OLEH :
10542049513
PEMBIMBING:
2018
PENDAHULUAN
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi
bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri
menahun. Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa
tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan mental dan fisik
pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan pada pada hari operasi.
Sedangkan tahap penatalaksanaan anestesi terdiri dari premedikasi, masa anestesi dan
Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat berakibat fatal. Untuk
mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan
yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk
mortalitas.
Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi
kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada keadaan
demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut,
kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.
(SAB) adalah salah satu teknik anestesi regional yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat anestesilokal ke dalam ruang subarachnoid untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom
Subarachnoid Spinal Block, sebuah prosedur anestesi yang efektif dan bisa digunakan
sebagai alternatif dari anestesi umum. Umumnya digunakan pada operasi bagian bawah tubuh
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Usia : 34 tahun
Berat Badan : 54 kg
Agama : Islam
No. RM : 30 55 33
B. ANAMNESIS
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh nyeri perut yang dialami sejak 2
3) Riwayat pernah operasi pada tahun 2005 dengan diagnosis mola hidatidosa.
pasien disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4V5M6 = 15
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Pernafasan : 22 x/menit
Status Generalis
a. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup,
b. Kepala : Tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, distribusi merata dan tidak
d. Hidung : mukosa pucat, Deviasi (-/-), hidung tersumbat (-/-), nyeri pada
e. Pemeriksaan Leher
f. Pemeriksaan Thorax
1) Jantung
c) Perkusi :
2) Paru
a) Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat statis dan dinamis serta tidak
b) Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri dan tidak
f. Pemeriksaan Abdomen
c) Perkusi : Timpani
d) Palpasi : Supel, tidak terdapat nyeri tekan. Hepar dan lien tidak teraba.
g. Pemeriksaan Ekstremitas :
Hematologi
CT - 1-3 menit
BT - 1-6 menit
Gol. Darah -
Seroimmunologi
terganggu.
E. KESAN ANESTESI
F. PENATALAKSANAAN
e. Informed Conset Pembiusan Dilakukan operasi dengan spinal anestesi dengan status
ASA II
G. KESIMPULAN
ACC ASA II
H. LAPORAN ANESTESI
4. Penatalaksanaan Preoperasi
Infus RL 500 cc, 20 tpm dan loading dengan pemberian gelafusal 500 mg.
5. Penatalaksanaan Anestesi
f. Premedikasi : Midazolam 5 mg
Fentanyl 50 mcg
i. Maintanance : O2
j. Respirasi : Terkontrol
k. Posisi : Supine.
Tanggal 23 Agustus 2018 jam 13.50 WITA, Nn.A.D, 34 tahun tiba di ruang operasi .
Terapi cairan yang diberikan pre-operasi yakni RL 500 cc (cairan yang masuk saat puasa)
+ Gelafusal 500cc. Setelah itu, dilakukan pemasangan dan pemeriksaan vital sign dengan
hasil TD 140/80 mmHg, Nadi 72x/menit, dan SpO2 100%. Pukul 08.35 WITA diberikan
premedikasi dengan injeksi midazolam 5 mg, lalu fentanyl 50 mcg secara intravena. Pada
pukul 14.00 wita dilakukan anastesi spinal dengan pemberian injeksi lidokain 1 %..
Setelah itu dilakukan anestesi spinal yaitu, posisi pasien duduk atau dekubitus lateral.
Posisi duduk merupakan posisi termudah. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa
di pindah lagi, karena perubahan posisi berlebihan dalam waktu 30 menit pertama akan
menyebabkan penyebaran obat. Jika posisinya duduk, pasien disuruh memeluk bantal,
agar posisi tulang belakang stabil, dan pasien membungkuk agar prosesus spinosus
mudah teraba. Jika posisinya dekubitus lateral, maka beri bantal kepala, agar
pasien merasa enak dan menstabilkan tulang belakang., Tentukan tempat tusukan.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang
punggung ialah L4 atau L4-5. Untuk operasi hernia ini, dilakukan tusukan pada L3-4.
Tusukan pada L1-2 atau di atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis, Sterilkan
tempat tusukan dengan betadin atau alcohol, beri anestetik lokal pada tempat tusukan.
Pada kasus ini diberikan obat anestesi lokal bupivakain., lakukan penyuntikan jarum
spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut 10-30 derajad terhadap
bidang horizontal ke arah cranial. jarum lumbal akan menembus kulit - subkutis -
lig.supraspinosum - lig.interspinosum - lig.flavum - ruang epidural - duramater - ruang
sub arakhnoid. Kira-kira jarak kulit - lig.flavum dewasa ± 6cm, cabut stilet maka cairan
serebrospinal akan menetes keluar, pasang spuit yang berisi obat, masukkan pelan-
pelan (0,5 ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, untuk memastikan posisi jarum tetap baik.
.Pada pasien ini, diberikan bupivacaine HCl 0,5 % sebanyak 2 ml (10mg) dengan larutan
hiperbarik. Barisitas anestesi lokal mempengaruhi penyebaran obat tergantung dari posisi
pasien. Larutan hiperbarik disebar oleh gravitasi. Pernapasan spontan, dilakukan
pemeliharaan anastesi dengan pemberian oksigen 3liter/menit, selama operasi
berlangsung. Selain itu, dilakukan juga pengontrolan monitor untuk tanda – tanda vital
pasien. Adapun medikasi yang diberikan selama operasi berlangsung adalah pemberian
ondansentron 4 mg dan efedrin 10 mg.
Terapi Cairan
BB : 54kg
( )
( )
4x10 kg = 40
2x10 kg = 20 kg
1x34 = 34
5. Bila mual (-), muntah (-), peristaltik usus (+), makan dan minum diperbolehkan
7. Bila tekanan darah sistolik < 90 mmHg, memberikan injeksi ephedrin 10 mg/iv
8. Bila denyut jantung < 60 kali/menit, memberikan atropin sulfat 0,5 mg dan konsul
anestesi.
Pasien dianjurkan untuk berbaring dengan posisi kepala yang lebih tinggi untuk
mencegah terjadinya spinal headache, karena obat anastesi masih ada. Selain itu juga
PEMBAHASAN
Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik akan dibahas
masalah yang timbul, baik dari segi medis, bedah maupun anestesi.
Meningkatnya laju metabolisme tubuh karena radang, dimana kebutuhan cairan dapat
meningkat, sehingga pasien dapat mengalami dehidrasi. Tanda-tanda radang dapat dilihat dari
suhu maupun angka leukosit. Pada pasien ini suhu tubuh masih dalam batas normal dan angka
leukosit meningkat yang menunjukkan tanda-tanda inflamasi / radang. Selain itu didapatkan
Dalam mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dipersiapkan jenis dan teknik anestesi
yang aman untuk operasi, juga perlu dipersiapkan darah untuk mengatasi perdarahan, yang
diamana pada pasein KET sangat mudah terjadinya syok hipovolemik akibat perdarahan dan
melihat dari hasil lab menemukan adanya anemia pada pasien. Pada pasien ini teknik yang
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan yang cukup, antara lain :
untuk terapi cairan sejak pasien masuk RS. Pada pasien ini diberikan cairan Ringer Laktat
20 tetes per menit dan diberikan cairan gelafusal 500 cc , terhitung sejak pasien mulai
puasa hingga masuk ke ruang operasi. Puasa paling tidak 6 jam untuk mengosongkan
lambung, sehingga bahaya muntah dan aspirasi dapat dihindarkan. Prinsip dasar terapi
cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yang
a. Pra Anestesi
Pada kasus ini diberikan cairan berupa Ringer Laktat dan cairan gelafusal. Adapun
perhitungan kebutuhan cairan pada kasus ini adalah (Berat Badan 54 kg) :
4x10 kg = 40
2x10 kg = 20 kg
1x34 = 34
b. Premedikasi
d. memberikan analgesia
e. mencegah muntah
f. memperlancar induksi
Midazolam adalah substansi aktif sedasi kerja pendek, selain itu sebagai
premedikasi sebelum induksi anestesi. Pada orang dewasa > 60 tahun diberikan initial
dosis 0,5-1 mg
Fentanyl merupakan opioid agonis turunan fenil piperidin. Pada balans anestesi,
fentanil diberikan dengan loading dose 2-8μg / kgBB dilanjutkan dengan infus kontinyu
0,5-3 μg / kgBB / jam. Sebagai obat tunggal untuk menimbulkan surgical anesthesia
diperlukan dosis 50-150 μg / KgBB / IV. Pada pemberian intravena, mula kerja 30 detik
dan mencapai puncak dalam waktu 5 menit, kemudian menurun dengan cepat dalam
waktu 5 menit pertama dimana kadarnya berkurang sampai 20%, selanjutnya relative
c. Intra Anestesi
Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurang dari 10 % EBV
maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid. Apabila perdarahan lebih dari 10 %
PRC 250 cc dengan golongan darah pasien A dengan resus A+. lalu pada saat
penurunan tekanan darah akibat anestesi spinal, yang fungsi dari efedrin merupakan
vasopresor dan simpatomimetik. Efedrin telah digunakan dengan aman dan efektif,
baik untuk pencegahan maupun pengobatan hipotensi yang disebabkan oleh anestesia,
2. Anestesi spinal
inguinal
anastesi spinal
pergelangan kaki).
anestesi dengan tujuan dapat memberikan terapi secara cepat sehingga dapat
meliputi pulse oximetry, pola dan frekuensi respirasi, frekuensi denyut dan irama jantung,
tekanan darah dan suhu. Frekuensi pemeriksaan tergantung kondisi pasien, namun paling
sering dilakukan setiap 15 menit untuk jam pertama dan selanjutnya setiap setengah jam.
Untuk menentukan secara objektif kapan pasien bisa dipulangkan, dapat digunakan
sistem skoring.
SCORE BROMAGE :
kaki 1
3. Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih dapat menekuk lutut 2
Adapun score lain yang biasa digunakan secara umum adalah score aldrete.
keempat ekstremitas 1
ekstremitas
serta batuk
dispneu
apneu
+20%
terhadap rangsang
Sianosis 0
KESIMPULAN
Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang melibatkan
anestesi. Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan
Pada kasus ini, perempuan 34 tahun menderita kehamilan ektopik terganggu dengan ASA
PS kelas II dengan menggunakan anestesi regional dengan tehnik anestesi spinal subarachnoid
blok. Selain itu pemberian cairan yang tepat sesuai kebutuhan kepada pasien sangat penting agar
tidak terjadinya syok baik itu karena perdarahan maupun karena kekurangan cairan.
Dalam kasus ini, selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari
segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal
yang memerlukan penanganan serius. Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan