Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan ke 1

Sterilisasi Alat dan Bahan

A. Tujuan Kegiatan
Mahasiswa dapat mengetahui proses sterilisasi alat dan bahan

B. Kajian Pustaka
Sterilisasi merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan
Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada proses sterilisasi, spora bakteri adalah yang paling
resisten diantara semua organisme hidup. Untuk mengetahui hal tersebut,
diperlukan bakteri berspora dalam pembuktiannya karena spora bersifat lebih
tahan terhadap pengaruh luar yang tidak sesuai dibandingkan dengan bakteri
biasa (bentuk vegetatif). Efektifitas sterilisasi tergantung pada jumlah dan jenis
mikroorganisme, jumlah dan jenis kontaminasi oleh zat lain, serta ada tidaknya
tempat-tempat perlindungan mikroorganisme pada alat (misalnya pada alat yang
bergigi) (Adji, 2007: 18).
Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan proses dengan metode tertentu
dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat
ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme strerilisasi cukup banyak. Metode
sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantuk pada
keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap
menjaga kualitas hasil sterilisasi (Raudah, 2017: 426).
Metode sterilisasi secara fisik umumnya digunakan untuk bahan dan alat yang
tahan terhadap perlakuan panas dan tekanan tinggi. Termasuk di dalam metode
sterilisasi menggunakan panas, sterilisasi dengan menggunakan radiasi, serta
sterilisasi dengan menggunkan fitrasi. Sterilisasi menggunakan panas merupakan
sterilisasi yang paling umum digunkaan. Prinsip metode sterilisasi menggunakan
panas ialah seluruh mikrobia memiliki suhu pertumbuhan maksimum yang tidak
memungkinkan terjadinya pertumbuhan karena ada kerusakan struktur seluler
atau denaturasi protein (Retnaningrum, 2017: 14).
Sediaan steril memiliki beberapa sifat bentuk takaran yang unik, seperti bebas
dari mikroorganisme, pirogen dan bebas dari partikulat serta memiliki standar
yang sangat tinggi dalam hal kemurnian dan kualitas. Tujuan utama pembuatan
sediaan steril adalah mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba. Kontaminasi
dapat berasal dari beberapa penyebabnya adalah diantaranya, sterilisasi media
yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan cara kerja saat
penanaman, eksplan, molekul-molekul atau bendabenda asing berukuran kecil
yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah penanaman dan ketika
diletakkan di ruangan (Syah, 2016: 60).
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap panas
dengan tekanan tinggi. suhu didalamnya dapat mencapai 115'C hingga 125"C
dan tekanan uapnya mencapai 2 hingga 4 ATM. Alat tersebut merupakan ruang
uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan
dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama periode waktu
yang dikehendaki. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat
bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Kondisi yang baik
digunakan untuk sterilisasi adalahpada 15 psi dan temperatur L 2l"C selama 15
menit. Agar penggunaan otoklaf efektif, uap air harus dapat menembus setiap
alat yang disterilkan. oleh karena itu, otoklaf tidak boleh terlalu penuh, agar uap
air benar-benar menembus semua area (Adji, 2007: 19).
Autoklaf merupakan peralatan yang berprinsip pada sterilisasi menggunakan
uap panas bertekanan yang digunakan untuk membunuh mikrobia. Dengan
menggunakan autoklaf, endospore mikrobia yang umumnya tahan (resistan)
terhadap suhu panas dapat dibunuh karena endospore dapat mati pada suhu di
atas titik didih air pada tekanan 1 atm (Retnaningrum, 2017: 14).
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan
yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121
0
C (250 0F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15
pon tiap inchi (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang
dilakukan biasanya 15 menit untuk 121 0C (Syah, 2016: 61).
Menurut Andriani (2016 :2-3), hal yang perlu diperhatikan saat pengisian
bahan atau alat yang ingin disterilkan adalah material tersebut dikemas cukup
longgar di dalam sebuah wadah (chamber) untuk mempermudah penetrasi uap
panas dan menghilangkan udara setelah proses sterilisasi selesai. beberapa aturan
yang perlu diperhatikan untuk menghindari kecelakaan atau bahaya saat
menjalankan autoklaf:
1. Harus ditunjuk personil yang terlatih dan berpengalaman untuk bertanggung
jawab dan melakukan perawatan rutin.
2. Program pemeliharaan harus mencakup inspeksi secara rutin terhadap
chamber, door seals, dan semua gauges. Uap panas harus jenuh (saturated
steam) dan bebas dari bahan kimia korosif yang dapat mengkontaminasi
bahan yang sedang disterilkan.
3. Semua bahan yang diautokaf harus berada di dalam wadah yang
memungkinkan uap panas mudah berpenetrasi secara merata dan membuang
udara keluar setelah proses.
4. Untuk autoklaf yang tanpa alat interlocking safety yang dapat mencegah
pintu terbuka saat chamber diberi tekanan, saluran uap panas utama (the
main steam valve) harus ditutup dan suhu harus turun hingga dibawah 80oC
sebelum pintu dibuka.
Prinsip kerja autoklaf yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan
untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada
alat atau bahan yang akan digunakan dalam praktikum atau percobaan (Andriani,
2016: 4).
Jika perkembangan mikroba terdeteksi dalam uji sterilitas, maka hal ini dapat
mencerminkan pembacaan positif yang salah (false-positive reading) karena
masalah kontaminasi aksidental dari media kultur pada saat uji sterilitas
berlangsung. Masalah kontaminasi aksidental adalah hal serius, merupakan
batasan yang masih tidak dapat dihindari dari uji sterilitas. Food and Drug
Administration (FDA) menerbitkan pedoman mengenai prinsip umum dari
proses validasi. Titik utama yang ditekankan pada pedoman adalah
ketidakcukupan kepercayaan dari uji sterilitas sediaan akhir dalam memastikan
sterilitas dari kumpulan sediaan steril. Batasan-batasan utama ini menunjukkan
bahwa kepercayaan pada pengujian sterilitas produk akhir saja dalam
memastikan sterilitas sediaan dapat mengarahkan kepada hasil yang keliru.
Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji
sterilitas sediaan akhir, sebaiknya ruangan produksi steril harus memenuhi
beberapa persyaratan, diantaranya bebas mikroorganisme aktif (Syah, 2016: 61).
Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji
sterilitas sediaan akhir, sebaiknya ruangan produksi steril harus memenuhi
beberapa persyaratan, diantaranya bebas mikroorganisme aktif. Tidak seperti
syarat banyak sediaan yang lain, syarat sterilitas adalah nilai yang mutlak. Secara
historis, pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi,
namun sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak batasan. Batasan
yang paling nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas ini adalah uji yang
destruktif sehingga hal ini tergantung pemilihan statistik sampel acak dari
keseluruhan. Jika diketahui bahwa satu unit dari 1000 unit terkontaminasi (yakni,
angka kontaminasi = 0,1%) dan 20 unit di sampel secara acak dari 1000 unit,
kemungkinan unit yang terkontaminasi dari 20 sampel itu adalah 0,02. dengan
kata lain, hanya 2% peluang dari unit yang terkontaminasi akan dipilih sebagai
bagian 20 wakil sampel dari keseluruhan 1000 unit. Bahkan jika unit yang
terkontaminasi satu dari 20 sampel dipilih untuk uji sterilitas, kemungkinan uji
sterilitas akan gagal, masih ada untuk mendeteksi kontaminasi. Konsentrasi
kontaminan mikroba mungkin saja terlalu rendah untuk terdeteksi selama periode
inkubasi atau dapat saja tidak cukup berkembang cepat atau tidak sama sekali
karena ketidakcukupan media dan inkubasi (Syah, 2016: 60- 62).
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan
dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf
tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi. Untuk mendeteksi bahwa
autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba penguji yang
bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus,
lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas
spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisasi lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka
menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik (Syah, 2016: 61-62).
Ozon merupakan suatu benfuk oksigen alotropis (gabungan beberapa unsur)
yang setiap molekulnya memuat tiga jenis atom. Formula ozon adalah O,
berwarna biru pucat dan merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sangit
serta dapat mendidih pada suhu + 111,9"C (+ 169,52"F), mencair pada suhu
192,5"C (- 314'F) dan memiliki gravitasi 2,144. Kekuatan oksidasi ozon dapat
merusak membran sel, dinding bagian luar sel mikroorganisme (cell lysis) dan
juga dapat membunuhnya (nekrosis). Ketika ozon kontak dengan bakteri, satu
atom oksigen akan melepaskan diri dan mengoksidasi pelindung protein bagian
luar yaitu phospholipid dan lipoprotein dari bakteri tersebut, kemudian atom
oksigen yang lain akan berubah menjadi gas oksigen. bakteri dapat dihancurkan
akibat adanya kebocoran pada sitoplasm (Adji, 2007: 19).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Labu Erlenmeyer 1 buah
b. Cawan Petri 2 buah
c. Tabung Reaksi 3 buah
d. Pipet Ukur 2 buah
e. Ozon sterilizer 1 unit
f. autoklaf 1 unit
2. Bahan
a. Semua alat yang disterilisasi
b. Alumunium Foil secukupnya
c. HVS secukupnya
d. Label 5 lembar
e. Tisu secukupnya
D. Cara Kerja
1. Persiapan Ozon sterilizer
a. Alat yang akan di sterilisasi diambil, kemudian dicuci dengan
menggunakan air bersih
b. Alat yang sudah dicuci dikeringkan menggunakan tisu hingga benar-benar
kering
c. Permukaan alat-alat atau bahan yang akan disterilisasi dibungkus
menggunakan alumunium foil dan HVS untuk meminimalisir adanya spora
bakteri kontaminan
d. Setelah itu, alat yang sudah dibungkus disterilisasi menggunakan alat ozon
sterilizer
e. Alat dan atau bahan yang tidak tahan panas (<180◦C) ditempatkan pada rak
pintu atas dan yang tahan panas (<250◦C) pada rak pintu bawah
f. Pintu sterilizer dalam keadaan tertutup sebelum dihubungkan ke stop
kontak
g. Ozon sterilizer dihubungkan dengan stop kontak pada sumber arus 220V
h. Alat Ozon sterilizer dihidupkan dengan cara menekan tombol “POWER”
i. Proses sterilisasi dapat dimulai dengan menkan tombol “DESINFECT”
(kiri power) hinggalampu indicator menyala merah
j. Untuk mengaktifkan sterilisasi teknologi ozone pada rak pintu atas, dengan
menekan tombol O3 (kiri disinfect) hingga lampu indicator menyala kuning
k. Proses sterilisasi berjalan selama ± 10 menit setelah lampu indicator mati
(dilarang membuka pintu Ozon sterilizer) otomatis
l. Lampu indikator power ditunggu hingga menyala, lalu matikan dengan
menekan tombol power
m. Sebelum membuka pintu Ozone sterilizer disarankan untuk menunggu ±20
menit, terhitung waktu setelah proses sterilisasi berakhir
2. Persiapan autoklaf
a. Air disentuhkan hingga menyentuh besi penyangga agar pemanasan lebih
maksimal
b. Alumunium foil dibungkus secara merata pada dasar panci pemanas
c. Alat dimasukkan ke dalam panci pemanas
d. Autoklaf ditutup kemudian selang didalam autoklaf dimasukkan ke dalam
lubang yang berada di dalamnya
e. Tombol on ditekkan pada bagian bawah autoklaf dan diputarke temperature
high
Daftar Rujukan

Adji Dhirgo, dkk. 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisas I Alkoh Ol 7 Oo/O,


Inframerah, Otoklaf Dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtilis. J. Sain Ve. 25 (1). https://jurnal. ugm.ac.id. Diakses pada 7 Maret
2019

Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk


Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi. 1 (1). https://www.scribd.com/document_downloads. Diakses
pada 7 Maret 2019

Raudah. 2017. Efektivitas Sterilisasi Setode Panas Kering Pada Alat Medis Ruang
Perawatan Luka Rumah Sakit Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala
Kapuas. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 14 (1). Ejournal.kesling-
poltekkesbjm. Diakses pada 7 Maret 2019

Retnaningrum, E. 2017. Bahan Ajar Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Syah, I. 2016. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan


Indikator Biologi Spore Strip. Jurnal Farmaka. 14 (1). Jurnal.unpad.ac.id.
Diakses pada 7 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai