta instalasi di lingkungan rumah sakit dan untuk lapangan
puskesmas, selain di puskesmas itu sendiri perlu diperkenalkan daerah binaan,
pustu/polindes, posyandu dll.
Evaluasi Orientasi
Evaluasi dalam program orientasi merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan
hasil kerja klinis yang profesional. Kepala ruangan bertanggung jawab terhadap proses
adaptasi serta perkembangan para perawat dan bidan baru, baik dalam hal kemampuan dan
perilakunya.
Evaluasi perlu diadakan setiap minggu atau 2 kali seminggu untuk kemajuan yang
dihasilkan selama periode 3 bulan. Batas waktu diperlukan untuk mendapatkan standar
minimal dari kapabilitasnya dari setiap perawat dan bidan baru yang masih dalam masa
orientasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi (check-list) sesuai
kebutuhan dan dilaporkan kepada yang berwenang.
Laporan Orientasi
Laporan orientasi dibuat oleh kepala ruang untuk mendapatkan data yang objektif tentang
kemajuan dan kapabilitas yang telah diraih oleh setiap perawat/bidan baru, sehingga dapat
diketahui seberapa jauh tujuan dari orientasi telah dapat diraih yang akan diperlukan untuk
pengambilan keputusan selanjutnya.
Kesimpulan
Orientasi merupakan program penting yang perlu dipersiapkan dan diberikan kepada para
perawat/bidan baik yang baru atau maupun pindahan yang akan melaksanakan tugas-tugas
di rumah sakit/puskesmas. Materi-materi orientasi disesuaikan dengan tujuan, kebijakan,
rumah sakit/puskesmas. Dalam konteks ini, kelengkapan orientasi bagi setiap perawat
baru atau seseorang yang akan melaksanakan tugas-tugas baru akan dapat mengetahui
tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawab mereka, dengan demikian, diharapkan
mereka akan dapat melaksanakan tugas-tugas dengan lancar dan memberikan kontribusi
profesionalnya untuk pencapaian misi, visi, prinsip dan tujuan dari rumah sakit/puskesmas.
suatu organisasi baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Program pelatihan yang
direncanakan dan berkesinambungan dapat mendorong perawat dan bidan untuk
meningkatkan serta mempertahankan profesionalismenya, dan pada akhirnya akan
berdampak pada kinerja perawat dan bidan dan pada akhirnya akan dapat peningkatan mutu
pelayanan.
Pengertian
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para pakar dan dibawah ini akan
dikemukakan dua pengertian saja yaitu:
Menurut Michael J. Jacius, istilah ‘training’ yang dipergunakan disini adalah untuk
menunjukkan setiap proses dalam mengembangkan bakat, keterampilan dan
kemampuan pegawai agar dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja
karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain yang terkait
dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari
sebuah team kerja. ( DR.Achmad.S.Ruky, 2001)
Prinsip-prinsip Pelatihan
Agar pelatihan menjadi efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip
pelatihan sebagai berikut :
1. Kemandirian
Setiap organisasi dituntut untuk menentukan jenis pelatihan berdasarkan kebutuhan
dilingkungan organisasinya. Hal ini disebabkan organisasi lebih mengetahui kebutuhan
dan lebih mudah diterapkan dalam situasi pekerjaannya. Kurangi metoda ceramah,
tetapi lebih banyak latihan. Latihan melalui kelompok kerja dan diskusi pleno.
9. Memanfaatkan sumber daya yang ada
Diupayakan memanfaatkan secara optimal sumber daya (SDM, fasilitas, peralatan)
yang ada dalam organisasi, kecuali tidak memungkinkan, baru didatangkan dari luar
organisasi.
10. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
Pembelajaran organisasi (organizational learning) saat ini menjadi sangat penting dan
merupakan suatu keharusan, mengingat semakin derasnya tuntutan akan perubahan
mutu pelayanan.
2. Identifikasi sumber daya dan fasilitas yang ada dalam organisasi yang dapat
dimanfaatkan untuk terselenggaranya pelatihan.
3. Menyusun proposal program pelatihan, termasuk evaluasi dan biaya yang diperlukan.
4. Mengkomunikasikan rencana pelatihan kepada semua jajaran yang akan dilibatkan.
5. Melaksanakan program pelatihan sesuai dengan rencana.
6. Memantau dan mengawasi pelaksanaan program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
7. Mengevaluasi proses dan hasil pelatihan guna mendapatkan balikan (feedback).
8. Membuat laporan penyelenggaraan pelatihan dan hasilnya, termasuk rencana tindak
lanjut untuk mengetahui dampak suatu pelatihan bagi organisasi dan pesertanya.
