yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M. Pd dan Fauzi
TUJUAN
DASAR TEORI
Nata de coco merupakan produk pangan berbahan dasar air kelapa. Nata digunakan
untuk menyebut pertumbuhan menyerupai gel atau agar-agar yang terapung yang dihasilkan
oleh bakteri Acetobacter xylinum di permukaan media yang mengandung sumber karbon
(gula), hidrogen, nitrogen, dan asam (Hamad dkk, 2011). Nata berupa selaput tebal yang
mengandung 35-62 % selulosa, berwarna putih, keruh, dan kenyal. Selulosa yang dihasilkan
selama fermentasi adalah jenis polisakarida mikrobial yang tersusun dari serat-serat selulosa
yang dihasilkan oleh Acetobacter xylinum dan saling terikat oleh mikrofibril (Edria dkk,
2008).
Seperti selulosa alami pada umumnya, nata sangat baik untuk kesehatan manusia.
Nata mengandung serat pangan atau dietary fiber yang bermanfaat dalam proses pencernaan
makanan di usus halus serta penyerapan air di usus besar (Nurmiati, 2010). Manfaat yang
terdapat dalam nata menjadikan nata semakin digemari masyarakat sebagai campuran dalam
hidangan pencuci mulut sehingga banyak pula masyarakat yang memproduksi nata dalam
kemasan.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Panel 5. Sendok
2. Saringan 6. Kertas sampul coklat
3. Gelas ukur 7. Botol selai
4. Kompor 8. Karet gelang
Bahan:
PROSEDUR KERJA
uji Ulangan Ʃ
A C F
tekstur 1 1 2 1,3
Keterangan tekstur :
1. Kenyal
2. Agak kenyal
3. Lembek
4. Sangat lembek
ANALISIS DATA
Pada praktikum dilakukan 6 kali ulangan pembuatan media tanam nata de coco.
Keenam ulangan tersebut dilakukan prosedur kerja dengan cara yang sama. Dari keenam
sampel, dimana 3 diantaranya dipilih dan dipanen. Pada ulangan A diperoleh tebal 3 cm,
berat 80 gram, dan tekstur kenyal. Pada ulangan C diperoleh tebal 3,2 cm, berat 95 gram, dan
tekstur kenyal. Pada ulangan F diperoleh tebal 2,8 cm, berat 90 gram, dan tekstur agak
kenyal.
Dari ketiga ulangan diperoleh nata de coco dengan tingkat ketebalan tertinggi yaitu
ulangan C. Pada hasil pengukuran berat tertinggi adalah ulangan C. dapat dikatakan bahwa
ulangan C ini memiliki kualitas hasil paling baik jika dibanding ulangan A dan F.
Dari ketiga ulangan tersebut diperoleh tebal rata-rata yang diperoleh dari sampel A, C,
dan F adalah 3,03 cm dengan berat rata-rata sebesar 88,3 gram. Dimana tekstur rata-rata dari
ketiga ulangan tersebut adalah kenyal.
PEMBAHASAN
Pembentukan nata de coco yang sempurna ini dipengaruhi oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Acetobacter xylinum merupakan bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif,
aerob, berbentuk batang, nonmotil, suhu optimum pertumbuhannya 25‐300C, dan mampu
mengoksidasi etanol menjadi asam asetat pada pH 4,5 (Madigan et al., 2007). Proses
pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan kegiatan sintesa selulosa yang dikatalis
oleh enzim pensintesis selulosa yang terikat pada membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi
gula dilakukan melalui jalur heksosamonofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati dan
Mubarik, 2002)
Ketebalan nata akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar gula yang
ditambahkan pada proses fermentasi, hal ini dikarenakan dengan semakin banyaknya gula
maka akan semakin banyak selulosa ekstraseluler yang terbentuk akibat dari pemecahan gula
menjadi polisakarida. Selulosa yang terbentuk berupa benang–benang yang bersama–sama
dengan polisakarida yang membentuk suatu jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata.
Selain itu, gula berfungsi meningkatkan viskositas larutan, tegangan permukaan, dan tekanan
osmotika larutan (Gontara danWijandi, 1975 dikutip Novianti, 2003). Namun, menurut Atih
(1979) dikutip Novianti (2003) menyatakan bahwa penambahan gula yang terlalu banyak
kurang menguntungkan karena akan berpengaruh terhadap aktifitas bakteri, mengakibatkan
penurunan pH fermentasi akibat pengubahan gula menjadi asam dan juga penambaha ngula
yang berlebih mengakibatkan gula menjadi terbuang. Rizal (2013) menyatakan bahwa kadar
karbohidrat akan meningkat seiring dengan penambahan gula hal ini dikarenakan gula
merupakan komponen penyusun karbohidrat sehingga mengakibatkan semakin banyaknya
karbohidrat yang terkandung dalam nata, sehingga tingkat kekenyalan pada nata de coco juga
berbeda-berbeda sesuai dengan tingkat ketebalan nata. Data yang didapatkan dari praktikum
yang dilakukan ialah nata de coco yang dihasilkan bertekstur kenyal da nada yang agak
kenyal, hal tersebut di pengaruhi oleh banyaknya gula yang diubah oleh bakteri tersebut
dalam proses fermentasi, sehingga ketebalan nata de coco juga berbeda pada masing–masing
botol yang digunakan pada praktikum.
