Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas karena tidak
semua orang mengalami, melainkan hanya dapat ditemukan pada wanita
hamil. Ciri khas yang paling menonjol yaitu mual dan muntah, dan biasanya
terjadi pada pagi hari sehingga biasa disebut dengan “morning sickness”.
Secara etiologi faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum belu
diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang telah dikemukakan mulai
dari faktor prediposisi, faktor organik, faktor psikologik, hingga faktor
endokrin. Penatalaksanaannya pun bertahap bergantung pada manifestasi
klinis. Hiperemesis dianggap ringan bila bisa dirawat dirumah dan tidak
memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit. Pemberian health
education sangatlah penting supaya kondisi fisik maupun psikologis menjadi
lebih baik. Bila terjadi dehidrasi tidak sampai berat, nutrisi dapat terpenuhi
mengingat ibu hamil sangat perlu asupan nutrisi untuk dirinya maupun
janinnya.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada hiperemesis
gravidarum ringan.
Tujuan Khusus
1. Mengkaji data pasien serta menganalisisnya
2. Menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan prioritas masalah
klien
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada ibu hiperemesis
gravidarum ringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul
setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu.
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan)
adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan
berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)

2. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan:
a. Primigravida, molatudatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat
kenaikan HCG
b. Faktor organic : alergi, masuknya vili korialis dalam sirkulasi
maternal, perubahan metabolik
c. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung
jawab dan sebagainya.
d. Faktor endokrin : hipertyroid, diabetes, progesteron yang
menyebabkan pengosongan lambung menurun pada awal kehamilan
3. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang
biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik
dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun.
Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Pathways

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengossongan lambung

Peningkatan tekanan gaster


Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis gravidarum
Intake nutrisi menurun Kehilangan cairan berlebih

Gangguan nutrisi Dehidrasi


Pengeluaran nutrisi
kebutuhan tubuh
berlebihan

Cairan eksta seluler dan hemokonsentrasi


plasma

Aliran darah ke jaringan


Gangguan
menurun
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Metabolisme intra sel Perfusi jaringan
menurun otak

Otot lemah Penurunan


kesadaran

Kelemahan tubuh

Intoleransi
aktifitas
4. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis
gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari
sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh
dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya
gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkatan I (ringan)
1) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita
2) Ibu merasa lemah
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun
5) Merasa nyeri pada epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit
7) Tekanan darah menurun
8) Turgor kulit berkurang
9) Lidah mengering
10) Mata cekung
b. Tingkatan II (sendang)
1) Penderita tampak lebih lemah dan apatis
2) Turgor kulit mulai jelek
3) Lidah mengering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu badan naik (dehidrasi)
6) Mata mulai ikterik
7) Berat badan turun dan mata cekung
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi
acetonuria
c. Tingkatan III (berat)
1) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma)
2) Dehidrasi hebat
3) Nadi kecil, cepat dan halus
4) Suhu badan meningkat dan tensi turun
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan
mental
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

5. Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit darah dan urinalisis

6. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan
ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan
karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan
mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam
berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat
badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah
kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas
sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari
keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan
turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap
kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan
muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang
rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya
pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa
munculnya gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik
yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap
kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme
mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah
kekurangan sumber energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah
sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan
terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah
kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap
kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi
janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya
robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang
terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat
robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan
tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

7. Diagnosis
Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan
dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang
disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis
didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat yang dapat mengganggu
pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital
abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit),
penurunan tekanan darah, dan dengan semakin beratnya penyakit dapat
dijumpai kondisi subfebris dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan
sianosis, penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia
kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat dilakukan
inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh
peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

8. Diagnosis Banding
Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus
dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu
hamil, yaitu:
a. Ulkus peptikum
1) Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus
peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah
nyeri epigastrik yang berkurang dengan makanan atau antasid dan
memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan
epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.
b. Kolestasis obstetrik
1) Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh
tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja
terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati
atau peningkatan bilirubin.
c. Acute fatty liver
1) Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi
cepat disertai dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia,
ganguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder
akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang lain
harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis
virus akut.
d. Apendiksitis akut
1) Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri perut
kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai
usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Nyeri dapat
berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda Bryan
(timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien
berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).
e. Diare akut
1) Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan
peningkatan frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari dengan
konsistensi cair.
9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit
dengan teh hangat
4) Hindari makanan yang berminyak dan
berbau lemak
5) Makan makanan dan minuman yang
disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
6) Usahakan defekasi teratur.
b. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan pengobatan
1) Tidak memberikan obat yang terotogen
2) Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
3) Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan
B6
4) Antihistaminika seperti dramamine, avomine
5) Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin
hidrokhoride atau khlorpromazine
c. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus
dirawat inap di rumah sakit
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu
hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan
yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi
atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir.
Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan
dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
3) Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya
2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan
vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan
dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah
disebutkan diatas.
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria,
dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering
sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
irreversible pada organ vital.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
2. Diagnose
a. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pengeluaran nutrisi yang berlebihan dan intake kurang
Tujuan :
1) Menjelaskan komponen diet seimbang
prenatal, memberikan makanan yang mengandung vitamin, mineral,
protein dan besi
2) Mengikuti diet yang dianjurkan
3) Mengkonsumsi suplemen zat besi/ vitamin
sesuai resep
4) Menunjukkan penambahan berat badan yang
sesuai (biasanya 1,5 kg pada akhir trimester pertama)
Intervensi
1) Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan
nutrisi dulu/ sekarang dengan menggunakan batasan 24 jam.
Perhatikan kondisi rambut, kulit dan kuku.
2) Dapatkan riwayat kesehatan, cacat usia
(khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun)
3) Pastikan tingkat pengetahuan tentang
kebutuhan nutrisi
4) Berikan informasi tertulis / verbal yang
terpat tentang diet pra natal dan suplemen vitamin / zat besi setiap hari
5) Evaluasi motivasi/ sikap dengan mendengar
keterangan klien dan meminta umpan balik tentang informasi yang
diberikan
6) Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet
sesuai dengan budaya dan hal – hal tabu selama kehamilan
7) Perhatikan adanya pika/ ngidam. Kaji
pilihan bahwa bukan makanan dan tingkat motivasi untuk
memakannya
8) Timbang berat badan klien; pastikan berat
badan pregravida biasanya. Berikan inforamasi tentang penambahan
prenatal yang optimum
9) Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/
muntah
10) Kesampingkan muntah pernisiosa
(hiperemesis gravidarum )
11) Pantau kadar hemoglobin (Hb, Hematokrit)
12) Tes urine terhadap aseton, albumin dan
glukosa
13) Ukur pembesaran uterus
14) Buat rujukan yang perlu sesuai dengan
indikasi (misal pada ahli diet, pelayanan sosial)
15) Rujuk pada program makanan wanita, bayi,
anak-anak dengan tepat
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan
Tujuan :
1) Mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk
menurunkan frekuensi dan keparahan mual/ muntah
2) Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap
hari
3) Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala dehidrasi yang
memerlukan tindakan
Intervensi
1) Tentukan frekuensi / beratnya mual/ muntah
2) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya
ulkus peptikum, gastritis,kolesistitis)
3) Anjurkan klien mempertahankan masukan/ keluaran, tes urine dan
penurunan berat badan setiap hari.
4) Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah (TD),
suhu, masukan/ keluaran, dan berat jenis urine
5) Timbang berat badan klien dan bandingkan dengan standar
6) Anjurkan peningkatan masukan minimal berkarbonat, makan enam
kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi
karbohidrat (misalnya popcorn, roti kering sebelum bangun tidur.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh,
penurunan metabolisme sel
Tujuan :
1) Melaporkan peningkatan rasa sejahtera/ tingkat energi
2) Mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang
dapat diukur
Intervensi
1) Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas, misal : perubahan tekanan
darah, atau frekuensi denyut jantung/ pernafasan
2) Buat tujuan aktifitas realistis dengan pasien
3) Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
Jadwalkan aktifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak
energi. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan jadwal
4) Dorong pasien untuk melakukan kapanpun. Misal : perawatan diri,
bangun dari kursi, berjalan
5) Berikan latihan rentang gerak pasif/ aktif pada pasien yang terbaring
di tempat tidur
6) Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,
bantu ambulasi
7) Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi
8) Rujuk pada therapi fisik/ okupasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umum pasien memburuk.
2. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor
predisposisinya antara lain ; peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan
faktor endokrin lainnya.
3. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan
energi, tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan
elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
4. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang
dan berat
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan
yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharap saran yang
membangun dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah asuhan
keperawatan yang telah kami susun.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaeman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Sastrawijaya, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.2005.

Anda mungkin juga menyukai