2. Tutorial
Tutorial adalah suatu metoda dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan
tugas baca pada suatu kelompok dengan topik tertentu yang kemudian didiskusikan
dalam kelompok tersebut. Tujuan dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman
peserta terhadap materinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan referensi atau
buku-buku dan waktu yang cukup untuk pembahasan, tutor/nara sumber. Dalam sistem
ini peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan referensi yang tersedia dan
hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan. Kelebihan
metoda ini adalah analisis suatu topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin
dasar ilmiahnya dan terjadinya interaksi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan nara sumber yang menguasai materi dan waktu pembahasannya
lama (1 – 4 minggu per topik).
3. Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu metode pembelajaran dengan mengajak peserta menganalisis
masalah dan memilih alternatif-alternatif pemecahan masalah. Metode ini bertujuan
untuk membantu peserta mengembangkan daya intelektualnya dan keterampilan
berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis, dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah. Kasus yang dibahas harus memberikan pengalaman yang
realistik, aktual, praktis, dan mempunyai keterkaitan dengan ruang lingkup
pekerjaannya. Pemilihan kasus perlu mempertimbangkan latar belakang pendidikan
peserta. Penggunaan metoda ini didahului dengan penjelasan mengenai prinsip-prinsip
pendekatan dan pemecahan masalah, sehingga peserta dapat mengembangkan
kemampuannya untuk menganalisis suatu permasalahan. Agar terjadi interaksi yang
optimal, sebaiknya peserta dibagi dalam kelompok kecil dan hasil pembahasan tiap
kelompok dievaluasi serta dibuatkan suatu rangkuman. Kelebihan dari metoda ini
adalah terjadinya pertukaran pendapat antara peserta dan kemungkinan ditemukannya
Evaluasi Pelatihan
Evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari program pelatihan, mengingat telah
banyak menghabiskan waktu, energi, serta biaya untuk pelaksanaannya. Agar pelatihan
tidak sia-sia, suatu langkah evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara teratur. Evaluasi
suatu program pelatihan diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap staf terjadi dan seberapa besar penerapannya dalam
memberikan arti atau pengaruh pada dirinya, kelompok dan organisasinya.
Evaluasi setelah pelatihan pada tingkat perilaku dalam pekerjaan sangat penting, karena
belum tentu pengetahuan dan pengalaman pembelajaran yang diperoleh dapat diterapkan
dalam pekerjaan, tetapi perilaku yang baik dalam pekerjaan merupakan gabungan dari
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk mengetahui seberapa jauh peserta
mengadakan perubahan perilaku dalam pekerjaan setelah mengikuti pelatihan, evaluasi
hendaknya dilaksanakan oleh beberapa pihak, antara lain: peserta sendiri, atasan peserta,
bawahan peserta, teman sekerja dan pasen serta masyarakat.
Salah satu tehnik evaluasi setelah pelatihan yang berhubungan dengan perilaku adalah
pendekatan terhadap evaluasi, dengan 3 langkah evaluasi:
a. Evaluasi oleh peserta segera setelah pelatihan dengan menggunakan daftar isian.
b. Evaluasi oleh peserta 4 bulan setelah pelatihan dengan menggunakan daftar isian
c. Evaluasi peserta dengan supervisornya 6 bulan setelah pelatihan dengan tehnik
wawancara terpola dan pertanyaannya meliputi: tujuan pelatihan, metoda,isi dan
pendapat mengenai penerapannya.
Evaluasi Proses
Penugasan Kelompok
1. Peserta dibagi dalam kelompok kerja masing- masing.
2. Identifikasi bidang-bidang yang mungkin memerlukan pelatihan.
3. Buat proposal pelatihan untuk tiap-tiap kelompok kerja dari satu institusi.
Kesimpulan
Sehubungan dengan penjelasan diatas, pelatihan dalam jabatan (In-Service
Training) sangat mungkin dikembangkan, tergantung dari kebutuhan organisasi, dengan
memanfaatkan sumber-sumbsr yang dimiliki secara optimal. Memilih metoda yang tepat
juga sangat berpengaruh untuk suatu pelatihan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tempat kerja dari organisasi tersebut. Mungkin dalam hal tertentu tidak memerlukan
investasi yang terlalu besar, namun prioritas tetap diberikan pada kebutuhan spesifik dan
mendesak. Prinsip dari suatu program pelatihan adalah pembelajarannya harus
berhubungan dengan tugas-tugas dari para peserta, dalam rangka meningkatkan kinerja
klinik perawat dan bidan pada lingkungan kerjanya.Program pelatihan perlu disertai dengan
evaluasi.
KEPUSTAKAAN