Hasil kerja dari bakteri ini menghasilkan suatu lapisan tipis yang terapung diatasnya.
Lapisan tipis ini merupakan hasil perubahan suksrosa yang terdapat dalam gula menjadi
selulosa secara ekstraseluler sehingga sel–sel bakteri akan terperangkap dalam fiber selulosa
(Nisa, et al. 1997 dikutip Nurfiningsih, 2006). Peningkatan kandungan serat akan meningkat
seiring dengan penambahan gula hingga dicapai kondisi optimum dikarenakan kadar sukrosa
yang tinggi merupakan merupakan sumber nutrisi berupa sumber karbon yang dibutuhkan
Acetobacter xylinum dalam merubah sebagian glukosa menjadi selulosa. Serat kasar yang
terbentuk merupakan hasil perombakan gula pada medium fermentasi oleh aktivitas
Acetobacter xylinum (Rizal,dkk. 2013).
KESIMPULAN
1. Berdasarkan rata-rata dari nata de coco yang telah dihitung, berat rata-rata nata de
coco 88,3 gram dengan tebal rata-rata 3,03 cm dan bertekstur kenyal.
DISKUSI
1. Adakah perbedaan tebal lapisan nata yang terbuat dari air kelapa? Jelaskan mengapa
terdapat perbedaan tersebut?
Jawab:
Kemudian juga ada pengaruh dari kandungan air , nata yang tipis mempunyai struktur
yang lebih rapat dengan kandungan air yang lebih rendah dibandingkan nata yang tebal,
sehingga kadar air pada nata yang tipis lebih rendah. Kemudai hal ini disebabkan faktor
nutrisi dari ekstrak yang tercampur hingga dapat memenuhi kebutuhan mikroba atau bakteri
Acetobacterxylinum, faktor lain yang mempengaruhi ketebalan nata de coco adalah oksigen
dimana oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang penting.
(Putranto, 2017).
DAFTAR RUJUKAN
Edria, D., Wibowo, M. & Elvita, K. 2008. Pengaruh Penambahan Kadar Gula dan Kadar
Nitrogen terhadap Ketebalan, Tekstur dan Warna Nata De Coco. Bogor: Jurusan Ilmu
dan Teknologi Pangan , IPB.
Hamad, A., Andriyani, N. A., Wibisono, H. & Sutopo, H. 2011. Pengaruh Penambahan
Sumber Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata De Coco. Techno, Jurnal Ilmu Teknik.
Januar. 2010. Penentuan Massa Glukosa dan Waktu Fermentasi Terhadap Ketebalan Nata de
Rice. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Alauddin Makassar
Madigan MT, Martinko JM, Parker J, 2007. Brock Biology of Microorganism. Edisi ke 8,
New Jersey: Prentince Hall.
Majesty, J. 2015. Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar
Serat Nata Dari Sari Nanas (Nata de Pina). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem, Vol. 3 No. 1, 80-85
Novianti & Hendrizon. 2003. Pembuatan Nata de Soya dari Limbah Cair Pabrik Tahu,
Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. hal.9-19
Nurmiati. 2010. Pengaruh Penggunaan Dosis Gula dan Asam Cuka terhadap Perkembangan
Acetobacter Xylinum dalam Stater Nata De Coco. Pekanbaru: Eds. Seminar Dan
Rapat Tahunan Bks - Ptn Wilayah Barat Ke 21.
Putranto. A., Taofik.A. 2017. Penambahan Ekstrak Toge pada Media Nata de Coco. Volume
X No. 2. ISSN 1979-8911
Rizal, H.M, Pandiangan, D. M, Saleh, A. 2013. Pengaruh Penambahan Gula, Asam Asetat
dan Waktu Fermentasi terhadap Kualitas Nata de Corn. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19
Susilawati L, Mubarik NR. 2002. Pembuatan Nata de Coco dan Nata de Radia. Bogor:
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA IPB.
LAMPIRAN
Alat dan bahan yang digunakan Alat dan bahan yang digunakan
untuk membuat nata de coco untuk membuat nata de coco