Dokumen - Tips Lp-Manajemen
Dokumen - Tips Lp-Manajemen
3. Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).
Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan
(Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat
untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan. Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan (Swanburg, 2000).
Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan
sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama
fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan
dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan
kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk
mencapai tujuan program.
Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien
dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program. Prinsip pengawasan
yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam menjalankan fungsi
pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur.
b. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
c. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim. Kegiatan ini meliputi :
a. Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat
pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala
ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil.
Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan diantaranya mencakup :
1. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
2. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing
tim.
3. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah
dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
4. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat dan bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi keperawatan tim-primer.
Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan tim-
primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruangan yang
membawahi dua atau lebih ketua tim.
Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat
pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien.
c. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat
menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien
yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan
juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan
diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga.
Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi
kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
keperawatan pasien. Daftar pasien di ruangan diisi oleh ketua tim sebelum
operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam
dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan
sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
3. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim
motivasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
(Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-
tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus
melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Mengelola waktu secara efisien
3. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6. Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3. Komunikasi efektif pada preconference
4. Komunikasi efektif pada postconference
5. Manajemen konflik
6. Supervisi
7. Pendelegasian
Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi
pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output
(hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang
telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI,
audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana
yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua
kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2. Melakukan pengukuran prestasi kerja
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4. Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian
pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
1. Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP
dan rekam medic; pelanggan.
2. Audit Proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat
retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan
menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat
kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. Audit Hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, dan indikator mutu.
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu :
D. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1) Ketenagaan Keperawatan
2) Metoda pemberian asuhan keperawatan
3) Proses Keperawatan
4) Dokumentasi Keperawatan
1. Ketenagaan keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut
Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3
kategori, yaitu :
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Keuntungan:
1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian:
1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4) Pelayanan tidak professional.
5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
Keuntungan:
1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
1. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan
anggota tim.
Keuntungan:
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat.
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4) Terciptanya kolaborasi yang baik.
5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian:
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
2) Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang
efektif.
e. Sistem kompensasi dan panghargaan.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang,
Pakem, Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang
dikembangkan adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil
BOR meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa
dengan MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.Pada modul ini akan
dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional
yaitu management approach, compensatory reward, professional relationshipdan patient care
delivery.
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan
model MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang
bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika