Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang merupakan instrumen yang digunakan untuk memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Karena perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan kepada karyawannya.
Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan
secara fisik dan psikis yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan
dapatterjadi karena adanya faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan dan lingkungan yang menimbulkan stress
atau gangguan fisik.

Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan kesehatan karyawan


agar dapat bekerja secara aktif dan produktif. Ruang lingkup kesehatan kerja
mencakup pengobatan preventif untuk menjaga kesehatan dan pengobatan
atau penyembuhan untuk meningkatkan kesehatan dan melindungi dari resiko
akibat proses produksi yang dapat mempengaruhi pada produktivitas kerja.
Sedangkan keselamatan kerja bertujuan untuk meningkatkan usaha-usaha
keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja, penyakit kerja, cacat dan
kematian.

Di Indonesia, angka kecelakaan kerja menunjukkan angka yang cukup


tinggi. Bahkan menurut International Labor Organization (ILO) Indonesia
menempati urutan ke 52 dari 53 negara dengan manajemen K3 yang buruk.
Padahal biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan sagat besar apabila
sampai terjadi kecelakaan ditempat kerja.
Penyakit akibat kerja ditimbulkan karena hubungan kerja atau yang
disebabkan oleh pekerjaan dan sikap kerja (Sulistiono, Astrid; 2003). Faktor fisik
dan kondisi lingkungan kerja, dapat menjadi pendorong resiko terjadinya cidera
atau sakit pada sistem neuromuscular.

1
Faktor fisik tersebut diantaranya gerakan dengan kekuatan dan berulang,
tekanan statis pada otot dan tekanan oleh mesin atau getaran, dan suhu yang
terlalu panas atau dingin, serta postur kerja yang tidak ergonomis, yang
dipengaruhi oleh desain perlengkapan, alat-alat atau tempat kerja. Faktor tersebut
akan semakin mempengaruhi dan dirasakan sebagai pemicu penyakit akibat kerja
setelah masa kerja tertentu. Faktor-faktor pengaturan kerja seperti waktu kerja,
arah gerak kerja, waktu istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton dapat
meningkatkan resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome(CTS).
Berikut ini akan dijabarkan beberapa permasalahan dan upaya pencegahan
dalam mengurangi kecelakaan kerja pada Glora Cake di Sudiang, Makassar,
Sulawesi Selatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Akibat Kerja

1. Definisi

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan

demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial

atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya

kita berisiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang

ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja

adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses

maupun lingkungan kerja.

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan

pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour

Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK

sebagai berikut:

a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease . Penyakit yang

mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan

pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang

sudah diakui.

b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related

Disease . Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,

dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor

3
risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai

etiologi kompleks.

c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting

Working Populations. Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja

tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat

oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be defined

simply as one that is caused , or made worse , by exposure at work.. Di

sini menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu yang disebabkan ,

atau diperburuk , oleh pajanan di tempat kerja . Atau , “ An occupational

disease is health problem caused by exposure to a workplace hazard ”

(Workplace Safety and Insurance Board, 2005), Sedangkan dari definisi

kedua tersebut, penyakit akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan

yang disebabkan oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.

Berikut ini beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan Penyakit

Akibat Kerja :

a. Golongan fisik

1) Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran

sampai dengan

2) Non-induced hearing loss

3) Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkankelainan darah

dan kulit

4
4) Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat

cramps, atauhyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah

dapat mengakibatkanfrostbite, trenchfoot atauhypothermia.

5) Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkancaison disease

6) Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan

mata. Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya

kecelakaan

b. Golongan kimia

1) Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis. Debu diudara

(airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat diudara .

Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan yang berkaitan

dengan gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses

pemecahan bahan-bahan padat.Ukuran besarnya butiran-butiran

tersebut sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat oleh mata

telanjang (> 1/20 mm) sampai pada tidak kelihatan. Debu yang

tidak kelihatan berada diudara untuk jangka waktu tertentu dan

hal ini membahayakan karena bisa masuk menembus kedalam

paru-paru

2) Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan

keracunan.

3) Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon

dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat

5
dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu

dan penambahan tekanan;

4) Larutan dapat mengakibatkan dermatitis;

5) Insektisida dapat mengakibatkan keracunan;

6) Asap adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi

bahan-bahan dari bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan

dengan logam di mana uap dari logam terkondensasi menjadi

butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut.

Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak sempurna dari

bahan-bahan yang mengandung karbon, karbon ini mempunyai

ukuran lebih kecil dari 0,5 (micron)

c. Golongan biologis: Bakteri, virus atau jamur.

d. Golongan fisiologis/ Ergonomi

Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin,sikap badan yang

kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat

mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat

menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.

e. Golongan Psikososial: Stress psikis, monotoni kerja, tuntutan

pekerjaan

Menurut Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27

Februari 1993, Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah

penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1).

Keputusan Presiden tersebut melampirkan Daftar Penyakit yang

6
diantaranya berkaitan dengan pulmonologi termasuk pneumokoniosis

dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu

logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas, vals,

henep dan sisal (bissinosis), asma akibat kerja, dan alveolitis alergika.

Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka

yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak

memperoleh jaminan kecelakaan kerja. Keputusan Presiden tersebut

merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan bahwa kecelakaan

kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,

termasuk penyakit yg timbul karena hub kerja, demikian pula kecelakaan

yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja,

dan pulang kerumah melalui jalan yg biasa atau wajar dilalui.

2. Klasifikasi penyakit akibat kerja

Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau

sekelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit

akibat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja,

yaitu:

a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya

Pneumoconiosis.

b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya

Karsinoma Bronkhogenik.

7
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara

faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah

ada sebelumnya, misalnya asma.

3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu

perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat

digunakan sebagai pedoman:

a. Menentukan diagnosis klinis

b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga

kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit

dengan pekerjaannya.

c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit

tersebut.

d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk

dapat mengakibatkan penyakit tersebut.

e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat

mempengaruhi

f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab

penyakit

8
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh

pekerjaannya

4. Penyakit Akibat Kerja

Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:

a. Penyakit Saluran Pernafasan

PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut

misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai

tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis, missal: asbestosis.

9
Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema

paru akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.

b. Penyakit Kulit

Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam

kehidupan, kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan,

90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.

Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang

merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.

c. Kerusakan Pendengaran

Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan

kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.

Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang

dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang

pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.

d. Gejala pada Punggung dan Sendi

Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada

punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak

berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung

pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh

gerakan berulang yang tidak wajar.

e. Kanker

Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang

disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat

10
kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis individu dari

pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya

karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.

f. Coronary Artery DiseaseOleh karena stres atau Carbon Monoksida dan

bahan kimia lain di tempat kerja.

g. Penyakit Liver

Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus

atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta

bahan toksik yang ada.

h. Masalah Neuropsikiatrik

Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering

diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet,

pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh

karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang

tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan

dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat

menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen,

timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati

perifer. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.

i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan

kimia atau lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical

Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate petroleum, rokok.

11
5. Pencegahan

Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat

kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :

a. Melakukan pencegahan terhadaptimbulnya penyakit

b. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan

c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial

tenaga kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.

d. Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah

satu pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK,

diantaranya:

1) Pakailah APD secara benar dan teratur

Alat keselamatan kerja adalah sebagai cara terakhir bila teknik-

teknik pengamanan, dan usaha-usaha rekayasa (engineering) tidak

berhasil dilaksanakan. Alat keselamatan ini belum sepenuhnya

menjamain seseorang untuk tidak celaka, karena fungsi alat

keselamatan hanyalah mengurangi akaibat dari kecelakaan.

a) Alat pelindung pernapasan

Alat pelindung pernapasan ini dapat memberikan proteksi

pernapasan dalam keadaan darurat terhadap berbagai jenis

bahan pengotoran udara (misalnya debu,bahan- bahan

kimia,uap/gas- gas beracun lainnya). Alat pelindung

pernapasan ini tidak boleh digunakan apabila konsetrasi

oxygen kurang dari 19,5%. Dalam pemakaiaan/penggunaan

12
alat pelindung pernapasan ini harusdisesuaikan dengan jenis

bahan pengotorannya atau uap/gas- gas apa yang

terkontamina di atmosfir.

b) Sarung tangan.

Sarung tangan dipakai guna melindungi jari - jari tangan dan

telapak tangan dari kontak dengan bahan kimia berbahaya.

c) Kaca mata

Kaca mata tipe goggle ini lensanya berwarna putih bening,

sehingga cocok untuk pekerjaan yang menimbulkan debu,

pekerjaan- pekerjaan yang ada hubungannya dengan bahan

kimia serta dipakai pada pekerjaan mengetok/memukul yang

menimbulkan partikel beterbangan

d) .Penutup Kepala.

e) Sepatu pelindung

Seperti sepatu biasa, tapi dari terbuat dari bahan kulit dilapisi

metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berkegunaan

untuk mengelakkan kecelakaan fatal yang menimpa kaki

karena tertiban benda tajam atau berat, benda panas, cairan

kimia, dsb.

2) Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih

lanjut.

3) Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang

berkelanjutan.

13
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat

ditempuh agar bekerja bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit.

Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat Kerja,

diantaranya:

1) Pencegahan Primer – Health Promotion

2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection

3) Pencegahan Tersier

6. Perawatan dan pengobatan

Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat

dilakukan dua macam terapi, yaitu:

a) Terapi medikamentosa yaitu terapi dengan obat obatan

b) Terapi okupasia

B. CARPAL TUNNEL SYNDROME

1. Definisi

Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang

terjadi termasuk kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal. Gejala

yang termasuk adalah mati rasa, parestesia, dan nyeri pada distribusi saraf

medianus. Gejala ini mungkin atau tidak disertai dengan perubahan obyektif

dalam sensasi dan kekuatan struktur medianus yang diinervasi tangan.

Sindroma ini juga dulu dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar neuritis,

atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa adanya

nyeri, mati rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher,

14
gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur dengan posisi tidur

berbaring ke satu sisi.

2. Epidemiologi

Epidemiologi carpal tunnel syndrome di USA 1-3 kasus dari 100 populasi per

tahun. Insiden mungkin meningkat menjadi 150 per 1000 subyek per tahun

dengan prevalensi rata-rata 500 kasus per 1000 subyek di populasi yang resiko

tinggi. Berdasarkan mortalitas dan morbiditas, carpal tunnel syndrome tidaklah

fatal tetapi bisa menyebabkan kerusakan saraf medianus yang irreversibel

dengan konsekuensi kehilangan fungsi tangan yang berat dan tidak bisa

diterapi lagi. Untuk perbandingan rasionya, wanita dan laki-laki 10:1.

Berdasarkan usia, carpal tunnel syndrome rentan terjadi pada usia 4560 tahun.

Hanya 10% pasien yang menderita CTS pada umur di bawah 30 tahun.

3. Etiologi

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga dilalui

beberapa tendon flexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya

terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekan pada saraf medianus

sehingga timbul carpal tunnel syndrome. Pada sebagian kasus, etiologinya

tidak diketahui terutama pada penderita usia lanjut. Beberapa penulis

menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan

dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan

termasuk carpal tunnel syndrome. Pada kasus yang lain, etiologinya adalah:

 Herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,

misalnya HMSN (hereditary motory and sensory neuropathies) tipe III.

15
 Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,

pergelangan tangan. Sprain pada pergelangan tangan. Trauma langsung

terhadap pergelangan tangan.

 Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan

tangan yang berulang-ulang. Seorang sekertaris yang sering mengetik,

pekerjaan kasar yang sering mengangkat benda berat dan pemain musik

terutama pemain piano dan peamin gitar yang banyak menggunakan

tangannya juga merupakan penyebab yang mendasari carpal tunnel

syndrome.

 Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis tulang, sarkoidosis.

 Metabolik : amiloidosis dan gout artritis.

 Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, DM, Hipotiroid,

dan kehamilan.

 Neoplasma : kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase dan mieloma.

 Penyakit kolagen vaskular : reumatoid artritis, polimialgia reumatika,

skleroderma, dan SLE.

 Degeneratif : osteoartritis.

 Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk

dialisis, hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan.

 Faktor stress

4. Patogenesis

Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrome.

Umumnya carpal tunnel syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi

16
penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus

medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan menyebabkan

peningkatan tekanan intravaskuler. Akibatnya aliran darah vena intravaskular

melambat. Kongesti yang terjadi akan mengganggu nutrisi intravaskular lalu

diikuti oleh anoksia yang merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan

mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Keadaan

ini menyebabkan keluhan nyeri dan bengkak yang terutama timbul pada malam

hari. Pada pagi hari akan terasa berkurang setelah tangan digerak-gerakan atau

di urut. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan terjadi fibrosis epineural

yang merusak serabut saraf. Lalu saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh

jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara

menyeluruh.

Pada carpal tunnel syndrome akut biasanya terjadi penekanan yang

melebihi tekanan perfusi kapiler hingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan

timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peningkatan

tekanan intravaskular yang menyebabkan berlanjutanya gangguan aliran darah.

Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga aliran

darah ke saraf terganggu. Akibatnya kerusakan pada saraf tersebut. Tekanan

langsung pada saraf perifer dapat pula menimbulkan invaginasi nodus ranvier

dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.

5. Diagnosis

Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang

ada dan didukung oleh beberapa pemeriksaan:

17
 Pemeriksaan fisik

Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan

perhatian khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan.

Beberapa pemeriksaan tes provokasi yang dapat membantu

menegakkan diagnosis carpal tunnel syndrome adalah sebagai berikut:

a. Flick’s sign Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau

menggerakgerakan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau

menghilang akan menyokong diagnosa.

b. Thenar wasting Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot

thenar

c. Wrist extension test Penderita melakukan ekstensi secara maksimal,

sebaiknya dilakukan secara serentak pada kedua tangan sehingga

dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti

carpal tunnel syndrome, maka tes ini mendukung diagnosa.

d. Phalen’s test Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal.

Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti carpal tunnel

syndrome, tes ini menyokong diagnosa.

e. Torniquet test Dilakukan pemasangan torniquet dengan

menggunakan tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit diatas

sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala carpal tunnel syndrome,

maka tes ini menyokong.

f. Tinel’s sign Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau

nyeri pada daerah distribusi nervus medianus apabila dilakukan

18
perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit

dorsofleksi.

g. Pressure test Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul

gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong.

h. Luthy’s sign Penderita diminta melingkari ibu jari dan jari telunjuk

pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat

menyentuh dindingnya dengan rapat maka tes ini menyokong

diagnosa.

i. Pemeriksaan fungsi otonom Diperhatikan adalah perbedaan

keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah

inervasi nervus medianus.

j. Pemeriksaan sensibilitas Bila penderita tidak dapat membedakan

dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di

daerah nervus medianus, tes dianggap positif.

 Pemeriksaan Neurofisiologis

 Pemeriksaan Radiologi

 Pemeriksaan Laboratorium

6. Terapi

Istirahatkan pergelangan tangan, Obat anti inflamasi non steroid, Pemasangan

bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-menerus

atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.

19
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Profil Perusahaan

Perusahaan yang kami kunjungi adalah Glora Cake yang terletak di Kota

Makassar daerah pengawasan PKM Sudiang. Yang beralamat di BTN

Kalamang Permai Blok F No. 16.

B. Penyakit - Penyakit yang didapatkan pada karyawan

No Keluhan Penderita Bagian pekerjaan Rentan

usia

1 Low Back Pain 2 orang Produksi 46 tahun,

dan 47

tahun

2 Carpal Tunnel 1 orang Produksi 47 tahun

Syndrome (Adonan)

3 Hipertensi 2 orang Dapur (oles ± 40 tahun

talenan, adonan)

4 Common Cold 5 orang Pengemasan, 19 tahun –

Menghias Kue 22 tahun

5 Cephalgia 2 orang Pengemasan 19 tahun -

22 tahun

6 Tidak ada 13 orang Pengemasan, 18 tahun –

keluhan Kasir, 30 tahun

20
Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu dilakukan suatu

pendekatan sistematis yang disusun menjadi 7 langkah diagnosis penyakit akibat

kerja. Yaitu sebagai berikut :

1. Langkah pertama : berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada

karyawan Glora Cake didapatkan beberapa diagnosis klinis berupa low

back pain, carpal tunnel syndrome, hipertensi, cephalgia, konjungtivitis

dan common cold.

2. Langkah kedua: Karyawan yang memiliki keluhan carpal tunnel syndrome

diketahui ia bekerja di dapur yang bertugas untuk mengadoni bahan kue.

Karyawan bekerja selama 10 jam sehari, dengan 6 hari kerja selama 1

minggu.

