Anda di halaman 1dari 3

Teknologi Sosrobahu

Teknologi Sosrobahu merupakan teknologi kontruksi beton penyangga jalan layang yang
merupakan penemuan lainnya dari ilmuwan Indonesia yang telah digunakan oleh banyak negara,
di antaranya Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Dengan teknik ini, pembangunan jalan
layang bisa dilakukan tanpa mengganggu arus lalu lintas. Bahu tiang jalan layang yang disebut
‘Sosrobahu’ ini mampu memutar beton seberat 480 ton hingga 90 derajat, dan bisa bertahan
hingga satu abad.

Teknologi ini muncul ditengarai pada tahun 1980-an, Jakarta mengalami kendala kemacetan lalu
lintas. Untuk mengurangi masalah kemacetan itu, kemudian dibuatlah jalan layang. . Persoalan
rumit yang muncul adalah diperlukan penyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-
sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang
vertikalnya (pier shaft) berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal
ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (pier head). Jika dengan cara
konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (bekesting) di bawah bentangan
lengan itu, tetapi bekesting itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah
dengan bekesting gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.

Di tengah masalah itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan dengan membangun
tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar dengan jalur hijau, setelah
itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya adalah bagaimana cara memutarnya karena
lengan itu nantinya seberat 480 ton.

Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder bergaris tengah 20 cm yang
dibuat sebagai dongkrak hidraulik dan ditindih beban beton seberat 80 ton. Ia terinspirasi dari
pompa hidrolik yang dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada permukaan
yang licin, benda tersebut mudah digeser. Bayangan Tjokorda adalah menggeser lengan beton
seberat 480 ton itu. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit tetapi tidak bisa turun
ketika dilepas. Ternyata dongkrak tersebut miring posisinya. Tjokorda kemudian
menyempurnakannya. Posisinya ditentukan persis di titik berat lengan beton di atasnya.

Masalah lain yang muncul ada variabelnya yang mempengaruhinya, di antaranya adalah jenis
minyak yang digunakan yang tidak boleh rusak kekentalannya (viskositas). Urusan minyak
menjadi hal yang krusial karena minyak inilah yang meneruskan tekanan untuk
mengangkat beton yang berat itu.

Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah landasan putar
untuk lengan beton yang dinamai Landasan Putar Bebas Hambatan (LBPH). Bentuknya dua
piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm yang saling menangkup. Meski tebalnya 5 cm,
piring dari besi cor FCD-50 itu mampu menahan beban 625 ton.

Secara teknik penemuan itu belum diuji coba karena waktu yang terbatas, namun ia yakin
temuannya itu bisa bekerja. Tjokorda bahkan berani bertanggungjawab bila lengan beton jalan
layang itu tidak bisa berputar.

Pada tanggal 27 Juli 1988 pukul 10 malam waktu setempat (Jakarta), pompa hidraulik
dioperasikan hingga titik tekan 78 kg/cm2. Lengan pier head itu, meskipun bekesting-nya telah
dilepas, mengambang di atas atap pier shaft lalu dengan dorongan ringan sedikit saja, lengan
beton raksasa itu berputar 90 derajat. Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada
kontruksi beton lengan jembatan layang yang lain. Temuan Tjokorda
digunakan insinyur Amerika Serikat dalam membangun jembatan di Seattle.

Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama memakai
angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya memasang kupingan
yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih
45 menit dibandingkan dengan yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan
eksak, konstruksi Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1 abad).

Menurut Dr. Drajat Hoedajanto pakar struktur dari Institut Teknologi Bandung, Sosrobahu pada
dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk pelaksanaannya (memutar bahu lengan beton
jalan layang). Sistem ini cocok dipakai pada elevated toll road (jalan tol layang dalam kota) yang
biasanya mengalami kendala lalu lintas dibawahnya yang padat. Sosrobahu terbukti bermanfaat
dalam proses pembangunan jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.

Jadi, dengan adanya teknologi sosrobahu ini akan memudahkan para konraktor dalam
membangun jalan layang tanpa menghawatirkan kendala jalannya lalu lintas yang ada. Sehingga
proyek tersebut dapat selesai tepat waktu dan lalu lintas tetap lancar.

Anda mungkin juga menyukai