DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajiran
PEMBAHASAN
2. Hipoplasia testis Satu atau kedua testes lebih kecil jika dibandingkan dengan
testis normal. Banyak ditemukan di dataran tinggi Swedia. Hipoplasia sering
terjadi unilateral, umumnya terjadi pada testis kiri. Testis yang mengalami
hipoplasia mengecil, tinggal separuh atau sepertiga bagian dari testis normal dan
bebas bergerak di dalam rongga skrotum. Dengan pemeriksaan histologi nampak
adanya perlekatan kromosom pada intinya sehingga mengganggu pembelahan sel
germinatif dan adanya inti ganda yang bentuknya gepeng pada spermatosit yang
ada pada tubulus seminiferus.
4. Poliorchid Dalam skrotum terdapat lebih dari dua testes, baik yang bentuknya
normal maupun tidak normal. Bila salah satu testes normal ternak dapat
bereproduksi. Kasusnya sangat jarang dijumpai.
1. Aplasia ovarium Suatu kelainan yaitu tidak terdapat pertumbuhan sejak lahir
sampai dewasa dari satu atau kedua ovarium, sehingga ovarium tidak dapat
ditemukan sama sekali. Hewan yang menderita sepenuhnya akan majir. Aplasia
ovarium ini biasa berhubungan dengan kelainan pada saluran alat kelamin.
3. Nodula pada tuba fallopi Penyumbatan pada tuba fallopi oleh nodula
menyebabkan saluran menjadi buntu, sehingga mencegah pertemuan antara ovum
yang diovulasikan dengan spermatozoa ketika terjadi proses perkawinan.
Kelainan pada tuba fallopi ni bersifat genetik sehingga tidak dapat diobati. Hewan
penderita tetap terlihat birahi karena ovariumnya normal hanya saja saluran tuba
fallopi buntu sehingga tidak dapat terjadi pembuahan.
4. Aplasia segmentalis duktus Mulleri Kelainan ini terjadi pada uterus, sebagai
akibat tidak sempurnanya persatuan kedua saluran Muller pada periode embrional.
Akibatnya terjadi kelainan pada bentuk uterus. Kelainan ini disebabkan oleh gen
yang resesif yang semula diduga bertautan dengan warna putih (sex lingkage)
sehingga sering disebut white heifer disease karena banyak dijumpai pada sapi
dara yang berwarna putih dari bangsa shorthorn. Tetapi kelainan ini biasanya
dijumpai pada sapi-sapi yang tidak berwarna putih seperti Frisian Holstein, Jersey,
dan Guerensey.
5. Uterus unikornus Suatu kelainan apabila hanya satu kornu yang berukuran
normal sedangkan kornu yang lain kecil hanya seperti pita tidak berongga. Kornu
yang mengecil dapat terjadi pada yang sebelah kanan atau sebelah kiri. Kasus
kelainan ini bersifat menurun dan jarang terjadi.
7. Saluran serviks yang ganda Kelainan adanya dua lubang serviks yang
menghadap vagina. Penyebabnya pada masa embrional kedua saluran Mullerian
tidak bersatu secara normal, sehingga ada pita yang membagi korpus uteri dan
saluran serviks menjadi dua saluran terpisah. Pita pemisah serviks mempunyai
lebar 1-5 cm dan tebal 1-2,5 cm.
8. Kista vagina Kelainan pada saluran Wolff hewan betina pada masa embrional.
Secara normal saluran Wolff akan menghilang setelah fetus dilahirkan dan sisa-
sisanya dapat dikenali di bawah mukosa lantai vagina sebagai saluran Wolff. Pada
kasus ini terjadi kelainan pertumbuhan saluran tersebut di bawah mukosa pada
lantai vagina terdapat serangkaian kista sepanjang saluran Wolff tersebut. Ukuran
kista sangat bervariasi, kecil, sedang, sampai besar yang berdiameter cm, dan
berisi cairan atau lendir sampai lebih 1 liter. Jumlah kista biasanya satu atau juga
beberapa. Kista dapat mengganggu pada waktu proses perkawinan alam, yaitu
menghalangi penetrasi penis di dalam vagina, dapat juga mengganggu jalannya
spermatozoa di dalam menuju tuba fallopi tempat pembuahan. Kista dapat
dihilangkan dengan operasi yaitu pemotongan tangkai kista.
9. Selaput dara yang menetap (hymen persisten) Kelainan ini berupa pembatas
antara vulva dengan vagina (selaput dara) yang bersifat menetap. Pada keadaan
yang normal selaput dara hanya merupakan penebalan mukosa pada bagian
posterior vagina. Namun karena tebalnya maka sulit untuk dilalui. Penebalan
selaput dara ini disebut juga imperforate hymen. Kasus ini ada hubungannya
dengan kegagalan bersatunya duktus Mulleri pada masa embrional.
Penanggulangan kasus ini dengan dilakukan penyobekan selaput dara dengan
operasi kecil yaitu penyayatan pada selaput dara dan bekas sayatan diobati.
10. Atresia vulva Suatu keadaan pada vulvaa yang terjadi pertumbuhan tidak
sempurna dalam bentuk adanya perlekatan kedua labia vulva (labia mayora dan
labia minora) di bagian ventralnya. Kelainan ini bersifat menurun, kasusnya
jarang sekali terjadi. Apabila didapati kasus seperti ini sebaiknya ternak tidak
perlu dikawinkan.
11. Freemartin Keadaan yang diakibatkan oleh pedet betina yang dilahirkan
kembar bersama pedet jantan. Sapi freemartin sepenuhnya majir. Kembar betina
ini pada sapi lebih dari 90% yang betina bersifat freemartin. Hanya 5-10% dari
kembar berbeda jenis ini, tidak freemartin. Gejala yang timbul dari sapi freemartin
adalah alat kelamin tidak tumbuh normal. Vulva kecil dan rambut yang tumbuh di
bawah vulva sangat lebat, klitoris berkembang menjadi lebih bes ar, vagina kecil
dan ujungnya buntu, serviks tidak tumbuh normal, uterus seperti pita, tuba fallopi
tidak teraba, dan ovarium hanya merupakan penebalan jaringan. Pada sapi jantan
freemartin, mempunyai kesuburan yang normal namun setelah dewasa
kesuburannya menurun dan menjadi majir setelah beberapa tahun. Penyimpangan
Kromosom Penyimpangan kromosom terjadi karena perubahan tatanan materi
genetik, hal ini karena adanya mutasi gen dan mutasi kromosom. Akibat
terjadinya perubahan tatanan dari materi genetik disebut sebagai mutasi. Bentuk
asli dari individu disebut dengan wild-type dan apabila mengalami perubahan
maka akan terjadi 2 kemungkinan yaitu, mutasi ke depan (forward mutation) dan
mutasi ke belakang (backward mutation atau reverse mutation). Gen yang
mengalami mutasi disebut dengan gen mutan. Mutasi merupakan perubahan yang
mendadak dan acak, terjadi setiap saat baik pada sel somatik maupun sel
germinativum. Namun mutasi pada sel somatik tidak diturunkan kepada anaknya,
sedangkan mutasi pada sel germinativum diturunkan kepada anak keturunannya.
Susunan gen dalam suatu kromosom dapat mengalami perubahan sebagai akibat
adanya perubahan atau mutasi dari kromosomnya. Perubahan jumlah ataupun
struktur kromosom disebut mutasi kromosom atau aberasi kromosom.