3. Langkah ketiga : Carpal tunnel syndrome atau CTS (sindrom

terowongan/lorong karpal) adalah kondisi yang menyebabkan jari tangan

mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Bagian yang paling

sering terpengaruh adalah jempol, jari tengah, dan telunjuk. Gejala yang

muncul biasanya berkembang secara perlahan dan akan bertambah parah

pada malam hari. Carpal tunnel atau lorong lorong sempit pada

pergelangan tangan dengan ujung terbuka di telapak tangan. Lorong ini

dikelilingi oleh tulang-tulang pergelangan tangan di bagian bawah dan

jaringan ikat (ligamen) yang melintang di atasnya. Saraf median berjalan

melalui lorong ini untuk memberikan sensasi perasa atau sentuhan pada

telapak ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan setengah dari jari manis.

21
Selain itu, saraf median juga memberikan tenaga pada otot tangan untuk

menjepit atau mencubit benda oleh ibu jari dan ujung jari-jari yang lain.

Etiologi Carpal Tunnel Syndome sebagai berikut :

a. Cedera pada pergelangan tangan.


b. Kehamilan. Hampir setengah dari wanita hamil mengalami CTS.
Namun, gejala ini biasanya menghilang sesaat setelah bayi lahir.
c. Pekerjaan berat dan berulang-ulang dengan memakai tangan, seperti
mengetik, menulis, atau menjahit.
d. Kondisi medis lain, misalnya rheumatoid arthritis dan diabetes.
4. Langkah keempat : pajanan yang dialami oleh karyawan tersebut cukup

besar, karena pada gejala Carpal Tunnel Syndome yang dialami oleh

pasien muncul pada saat ia bekerja dan memberat saat malam hari setelah

bekerja.

5. Langkah kelima : tidak ditemukan riwayat keluhan yang sama

sebelumnya, tidak ada riwayat keluhan yang sama dikeluarga.

6. Langkah keenam : tidak ada faktor yang memperberat kondisi pasien di

tempat lain.

7. Langkah ketujuh : berdasarkan pendekataan diagnosis penyakit akibat

kerja kejadian Carpal Tunnel Syndome yang dialami merupakan Penyakit

yang berhubungan dengan Pekerjaan.

C. Keselamatan kerja

Keselamatan kerja pada industri harus diutamakan untuk menjaga

proses produksi tetap berjalan dengan baik dan aman. Pada kunjungan di

22
Glora Cake terdapat beberapa risiko yang dapat membahayakan

keselamatan kerja.

 Masa Kerja, Semakin lama manusia terpapar di tempat kerja yang

biasa dilihat dari lama bekerja. Hal ini merupakan hasil akumulasi

dari inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-tahun dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan

yang sering.

 Alat Pelinding Diri (APD)

Definisi APD adalah semua peralatan yang melindungi pekerja

selama bekerja termasuk pakaian yang harus di pakai pada saat

bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves),

pelindung mata (eye protection), pakaian yang bersifat reflektive,

sepatu, pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung

pernapasan (masker).

 Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan

bahaya yang di hadapi di area kerja. Berikut adalah jenis bahaya

dan APD yang diperlukan.

23
 Tabel 1. Jenis bahaya dan APD yang diperlukan

No Tubuh Yang Dilindungi Bahaya APD


1 Kepala Mencegah rambut jatuh ke Penutup
makanan atau minuman (menjaga kepala
higienis)

2 Melindungi badan Panas berlebihan, percikan atau Celemek,


tumbahan makanan/minuman baju tipis
yang
menyerap
keringat

4 Tangan Panas Talenan Sarung


tangan

5 Kaki Tumpahan makanan/minuman Sepatu safety

D. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur (tahun) : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Bagian Produksi (adonan)

Kantor : Glora Cake

Tanggal periksa : Rabu, 06 Juni 2018

24
E. Anamnesis (Autoanamnesis)

1. Keluhan Utama

Kram pada kedua tangan

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak

beberapa bulan yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari

tengah, telunjuk dan ibu jari. Pasien mengeluhkan rasa sedikit tebal pada jari

tengah, telunjuk dan ibu jari. Keluhan muncul bersamaan dengan rasa

kesemutan. Pasien juga mengaku terdapat nyeri di pergelangan tangan yang

menjalar hingga lengan. Kesemutan bersifat hilang timbul dan dirasakan

terutama pada malam hari. Nyeri berkurang bila dikebas-kebaskan. oleh

pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk beraktifitas sehari-hari.

3. Anamnesis Okupasi

a. Uraian Tugas/Pekerjaan

Pasien bekerja di bagian pembuatan dan pemindahan adonan (produksi),

khususnya mengaduk dan mengangkat tempat yang berisi adonan lalu

memindahkan adonan tersebut ke loyang. Pasien telah bekerja selama

delapan tahun. Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam kerja 60

jam/minggu), sejak pukul 07.00 sampai pukul 17.00 WITA (10 jam kerja

dalam sehari). Setiap hari pasien mencampur dan memindahkan adonan

yang telah dicampur kemudian dipindahkan ke loyang.

25
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat
Masalah Kesehatan Lama Kerja
Potensial Kerja

Fisiologi  Mengadon bahan kue yang jumlah Industri ±10 jam/hari


(Ergonomi) banyak tiap hari rumahan kue

c. Hubungan Pekerjaan dengan penyakit yang dialamiPekerjaan utama

pasien adalah dibagian produksi. Pada bagian produksi, memang

mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah mencampur dan menuangkan

adonan ke loyang. Dengan melakukan pekerjaan ini secara terus menerus

menyebabkan pergelangan tangan pasien akan terus melakukan gerakan

yang berulang.

d. Riwayat Pekerjaan

Pasien sudah bekerja selama 8 tahun

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak Ada

f. Riwayat Pengobatan

Tidak Ada

g. Riwayat Alergi

Tidak ada

26
F. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
BB : 64 Kg
TB : 157 cm
IMT : 25,96 kg/m2
Status Gizi : Obes I
h. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)
i. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
j. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),

27
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordisss tidak terlihat
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea
midklavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
k. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
l. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
m. Status Lokalis
Inspeksi statis : tidak ada kolaps otot thenar yang terlihat
Inspeksi dinamis : pasien terlihat mengurut-urut jarinya,
gerakan normal
Tes orientasi : normal
Pemeriksaan gerak dasar : Aktif : full ROM tanpa nyeri
Pasif : full ROM tanpa nyeri
TIMT : bisa melawan tahanan
Restricted :
ROM : dalam batas normal
ADL : tidak ada keterbatasan ADL
Pekerjaan : pasien masih mampu melakukan pekerjaannya
Spesific test :
Phalen’s test : negatif
Tinel’s sign : positif
Tes motorik : 5 untuk semua otot wrist dan hand

28
Tes sensoris : Tes tajam tumpul (normal)
Arah gerak : normal
Rasa gerak dan rasa posisi : normal
Beda dua titik : normal
Tes koordinasi finger to nose; finger to finger : normal
Palpasi tonus : tonus thenar dan hypothenar muscles normal

G. Diagnosis Kerja
Carpal Tunnel Syndrome

H. Diagnosis Banding
De Quervein Syndrom

I. Terapi
Meloxicam 7,5 mg tab 1 x 1
Vitamin B6 1 x 1

J. Edukasi
1. Diminta untuk mengompres dengan air hangat pada kedua pergelangan
sampai telapak tangan kanan dan kiri sekitar 10 menit,
2. menggerakkan kedua pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara
aktif dengan tujuan pemperlancar peredaran darah dan mengistirahatkan
kedua tangan saat timbul nyeri dan juga jangan mengangkat beban berat
yang menimbulkan nyeri,
3. Jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri
4. Jangan memaksakan bekerja secara berlebihan saat tangan merasa nyeri.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu rumah industri di

Makassar, yaitu ” Glora Cake”, dilakukan pemeriksaan secara acak kepada 26

pekerja, didapatkan berturut- turut dengan diagnosis low back pain 2 orang, 1

dengan carpal tunnel syndrome, 2 orang dengan hipertensi, 5 orang dengan

common cold, 2 orang dengan cephalgi dan sisanya tidak ada keluhan. Berkaitan

dengan adanya pekerja yang mengalami carpal tunnel syndrome yang dialami

oleh pekerja, terutama pada bagian dapur yang mencampur dan memindahkan

adonan yang memang lebih banyak membutuhkan gerakan pergelangan tangan

yang berulang maka diambil sampel observasi yaitu pekerja dengan diagnosa

carpal tunnel syndrome.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien

didiagnosa carpal tunnel syndrome dan ditemukan adanya penyakit lain yaitu

hipertensi,cephalgia, dan common cold. Dari anamnesis, pasien diketahui

kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak beberapa bulan yang

lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah, telunjuk dan ibu

jari. Pasien mengeluhkan rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk dan ibu jari.

Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan. Pasien juga mengaku

terdapat nyeri di pergelangan tangan yang menjalar hingga lengan. Kesemutan

bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada malam hari. Nyeri berkurang

bila dikebas-kebaskan. oleh pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk

beraktifitas sehari-hari. Menurut pengakuan pasien, keluhan ini belum diobati

30
sama sekali, pasien hanya mengebaskan tangannya. Pasien telah bekerja selama

kurang lebih 8 bulan yang lalu. Pasien bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam

kerja 60 jam/minggu), sejak pukul 07.00 sampai pukul 17.00 WITA (10 jam kerja

dalam sehari).

Penyakit akibat kerja ditimbulkan karena hubungan kerja atau yang

disebabkan oleh pekerjaan . Sebagian berpendapat bahwa faktor mekanik dan

vaskuler memegang peranan penting dalam terjadinya carpal tunnel syndrom.

Tapi umumnya carpal tunnel syndrome ini terjadi secara kronis dimana terjadi

penebalan flexor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus

medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan

peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler

melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu

diikuti anoxia, yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan

mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila

kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut

saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan ikat

yang mengakibatkan fungsi dari nervus medianus terganggu

Terapi yang dilakukan untuk pasien menjadi medikamentosa dan non

medikamentosa. Terapi medikamentosa diberikan meloxicam tab 1 x 1 dan Vit B6

tab 1x1. Terapi nonmedikamentosa yang dilakukan adalah diberikan edukasi yaitu

meminimalisir pergerakan pergelangan tangan secara berlebihan dan

mengistirahatkan tangan jika sudah terlalu lama bekerja.

31
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Faktor fisik dan kondisi lingkungan kerja, dapat menjadi pendorong resiko
terjadinya cidera atau sakit pada sistem neuromuscular. Faktor fisik tersebut
diantaranya gerakan dengan kekuatan dan berulang, tekanan statis pada otot dan
tekanan oleh mesin atau getaran, dan suhu yang terlalu panas atau dingin, serta
postur kerja yang tidak ergonomis, yang dipengaruhi oleh desain perlengkapan,
alat-alat atau tempat kerja. Faktor tersebut akan semakin mempengaruhi dan
dirasakan sebagai pemicu penyakit akibat kerja setelah masa kerja tertentu.
Faktor-faktor pengaturan kerja seperti waktu kerja, arah gerak kerja, waktu
istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton dapat meningkatkan resiko
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome(CTS).

B. SARAN
 Untuk Pekerja

Menggerakkan kedua pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara aktif

dengan tujuan pemperlancar peredaran darah dan mengistirahatkan kedua

tangan saat timbul nyeri dan juga jangan mengangkat beban berat yang

menimbulkan nyeri dan Jangan memaksakan bekerja secara berlebihan saat

tangan merasa nyeri.

 Untuk Perusahaan

Membuat jadwal rotasi pekerjaan kepada para pegawainya, sehingga pekerja

tidak melakukan pekerjaan yang berulang secara terus menerus setiap harinya

dengan waktu yang lama.

 Untuk Puskesmas

32
Melakukan penyuluhan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja pada

tempat kerja pasien dan juga melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap

pekerja minimal 1 kali dalam tiga bulan.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol. 346,

No. 23.

2. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On

The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 2007.

3. Reed P. Carpal Tunnel Syndrome. The Medical Disability Advisor : Workplace

Guidelines For Disability Duration. 2005.

4. Simpson MA, Day B, et al. Clinical Focus : Painful Numb Hands. Practical

Neurology – 2. 2011.

5. Durkan JA. A New Diagnostic Test For Carpal Tunnel Syndrome. J Bone Joint

Surg Am. 1991;73;535-538.

6. Wipperman J, Potter L. Carpal Tunnel Syndrome : Try These Diagnostic

Maneuvers. The Journal Of Family Practice. 2012. Vol.61, No.12

7. Viera AJ. Management of Carpal Tunnel Syndrome. American Family

Physician. 2003. Vol.68, No.2.

8. Ablove RH. PrevalenceS of Carpal Tunnel Syndrome in Pregnant Women.

Wisconsin Medical Journal. 2009. Vol.108, No.4.

34
LAMPIRAN

Pemeriksaan kesehatan terhadap kariawan perusahaan kue Glora Cake

Foto bersama pemilik perusahaan kue Glora Cake

35

Anda mungkin juga menyukai