Anda di halaman 1dari 5

PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

Penyimpangan semu hukum mendel merupakan suatu bentuk persilangan yang dapat
menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan hukum Mendel.
Fenotip sendiri merupakan suatu karakteristik yang bisa diamati dari suatu organisme yang dapat
diatur oleh genotip dengan lingkungan atau interaksi antara keduanya. Karakteristik dari fenotip
mencangkup biokimia, structural, perilaku, dan fisiologis serta berbagai tingkat gen dari suatu
organisme.

Dalam tingkatan ini fenotip yaitu berat badan, warna mata, dan ketahanan terhadap suatu
penyakit tertentu. Pada tingkat biokimia fenotip dapat mencangkup kandungan substansi kimiawi
di dalam tubuh. Misalnya kandungan kadar gula dalam beras atau kandungan proteinnya.
Terdapat berbagai macam Penyimpangan Semu Hukum Mendel yaitu Polimeri, Kriptomeri,
Epistasis, Hipostasis, Komplomenter, dan Interaksi gen.
1. Polimeri
Polimeri merupakan salah satu macam Penyimpangan Semu Hukum Mendel yang
memiliki suatu gejala yang dimana terdapat banyak gen yang bukan alel tetapi dapat
mempengaruhi karakter atau sifat yang sama. Polimeri dapat juga disebut sebagai
karakter kuantitatif yaaitu persilangan heterozigot dengan berbagai sifat yang berbeda
namun berdiri sendiri, akan tetapi dapat mempengaruhi bagian yang sama dari suatu
organisme. Misalnya jika menyilangkan gandum yang memiliki biji berwarna merah
dengan gandum yang memiliki warna putih.

Persilangan tersebut dapat menghasilkan keturunan heterozigot yang memiliki warna


merah agak muda jika dibandingkan dengan homozigot induknya, yaitu merah. Maka
dari itu biji yang memiliki warna dominan tidak sempurna terhadap biji yang berwarna
putih. Berikut contohnya :
Gandum biji merah: M1M1M2M2

Gandum biji putih: m1m1m2m2

P1                   : ♂ M1M1M2M2 (merah)   X                     ♀ m1m1m2m2 (putih)

Gamet           : M1M2                                                                      m1m2

F1                   : M1m1M2m2 = merah

P2                  : ♂ M1m1M2m2 (merah)   X                     ♀ M1m1M2m2 (merah)

Gamet           : M1M2, M1m2, m1M2, m1m2      M1M2, M1m2, m1M2, m1m2

Generasi F2

         ♂

  M1M2 M1m2 m1M2 m1m2


    ♀

M1,M1,M2,M2 M1,M1,M2,m2 M1,m1,M2,M2 M1,m1,M2,m2


M1M2 (Merah tua) (merah sedang) (merah sedang) (merah muda)

M1,m1,m2,m2
M1,M1,M2,m2 M1,M1,m2,m2 M1,m1,M2,m2
M1m2 (merah muda
(merah sedang) (merah muda) (merah muda)
sekali)

m1,m1,M2,m2
M1,m1,M2,M2 M1,m1,m2,M2 m1,m1,M2,M2
m1M2 (merah muda
(merah sedang) (merah muda) (merah muda)
sekali)

m1m2 M1,m1,M2,m2 M1,m1,m2,m2 m1,m1,M2,m2 m1,m1,m2,m2


(merah muda) (merah muda sekali) (merah muda sekali) (putih)

Rasio fenotip F2 yaitu 15 merah : 1 putih

Dari hasil diagram tersebut di atas, banyaknya jumlah faktor M dapat mempengaruhi warna pada
bijinya. Semakin dominan warna M maka warna yang didapatkan semakin gelap atau tua. Dari
sini dapat diketahui cirri dari Polimeri yaitu ketika gen yang dominan makin banyak, maka sifat
dari karakternya makin kuat.

2. Kriptomeri
Kriptomeri yaitu suatu peristiwa dimana jika suatu faktor yang tidak tampak pengaruhnya
jika berdiri sendiri, akan tetapi dapat tampak pengaruhnya apabila terdapat faktor lain
yang mendukungnya. Dalam bahasa Yunani Kriptomeri dapat diartikan yaitu
tersembunyi, maka dari itu dapat dikatakan sebagai gen dominan yang tersembunyi jika
berdiri sendiri dan akan kelihatan pengaruhnya jika disandingkan bersama dengan gen
lainnya.
Misalnya jika menyilangkan bunga Linaria marocanna warna merah (Aabb) dengan
bunga Linaria Marocanna warna putih (aaBB) akan menghasilkan keturunan atau F1 nya
bungan yang memiliki warna ungu (AaBb)yang memiliki warna berbeda dari bunga
induk.
Warna ungu ini dihasilkan dari pigmen antosianin dalam lingkungan asam yang
terkandung dalam warna merah pada bunga. Dalam lingkungan basa, warna merah yang
dimiliki bunga akan memberikan warna ungu.

3. Epistasis – Hipostasis
Suatu peristiwa dimana gen yang dominan mempengaruhi gen dominan yang lainnya.
Gen yang menutupi ini disebut epistasis sedangkan yang ditutupi yaitu hipostasis.

4. Komplementer
Komplementer yaitu persilangan antara dua gen yang saling melengkapi untuk dapat
memunculkan suatu karakter baru. Dapat diartikan juga sebagai interaksi antar gen-gen
yang dominan tetapi berbeda, sehingga dapat saling melengkapi. Apabila gen tersebut
bersama-sama dalam genotip maka akan saling membantu dalam menentukan fenotipnya.
Misalnya saja ketika orang yang tuli dipasangkan dengan orang yang sama-sama tuli,
maka dapat menghasilkan keturunan yang normal dan bisu atau tuli.
P1                   : ♂BBtt (bisu tuli)   X                     ♀ bbTT (bisu tuli)

Gamet           : B, t

F1                   : BbTt (normal)

P2                  :  ♂ BbTt (normal)              ><       BbTt (normal)

Gamet           : BT,Bt,bT,bt                                     BT,Bt,bT,bt

         

  BT Bt bT bt

BBTT BBTt BbTT BbTt


BT (normal) (normal) (normal) (normal)

BBTt BBtt BbTt Bbtt


Bt (normal) (Bisu tuli) (normal) (Bisu tuli)

BbTT BbTt bbTT bbTt


bT (Normal) (Normal) (bisu tuli) (bisu tuli)

BbTt Bbtt bbTt Bbtt


bt (normal) (Bisu tuli) (bisu tuli) (Bisu tuli)
Dalam diagram tersebut diatas gen T dan gen B tidak menunjukkan sifat yang normal jika kedua
gen tidak terdapat pada suatu genotip. Maka dari itu apabila hanya gen T saja tanpa gen B maka
akan selaly memunculkan sifat bisu tuli.
5. Interaksi Gen
Interaksi gen merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi
antar gen yang dominan atau antar gen resesif. Misalnya persilangan antar beberapa jenis
ayam yang memiliki jeger yang berbeda. Dengan adanya interaksi anatara dua gen
dominan dan gen resesif akan dapat menghasilkan varias i fenotip seluruhnya yang baru.

Anda mungkin juga menyukai