Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Mendel I adalah mengenai pemisahan gen sealel atau dikenal pula
dengan hukum segregasi. Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan
gamet individu yang memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung
salah satu alel itu. Dasar hukum mendel adalah penyilangan dua individu yang
memiliki satu karakter beda (=monohibrid). Mendel menemukan bahwa makin
banyak jumlah generasi yang dihitung, makin mendektilah ratio kenyataan terhadap
ratio teoritis dengan catatan bahwa lingkungan dan susunan genotipe tidak berubah.
Monohibrid adalah hasil penyilangan dua individu yang memiliki hanya satu
karakter berbeda, misalnya : mengawinkan kucing berbulu panjang (bb) dengan
hewan jenis yang sama namun berbulu pendek (BB).
Dihibrid adalah hasil penyilangan dua individu yang memiliki dua karakter
berbeda, misalnya mengawinkan kucing berbulu putih dan panjang (bbll) dengan
kucing berbulu hitam dan pendek (BBLL).
Polihibrid adalah hasil penyilangan dua individu yang memiliki banyak karakter beda,
misalnya mengawinkan kucing berbulu putih, panjang dan halus (bbllrr) dengan
kucing berbulu hitam, pendek dan kasar (BBLLRR).
Persilangan antar bibit murni disebut persilangan parental (P1) sedangkan
anak yang heterozigot disebut keturunan pertama (F1/filial pertama) hasil persilangan
antar turunan pertama (F1) disebut F2.
Alel Kodominan (=alel intermediet) adalah alel-alel yang tidak mempunyai
hubungan dominan dan resesif, berarti setiap alel mampu dalam derajat tertentu
berekspresi bila dalam kondisi heterozigot. Sifat intermedier adlah sifat diantara yang
dimiliki oleh kedua induknya. Ada karakter yang tidak dominan penuh/semi
dominan/kodominan/intermediet berarti alelnya tidak pula bersifat resesif penuh.
Umumnya fenotipe heterozigot yang dihasilkan dari kodominasi bersifat
intermediet yaitu berkarakter perantaraan antara yang homozigot dominan dengan
demozigot resesif. Fenotipe heterozigotnya dapat tampak sebagai suatu campuran tapi
alelnya tetap mempertahankn identitas individunya dan akan berpisah satu dengan
yang lain pada pembentukan gamet.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peristiwa dominansi sebagian terjadi ?
2. Bagaimana peristiwa kodominan terjadi ?
3. Apasaja macam-macam gen letal ?
4. Bagaimana macam-macam modifikasi rasio dihibrid dalam penyimpangan
genetika mendel ?
5. Bagaimana alel ganda dapat terjadi pada penyimpangan genetika mendel ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan peristiwa dominansi sebagian.
2. Menjelaskan proses kodominan.
3. Menjelaskan macam-macam gen letal.
4. Menjelaskan macam-macam modifikasi rasio dihibrid.
5. Menjelaskan proses pembentukan alel ganda.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dominansi Sebagian
1. Semidominansi (intermedier) pada monohibrid
Pada tanaman bunga pukul empat (Mirasbilis jalapa)
P : ♀ rr x ♂ RR
Gamet : (putih) (merah)
F1 Rr
(merah muda)
F1 x F1 : ♀ Rr x ♂ Rr
(merah muda) (merah muda)
F2 :

R r

RR Rr
R
(merah) (merah muda)
Rr Rr
r
(merah muda) (putih)
RR, merah (1)
Rr, Merah muda (2) merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1
rr, putih (1)

Gambar 2.1 pewarisan warna bunga pada tanaman pukul 4.

3
2. Intermedier dalam dihibrid
Contoh :
LL = daun lebar Ll = daun sedang ll = daun sempit
MM = bunga merah Mm = bunga merah muda mm = bunga putih

P : ♀ LLMM x ♂ llmm
Gamet : (lebar, merah) (sempit,merah)
F1 LlMm
(daun sedang, merah muda)

F2 :

♂ LM Lm lM lm

LM LLMM LLMm LlMM LlMm
(lebar,merah) (lebar,merah (sedang,merah) (sedang,merah
muda) muda)
Lm LLMm LLmm LlMm Llmm
(lebar,merah (lebar,putih) (sedang,merah (sedang,putih)
muda) muda)
lM LlMM LlMm llMM llMm
(sedang,merah) (sedang,merah (sempit,merah) (sempit,merah
muda) muda)
Lm LlMm Llmm llMm llmm
(sedang,merah (sedang,putih) (sempit, merah (sempit,putih)
muda) muda)

Kesimpulan :

Lebar, merah (LLMM) :1 Sedang, putih (Llmm) :2

Lebar, merah muda (LLMm) :2 sempit, merah (llMM) :1

Lebar, putih (LLmm) :1 sempit, merah muda (llMm) :2

4
Sedang, merah (LlMM) :2 sempit, putih (llmm) :1

Sedang, merah muda (LlMm) :4

B. Kodominan
Pasangan alel dari heterozigot sama kuatnya dalam fenotip. Misal pada
golongan darah ABO. Alel i = bersifat resesif terhadap IA dan IB
Alel IA dan IB = bersifat kodominan
fenotip Genotip
Golongan darah O i i
Golongan darah A IAIA / IA i
Golongan darah B I BI B/I B i
Golongan darah AB IA I B

Contoh :
a)
P: ♀ IA i x ♂ IBi
Gamet : IA, i I B, i

F1 IAIB golongan darah AB (1)


IA i golongan darah A (1)
IBi golongan darah B (1)
ii golongan darah O (1)
b)
P: ♀ IBi x ♂ IBi
Gamet : IB ,i IB , i

F1 : IBIB golongan darah B (1)


IB i golongan darah B (2)
ii golongan darah O (1)

sepasang alel yang dalam bentuk heterozigot membentuk sifat baru (= alel kodominan ).

Contoh : pada sapi shorthorn, dikenal mempunyai 3 warna :

Merah (CRCR), coklat (CRCW) dan putih (CWCW)


5
P ♀ CRCW x ♀ CRCW

(coklat) (coklat)

Gamet CR , CW CR , CW

F1 CRCR merah (1)

CRCW coklat (2)

CWCw putih (1)

Contoh soal :

Sepasang sapi jantan merah dengan sapi betina coklat, diberi kesempatan berkembang biak
secara bebas. Bagaimana kemungkinan keturunan F2 ?

Jawab :

P : ♀ CRCW x ♂ CRCR

(coklat) (merah)

Gamet : CR , CW CR , CW

F1 : CRCR merah (1)

CRCW coklat (2)

F2

Kemungkinan Banyak F2
perkawinan perkawinan Merah Coklat Putih
1. Merah x merah ¼ 1/16 - -
2. Merah x coklat (♀ x ♂ )
½ ¼ ¼ -
3. Coklat x merah (♀ x ♂ )
4. Coklat xcoklat 1/4 1/16 1/8 1/8
Jumlah 9/16 6/16 1/16

6
C. Gen letal
Gen yang dalam keadaan homozigot dominan dapat menyebabkan kematian (lethal).
1. Gen letal dominan
Pada ayam : C = bersifat lethal /kematian
c = mengatur pertumbuhan tulang normal
Ayam Cc, dapat hidup, tetapi tidak normal (penyakit archodoplasia atau penyakit
redep)

P ♀ Cc x ♂ Cc

(redep) (redep)

Gamet : C, c C, c

F1 : (1) CC mati

(2) Cc redep

(1) cc normal redep : normal = 2:1

Pada manusia : B = brakhifalangi (tulang-tulang jari pendek, tumbuh menjadi


satu

b = pertumbuhan tulang normal

P ♀ Bb x ♂ Bb

(brakhifalangi) (brakhifalangi)

Gamet : B, b B, b

F1 : (1) BB mati

(2) Bb brakhifalangi

(1) bb normal brakhifalangi : normal = 2:1

2. Gen letal resesif


Pada jagung :
GG = dapat membentuk klorofil daun secara normal (daun hijau)
Gg = daun hijau kekuningan
gg = klorofil tidak terbentuk (tanaman mati, sejak tanaman masih
kecambah)

7
P ♀ Gg x ♂ Gg

(h. kekuningan) (h.kekuningan)

Gamet : G, g G ,g

F1 : (1) GG hijau hijau : h kekuningan =1:2

(2) Gg h. kekuningan

(1) bb mati

Pada manusia :

Genotip ii : menyebabkan penyakit ichtyosis congenita (kulit kering bertanduk,


pada kulit ada bendar-bendar berdarah) biasanya pada bayi
telah mati didalam kandungan.

P : ♀ Ii x ♂ Ii

(normal) (normal)

Gamet : I, i I ,i

F1 : (1) II normal fenotip normal

(2) Ii normal

(1) ii mati

Orang yang mempunyai genotip II maupun I i, adalah normal. Karena itu orang
yang mempunyai genotip Ii apabila kawin, akan mempunyai kemungkinan
memiliki anak hidup yang semuanya normal.

8
D. Modifikasi rasio dihibrid 9 : 3 : 3 : 1
1. Interaksi gen
Pada jengger ayam :
R-pp : tipe mawar (rose)
rrP- : tipe kacang (pea)
R-P- : tipe walnut
Rrpp : tipe tunggal

P : ♀ RRPP x ♂ rrpp

(mawar) (kacang)

Gamet : RP rp

F1 : RrPp

(walnut)

F2 : F1 x F1 R-P- (walnut) 9

R-pp (mawar) 3

rrP- (kacang) 3

rrpp (tunggal) 1

Atavisme : peristiwa timbulnya kembali sifat keturunan yang menghilang pada


beberapa generasi .

2. Peristiwa Epistasi (dominansi =?)


Gen epistatis = gen yang menutupi ekpresi gen lain yang bukan alelnya
Gen hipostatis = gen yang ditutupi/dikalahkan oleh gen lain yang bukan alelnya

9
1 Epistasi dominan A epistatis terhadap B & b 12 : 3 :1
2 Epistasi resesif Aa epistatis terhadap B & b 9:3:4
Epistasi dominan dan A epistatis terhadap B & b
3 13 : 3
resesif bb epistatis terhadap A & a
Gen resesif rangkap Aa epistatis terhadap B & b
4 9:7
bb epistatis terhadap A & a
Gen dominan rangkap A epistatis terhadap B & b
5 15 : 1
B epistatis terhadap A & a
Gen rangkap dengan
6 9 : 6 :1
pengaruh kumulatif

a. Epistasi dominan
U : bunga ungu
K : bunga kuning U epistasi terhadap K
u & k : bunga putih

P : ♀ UUKK x ♂ uukk

(ungu) (putih)

Gamet : UK uk

F1 : RrPp (walnut)

F2 : F1 x F1 U-K- (ungu) 9

U-kk (ungu) 3 ungu : kuning : putih

uuK- (kuning) 3 = 12 : 3 : 1

uukk (putih) 1

b. Epistasi resesif (di SMA disebut dengan epistasi)


Warna kulit / bulu pada tikus
A : abu-abu
a : hitam
C : menyebabkan warna timbul
c : menghalangi warna timbul

10
P : ♀ AACC x ♂ aacc

(putih) (hitam)

Gamet : AC ac

F1 : AaCc

(abu-abu)

F2 : F1 x F1 A-C- (abu-abu) 9

A-cc (putih) 3 abu-abu : hitam : putih

aaC- (hitam ) 3 =9:3:4

aacc (putih) 1

c. Epistasi dominan dan resesif


Pada ayam
C : bulu berwarna
c : bulu tidak berwarna
I : menghalangi keluarnya warna
i : tidak menghalangi keluarnya warna

P : ♀ CCII x ♂ ccii

(ayam leghorn, putih) (ayam silkie, putih )

Gamet : CI ci

F1 : CcIi

(putih)

F2 : F1 x F1 C-I- (putih) 9

C-ii (berwarna) 3 putih : berwarna

ccI- (putih ) 3 = 13 : 3
ccii (putih) 1

11
d. Epistasi karena gen resesif rangkap
Bisu tuli sejak lahir :
D & E, bila bersama-sama di dalam genotip = orang normal
D saja / E saja / resesif semua = bisu tuli

P : ♀ DDee x ♂ ddEE

(bisu, tuli) (bisu, tuli)

Gamet : AC ac

F1 : DdEe

(normal)

F2 : F1 x F1 D-E- (normal) 9

D-ee (bisu, tuli) 3 normal : bisu tuli

ddE- (bisu, tuli) 3 =9:7

ddee (bisu, tuli) 1

e. Epistasi karena gen dominan rangkap


A : gen untuk bentuk bulat pada buah
B : gen untuk bentuk bulat pada buah
A & B : gen untuk bentuk bulat pada buah
a & b : gen untuk bentuk oval pada buah

P : ♀ AABB x ♂ aabb

(bulat) (oval)

Gamet : AB ab

F1 : AaBb

(bulat)

12
F2 : F1 x F1 A-B- (bulat) 9

A-bb (bulat) 3 bulat : oval

aaB- (bulat) 3 = 15 : 1

aabb (oval) 1

f. Epistasi karena gen rangkap kumulatif


A : bunga ungu
B : bunga ungu tua
A & B : bunga ungu
a & b : putih

P : ♀ AABB x ♂ aabb

(ungu tua) (putih)

Gamet : AB ab

F1 AaBb
(ungu tua)
F2 : F1 x F1 A-B- (ungu tua) 9

A-bb (ungu) 3 ungu tua : ungu : putih

aaB- (ungu) 3 =9:6:1

aabb (putih) 1

E. Alel Ganda
Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel ganda
(multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat mempunyai lebih dari
satu alel disebut: multiple allelomorphi.
Contoh: Pada kelinci
c+ : gen asli yang normal = bulu berwarna abu-abu
c ch : bulu berwarna abu-abu muda, karena ada campuran bulu bewarna hitam dan
putih. Kelinci ini dinamakan kelinci chinchilla

13
ch : bulu berwarna putih, dengan warna hitam pada ujung-ujung hidung, telinga,
kaki, dan ekor. Kelinci demikian disebut kelinci Himalaya
c : alel yang tidak membentuk pigmen sama sekali. Kelinci berwarna putih,
disebut kelinci albino
Dominansi alel-alel tersebut mempunyai urutan sebagai berikut : c+ > cch > ch > c

Fenotip & genotip untuk alel ganda lokus c pada kelinci

Fenotip Kemungkinan genotip


Abu-abu (normal) c+c+ c+cch c+ch c+c
Chinchilla cchcch cchch cchc
Himalaya chch chc
Albino Cc

Contoh :

(1)
P : ♀ c +c + x ♂ cc
(abu-abu) (albino)
Gamet : c+ c
F1 : c + c (abu-abu)
F2 : F1 x F1 c+c+ (abu-abu) 1
c+c (abu-abu) 2
cc (albino ) 1

(2)
P : ♀ cchcch x ♂ c + c+
(chinchila) (abu-abu)
Gamet : cch c+
F1 : c+cch
(abu-abu)

F2 : F1 x F1 c+c+ (abu-abu) 1

14
c+cch (abu-abu) 2
cchcch (chinchila ) 1

Pada tumbuhan :
Pada tumbuhan tinggi sering terdapat seri alel ganda, yang seringkali menyebabkan
in-kompatibilitas, yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah menyebuk sendiri
atau persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini disebabkan alel pada tepung sari sama
dengan alel pada sel telur, sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik tidak
dapat membentuk buluh tepungsari. Tepungsari demikian dikatakan abortip. Seri alel
ganda pada tanaman itu adalah : S1, S2, S3, S4 dan seterusnya.

Gambar 2.2 Seri alel ganda menentukan kompatibilitas dalam reproduksi seksual

Adanya inkompatibilitas antara alel ganda yang terdapat didalam serbuk sari dan sel
telur maka perkawinan resiprok dari tanaman ini menghasilkan keturunan yang
berlainan.
P ♀ S1 S3 x ♂ S2S3 Perkawinan resiprok
♀ S2S3 x ♂ S1S3
F1 zigot S1S2 zigot S1S2
Endosperm S1S1S2 Endosperm S1S2S2

Zigot S2S3 Zigot S2S3


Endosperm S2S3S3 Endosperm S2S3S3

15
Alel ganda pada golongan darah manusia

Ada beberapa macam system penggolongan darah pada manusia, diantaranya


adalah golongan darah system ABO, MNSs dan Rh.
1. Golongan darah ABO
Golongan darah Antigen Zat anti dalam
dalam serum /plasma
Fenotip Genotip
eritrosit darah

O ii - Anti A dan anti B

A I AI A / IA i A Anti B

B I BI B/ IB i B Anti A

AB IAIB A dan B -

Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alel-alel i, IA, I B. alel i


resesif terhadap IA dan IB . alel IA dan IB bersifat kodominan, sehingga IB
tidak dominan terhadap IA dan sebaliknya I A tidak dominan terhadap I B .
interaksi antara alel i, IA dan IB menghasilkan empat genotip golongan
darah, yaitu O, A ,B dan AB ( lihat table diatas).
Gen i menghasilkan suatu molekul protein disebut isoaglutinin yang
terdapat pada permukaan sel darah merah.
Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang
dengadisebut antigen A dalam eritrosit yang kemudian dapat bereaksi
dengan antibody atau agglutinin atau zat anti B yang terdapat didalam
serum atau plasma darah.
Orang dengan alel IB dapat membentuk antigen B dalam eritrosit, dan
zat anti A dalam serum darah.
Orang dengan golongan darah O mempunyai alel ii, tidak dapat
membentuk antigen A dan Antigen B, tetapi mempunyai zat anti A dan
anti B.
Apabila antigen A bertemu dengan zat anti A, demikian juga dengan
antigen B bertemu dengan zat antigen B maka darah akan menggumpal.
Sehingga dalam melakukan transfuse darah, baik donor maupun pemberi

16
ataupun resipien (penerima) harus diperiksa terlebih dahulu golongan
darahnya berdasarkan system ABO. (lihat tabel dibawah ).

Golongan darah
O A B AB
resipien
Golongan
(anti A & B) (anti B) (anti A) (anti A & B)
darah pendonor
O (tidak ada antigen)    
A (antigen A) X  X 
B (antigen B) X X  
AB (antigen A & B ) X X X 

Keterangan :  = tidak terjadi penggumpalan X = terjadi penggumpalan

2. Golongan darah MN dan golongan darah MNSs


Golongan darah MN dikemukakan oleh K. Landsteiner dan P. Levine
pada tahun1927, setelah mereka menemukan antigen baru yang disebut
antigen-M dan antigen –N di dalam sel darah.
Golongan darah Antigen Reaksi dengan antiserum
dalam
Fenotip Genotip Anti - M Anti - N
eritrosit
M LMLM M X 
N LNLN N  X
MN LMLN M&N X X

Keterangan :  = tidak terjadi penggumpalan X = terjadi penggumpalan


eritrosit eritrosit
Dalam sistem golongan darah MN, plasma darah atau serum seseorang
tidak mengandung zat anti M maupun zat anti N. Sehingga golongan darah
ini tidak penting dalam transfusi darah, karena tidak menyebabkan
terjadinya penggumplan darah.
Penggolongan darah MN dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
a) Eritrosit seseorang yang mengandung antigen M ke dalam tubuh
kelinci.

17
b) Darah kelinci akan membentuk zat anti M.
c) Apabila anti serum kelinci yang mengandung zat anti ini
disuntikkan digunakan untuk menguji darah seseorang dengan
antigen M, akan terjadi penggumpalan darah.
d) Berarti orang tersebut mempunyai golongan darah M. Kalau tidak
terjadi penggumpalan berarti golongan darah N. (lihat tabel diatas).
Demikian seterusnya, sehingga diperoleh golongan darah M, N,
dan MN.

Selain golongan MN diketahui juga golongan darah MNSs, yang


dikemukakan oleh R.R Race dan R. Sanger pada tahun 1947. Menurut
kedua peneliti ini, selain gen M dan N terdapat gen lainnya yang
menentukan fenotip M dan N (lihat tabel di bawah ini).

Sistem MN Sistem MNSs


(menurut Landsteiner) (menurut Race-Sanger)
Gen : LM LN Gen : LMS LMs LNS L Ns
Fenotip Genotip Fenotip Genotip

M M
LMSLMS, LMSLMs, atau
M L L MS, Ms
LMsLMs

N N
LNSLNS, LNSLNs, atau
N L L NS,Ns
LNsLNs

M N
LMSLNS, LMSLNs,
MN L L MNS, MNs
LMsLNS, atau LMsLNs
Keterangan : Alel S dominan terhadap s, LM dan LN merupakan alel
kodominan

3. Golongan darah sistem Rh


Golongan darah ini dikemukakan setelah ditemukannya faktor rhesus
(faktor Rh), suatu antigen baru dalam eritrosit dalam penelitian-penelitian
darah orang dengan menggunakan kera Rhesus di India. K. Landsteiner
dan A. S. Wiener (1940) menyuntikkan sel darah merah kera Rhesus ke
dalam kelinci, yang kemudian membentuk zat anti yang menyebabkan sel
darah kera Rhesus menggumpal.

18
Antiserum kelinci yangsudah disuntikkan sel darah merah kera tadi,
kemudian digunakan untuk menguji darah manusia (lihat tabel dibawah
ini)

Ada/tidak Test dengan


Fenotip Genotip antigen dalam antiserum yang
eritrosit mengandung anti- Rh

RR atau Rr ada Eritrosit menggumpal


Rh+
Eritrosit tidak
- rr Tidak ada
Rh menggumpal

Keterangan : Alel R dominan terhadap alel r.

Dari penelitian selanjutnya, Wiener mengemukakan bahwa golongan


darah Rh ditentukan oleh suatu alel ganda yang terdiri atas 8 alel.
Sedangkan R.R. Race dan R.A. Fisher, mengatakan bahwa golongan darah
Rh ditentukan oleh 3 pasangan gen, yaitu C, D dan E yang bersifat
dominan terhadap pasangan alelnya, c, d dan e.
Orang termasuk golongan darah Rh+ apabila mempunyai gen D. Jika
tidak ada gen D, maka fenotipnya adalah Rh- (lihat tabel dibawah ini ).

19
Race & Wiener Frekuensi dari
Landsteiner Fisher genotip pada
populasi orang
Gen Gen Gen Tipe
kulit putih
Rhz
CDE Rz Jarang
Rh1
CDe R1 41%
Rh2
R cDE R2 14%
Rh0
cDe R0 3%

rhy
CdE ry Sangat jarang
rh’
Cde r’ 1%
rh”
r cdE r” 1%
rh
cde r 39%

Dalam serum darah manusia biasanya tidak terdapat zat anti-Rh. Zat
anti-Rh dapat terbentuk melalui :
a) Transfusi darah
Seseorang yang mempunyai Rh-, apabila menerima donor darah
Rh+, yang mengandung antigen-Rh, maka serum darah orang
tersebut akan membentuk anti-Rh. apabila transfusi serupa
dilakukan berulang kali, maka zat anti-Rh yang terbentuk akan
bertambah banyak. Sehingga orang dengan Rh- harus menerima
donor darah dari orang yang Rh- juga, supaya tidak terjadi
penggumpalan eritrosit.
b) Perkawinan
Orang perempuan dengan Rh- (rr), kawin dengan laki-laki Rh+
(RR), apabila hamil janin yang masih didalam kandungan akan
mempunyai darah dengan Rh+ (Rr). Darah janin masuk kedalam
tubuh melalui plasenta membawa eritrosit yang mengandung
antigen-Rh. Serum darah ibu dirangsang untuk membentuk zat
anti-Rh. darah ibu yang masuk kembali ketubuh janin mengandung
zat anti-Rh. sehingga sel darah merah janin rusak (hemolisa), yang
menyebabkan anemia. Biasanya bayi pertama yang dilahirkan dari

20
pasangan ini masih bisa diselamatkan. Tetapi pada kehamilan-
kehamilan berikutnya zat anti-Rh yang terbentuk pada serum dan
plasma ibu makin banyak, sehingga berbahaya bagi janin, karena
dapat menyebabkan kematian dalam kandungan. Keadaan seperti
ini disebut Eritroblastosis Fetalis
F. Gen Ganda
Pewarisan suatu sifat seringkali tidak hanya dapat dibedakan menjadi dua sifat
saja, seperti panjang dan pendek, berwarna dan tidak berwarna, dan sebagainya.
Tetapi seringkali ada variasi diantara dua sifat tersebut, yang disebabkan oleh gen-gen
ganda.
Adanya variasi yang diturunkan ini diamati oleh J.KÖlreunter pada tanaman
tembakau pada tahun 1760, sebelum ada percoabaan-percobaan yang dilakukan oleh
Mendel. Dalam percobaan persilangan antara dua tanaman dengan satu sifat beda,
Kölreunter mendapatkan hasil keturunan F1 yang intermedier, dan pada F2 diperoleh
keturunan yang memiliki sifat bervariasi antara kedua induknya.
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menetukan pewarisan secara kuantitatif.
Beberapa sifat pada manusia, hewan, maupun tumbuhan seringkali ditentukan adanya
gen ganda. Misalnya, tinggi badan manusia, pigmentasi kulit, panjang tongkol jagung,
dan sebagainya.
Contoh : persilangan antara tanaman gandum dengan biji merah (RRCC)
dengan biji putih (rrcc) menghasilkan keturunan F1 RrCc yang warna bijinya
seragam, yaitu medium. Persilangan antara F1 menurunkan tanaman-tanaman F2
dengan warna biji dengan perbandingan 1 merah : 4 kelam : 6 Medium : 4 Muda : 1
putih

P : ♀ RRCC x ♂ rrcc

(merah) (putihl)

Gamet : RC rc

F1 : RrCc

(medium)

21
F2 : F1 x F1 (1) RRCC merah

(2) RRCc kelam

9R-C- (2) RrCC kelam

(4) RrCc medium

(1) RRcc medium

3R-cc (2) Rrcc muda

(1) rrCC medium

3rrC- (2) rrCc muda

1rrcc (1) rrcc putih

Tinggi badan pada manusia, ditentukan oleh 4 pasang gen yang dibedakan
oelh adanya gen-gen dasar (yang menentuak tinggi dasa dari orang), dinyatakan
dengan simbol a, b, c, d, dan gen-gen ganda ( memberikan tambahan pada tinggi
dasar), dinyatakan dengan simbol T (tinggi ) dan t (tidak ada pertambahan tinggi)

Apabila tinggi normal orang indonesia 150 cm, dan setiap alel T memberikan
tambahan tinggi 6 cm, alel t tidak memberikan tambahan tinggi pada tinggi dasar
manusia.

Orang laki-laki dengan genotip aTaTbTbT ctctdtdt memiliki tinggi 150 cm + (4 x


6 cm) =174 cm. Orang perempuan dengan genotip aTatbtbtctctdtdt, mempunyai ukuran
tingg150 cm + (1x 6 cm) = 156 cm.

Bila kedua orang tersebut menikah akan mengasilkan keturunan dengan tinggi
yang berbeda.

P : ♀ aTatbtbtctctdtdt x ♂ aTaTbTbT ctctdtdt


(156 cm) (174 cm)


aT bT ct dt

aT bt ct dt aTaTbTbT ctctdtdt = 168 cm
at bt ct dt aTatbTbt ctctdtdt = 162 cm

22
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Penyimpangan hukum mendel ada enam jenis yaitu Peristiwa semidominansi
yang terjadi diakibatkan oleh sifat dominan tidak dapat menutupi sifat resesif,
sehingga muncul sifat baru (karakter yang baru). Kedua, Peristiwa kodominan terjadi
diakibatkan oleh alel dari heterozigot sama kuatnya dalam fenotip sehingga terbentuk
sifat baru. Ketiga yaitu gen letal yang terdiri dari gen letal dominan dan gen letal
resesif. Keempat yaitu modifikasi dalam rasio dihibrid ada dua macam yang terdiri
dari interaksi gen serta peristiwa epistasi. Kelima alel ganda yang disebabkan oleh
satu gen yang memiliki dua alel. Dan yang terakhir yaitu gen ganda yaitu suatu seri
yang menentukan pewarisan secara kuantitatif.
B. Saran
Dalam menunjang pemahaman mengenai penyimpangan hukum mendel.
Penyusun menyarankan kepada pembaca untuk mencari referensi yang lebih banyak
dan valid.

23

Anda mungkin juga menyukai